memperkirakan biaya modalnya, karena nilai sekarang bersih suatu proyek sebagian
akan tergantung pada biaya modalnya. Menurut Rasoolpur et al. (2012), struktur
modal adalah perpaduan antara utang dan modal sendiri yang digunakan untuk
utang jangka pendek yang bersifat permanen, jangka panjang dengan saham preferen
dan saham biasa. Bhattacharjee et al. (2010) menyatakan bahwa, struktur modal
menggambarkan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal sendiri yang
Mardiyanto (2008) dalam struktur modal, utang jangka pendek tidak diperhitungkan
karena jenis utang ini pada umumnya bersifat spontan (maksudnya berubah sesuai
dengan perubahan tingkat penjualan), sedangkan utang jangka panjang bersifat tetap
lebih panjang (biasanya lebih dari satu tahun) sehingga perlu lebih dipikirkan
juga sebagai keputusan untuk memilih sumber pembiayaan atau komposisi pemilihan
dari sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber
utama, yaitu berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan Ali, 2010:137).
Jadi, struktur modal merupakan perbandingan antara utang dan modal sendiri yang
harus dipertimbangan dengan tepat agar dapat memaksimumkan laba perusahaan dan
Menurut Wiagustini (2014 :234) sumber dana dapat dibagi menurut asalnya, yaitu:
Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana yang dibentuk sendiri dari
dalam perusahaan seperti laba ditahan dan penyusutan. Besarnya laba ditahan
b. Sumber ekstern
Sumber extern (external source) adalah sumber yang berasal dari luar
perusahaan, dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal
dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagaian di dalam
perusahaan. Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau
dasarnya pihak-pihak pemberi dana atau modal ekstern yang utama terdiri dari
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan kredit
Sumber dana jangka pendek merupakan sumber dana yang tertanam didalam
Sumber dana jangka menengah adalah merupakan sumber dana yang tertanam
didalam perusahaan lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Sumber dana
jangka menengah terdiri dari term loan, equipment loan, leasing, dan modal
ventura.
Sumber dana jangka panjang adalah sumber dana yang tertanam dalam
perusahaan lebih dari 10 tahun. Utang jangka panjang dapat diperoleh melalui
pinjaman di bank atau dengan cara menjual obligasi. Obligasi dan saham
Trade off theory (teori pertukaran) adalah teori struktur modal yang menyatakan
bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari penggunaan utang dengan masalah
ini berdasarkan pada perbandingan antara kerugian dan keuntungan dari penggunaan
pajak dengan beban sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar (Sartono,
2010:247).
dana internal dari pada sumber dana eksternal karena sumber dana internal yang
berasal dari laba ditahan memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkandengan
sumber dana eksternal, yang diawali dengan utang kemudian modal sendiri dari luar
perusahaan.
c. Signaling theory
Menurut Brigham dan Houston (2011:186) isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang akan memberi petunjuk bagi
dengan prospek yang terlihat kurang menguntungkan akan memilih untuk menjual
suram. Namun, perusahaan akan terlihat positif dimata investor ketika perusahaan
tersebut mendapat pinjaman dari kreditur. Jadi teori ini lebih memilih untuk
sinyal positif bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Utang yang
yang tinggi cenderung menjaga rasio utang mereka pada tingkat rendah, hal ini
dilakukan untuk menjaga kapasitas kredit mereka pada masa-masa sulit. Menurut
perusahaan di masa depan. Jadi growth opportunity adalah suatu peluang yang
dimiliki perusahaan untuk bertumbuh pada masa yang akan datang. Dengan cara
melihat peluang pertumbuhan perusahaan di masa depan maka akan dapat diketahui
prospek yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan datang. Jika suatu
2.1.6 Likuiditas
finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia (Wiagustini,
debiturnya, karena debitur tidak ingin mengalami kerugian karena debitur tidak dapat
membayar kewajibannya, oleh karena itu semakin besar likuiditas perusahaan maka
Menurut Abor (2008) dalam Sari dkk (2013) non-debt tax shield adalah
penghematan pajak sebagai akibat dari pembebanan depresiasi aktiva berwujud yang
dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. Non-debt tax shield dapat diukur
dengan depresiasi dibagi total aset (Darminto, 2008:13 dalam Sari, 2012). Menurut
Brigham dan Houston (2011:155) salah satu alasan utama menggunakan utang adalah
karena bunga merupakan pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya
utang efektif, semakin besar laba perusahaan akan semakin tinggi tarif pajak
penghasilan (corporate tax rate) yang diterapkan dan akan semakin besar keuntungan
pajak yang diperoleh perusahaan dari pengurangan biaya bunga utang tersebut. Jadi,
bunga merupakan sebuah beban yang memiliki dampak positif yaitu dapat
mengurangi pajak, dan pengurangan pajak dapat mengurangi beban perusahaan yang
operasional. Semakin besar asset yang dimiliki oleh perusahaan, semakin besar
2014). Menurut Brigham dan Houston (2006) aktiva untuk tujuan umum yang dapat
digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik, dan sebaliknya pada
tujuan khusus.
proporsi tangible asset yang lebih besar akan mendorong kreditur untuk memberikan
pinjaman sehingga perusahaan akan memiliki tingkat leverage yang lebih tinggi
(Rajan dan Zingales,1995). Jadi fixed asset ratio adalah aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan dan digunakan untuk kegiatan operasionalnya, jika aset semakin besar
maka aktivitas operasionalnya juga semakin tinggi, kepercayaan kreditur juga akan
tingkat pertumbuhan yang cepat menghadapi tingkat ketidakpastian yang tinggi maka
penelitian setiawan (2006) yang menurut pada packing order theory, perusahaan yang
yang tinggi antara manajer dan investor luar tentang kualitas proyek investasi
pertumbuhan yang tinggi cenderung menjaga rasio utang mereka pada tingkat rendah,
hal ini dilakukan untuk menjaga kapasitas kredit mereka pada masa-masa sulit. Jadi
apabila perusahaan diprediksi pada masa yang akan datang memiliki peluang
pertumbuhan yang relatif tinggi maka perusahaan tersebut akan menghadapi risiko
yang tinggi pula karena tingkat ketidakpastian akan semakin tinggi, oleh karena itu
perusahaan akan cenderung lebih menggunakan dana internalnya dari pada berutang
untuk menghindari risiko gagal bayar kredit. Hal ini sejalan dengan packing
internal terlebih dahulu jika pendanaan secara internal tidak mencukupi barulah
memiliki risiko yang lebih tinggi. Sejalan dengan penelitian Chu dan Hoàng (2013),
saleen et al. (2013), Murhadi (2011) yang menyatakan bahwa sales growth
opportunity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.Berdasarkan
kajian teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
modal
modal, Likuiditas dijadikan ukuran oleh para kreditur dalam menilai kelayakan calon
debiturnya, agarkreditur mengalami kerugian akibat gagal bayar. Aktiva lancar dapat
digunakan sebagai jaminan utang lancar akan dibayar apabila kas tidak cukup.
memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih
Widayanti dkk (2016) Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi
memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan menggunakan
melalui utang. Jadi ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka
penggunaan utang dalam perusahaan tersebut akan mengalami penurunan karena
perusahaan memiliki dana internal yang besar untuk biaya operasinya. Sejalan dengan
hasil penelitian Alom (2013), Munawar (2009) serta Sarlija and Harc (2013)
struktur modal.Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat
mengharapkan arus kas meliputi pengurangan utang. Menurut Brigham dan Houston
(2011:155) salah satu alasan utama menggunakan utang adalah karena bunga
merupakan pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya utang efektif,
semakin besar laba perusahaan akan semakin tinggi tarif pajak penghasilan
(corporate tax rate) yang diterapkan dan akan semakin besar keuntungan pajak yang
diperoleh perusahaan dari pengurangan biaya bunga utang tersebut. Pecking order
theory (Myers, 1984 dalam Sari dkk, 2013), menyatakan bahwa perusahaan dengan
non debt tax shield yang tinggi akan menurunkan tingkat utang perusahaan jika
keuntungan (laba) perusahaan meningkat. Hal ini berarti apabila non debt tax shields
perusahaan tinggi maka struktur modal perusahaan tersebut akan rendah, karena
jumlah utang yang digunakan rendah. Teori tersebut konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Cortez dan Susanto (2012) yang menyatakan bahwa non-debt tax shield
utang yang rendah. Beberapa penelitian yang dilakukan Liem dkk (2013), Masidonda
et al. (2013), dan Rasoolpur et al. (2012) menunjukkan bahwa non-debt tax shield
kajian teori dan kajian empiris sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
modal
aset tetapnya, sehingga aset tetapnya akan dijadikan alat ukur atas jumlah aset
perusahaan atau disebut juga dengan fixed asset ratio. Perusahaan yang memiliki aset
tetap yang tergolong besar dapat menggunakan utang yang lebih besar, karena aset
tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai jaminan pada saat
meminjam uang pada sebuah bank. Kepemilikan aset juga dapat memelihara nilai
likuidasi perusahaan, dimana proporsi tangible asset yang lebih besar akan
tingkat leverage yang lebih tinggi (Rajan dan Zingales,1995). Jadi perusahaan dengan
aset tetap yang lebih tinggi akan lebih mudah untuk meminjam uang pada bank
karena kreditur merasa aman jika meminjamkan dana kepada perusahaan yang
memiliki aset tetap yang tinggi karena aset tersebut dapat dijadikan jaminan. Jono dan
Lina (2010) menyatakan bahwa fixed asset ratio berpengaruh positif dan signifikan
terhadap struktur modal. Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris sebelumnya,
modal.