Anda di halaman 1dari 15

“ Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknik

Kolase Melalui Produk Kerajinan Tangan Dalam Mata Pelajaran SBK


Di SDN Desa Lama Kec. Hamparan Perak T.P 2011/2012 ”
ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat masalah keadaan awal keterampilan siswa di kelas V SD Negeri 105280 Desa
Lama Hamparan Perak terhadap mata pelajaran teknik kolase pada seni budaya dan keterampilan yang masih kurang
memuaskan dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru, dimana proses pembelajaran masih
berpusat pada guru dan pemberian tugas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus, dilakukan dua siklus karena target hasil belajar yang dicapai sudah dapat terlaksana pada
siklus dua. Setiap siklusnya terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian telah berhasil mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran “Demonstrasi” untuk
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran teknik kolase. Hal ini terlihat pada peningkatan aktivitas
siswa pada proses pembelajaran serta peningkatan hasil belajar berupa karya keterampilan siswa dalam mengerjakan
produk kerajinan teknik kolase yang ditugaskan oleh guru setiap siklusnya. Peningkatan aktivitas siswa terlihat
sebagai berikut: pada siklus I rata-rata dari jumlah seluruh aspek yang diamati adalah 53,7%, pada siklus II jumlah
rata-rata meningkat menjadi 80.0%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa yang terlihat pada ketuntasan siswa
dalam menyelesaikan karya kerajinan teknik kolase sebagai berikut: karya sebelumnya tanpa menggunakan metode
demonstrasi siswa yang tuntas 10 orang (33,3%) dan setelah menggunakan metode demonstrasi pada siklus I jumlah
siswa yang tuntas 16 orang (53,3%), dan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas mencapai 28 orang (93,3%).

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Keterampilan, Teknik Kolase.


BAB I
PENDAHULUAN

Pembelajaran seni budaya khususnya seni rupa di sekolah merupakan salah satu perantara siswa untuk
mengetahui karya-karya kebudayaan Indonesia dan sebagai sarana siswa untuk terampil dan berkarya. Dalam
pendidikan sekolah dasar terdapat mata pelajaran SBK (Seni Budaya Keterampilan). Di sini siswa diberikan
pengenalan tentang berbagai macam jenis-jenis kesenian dan keterampilan, hal ini perlu diperhatikan dan
dikembangkan oleh guru dengan memberikan kesempatan yang baik kepada siswa dalam menciptakan karya seni
rupa sebagai pernyataan ekspresinya.

Tujuan pelajaran seni rupa, secara umum adalah mampu menciptakan sesuatu berdasarkan imajinasinya,
mengembangkan kepekaan akan karya kreatif. Pada pelajaran seni rupa, siswa diperkenalkan berbagai macam
media, alat dan bahan untuk dapat menghasilkan karya seni. Karya yang dihasilkan tidak harus selalu berbentuk dua
dimensi seperti gambar atau lukisan, namun bisa berbentuk tiga dimensi. Siswa perlu mengetahui media, alat dan
bahan apa yang mungkin dapat dijadikan karya seni misalnya, bahan-bahan yang berasal dari alam seperti daun
kering, biji-bijian,dan lain sebagainya. Untuk menghasilkan sebuah karya seni, dibutuhkan ide kreatif dari siswa
tersebut.

Pembelajaran, dalam penelitian ini akan mencoba menerapkan metode demonstrasi pada siswa, metode ini
adalah metode yang mempraktikkan langsung langkah-langkah pengerjakan karya kerajinan tangan. Dengan
demikian, diharapkan siswa dapat mengerti secara langsung bagaimana teknik pengerjaannya. Kelas yang akan
diterapkan adalah kelas V (lima) di SDN Desa Lama Hamparan Perak karena kelas ini menurut survei, telah
mengerjakan keterampilan seni namun nilai dari hasil karya masih tergolong rendah dan hanya sedikit siswa yang
mencapai standar nilai yang dicapai.

Langkah metode demonstrasi yang akan dilaksanakan ini sangat sederhana yaitu dengan teknik menempel
(lebih dikenal dengan seni/teknik kolase), karena langkah ini mudah diterapkan bagi anak sekolah. Melalui kegiatan
teknik kolase pada produk kerajinan tangan, siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya secara bebas dan dari itu
akan muncul kreativitas yang pada dasarnya merupakan suatu kemampuan individu dalam melahirkan gagasan
untuk mencipta atau menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda.

Diharapkan dengan metode demonstrasi ini siswa lebih mudah memahami teknis pengerjaannya, serta
mendorong semangat untuk aktif berkarya. Pada akhirnya keaktifan siswa dalam belajar ini akan dapat
meningkatkan hasil belajarnya.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pembelajaran SBK di kelas V masih didominasi dengan sajian teori dan dengan metode ceramah oleh guru
sehingga pelajaran SBK kurang menarik bagi siswa.
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat pada pelajaran SBK khususnya dalam keterampilan
kerajinan tangan dengan teknik kolase.
3. Hasil belajar SBK di kelas V masih rendah.
4. Aktivitas belajar siswa selama ini kurang.

RUMUSAN MASALAH
1. Seberapa besar pengaruh metode pengajaran demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar seni budaya dan
keterampilan dengan teknik kolase pada kerajinan tangan?
2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dalam belajar SBK melalui produk kerajinan tangan teknik kolase?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan metode demonstrasi pada produk
kerajinan tangan teknik kolase.
2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah penerapan metode demonstrasi
MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai pengenalan karya teknik kolase pada produk kerajinan tangan, sehingga guru dapat mengarahkan
siswa untuk membuat karya seni.
2. Bermanfaat bagi siswa dalam mempercepat pemahamannya pada pelajaran SBK khususnya praktik
menciptakan karya kerajinan.
BAB II
KERANGKA TEORITIS

1. Metode Demonstrasi
a) Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk membantu siswa dalam
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana cara membuatnya? Terdiri dari bahan apa?
Bagaimana cara
mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya?. Setiap mata pelajaran dalam proses belajar mengajar, sering kali guru
hanya memakai metode ceramah dan diskusi. Banyak pendapat ahli tentang pengertian metode demonstrasi antara
lain : A.Tabrani Rusyan (1993 : 106) mengatakan bahwa “Metode Demonstrasi adalah merupakan pertunjukan
tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan”.

“Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses”
(Roestyah,N.K, 1991 : 83). Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi
adalah menunjukkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna serta hasil belajar yang lebih baik.
Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan (Morgan et al dalam buku Suprijanto 2008:143):

1. Demonstrasi cara
Menunjukkan bagaimana mengerjakan sesuatu, ini termasuk bahanbahan yang digunakan dalam pekerjaan
yang sedang diajarkan, memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, serta
menjelaskan setiap langkah mengerjakannya.
2. Demonstrasi hasil
Menunjukkan hasil dari beberapa praktik dengan menggunakan buktibukti yang dapat dilihat, didengar, dan
dirasakan.

B. Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi memiliki cara atau langkah-langkah kerja dalam penerapannya dalam sebuah pembelajaran
di sekolah. Adapun langkah-langkah metode demonstrasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan alat dan bahan bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran.
b. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan
c. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. Memperagakan tindakan,
proses, atau prosedur yang disertai penjelasan tentang prosedur, ilustrasi dan pertanyaan.
d. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.
e. Evaluasi hasil belajar dan kesimpulan

Setiap pembelajaran perlu penerapan langkah yang tepat, baik adalam memilih
metode dan media pembelajaran. Menurut H.E. Mulyasa (2009:188) Penerapan
dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri siswa serta mengurangi perasaan yang kurang
menyenangkan.
2. Memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi secara aktif dan terarah.
3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan penilaian hasil belajar.
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
5. Melibatkan siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan.
Pada dasarnya semua metode pembelajaran baik, tidak ada yang paling baik dan paling efektif, hal ini
tergantung bagaimana cara guru menggunakannya dan menempatkannya sesuai dengan materi yang diajarkan. Dan
memperhatikan kelemahan serta kelebihan pada metode yang dipakai. Penggunaan metode demonstrasi ini juga,
menghindari pengajaran yang bersifat individualism (tertuju hanya pada seorang saja) dan verbalisme
(pengungkapan lewat kata-kata untuk mengungkapkan gagasan atau pengertian) (Mangunhardjana, 1997:232)
2. Hasil Belajar
A. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengalaman yang terorganisasi(Tabrani Rusyan, 1993;8).

a. Ciri-ciri hasil belajar


maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor.
Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Ciri-ciri hasil belajar
mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor.
Sesuai dengan pendapat A.A. Gede Agung ( 1997 : 78) :

1. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar
dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar
sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.
3. Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan
ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan
penampilan sebagai usaha/ kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang
lain.

b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah
faktor dalam dan faktor luar individu.
a. Faktor dalam meliputi : keadaan, motivasi, minat, intelegensi dan bakat siswa.
b. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar

B. Kreativitas Hasil Belajar


Peranan seni budaya dan keterampilan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar serta kreativitas siswa
dalam berkarya. Menurut pendapat Chaplin (dalam Yeni Rachmawati, dkk), mengutarakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-
masalah dengan metode-metode baru. Pelajaran seni budaya dianggap sebagai waktu beristirahatnya otak kiri dan
bekerjanya otak kanan. Menurut Rogers (Munandar 1999) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif:

1. Produk itu harus nyata


2. Produk itu harus baru
3. Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Kinerja Otak kiri dan kanan


Otak kiri lebih mendominasi dalam proses berpikir menggunakan logika, kemampuan berbahasa, kemampuan
menulis, serta ilmu pengetahuan dan matematika. Daya ingat otak kiri biasanya bersifat jangka pendek.Sedangkan
otak kanan lebih berkaitan dengan kreativitas dan seni, misalnya Kemampuan musik dan kesenian, berimajinasi,
kendali tubuh seperti penari. Daya ingat otak kanan bersifat jangka panjang.

Oleh sebab itu dalam eksplorasi (penerapan) dan improvisasi (penggabungan) kita dituntut untuk berpikir
secara lateral dan divergen (perhatian menyebar ke berbagai arah yang mungkin dilakukan), sebaliknya dalam tahap
pembentukan karya kita wajib berpikir konvergen (memusat) yang menuju kesatu tujuan yaitu mewujudkan konsep
menjadi karya yang sesuai rencana. (M. Dwi Marianto 2006:12)

C. Hasil Belajar Seni Budaya


Siswa diharapkan mampu menghasilkan hasil karya serta hasil belajar secara pengetahuan seni. Jadi kedua hal
tersebut harus seimbang didapat oleh siswa. Dalam hal ini, diproses belajar mengajar harus disesuaikan oleh guru.
Harus seimbang pengetahuan yang didapat oleh siswa baik itu teori atau praktik. Dalam keseimbangan ini, pelajaran
seni budaya dan keterampilan memiliki peran penting dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam berkarya.

4. Teknik Kolase
A. Pengertian Kolase
‘coller’ dalam bahasa Perancis yang berarti ‘merekat’. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik
seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya kemudian
dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya (Susanto, M., 2002:63 dalam http:www.e-
dukasi.net/pengpop/pp). Berdasarkan beberapa defini kolase di atas maka secara umum kolase (collage) adalah
sebuah cabang dari seni rupa yang meliputi kegiatan menempel potongan potongan kertas atau material lain untuk
membentuk sebuah desain/rancangan tertentu.

Dalam sejarahnya, seni kolase berkembang pesat di Venice, Italia, kirakira pada abad 17. Selanjutnya seni
ini kian berkembang di Perancis, Inggris, Jerman dan kotakota lain di Eropa. Kolase menjadi media yang digemari
kalangan seniman karena unik dan menuntut kreativitas tinggi. Pelukis Pablo Picasso, Georges Braque dan Max
Ernst terkenal dengan karya lukis memakai teknik kolase kertas, kain dan berbagai objek lainnya.(http:www.e
dukasi.net/pengpop/pp)

B. Bahan dan Alat Digunakan


Berkarya dengan teknik kolase, tentunya memerlukan bahan dan alat. Jenis peralatan dan teknik kolase
disesuaikan dengan jenis bahan bakunya. Karena setiap bahan memiliki karakter yang berbeda-beda. Bahan-bahan
yang bisa digunakan untuk karya seni kolase adalah sebagai berikut :
1. Kolase bahan olahan
Bahan buatan/olahan yaitu bahan yang diolah dari bahan yang telah ada, seperti kertas atau plastik yang
sebelum ditempel dibentuk terlebih dahulu. Kemudian disesuaikan dan ditempel dengan latar belakang atau objek
gambar. Bahan olahan seperti kertas, kain perca, benang, kapas, plastik, kertas warna dan lain sebagainya.
2. Kolase dari bahan alam.
Bahan yang digunakan berasal dari alam. Seperti daun-daun kering, biji-bijian, kulit jagung, kerikil, kulit telur,
pasir. Dalam menggunakan bahan alam ini, warna yang dipakai warna alam dengan bentuk bahan yang beragam
tentu dapat menghasilkan bentuk yang berbeda.
3. Kolase dari bahan bekas.
Bahan yang baik yaitu bahan yang berwarna, mudah dibentuk dan mudah dilem. Dengan kemudahan tersebut
akan lebih mudah membuat kolase (Cut Kamaril 2002:4.60). Bahan bekas maksudnya disini adalah bahan sisa dari
barang yang banyak kita temui seperti potongan tripleks, potongan karet, kertas/plastic pembungkus makanan, tutup
botol, logam, majalah.

C. Prinsip Rancangan Kolase


Untuk menggunakan teknik kolase, terdapat prinsip rancangan kolase yang harus kita perhatikan dalam
berkarya. Beberapa prinsip rancangan yang dapat diaplikasikan pada kolase antara lain:
1. Irama
Pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni (Sony, 2007:44). Merupakan penyusunan unsur-unsur visual
yang ada atau pengulangan unsurunsur rupa yang diatur. Jenis pengulangan antara lain: repetitif, alternatif dan
progresif. Secara nyata prinsip irama dapat berupa unsur-unsur rupa dari material kolase yang disusun berulang
secara dinamis.
2. Keseimbangan
Kesamaan bobot dari unsur-unsur rupa yang diatur. Jumlah unsur rupa yang ditata mungkin tidak sama namun
nilai bobotnya seimbang. Keseimbangan ada beberapa jenis, antara lain: keseimbangan sentral/terpusat,
keseimbangan diagonal, keseimbangan simetri dan keseimbangan a-simetris. Keseimbangan dalam kolase
merupakan susunan bahan yang dipakai.
3. Kesatuan
Merupakan susunan unsur-unsur visual yang membentuk suatu kesatuan yang saling bertautan membentuk
komposisi yang harmonis dan utuh, sehingga tidak ada bagian yang berdiri sendiri. Untuk menciptakan kesatuan,
unsur rupa yang digunakan tidak harus seragam, tetapi dapat berbeda atau bervariasi unsur bentuk, warna, tekstur
dan bahannya.
4. Pusat perhatian
Unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada disekitarnya Untuk menciptakan pusat
perhatian dalam kolase kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan atau kontras.

D. Manfaat/Fungsi Kolase

a. Melatih konsentrasi
Butuh konsentrasi cukup tinggi bagi anak saat menempel bahan. Lambat-laun kemampuan konsentrasinya akan
semakin terasah. Pada saat berkonsentrasi menempel dibutuhkan pula koordinasi pergerakan tangan dan mata.
Koordinasi ini sangat baik untuk merangsang pertumbuhan otak di masa yang sangat pesat.
b. Meningkatkan kreativitas
Dalam berkarya tentu akan meningkatkan kreativitas siswa, hal yang mungkin paling mudah dilakukan adalah
merekat/menempel yaitu dengan teknik kolase. Salah satunya yang menyediakan pilihan, baik warna, bidang tempel,
karakter, atau lainnya yang memenuhi selera.
c. Melatih ketekunan.
Tak mudah menyelesaikan kolase dalam waktu cepat. Butuh ketekunan dan kesabaran saat mengerjakannya
mengingat setiap bentuk harus dilepas dan ditempel satu per satu.
d. Meningkatkan kepercayaan diri.
Bila anak mampu menyelesaikannya, dia akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dalam dirinya tumbuh
kepercayaan diri kalau dia mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kepercayaan diri sangat positif untuk
menambah daya kreativitas anak karena mereka tidak takut atau malu saat mengerjakan sesuatu.

5. Kerajinan Tangan
Kerajinan tangan merupakan aktivitas berkesenian dalam dunia pendidikan. Istilah kerajinan dapat diartikan
dengan kecakapan melaksanakan, mengolah, dan menciptakan, benda. Jenis benda ini bermacam ragam, namun
umumnya para ahli mengkategorikan dalam dua bagian, yakni benda kerajinan untuk hiasan dan benda kerajinan
praktis.
Pembelajaran kerajinan tangan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan
dan karakter siswa pada umumnya. Sejalan dengan tujuan dan fungsi pembelajaran kerajinan tangan yang berusaha
mengembangkan keterampilan berkarya dan menumbuhkembangkan cita rasa keindahan.
Sebagai bagian dari mata pelajaran seni budaya, seni rupa di sekolah bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan siswa agar berkreasi dan menghargai kerajinan tangan dan kesenian. Ada dua dimensi fungsi utama
yang menjadi program kegiatannya yaitu,
1. Membekali seluruh siswa dengan pengenalan, apresiasi dan kesempatan menyalurkan ekspresi-kreatif.
2. Untuk mengembangkan bakat khusus kesenirupaan bagi anak berbakat senirupa.
3.

Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai
berikut :Jika penerapan metode demonstrasi teknik kolase pada produk kerajinan dalam pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa akan cenderung meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Desa Lama untuk mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan kelas V yang beralamat di Jln. Umar Usman Dusun 2, Desa Lama Kec. Hamparan Perak Kab. Deli
serdang.

Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Maret tahun ajaran 2011/2012.

Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
mengikuti mata pelajaran seni budaya dan keterampilan melalui pembelajaran metode demonstrasi.

Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V yang terdiri dari 30 siswa terdiri
dari 15 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini terdapat teknik dan alat pengumpulan antara lain :
a. Teknik
Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
Observasi : dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Dokumentasi : dipergunakan untuk mendapatkan data berupa gambar dari aktivitas belajar dan hasil akhir karya.
b. Alat Pengumpulan Data
Tugas praktik karya kerajinan untuk mengukur hasil belajar siswa. Lembar observasi untuk melihat aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar seni budaya dan keterampilan. Kamera digital untuk mendapatkan gambar
aktivitas siswa dan hasil karya siswa.

Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
1. Hasil Belajar : dengan menganalisis karya-karya kerajinan yang telah dikerjakan. Kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi tinggi (sangat baik), sedang(baik), dan rendah(cukup baik dan kurang baik).
2. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar SBK : dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar SBK. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3. Penerapan pembelajaran metode demonstrasi : dengan menganalisis tingkat keberhasilan penerapan metode
demonstrasi kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
Setelah data hasil pengamatan selama pembelajaran dan penilaian hasil praktik siswa dikumpulkan maka
dilakukan analisis data. Yang menjadi indicator keberhasilan dalam penelitian ini antara lain : aktifitas siswa dalam
mengerjakan prakarya, dan hasil belajar siswa. Adapun kriteria penilaian keterampilan kolase pada produk kerajinan
tangan yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :
Tabel 1 Penilaian pada kegiatan kolase pada produk

Ket :
Fase Proses : Penilaian proses kerja dalam indikator yang dicapai
1 – 12 : Nomor indikator yang dinilai
Fase Produk : Penilaian hasil produk dalam indikator yang dicapai
Skor maksimum : Total skor tertinggi setiap indikator (60 point)
Bobot penilaian setiap indikator adalah 1–5 point
Jumlah skor adalah total perolehan indikator 1-12
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Siklus I

a. Guru mulai terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada metode demonstrasi. Hal
ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam mengajar menggunakan metode
demonstrasi mencapai 65%. Guru masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas kepada
siswa, oleh karena itu saat menggunakan metode demonstrasi guru berusaha menyesuaikan pembelajaran
yang dibawakannya. Sebelum guru mengupayakan peningkatan aktivitas siswa, terlebih dahulu guru harus
bisa menguasai metode dan materi pelajaran. Sehingga siswa akan lebih aktif jika yang mengajar ikut aktif
dan bersemangat
b. Dari lembar obervasi siswa, dikategorikan baik. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran
mencapai 55%. Setelah aktivitas guru meningkat, tentu saja aktivitas siswa sedikitnya mulai menunjukkan
perkembangan ke arah yang lebih baik. Karena guru yang memberikan contoh terlebih dahulu kepada
siswa, maka siswa akan meniru pengajarnya tersebut. Semakin aktif guru dalam proses belajar besar
kemungkinan mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar.
c. 60% dari siswa yang mengikuti pembelajaran, masih ada yang belum dapat menyesuaikan waktu pada
pengerjaan, karena itu sebagaian siswa belum dapat menyelesaikan karya dengan baik. Mendapatkan
pengalaman baru dalam berkarya, tentunya akan membuat siswa makin bersemangat untuk bisa
menyelesaikannya sebaik mungkin, ditambah kegiatan keterampilan ini menunjukkan proses belajar yang
bebas, aktif, dan kreatif. Namun karena siswa terbiasa dengan pemberian tugas di rumah, maka mereka
kurang mampu menyesuaikan waktu pelajaran, sehingga sebagian karya siswa pada siklus pertama belum
dapat diselesaikan dengan baik.

Hasil yang diperoleh siswa dalam karya keterampilan yang dikerjakan adalah rata-rata 74%, hasil ini sudah
terbilang cukup baik dalam pelaksanaan pertemuan pertama, namun masih belum mencapai target yang diharapkan
yaitu 75%.

Siklus II

a. Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses belajar telah didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam
menciptakan susasana pembelajaran yang menyenangkan bebas, aktif, dan kreatif yang mengarah pada
metode demonstrasi. Dapat dibandingkan pada hasil observasi siswa pada siklus pertama 55%, menjadi
80% pada siklus kedua. Siswa mulai menjadi lebih aktif dalam belajar khususnya dalam proses belajar
mengajar seni budaya, sebab pelajaran ini lebih mengarah ke pembelajaran yang bebas, aktif, dan kreatif
dalam arti dapat mengerjakan karya sesuai dengan keterampilan dan kemampuan yang mereka miliki,
ditambah dengan metode baru dan bimbingan langsung dengan guru.
b. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah mengarah pada metode demonstrasi secara lebih
baik. Siswa mulai mampu aktif dan kreatif dalam melaksanakan kegiatan keterampilan seni kolase dan
mengerjakannya tepat waktu. Hasil refleksi pada siklus kedua ini, telah menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan. Karenanya siswa telah mampu menyesuaikan waktu dengan pengerjakan karya
keterampilan yang diberikan kepada mereka. Tentunya siswa telah belajar dari pengalaman waktu siklus
pertama.
c. Meningkatnya hasil karya siswa pada produk kerajinan tangan yang diterapkan melalui teknik kolase,
karena guru secara intensif membimbing dan memperagakan metode kerja dengan efektif kepada siswa,
terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi
guru pada siklus kedua meningkat dari 65% pada siklus pertama, menjadi 85% pada siklus kedua. Karya
keterampilan siswa pada siklus kedua ini, mengalami perubahan. Siswa telah menguasai teknik dan bahan
yang dipakai dibandingkan dengan siklus pertama karena siswa masih canggung dan bahan yang
disediakan (bahan alam misalnya kulit telur, pasir, biji saga). Semua bahan mampu mereka terapkan pada
produk kerajinan tangan, pada siklus pertama belum semua bahan dapat mereka terapkan pada produk
kerajinan tangan yaitu berupa kotak serba guna.
Hasil yang diperoleh siswa dalam karya keterampilan yang dikerjakan adalah rata-rata 80%, perolehan ini sudah
terbilang sangat baik dari target yang diharapkan yaitu 75%. Karena hasil belajar yang dicapai sudah melampaui
target maka kegiatan penelitian ini cukup pada pertemuan kedua.
BAB V
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian terhadap sekolah SDN Desa lama pada mata pelajaran SBK (Seni Budaya
Keterampilan) dengan materi kolase, maka dapat disimpulkan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar kolase pada siswa melalui produk kerajinan tangan yaitu berupa kotak serba guna. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pembelajaran sebagai berikut :
1. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada siklus I rata-rata 55%
menjadi 80% di siklus II. Hal ini karena guru terlibat langsung dalam proses belajar belajar, siswa jadi
lebih bersemangat karena contoh karya dipraktikkan langsung oleh guru.
2. Meningkatnya hasil keterampilan siswa pada mata pelajaran SBK materi keterampilan kolase, dilihat dari
hasil karya siswa yang telah dilaksanakan dengan menggunakan metode demonstrasi. Karena dilakukan
dalam dua siklus, siswa menjadi lebih dapat belajar dari pengalaman siklus pertama.

Saran
Pembelajaran metode demonstrasi pada mata pelajaran SBK, bisa berjalan sesuai dengan perencanaan dan dapat
dilaksanakan dengan baik serta meningkatkan hasil belajar siswa, maka hal yang dapat disarankan adalah sebagai
berikut :
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran metode demonstrasi sebagai
suatu alternatif dalam mata pelajaran SBK khususnya dalam bidang praktik, untuk meningkatkan aktivitas
serta hasil belajar siswa.
2. Guru yang mengajar pada mata pelajaran SBK, merupakan guru yang memang berada pada bidang
tersebut, sehingga tidak ada kesulitan bagi guru jika mempraktikan/mendemonstrasikan karya yang akan
dikerjakan oleh siswa.
3. Karena kegiatan ini dapat bermanfaat bagi guru maupun siswa, maka sangat diharapkan agar kegiatan
pembelajaran ini dapat dilakukan pada mata pelajaran praktik lainnya.
Sekolah hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana bagi siswa khususnya di bidang seni (seperti
kegiatan ekstrakulikuler), agar siswa yang terampil dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Singaraja : STKIP.


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
__________ . 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike.1992. Quantum Learning (Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Alwiyah Abdurrahman. 2003.
Bandung : Kaifa
Johnson, Elaine B. 2002. CTL (Contextual Teaching & Learning). Bandung:
Penerbit Kaifa.
Kamaril, Cut, dkk. 2002. Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah PENELITIAN TINDAKAN KELAS Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajawali Pers
Malcolm C. Dorothea. 1972. Design Element and Principles. American : Davis
Publication, Inc.
Mangunharjana A. 1997. Isme-isme Dalam Etika dari A Sampai Z.
Yogjakarta:Kanisus
Muharam, dkk. 1991. Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulyasa, H. E. 2009. Implementasi (KTSP) Kemandirian Guru & Kepala
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rachmawati dan Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Rusyan Tabrani, 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif tingkat
Pendidikan Dasar. Bandung : Bina Budhaya.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Penerbit
Alfabet.
Sony, Dharsono. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains
Suharso & Ana Retnoningsih. 2005. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Semarang : CV Widya Karya
Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa (Dari Teori Hingga Aplikasi).
Jakarta : Bumi Aksara.
Tim bina karya guru, 2007. Seni Budaya dan Keterampilan untuk SD kelas V,
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wenham Martin. 2003. Understanding Art (A guide for teachers). London EC
2A: P.C.P (Paul Chapman) Publishing.
http:www.e-dukasi.net/pengpop/pp (12September 2017)
http://kerajinantangan.wordpress.com (19 September 2017)
http://wawasanvisual.blogspot.com (19 September 2017)

Anda mungkin juga menyukai