BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif,
artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun
ke tahun.. Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup
bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru. Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit
tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
B. EPIDEMOLOGI
Penderita pria : wanita = 3-10 : 1. Pekerjaan penderita sering berhubungan erat dengan
faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. Di daerah perkotaan, insiden PPOM 1 ½ kali lebih
banyak daripada pedesaan. PPOK merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang
menyebabkan 26.000 kematian/tahun di Inggris. Prevalesinya adalah ≥ 600.000. Angka ini lebih
tinggi di negara maju, daerah perkotaan, kelompok masyarakat menengah ke bawah, dan pada
manula (Davey,2002:181). The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan jumlah
penderita PPOK sedang berat di negara-negara Asia Pasific mencapai 56,6 juta penderita dengan
angka pravalensi 6,3 persen (Kompas,2006).
Data badan kesehatan dunia ( WHO ) menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK
menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di dunia sedangkan pada tahun 2002
telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Hasil
survey penyakit tidak menular oleh direktorat jenderal PPM dan Pl di 5 rumah sakit provinsi di
Indonesia (jawa barat, jawa tengah, jawa timur, lampung dan sumatra selatan) pada tahun 2004 ,
menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti
asma brokial (33%), kangker paru (30%) dan lainya (2%) (depkes RI2004).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Penyakit paru-paru obstruktif kronis/PPOK (COPD) adalah suatu kondisi dimana aliran
udara pada paru tersumbat secara terus-menerus. Gangguan yang penting adalah bronkhitis
kronis, emfisema dan asma bronkhial( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).
B. ETIOLOGI
a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
b. Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
c. Polusi oleh zat- zat pereduksi.
d. Faktor keturunan.
e. Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
E. KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
1. Nama : Tn T
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 54
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Pekerjaan : Petani
6. Agama : Islam
7. Pendidikan Terakhir : SD
8. Alamat : Gedangan
9. Tanggal MRS : 5 November 2012
10. Tanggal Pengkajian : 6 November 2012
b. Diagnosa Medis : COPD
c. Keluhan Utama : Sesak Nafas
d. Riwayat Penyakit Sekarang
e. Riwayat Penyakit/Kesehatan yang Lalu
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
g. Pola Aktivitas Sehari-hari
h. Riwayat Psikososial
i. Pemeriksaan Fisik
j. Pemeriksaan Neurologis
k. Pemeriksaan Penunjang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret, sekresi
tertahan, tebal & kental.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyempitan bronkus
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada
selaput paru-paru.
3. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn peningkatan produksi secret, sekresi tertahan,
tebal & kental.
Tujuan: Ventilasi/oksigenisasi adekuat buat kebutuhanindividu
Kriteria hasil: Mempertahankan jalan napas paten & bunyi napas
bersih/jelas.
Intervensi :
1. Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
2. Kaji pasien buat posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk & sandaran
tempat tidur.
3. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels & ronki.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn penyempitan bronkus
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
o Tanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien ti& mengalami sesak napas.
o Tanda-tkita vital dalam batas normal
o Tidak ada tanda-tkita sianosis.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat pengguanaan otot aksesorius, napas bibir,
ketidakmampuan bicara/berbincang.
2. Kaji/awasi secara rutin kulit & warna membrane mukosa.
3. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien buat memilih posisi mudah buat bernapas. Dorong
napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dgn kebutuhan/toleransi individu.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengn proses peradangan pada selaput paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
o Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
1. Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk, selidiki perubahan
karakter/intensitasnyeri/lokasi.
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
4. IMPLEMENTASI
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392
5. EVALUASI
Evaluasi Formatif
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392
No. Tanggal : 07 November 2012 Tanggal : 08 November 2012 Tanggal : 09 November 2012
Dx
1. S : pasien mengatakan masih S : pasien mengatakan batuk S : pasien mengatakan batuk
sering batuk, sekret kental berkurang, dapat mengeluarkan berkurang, sekret juga berkurang
dan sulit dikeluarkan sekret
O : batuk pasien terdengar lebih
O : batuk berdahak, terdengar O : sekret berwarna putih, bersih, pasien jarang batuk.
suara ronchi batuk pasien lebih bersih
A : masalah teratasi sebagian
A : masalah belum teratasi A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no 01-06
P : lanjutkan intervensi no. P : lanjutkan intervensi no. 01-
01-06 06
2. S : pasien mengatakan sesak S : pasien mengatakan sesak S : pasien mengatakan tidak sesak
berkurang berkurang
O : keadaan umum baik, RR =
O : keadaan umum lemah, O : keadaan umum lemah, RR 21x/menit, tidak terpasang terapi
RR = 24x/menit, terpasang = 24x/menit, terpasang terapi O2
terapi O2 3l/menit O2 2l/menit
A : masalah teratasi
A : masalah teratasi sebagian A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no. 1- P : lanjutkan intervensi no. 1-7 P : lanjutkan observasi
7
3. S : pasien mengatakan nyeri S : pasien mengatakan nyeri S : pasien mengatakan nyeri
pada bagian dada sebelah kiri pada dadanya berkurang semakin berkurang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi metabolik
c. Pola aktivitas dan latihan
d. Pola tidur dan istirahat
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
f. Pola hubungan sesama
g. Pola reproduksi seksualitas
h. Pola koping dan toleransi terhadap stress
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d kelemahan, upaya batuk yang buruk, sekresi yang kental
atau berlebihan.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen.
3. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia.
PATHWAY
PPOK Inflamasi
Perubahan anatomis parenkim Paru Sputum meningkat
Dx : Intoleransi aktivitas
Anoreksia
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) adalah suatu kondisi dimana aliran udara
pada paru tersumbat secara terus-menerus. Gangguan yang penting adalah bronkhitis kronis, a
bronkhial( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).
Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak
menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Penyebab COPD :
Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
Polusi oleh zat- zat pereduksi.
Faktor keturunan.
Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
B. SARAN
Diharapkan Pembaca dapat mengerti tentang COPD dan mencegahnya dan deteksi
dinipadapenyakitini.
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikanpenanganan yang
tepatuntukmengatasipenyakit COPD.
Di dalam masalah PPOK, sebaiknya terlebih dahulu mencegah faktor pencetus seperti asap rokok,
polusi udara dan lain-lain agar tidak terkena PPOK. Karena mengingat penderita akan
mengalami sakit yang berkepanjangan dan hal ini sangat merugikan penderita.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis
& NAND, NIC- NOC. Jakarta: Media Action Publishing.
Tamsuri, Anas. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta: EGC.
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-copd.html
http://yenibeth.wordpress.com/2009/03/20/askep-pada-copd/
http://nersgoeng.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-ppok.html
http://referatnaya.blogspot.com/2012/01/referat-interna-ppok.html
http://communityofnurse.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan-1.html