Anda di halaman 1dari 19

Konsep Persepsi, Sikap, Kepuasan Kerja dan Stress

Mata Kuliah : Perilaku Keorganisasian

Oleh :

I Gusti Ayu Andika Harum Sari (1506205028) / absen 21

I Kadek Bagus Artika Suryawan (1506205074) / absen 33

Komang Satya Devara (1506205063) / absen 31

I Ketut Aar Sudarsana (1506205050) / absen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2016
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat RahmatNya lah
penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “ Konsep Persepsi, Sikap, Kepuasan Kerja dan Stress”
dengan baik dan tepat waktu. Penulisan paper ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Perilaku Keorganisasian di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana. Penulisan paper ini dapat terlaksana dengan baik berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Dalam penyusunan paper ini, kami selaku penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari
sempurna, dan tidak jauh dari kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis dalam penulisan dan penyusunan paper ini.

Sebagai akhir kata, kami harapkan bimbingan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca demi penyempurnaan paper ini.

Denpasar, September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2

BAB III .................................................................................................................................................. 6

PENUTUP ............................................................................................................................................. 6

3.1.Kesimpulan................................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menghadapi era globalisasi ini, organisasi perlu meningkatkan kinerjanya agar mampu
bersaing dalam banyak konteks, yang bermakna bahwa kapasitas untuk ' berubah 'dari sebuah organisasi
penting sekali. Dikarenakan individu adalah segalanya bagi perkembangan organisasi, mungkin bisa
dikata bahwa organisasi tanpa individu adalah suatu kebohongan belaka atau tak mungkin. Dari hal ini
maka kita lihat mengenai sebagian sifat dan pemikiran individu yang harus dimiliki demi terwujudnya
suatu organisasi yang baik. Walaupun tanpa meniadakan komponen - komponen lain seperti teknologi.
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat terlepas dari organisasi. Setiap hari kitaberhubungan dan
terlibat dengan organisasi dan hidup kita dipengaruhi dan mempengaruhi organisasi dalam
derajat yang berbeda-beda. Secara sadar kita terlibat dalam organisasi sebagai siswa, karyawan, anggota
gereja, warga negara dan lain-lain.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok individu yang bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Definisi yang lain menyatakan organisasi sebagai kesatuan yang memungkinkan
masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Dari dua definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi dibentuk ‘by design’ untuk melayani kebutuhan manusia yang
tidak dapat dicapai secara individu. Organisasi lebih dari sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa
tetapi juga menyediakan lingkungan dimana sebagian besar dari kita menghabiskan kehidupan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan persepsi?
2. Apakah yang dimaksud dengan sikap?
3. Apakah yang dimaksud dengan kepuasan kerja?
4. Apakah yang dimaksud dengan stress?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan dapat menjelaskan konsep persepsi
2. Mengetahui dan dapat menjelaskan konsep sikap
3. Mengetahui dan dapat menjelaskan konsep kepuasan kerja
4. Mengetahui dan dapat menjelaskan konsep stress
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses dimana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan kesan
sensoris mereka guna memberikan pengertian bagi lingkungannya. Apa yang kita nilai bisa jadi berbeda
secara substansial dengan realitas objeknya. Persepsi penting bagi perilaku organisasi karena perilaku
orang-orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa realita yang ada, bukan mengenai realita it
sendiri.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


Sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan kadang mengubah persepsi. Faktor-faktor ini
bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan dan dalam
konteks situasi dimana persepsi tersebut dibuat.
Ketika seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang
dilihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat
persepsi individual tersebut. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi meliputi sikap,
kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan seseorang. Sebagai contoh, apabila
anda mengharapkan para petugas polisi memiliki wewenang, orang-orang muda menjadi malas, atau para
individu yang mendiami kantor umum tidak mengindahkan moral. Anda mungkin menganggap mereka
seperti itu tanpa memedulikan sifat-sifat mereka yang sebenarnya.
Karakteristik target yang diobservasi bisa memengaruhi apa yang diartikan. Individu yang
bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah kelompok dibandingkan individu yang diam. Begitu
pula dengan individu yang luar biasa menarik atau tidak menarik. Oleh karena target tidak dilihat secara
khusus,hubungan sebuah target dengan latar belakangnya juga memengaruhi persepsi, seperti halnya
kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Sebagai contoh,
kaum wanita, orang-orang kulit berwarna, atau anggota dari kelompok lain yang mempunyai berbagai
karakteristik yang dapat dibedakan dengan jelas menurut ciri-ciri atau warna kulit sering kali dianggap
sama dalam karakteristik-karakteristik lain yang tidak terkait.
Konteks dimana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting.Waktu sebuah objek
atau peristiwa dilihat dapat memengaruhi perhatian, seperti halnya lokasi, cahaya, panas,atau sebuah
faktor situasional lainnya. Sebagai contoh, di sebuah klub malam pada Sabtu malam, anda mungkin tidak
memerhatikan seorang wanita berusia 22 tahun 'yang berpakaian sangat seksi'. Namun, wanita yang sama
berpakaian hadir dikelas manajemen Anda dihari Senin pagi pasti akan mendapatkan perhatian Anda (dan
perhatian seluruh kelas). Baik si pembuat persepsi maupun target tidak berubah antara hari Sabtu malam
dan Senin pagi, tetapi situasinya berbeda.

2.1.3 Persepsi seseorang


Persepsi Seseorang artinya bagaimana persepsi yang dibuat oleh individu tentang individu yang
lainnya. Persepsi seseorang ini dipengaruhi oleh :

1. Adanya Teori Hubungan


Teori hubungan adalah suatu usaha ketika individu mengamati perilaku untuk menentukan apakah hal ini
disebabkan secara internal atau eksternal.
 Prilaku yang disebabkan secara internal adalah prilaku yang dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang
individu.
 Prilaku yang disebabkan secara eksternal adalah prilaku yang dipengaruhi oleh sebab–sebab dari luar
pribadi individu seperti individu dipaksa untuk berprilaku demikian oleh situasi.
Misalnya, jika karyawan datang terlambat, dan atasan mengasumsikan bahwa karyawan tersebut bangun
kesiangan karna menghadiri pesta sampai larut malam, atau menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam
atau nonton pertandingan bola sampai laurut malam, ini disebut sebagai hubungan internal, tetapi jika
keterlambatan tersebut disebabkan oleh kemacetan lalulintas karna kecelakaan ini disebut sebagai
hubungan eksternal.
2. Persepsi Selektif
Persepsi selektif adalah menginterprestasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan
minat, latar belakang, pengalaman dan sikap seseorang. Misalnya kita hanya memperhatikan sesuatu yang
sama dengan apa yang kita miliki.
3. Efek Halo
Efek halo adalah membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan
sebuahkarakteristik. Misalnya kepandaian, keramahan, atau penampilan seperti mahasiswa memberikan
penilaian terhadap mahasiswa lainnya mereka oleh karena mahasiswa tersebut pendiam walaupun pandai
dan sangat cakap maka mahasiswa menilai mahasiswa itu kurang baik.
4. Efek Kontras
Efek kontras adalah eveluasi tentang karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan
orang lain yang baru ditemui, yang mendapatkan nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik
yang sama. Misalnya seorang pelamar yang memiliki kemampuan menengah mendapatkan evaluasi yang
kurang baik dibandingkan dengan pelamar yang memiliki kemampuan yang unggul.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah menghubungkan karakteristik diri sendiri dengan individu yang lain. Misalnya pada saat
kita menginginkan tantangan dan tanggung jawab dalam pekerjaan kita, kita juga mengasumsikan bahwa
indvidu lain juga meninginkan hal yang sama atau pada saat kita menganggap diri kita jujur dan dan bisa
dipercaya, maka kita juga mengasumsikan hal yang sama terhadap orang lain.
6. Pembentukan Stereotip
Pembentukan Stereotip ini terjadi ketika penilaian yang kita berikan didasrkan pada kelompok tempat
orang tersebut, bukan didasarkan pada individunya sendiri. Misalnya pada saat terjadi bom bali, banyak
orang beranggapan bahwa semua muslim adalah teroris sehingga bagi negara-negara tertentu sangat
proteksi terhadap muslim. Pekerja–pekeraja asia merupakan pekerjas keras dan selalu berhati–hati.
Lulusan lembaga pendidikan atau perguruan tinggi tertentu lebih diterima dari pada lembaga pendidikan
atau perguruan tinggi lainnya.

2.2 Konsep Sikap


2.2.1 Definisi Sikap
 Menurut Stephen dan Timothy, mendefinisikan Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik
yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa.
 Menurut Ramdhani, 2008 sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan,
jalan pikiran, dan perilaku.
 Menurut Kotler dan Armstrong (1997, p.157), sikap adalah “Evaluasi, perasaan, dan kecenderungan
dari individu terhadap suatu obyek yang relatif konsisten”. Sikap menempatkan orang dalam
kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau
menjauhinya.
Jadi Sikap adalah pernyataan/penilaian evaluatif menyangkut benda, orang atau kejadian. Dengan
demikian sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan
persepsi, kepribadian, belajar dan motivasi.

2.2.2 Komponen Sikap


Saifudin (1995) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap.
Ketiga komponen tersebut saling mendukung dan menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan
konatif. Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai ketiga komponen tersebut:
a. Kognitif (bagian dari sikap yang berupa pendapat atau kepercayaan)
Komponen kognitif dapat disebut juga dengan komponen persepsual, yang berisi kepercayaan
individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu memersepsikan
objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Misalnya, individu
mengetahui bahwa kesehatan itu sangat berharga karena ia menyadari bahwa apabila sakit, dirinya
akan merasakan betapa nikmatnya itu sehat.
b. Afektif (bagian dari sikap yang berupa perasaan atau emosional)
Komponen ini merujuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang
positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh
apa yang kita percayai sebagai suatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. Misalnya, individu
senang (sikap positif) terhadap profesi keperawatan, berarti ia melukiskan perasaannya terhadap
keperawatan; masyarakat umumnya tidak senang (sikap negatif) terhadap tindakan kekerasan,
perjudian, pelacuran, dan kejahatan.
c. Konatif/Perilaku (kemauan untuk berperilaku tertentu terhadap seseorang atau sesuatu)
Komponen konatif disebut juga komponen perilaku, yaitukomponen sikap yang berkaitan dengan
predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. Misalnya,
individu mengetahui bahwa profesi keperawatan adalah profesi yang mulia sehingga banyak lulusan
SMA yang masuk Akademi Keperawatan; remaja putri lulusan SMA banyak memilih untuk
melanjutkan sekolah ke Akademi Kebidanan karena lulusan Akademi Kebidanan menjanjikan
pekerjaan yang jelas.

2.2.3 Sumber Sikap


Tiga sumber utama sikap (Calhoun dan Accocella, 1990):
 Pengalaman Pribadi, sikap dapat merupakan hasil pengalaman yang menyenangkan atau menyakitkan
dengan objek sikap.
 Pemindahan perasaan yang menyakitkan, pemindahan adalah secara tidak sadar mengalihkan
perasaan yang menyakitkan (terutama permusuhan) jauh dari objek sebenarnya pada objek lain yang
lebih aman.
 Pengaruh sosial, sumber ini dapat dimungkinkan menjadi sumber utama dalam sikap.

2.2.4 Fungsi Sikap


Menurut Atkinson, Smith, dan Bem (1996), mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima fungsi,
yaitu instrumental, pertahanan, ego, ekspresi nilai, pengetahuan,dan penyesuaian nilai.
 Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan
keinginan. Bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. Apabila
objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikap positif terhadap objek
tersebut atau sebaiknya.
 Fungsi Pertahanan Ego
Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.
 Fungsi Ekspresi
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai yang terdapat pada diri
individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan terhadap nilai tertentu.
 Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu memahami dunia yang membawa keteraturan terhadap bermacam-
macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki
motif ingin tahu, ingin mengerti, dan pengetahuan.
 Fungsi Penyesuainan Sosial
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini sikap yang
diambi individu tersebut akan sesuai dengan lingkungannya.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap


Menurut Azwar, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain:
 Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan obyek psikologis yang akan membentuk sikap positif dan sikap negatif. Pembentukan
tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu
yang bersangkutan, situasi di mana tanggapan itu terbentuk, dan ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh
stimulus. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
 Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi
sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu. Orang-orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan
lain-lain.
 Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita terutama kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan
pula-lah yang memberi corak pengalaman-pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat
memudarkan dominansi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual
 Media Massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Sebagai tugas pokoknya dalam
menyampaikan informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi
tersebut, bila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
sikap. Walaupun pengaruh media massa tidak sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung,
namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya.
 Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama
Kedua lembaga di atas, mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat
keagamaan serta ajarannya. Karena konsep moral dan ajaran agama sangat membentuk sistem
kepercayaan maka tidak mengherankan kalau konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu terhadap sesuatu hal.
 Pengaruh Faktor Emosional
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap ini dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat
pula merupakan sikap yang dapat bertahan lama.

2.2.6 Tipe Sikap


Ada 3 (tiga) tipikal sikap seseorang, antara lain: (Ardana, 2009: 22)
 Job satisfaction (kepuasan kerja): berkenaan dengan sikap umum individu terhadap pekerjaannya.
Jika kepuasan kerja tinggi maka sikap terhadap pekerjaannya adalah positif, begitu pula sebaliknya.
 Job involvement (keterlibatan kerja): menunjukkan tingkat pengenalan dan keterlibatan diri dengan
pekerjaan, serta kesadaran seseorang bahwa performance penting bagi dirinya,. Orang yang memiliki
tingkat keterlibatan kerja tinggi maka ia akan lebih memperhatikan pekerjaannya.
 Organizational commitment (komitmen kepada organisasi), menunjukkan tingkat pengenalan,
keterlibatan dan kesetiaan kepada organisasi, serta harapan dapat mempertahankan status
keanggotaannya

2.3 Konsep Kepuasan Kerja


2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Banyak pakar mendifinisikan tentang tentang kepuasan kerja tersebut seperti Locke, Wexley,
Blum, Porter, Robbins, dan lain-lain. Agar lebih mudah memahami, maka sengaja diambil definisi Porter
(1961) yang pendapatnya hingga kini tetap dirujuk oleh berbagai pakar yang tertarik untuk membahas
tentang kepuasan kerja, yang mana pendapatnya Porter tentang kepuasan kerja yang dimaksud adalah
“selisih dari sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu yang sesungguhnya ada dengan kondisi yang
sesungguhnya ada (faktual) seseorang cenderung merasa semakin puas.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja


Menurut Herzberg ada lima aspek, sebagai berikut.
a. Kompensasi
b. Promosi (peningkatan jabatan)
c. Lingkungan fisik (ventilasi, warna, penerangan, bunyi dan lain-lain)
d. Linkungan non fisik (hubungan kerja dengan atasan-bawahan, ataupun rekan sekerja, kesempatan
dalam pengambilan keputusan)
e. Karakteristik pekerjaan (variasi pekerjaan, prospek pekerjaan).

Menurut Luthans ada enam aspek, sebagai berikut.


a. Pembayaran d. Supervisi
b. Workit-self e. Kelompok kerja
c. Promosi f. Kondisi kerja

Menurut Gilmer ada sepuluh aspek sebagai berikut


a. Keamanan c. Perusahaan dan Manajemen
b. Kesempatan untuk maju d. Upah/gaji
e. Aspek intrinsik dari pekerjaan h. Komunikasi
f. Supervisi i. Kondisi kerja
g. Aspek sosial dari pekerjaan j. Benefits

2.3.3 Efek kepuasan kerja pada kinerja karyawan


Kepuasan kerja hingga kini diyakini berkaitan dengan kinerja individu (karyawan), kelompok,
yang pada gilirannya akan berkaitan pula dengan efektivitas rganisasi secara keseluruhan.Para pemimpin
organisasi perlu menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek kepuasan kerja ini, karena
memiliki mata rantai dengan sumber daya manuasia organisasi produktivitas organisasi, dan
keberlangsungan hidup organisasi itu sendiri. Kepuasan kerja yang tinggi sangat mempengaruhi kondisi
kerja dan memberikan keuntungan nyata tidak saja bagian pekerja tetapi juga bagi manajemen dan
organisasi.

2.3.4 Cara-cara karyawan mengungkapkan ketidakpuasannya sebagai berikut


a. Eksit (berhenti)
b. Suara (aktif memberikan saran dan solusi)
c. Kesetiaan (pasif sambil menunggu membaiknya kondisi)
d. Pengabaian (membiarkan kondisi memburuk , datang terlambat, mangkir, pengurangan upaya dan
lain-lainnya)

2.4 Konsep Stress


2.4.1 Pengertian stress
Istilah stres berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti ketat atau sempit, dan menjadi
kata kerja stringere yang artinya “mengetatkan”. Masalah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya
sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi dilingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi
antara seseorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Didalam membicarakan stres kerja ini
perlu terlebih dahulu mengertikan stres secara umum.
Stres menurut Charles D. Spielboger (Ilandoyo, 2001) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-
tuntan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang
secara objektif adalah berbahaya.Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan, atau gangguan
yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar seseorang.
Stres sebagai suatu istilah payung yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan,
ketegangan, panik, gemuruh, kemurungan dan hilang daya. Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan
yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang
untuk menghadapi lingkungan, sebagai hasil pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala
stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.Orang-orang yang mengalami stres bisa menjadi
nervous dan merasakan kekhawatiran kronis.Mereka sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat
rileks atau menunjukkan sikap yang tidak koperatif.
Stres juga bukan hanya disebabkan oleh masalah-masalah pekerjaan dikantor atau perusahaan,
tetapi stres juga bisa disebabkan oleh masalah-masalah yang terjadi diluar pekerjaan kantor atau
perusahaan, yang disebut off the job, seperti misalnya:
1. Kekhawatiran tentang financial
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
3. Masalah-masalah fisik
4. Masalah-masalah perkawinan
5. Perubahan-perubahan yang terjadi ditempat tinggal
6. Masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.

2.4.2 Jenis dan gejala stress di tempat kerja


Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
 Eustress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat
membangun).
 Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif dan destruktif (bersifat
Merusak).

Adapun gejala stres di tempat kerja sebagai berikut :


 Kepuasan kerja rendah  Pengambilan keputusan jelek
 Kinerja yang menurun  Kreativitas dan inovasi kurang
 Semangat dan energi jadi hilang  Bergulat pada tugas-tugas yang tidak
 Komunikasi tidak lancer produktif

Menurut Braham (2001), gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini :
a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan
pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa
tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung,
kehilangan energi.
b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana
hati mudah berubah-rubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresip terhadap orang lain
dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang dan kelesuan mental.
c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka
melamun berlebihan, pikirann hanya dipenuhi satu pikiran saja.
d. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan kepada orang lain menurun,
mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atua menyerang
dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

2.4.3 Penyebab Stres


Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik dan
emosional pada seseorang. Terdapat banyak stresor dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor
yang berhubungan dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu:
1. Lingkungan Fisik
Beberapa stresor ditemukan dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti terlalu bising, kurang baiknya
penerangan ataupun risiko keamanan, stresor yang bersifat fisik juga keliatan pada setting kantor,
teramasuk rancangan ruang kantor yang buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif
dan kualitas udara yang buruk.
2. Stres karena Peran atau Tugas
Stresor karena peran atau tugas termasuk kondisi di mana para pegawai mengalami kesulitan dalam
memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan
berbagai peran pada tempat mereka bekerja. Stresor ini memilik empat penyebab utama, yakni :
a. Konflik peran
b. Peran mendua atau ambiguitas
c. Beban kerja
d. Karakteristik tugas
3. Penyebab stres antarpribadi (inter personal stressors)
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam divisi-divisi dalam suatu departemen
yang berkompetisikan untuk memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward yang
menggiurkan. Perbedaan karakter, keprinadian, latar belakang, persepsi dan lain-lainnya memungkinkan
munculnya stres.
4. Organisasi
Banyak sekali ragam penyebab stres yang bersumber dari organisasi.Pengurangan jumlah pegawai
merupakan salah satu penyebab stres yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun
juga untuk mereka yang masih tinggal.Secara khusu mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan
beban kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan
kerja.Renstrukturisasi, privatilasi, merger dan bentuk-bentuk lainnya merupakan kebijakan perusahaan
yang berpotensi munculnya stres.Para pekerja harus menghadapi peningkatan ketidak-amanan dalam
bekerja, bimbang dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru dari konflik
antarpribadi.

2.4.4 Manajemen Stress


Ada dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
 Pendekatan Individual
 Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres. Dikarenakan
setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan pembagian waktu untuk
istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja.Pola pembagian waktu yang baik antar
waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja antara jam7 pagi sampai jam 6 sore,
setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan
istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
 Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperlukan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik dan
otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan
semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1 minggu sekali.Bisa dengan joging
di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga yang ringan.
 Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi lelah dan
diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi relaks.Merefresh otak
yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari.Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan
mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai.Namun ada juga yang malakukan meditasi
atau yoga.
 Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan dengan banyak orang memang sangat diperlukan.Selain dengan mempermudah dalam
pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan sebagai tempat
berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami.Terkadang setiap orang hal seperti ini sangat
diperlukan sekali.Karena itu manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.

b. Pendekatan Organisasional
 Menciptakan iklim organisasi yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi yang
menyertakan infleksibel.Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh.Strategi pengaturan
mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan partisipatif
dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin akan menciptakan
iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap
pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
 Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.
Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skill yang dimiliki oleh setiap orang mungkin akan berbeda
satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat menunjang sekali
terselesaikannya suatu pekerjaan.Penyesuaiaan penempatan yang baik dan penseleksian itu yang
sangat diperluakan suatu perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik.
Seperti halnya seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan,
tentunya akan kesulitan.
 Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasi
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga terjadi.
Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan peran suatu organisasi
tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu sangat diperlukan guna mengurangi atau
mencegah stres itu sendiri. Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik
sehingga ambisi itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik
yang terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
 Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit maupun non profit.
Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
organisasi tersebut.Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari skill yang dimiliki oleh setiap
orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan
anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak
bersikap realistis dan selalu menekan anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan
timbul.
 Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkinan terjadi karena faktor kerjaan yang sangat berat dan
menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah membuat teknik cara
pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada
yang mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika
melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres. Strategi yang dilakukan adalah
melakukan penyusunan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan
terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata
lain stres pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.
 Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi.Komunikasi dapat mempermudah kerja
seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu
berkordinasi dan membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan
benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering sekali terjadi
kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam
mengkomunikasikan.
 Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres.Konseling yang dilakukan
kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang.Psikologis seseorang
terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-
tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stres yang dihadapinya. Konseling dengan
psikolog sedikitnya mungking bisa membantu keluar dari tekanan stres.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persepsi adalah sebuah proses dimana individu mengatur dan menginterprestasikan kesan kesan
sensoris mereka guna memberikan pengertian bagi lingkungannya. Apa yang kita nilai bisa jadi berbeda
secara substansial dengan realitas objeknya. Persepsi penting bagi perilaku organisasi karena perilaku
orang-orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa realita yang ada, bukan mengenai realita it
sendiri.
Sikap adalah pernyataan/penilaian evaluatif menyangkut benda, orang atau kejadian. Dengan
demikian sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan
persepsi, kepribadian, belajar dan motivasi.
Kepuasan kerja adalah selisih dari sesuatu yang seharusnya ada dengan sesuatu yang
sesungguhnya ada dengan kondisi yang sesungguhnya ada (faktual) seseorang cenderung merasa semakin
puas.
Stres adalah tuntutan-tuntan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam
lingkungan atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya.Stres juga bisa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Robbins, Stephen P. and Judge. Timothy A. 2009. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai