Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Struktur Modal

Perusahaan berusaha menggunakan struktur modal yang akan meminimalkan

biaya modalnya. Sebelum menyusun penganggaran perusahaan terlebih dahulu

memperkirakan biaya modalnya, karena nilai sekarang bersih suatu proyek sebagian

akan tergantung pada biaya modalnya. Menurut Rasoolpur et al. (2012), struktur

modal adalah perpaduan antara utang dan modal sendiri yang digunakan untuk

pembiayaan aktiva perusahaan.

Menurut Sartono (2010:225), struktur modal adalah perimbangan jumlah

utang jangka pendek yang bersifat permanen, jangka panjang dengan saham preferen

dan saham biasa. Bhattacharjee et al. (2010) menyatakan bahwa, struktur modal

menggambarkan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri yang

digunakan oleh perusahaan untuk membiayai aktiva tetap perusahaan. Menurut

Mardiyanto (2008) dalam struktur modal, utang jangka pendek tidak diperhitungkan

karena jenis utang ini pada umumnya bersifat spontan (maksudnya berubah sesuai
dengan perubahan tingkat penjualan), sedangkan utang jangka panjang bersifat tetap

selama jangka waktu yang relatif

lebih panjang (biasanya lebih dari satu tahun) sehingga perlu lebih dipikirkan

keberadaannya oleh para manajer keuangan perusahaan.Struktur permodalan disebut

juga sebagai keputusan untuk memilih sumber pembiayaan atau komposisi pemilihan

atas pendanaan yang merupakan perbandingan dalam menentukan pemenuhan

kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh merupakan kombinasi

dari sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber

utama, yaitu berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan Ali, 2010:137).

Jadi, struktur modal merupakan perbandingan antara utang dan modal sendiri yang

harus dipertimbangan dengan tepat agar dapat memaksimumkan laba perusahaan dan

juga untuk kelangsungan perusahaan kedepannya.

2.1.2 Sumber Dana Menurut Asalnya

Menurut Wiagustini (2014 :234) sumber dana dapat dibagi menurut asalnya, yaitu:

a. Sumber dana intern

Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana yang dibentuk sendiri dari

dalam perusahaan seperti laba ditahan dan penyusutan. Besarnya laba ditahan

dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu,


devidend policy dan plowing back policy yang dijalankan oleh perusahaan.

Besarnya depresiasi setiap tahunnya tergantung pada metode depresiasi yang

digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan.

b. Sumber ekstern

Sumber extern (external source) adalah sumber yang berasal dari luar

perusahaan, dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal

dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagaian di dalam

perusahaan. Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau

pengambil bagaian didalam perusahaan merupakan dana yang akan tetap

ditanamkan dalam perusahaan tersebut akan menjadi modal sendiri. Pada

dasarnya pihak-pihak pemberi dana atau modal ekstern yang utama terdiri dari

supplier, bank, dan pasar modal.

Supplier memberikan dana dalam bentuk penjualan secara kredit.

Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit

disamping pemberian jasa-jasa lain dibidang keuangan. Pasar modal adalah

tempat bertemunya dua kelompok yang saling berkepentingan yaitu investor

dan emiten yang membutuhkan dana.

2.1.3 Sumber Dana Menurut Jangka Waktunya


Menurut Wiagustini (2014 : 241) sumber pendanaan perusahaan dapat dibagi

mneurut jangka waktunya, yaitu :

a. Sumber dana jangka pendek

Sumber dana jangka pendek merupakan sumber dana yang tertanam didalam

perusahaan maksimum satu tahun. Jenis sumber dana yang sering

dipergunakan yaitu accrual account, utang dagang, utang bank, commercial

paper, dan factoring.

b. Sumber dana jangka menengah

Sumber dana jangka menengah adalah merupakan sumber dana yang tertanam

didalam perusahaan lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Sumber dana

jangka menengah terdiri dari term loan, equipment loan, leasing, dan modal

ventura.

c. Sumber dana jangka panjang

Sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam dalam

perusahaan lebih dari 10 tahun. Utang jangka panjang dapat diperoleh melalui

pinjaman di bank atau dengan cara menjual obligasi. Obligasi dan saham

preferen merupakan sumber dana dengan memberikan pendapatan yang tetap


kepada pemiliknya, sementara saham biasa merupakan surat berharga dengan

memberikan penghasilan tidak tetap kepada pemegangnya.

2.1.4 Teori Struktur Modal

a. Trade off theory

Trade off theory (teori pertukaran) adalah teori struktur modal yang menyatakan

bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari penggunaan utang dengan masalah

yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2011:183).Teori

ini berdasarkan pada perbandingan antara kerugian dan keuntungan dari penggunaan

utang. Teori ini memperkirakan bahwa setiap perusahaan akan memperhitungkan

jumlah utang yang optimal, yang akan menyeimbangkan keuntungan perlindungan

pajak dengan beban sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar (Sartono,

2010:247).

b. Pecking order theory

Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan akan cenderung menggunakan sumber

dana internal dari pada sumber dana eksternal karena sumber dana internal yang

berasal dari laba ditahan memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkandengan

menggunakan sumber dana eksternal (Erma dan Yadnya,2015). Sesuai dengan

pecking order theory mengatakan bahwa sebuah perusahaan akan cenderung


menggunakan sumber pendanaan yang berisiko lebih rendah dahulu dan jika terjadi

kekurangan barulah kemudian perusahaan akan melakukan pendanaan dengan

sumber dana eksternal, yang diawali dengan utang kemudian modal sendiri dari luar

perusahaan.

c. Signaling theory

Menurut Brigham dan Houston (2011:186) isyarat atau signal adalah suatu

tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang akan memberi petunjuk bagi

investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan

dengan prospek yang terlihat kurang menguntungkan akan memilih untuk menjual

sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan pada umumnya

merupakan suatu signal bahwa manajemen memandang prospek peusahaan tersebut

suram. Namun, perusahaan akan terlihat positif dimata investor ketika perusahaan

tersebut mendapat pinjaman dari kreditur. Jadi teori ini lebih memilih untuk

menggunakan dana eksternal untuk pendanaan perusahaannya yang akan memberikan

sinyal positif bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Utang yang

dipergunakan untuk menggantikan modal pemegang saham akan mengurangi

keamanan bagi pemegang obligasi.

2.1.5 Growth Opportunity


Menurut Akhbar dan Bhutto (2013), perusahaan dengan peluang pertumbuhan

yang tinggi cenderung menjaga rasio utang mereka pada tingkat rendah, hal ini

dilakukan untuk menjaga kapasitas kredit mereka pada masa-masa sulit. Menurut

Sartono (2010) pertumbuhan perusahaan menunjukkan pertumbuhan asset. Menurut

Hermuningsih (2013)sales growth opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu

perusahaan di masa depan. Jadi growth opportunity adalah suatu peluang yang

dimiliki perusahaan untuk bertumbuh pada masa yang akan datang. Dengan cara

melihat peluang pertumbuhan perusahaan di masa depan maka akan dapat diketahui

prospek yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan datang. Jika suatu

perusahaan memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi maka perusahaan tersebut

akan memhurangi dana eksternalnya.

2.1.6 Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia (Wiagustini,

2014:76). Menurut Sartono (2010:116) likuiditas merupakan kemampuan perusahaan

untuk membayar kemampuan finansial jangka pendek tepat pada waktunya.

Pengertian lain dari likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya yang dibayar dengan harta lancarnya. Perusahaan yang mampu

memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut


dalam keadaan likuid, sedangkan yang tidak mampu dikatakan tidak likuid.

Likuiditas perusahaan menjadi pertimbangan kreditur dalam menilai kelayakan calon

debiturnya, karena debitur tidak ingin mengalami kerugian karena debitur tidak dapat

membayar kewajibannya, oleh karena itu semakin besar likuiditas perusahaan maka

semakin mudah perusahaan mendapatkan pinjaman dari kreditur. Jadi likuiditas

merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan likuiditas

akan mempengaruhi kepercayaan pihak kreditur.

2.1.7 Non-Debt Text Shield

Menurut Abor (2008) dalam Sari dkk (2013) non-debt tax shield adalah

penghematan pajak sebagai akibat dari pembebanan depresiasi aktiva berwujud yang

dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. Non-debt tax shield dapat diukur

dengan depresiasi dibagi total aset (Darminto, 2008:13 dalam Sari, 2012). Menurut

Brigham dan Houston (2011:155) salah satu alasan utama menggunakan utang adalah

karena bunga merupakan pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya

utang efektif, semakin besar laba perusahaan akan semakin tinggi tarif pajak

penghasilan (corporate tax rate) yang diterapkan dan akan semakin besar keuntungan

pajak yang diperoleh perusahaan dari pengurangan biaya bunga utang tersebut. Jadi,

bunga merupakan sebuah beban yang memiliki dampak positif yaitu dapat
mengurangi pajak, dan pengurangan pajak dapat mengurangi beban perusahaan yang

memiliki pajak yang tinggi karena akan mengurangi pengeluaran perusahaan.

2.1.8 Fixed Asset Ratio

Asset menunjukan aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan

operasional. Semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan, semakin besar

harapan perusahaan untuk meningkatkan aktivitas operasional (Kairin Dan Pudji

2014). Menurut Brigham dan Houston (2006) aktiva untuk tujuan umum yang dapat

digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik, dan sebaliknya pada

tujuan khusus.

Kepemilikan asset juga dapat memelihara nilai likuidasi perusahaan, dimana

proporsi tangible asset yang lebih besar akan mendorong kreditur untuk memberikan

pinjaman sehingga perusahaan akan memiliki tingkat leverage yang lebih tinggi

(Rajan dan Zingales,1995). Jadi fixed asset ratio adalah aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan dan digunakan untuk kegiatan operasionalnya, jika aset semakin besar

maka aktivitas operasionalnya juga semakin tinggi, kepercayaan kreditur juga akan

semakin tinnggi kepada perusahaan.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Growth Opportunity terhadap Struktur Modal


Brigham dan Houston (2011:188) menyatakan bahwa, perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan yang cepat menghadapi tingkat ketidakpastian yang tinggi maka

perusahaan lebih cenderung mengurangi penggunaan utang (modal eksternal). Dalam

penelitian setiawan (2006) yang menurut pada packing order theory, perusahaan yang

memiliki kesempatan bertumbuh tinggi akan menghadapi kesenjangan informasi

yang tinggi antara manajer dan investor luar tentang kualitas proyek investasi

perusahaan. Menurut Akhbar dan Bhutto (2013), perusahaan dengan peluang

pertumbuhan yang tinggi cenderung menjaga rasio utang mereka pada tingkat rendah,

hal ini dilakukan untuk menjaga kapasitas kredit mereka pada masa-masa sulit. Jadi

apabila perusahaan diprediksi pada masa yang akan datang memiliki peluang

pertumbuhan yang relatif tinggi maka perusahaan tersebut akan menghadapi risiko

yang tinggi pula karena tingkat ketidakpastian akan semakin tinggi, oleh karena itu

perusahaan akan cenderung lebih menggunakan dana internalnya dari pada berutang

untuk menghindari risiko gagal bayar kredit. Hal ini sejalan dengan packing

ordertheory yang menganjurkan agar perusahaan menggunakan pendaanan secara

internal terlebih dahulu jika pendanaan secara internal tidak mencukupi barulah

menggunaakan pendanaan secara berutang, karena pendanaan secara berutang

memiliki risiko yang lebih tinggi. Sejalan dengan penelitian Chu dan Hoàng (2013),

saleen et al. (2013), Murhadi (2011) yang menyatakan bahwa sales growth
opportunity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.Berdasarkan

kajian teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H1 : Growth Opportunity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur

modal

2.2.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal

Likuiditas merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi struktur

modal, Likuiditas dijadikan ukuran oleh para kreditur dalam menilai kelayakan calon

debiturnya, agarkreditur mengalami kerugian akibat gagal bayar. Aktiva lancar dapat

digunakan sebagai jaminan utang lancar akan dibayar apabila kas tidak cukup.

Menurut Pecking Order Theory, perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi

memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih

menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya

sebelum menggunakan pembiayaan eksternal (utang), sejalan dengan pendapat

Widayanti dkk (2016) Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi

memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan menggunakan

dana internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan pembiayaan eksternal

melalui utang. Jadi ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka
penggunaan utang dalam perusahaan tersebut akan mengalami penurunan karena

perusahaan memiliki dana internal yang besar untuk biaya operasinya. Sejalan dengan

hasil penelitian Alom (2013), Munawar (2009) serta Sarlija and Harc (2013)

menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

struktur modal.Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal

2.2.3 Pengaruh Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal

Perusahaan dengan Non-debt Tax Shield yang tinggi akan cenderung

mengharapkan arus kas meliputi pengurangan utang. Menurut Brigham dan Houston

(2011:155) salah satu alasan utama menggunakan utang adalah karena bunga

merupakan pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya utang efektif,

semakin besar laba perusahaan akan semakin tinggi tarif pajak penghasilan

(corporate tax rate) yang diterapkan dan akan semakin besar keuntungan pajak yang

diperoleh perusahaan dari pengurangan biaya bunga utang tersebut. Pecking order

theory (Myers, 1984 dalam Sari dkk, 2013), menyatakan bahwa perusahaan dengan

non debt tax shield yang tinggi akan menurunkan tingkat utang perusahaan jika

keuntungan (laba) perusahaan meningkat. Hal ini berarti apabila non debt tax shields
perusahaan tinggi maka struktur modal perusahaan tersebut akan rendah, karena

jumlah utang yang digunakan rendah. Teori tersebut konsisten dengan penelitian yang

dilakukan Cortez dan Susanto (2012) yang menyatakan bahwa non-debt tax shield

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, perusahaan yang

memiliki biaya depresiasi tinggi akan mendorong perusahaan untuk menggunakan

utang yang rendah. Beberapa penelitian yang dilakukan Liem dkk (2013), Masidonda

et al. (2013), dan Rasoolpur et al. (2012) menunjukkan bahwa non-debt tax shield

berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan

kajian teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H3 : Non-debt tax shield berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur

modal

2.2.4 Pengaruh Fixed Asset Ratio terhadap Struktur Modal

perusahaan yang memiliki pertumbuhan cepat seringkali harus meningkatkan

aset tetapnya, sehingga aset tetapnya akan dijadikan alat ukur atas jumlah aset

perusahaan atau disebut juga dengan fixed asset ratio. Perusahaan yang memiliki aset

tetap yang tergolong besar dapat menggunakan utang yang lebih besar, karena aset

tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai jaminan pada saat

meminjam uang pada sebuah bank. Kepemilikan aset juga dapat memelihara nilai
likuidasi perusahaan, dimana proporsi tangible asset yang lebih besar akan

mendorong kreditur untuk memberikan pinjaman sehingga perusahaan akan memiliki

tingkat leverage yang lebih tinggi (Rajan dan Zingales,1995). Jadi perusahaan dengan

aset tetap yang lebih tinggi akan lebih mudah untuk meminjam uang pada bank

karena kreditur merasa aman jika meminjamkan dana kepada perusahaan yang

memiliki aset tetap yang tinggi karena aset tersebut dapat dijadikan jaminan. Jono dan

Lina (2010) menyatakan bahwa fixed asset ratio berpengaruh positif dan signifikan

terhadap struktur modal. Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris sebelumnya,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Fixed asset ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur

modal.

Anda mungkin juga menyukai