Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan
hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi
perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab
terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan
perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa
frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya.
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan
ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia,
momentum tersebut akan digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Praktik keperawatan. Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-Undang akan
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
dan profesi perawat. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang
belum memiliki Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia
memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita
tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik keperawatan,
yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki
dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke
negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore,
Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice
Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya
dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke
negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Pada makalah ini akan dibahas

1
terkait dengan aspek legal dokumentasi keperawatan dan aturan atau norma yang
mengatur hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan legalitas dalam keperawatan?
2. Apa yang dimaksud dengan aturan legal dalam dokumentasi keperawatan?
3. Bagaimana aturan legal dalam dokumentasi keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menjabarkan teori terkain dengan aspek legal pendokumentasian dalam
keperawatan serta membahas aturan dan norma yang mengatur aspek legal
pendokumentasian.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang legalitas dalam keperawatan
b. Untuk mengetahui aturan legal dalam dokumentasi keperawatan
c. Untuk mengetahui aturan legal dalam dokumentasi keperawatan?

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari 3 bab yaitu Bab I berisi tentang pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi
tentang tinjauan teoritis dan Bab III berisi tentang penutup terdiri dari kesimpulan
dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I. ASPEK LEGAL DOKUMENTASI KEPERAWATAN

2
A. Pengertian Legalitas
Legalitas adalah tujuan utama dari dokumentasi/pencatatan keperawatan.
Beberapa aspek secara cerdik perlu dipelajari untuk mendapatkan dokumentasi yang
legal.
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di
Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang
perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit
berbeda-beda.
Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti
tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan
pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat
dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles, 1981).
Pendokumentasian merupakan unsur terpenting dalam pelayanan
keperawatan. Karena melalui pendokumentasian yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan bagi perawat dalam menyelesaikan masalah klien. Profesi
perawat mengemban tanggung jawab yang besar dan menuntut untuk memiliki
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diterapkan pada asuhan keperawatan
sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Dimana keperawatan yang memberikan
pelayanan 24 jam terus menerus pada klien, dan menjadi satu-satunya profesi
kesehatan di rumah sakit yang banyak memberikan pelayanan kesehatan pada diri
klien (Alimul, 2002).
Dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai aspek hukum, jaminan mutu,
komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi. Dokumentasi
keperawatan adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pendokumentasian keperawatan
bertanggugjawab untuk mengumpulkan data dan mengkaji status klien, menyusun
rencana asuhan keperawatan dan menentukan tujuan, mengkaji kembali dan
merevisi rencana asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Perawat professional
dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mengacu pada standar profesi ,

3
standar profesi yang berlaku mencakup beberapa aspek diantaranya standar Ilmu
keperawatan , standar akuntabilitas , standar pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada
aspek standar akuntabilitas maka perawat dihadapkan pada tanggung jawab dan
tanggung gugat dengan demikian pendokumentasian praktik keperawatan menjadi
unsur penting dalam semua pelaksanaan aspek standar professional keperawatan
(Nursalam, 2011).
Beberapa item standar akuntabilitas yang berhubungan dengan dokumentasi
praktik keperawatan antara lain :
1. Standar Akuntabilitas Profesional keperawatan (DPP PPNI tahun 1999)
a. Berfungsi sejalan dengan legislasi dan standar praktek keperawatan yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya.
b. Menunjukan minat, empati, percaya, jujur dan hangat pada saat bertinteraksi
dengan klien.
c. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan membantu klien memahami
informasi yang relevan.
d. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan melindungi dan meningkatkan hak-
hak klien untuk :
1) Memperoleh informasi yang absah.
2) Menyepakati secara sadar akan asuhan keperawatan , pengobatan dan peran
sertanya dalam kegiatan penelitian.
3) Privasi dan dan kerahasiaan
4) Pengobatan yang sesuai dengan manusia sebagai individu.
5) Berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi asuhan
keperawatan yang ditujukan padanya.
e. Bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan
f. Menunjukan kemampuan dalam hal pengetahuan yang mutakhir pada saat
menjalankan praktek.
g. Mencari bantuan dan bimbingan bila tidak dapat melaksanakan tugas – tugas
nya secara kompenten
h. Menghindari mempraktekkan hal hal diluar batas kemampuan
i. Bekerjasama sesama anggota profesi
j. Bekerjasama dengan anggota kesehatan lain.
k. Membuat pertimbangan dalam menjalankan rencana keperawatan yang bersifat
multidisplin yang telah disusun.
l. Berbagi pengetahuan dan keahlian dengan orang lain
m. Melakukan tindakan pada kondisi dimana keamanan atau kesejahteraan klien
tidak diperhatikan / terancam.

4
n. Melaporakan kejadian tentang praktek yang tidak benar atau kekeliruan dalam
menjalankan pelayanan keperawatan oleh tenaga lain ( bukan perawat ) kepada
yang berwenang.
o. Membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
asuhan klien
p. Membantu pengembangan keperawatn atau sistem pelayanan keperawatan

II. Aturan Legal Dalam Dokumentasi Keperawatan


Dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan selain harus sesuai
dengan standar dokumentasi keperwatan tentunya diperlukan aturan atau norma
yang mengatur untuk pertanggung jawaban dan tanggung – gugat. Aturan atau
norma yang mengatur tentang aspek legal dalam pendokumentasian keperawatan
adalah sebagai berikut :

A. Kode Etik Keperawatan


Kode etik keperawatan mejadi kerangka dasar bagi profesi perawat untuk
bersikap, bertindak, mengembangkan fungsi dan perannya, tanggung jawab kepada
individu, keluarga dan masyarakat, tanggung jawab terhadap tugas, tanggung jawab
terhadap profesi serta tanggung jawab kepada bangsa dan tanah air. Pasal – pasal
kode etik keperwatan yang berhubungan dengan dokumentasi keperawatan secara
implisit diatur pada :
1. Pasal 1
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan perawatan,
Individu, keluarga dan masyarakat.
2. Pasal 5
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan nyang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat.
3. Pasal 6
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5
4. Pasal 10
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

B. Undang – Undang Kesehatan


Dalam UU No. 23 tahun 1992 diatur secara garis besar tanggung jawab
tenaga kesehatan ( termasuk perawat ) yang berhubungan pendokumentasian tenaga
kesehatan. Secara implisit sebenarnya diatur pada semua pasal – pasal yang ada
namun lebih jelas diatur pada :
1. Pasal 11 ayat 2
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 )
didukung oleh sumber daya kesehatan
2. Pasal 32 ayat 2
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan
dan atau perawatan
3. Pasal 32 ayat 3
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu edokteran dan
ilmu keperwatan dan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan
4. Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu
5. Pasal 49
Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak
yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan
meliputi : tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan
kesehatan.
6. Pasal 53 ayat 1
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
7. Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
8. Pasal 54 ayat 1

6
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinyadapat dikenakan tindakan disiplin.
9. Pasal 55 ayat 1
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan . Dalam pasal – pasal yang disebutkan diatas, tidak
ada yang mengatur secara jelas tentang pemdokumentasian , namun pelaksanaan
pasal – pasal tersebut dan termasuk pasal – pasal tentang ketentuan pidana serta
sanksi dalam UU No.23 tahun 1992 memerlukan perangkat dokumentasi
sebagai perangkat lunak.

C. Keputusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No. 1239 / Menkes/ SK / XI/2001


Hal – hal yang prinsip mengatur tentang aspek legal etik praktek
keperawatan dan dokumentasi keperawatan diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan No. 1239 / Menkes / Sk /XI/2001.
1. Pasal 8
a. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan atau kelompok.
b. Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
c. Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan / berkelompok harus
memiliki SIIP.
2. Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
d. Melaksankan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan evaluasi keperawatan
e. Tindakan keperawatan sebagaimana yang dimaksud pada butir a) meliputi
Intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling.
f. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagai mana yang dimaksud
pada hurup a) dan b) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
ditetapkan oleh organisasi profesi
g. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter.

3. Pasal 16

7
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada pasal 15
perawat berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku
d. Memberikan informasi
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
f. Melakukan catatan keperawatan dengan baik.
4. Pasal 23
1) Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan sekurang – kurangnya
memenuhi persyaratan :
a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan
b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun
kunjungan rumah
c. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan
kunjungan ,formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir
rujukan.

2) Persyaratan perlengkapan sebagai mana yang dimaksud pada ayat 1) , sesuai


dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan
organisasi profesi. Aturan-aturan yang disebutkan diatas dalam hal
dokumentasi keperawatan ada yang dengan jelas menyebutkan dan
merupakan bagian dari tindakan yang dilakukan dan ada yang secara
implisit, namun begitu pentingnya dokumentasi tersebut tidaklah sempurna
tanpa pendokumentasian.

D. Aspek Legal Pendokumentasian


Terdapat 2 tipe tindakan legal dalam keperawatan yaitu :
1. Tindakan sipil atau pribadi
Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu
2. Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat
secara keseluruhan. Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan
berarti pihak yang bertanggungjawab tidak melakukan apa yang seharusnya di
lakukan. Jika perawat tidak melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatu
aktifitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa dituntut
melakukan malpraktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara

8
legal, yaitu harus memberikan laporan yang akurat mengenai perewatan yang
diterima klien. Tappen Weiss dan whitehead (2001) manyatakan bahwa
dokumen dapat dipercaya apabila hal-hal sebagai berikut :
a. Dilakukan pada periode yang sama
Perawatan dilakukan pada waktu perawatan diberikan.
b. Akurat
Laporan yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawwat
dan bagian klien berespon.
c. Jujur
Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang sebenarnya
dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
d. Tepat
Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di lingkungan
umum didokumentasikan.

Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat


diperliahatkam di pengadilan sebagai bukti sering kali catatan tersebut
digunakan untuk mengingatkan saksi mengenai kejadian di seputar tuntutan
karena beberapa bulan atau tahun biasanya sudah berlalu sebelum tuntutan di
bawa ke pengadilan. Efektivitas kesaksian oleh saksi dapat bergantung pada
akurasi dari catatan semacam ini. Oleh karena itu perawat perlu untuk tetap
akurat dan melengkapi catatan askep yang diberikan pada klien. Kegagalan
membuat catatan yang semestinya dapat dianggap kelalaian dan menjadi dasar
Liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan dokumentasi yang tidak memadai
atau tidak akurat dapat menghalangi diagnosis dan terapi yang tepat dan
mengakibatkan cedera pada klien.

Profile Sarjana Keperawatan dan Ners ini dibagi menjadi 6 antara lain :
1. Care Provider
Perawat memiliki kemampuan dalam mengarahkan, menginisiasi, dan
melaksanakan rencana asuhan keperawatan professional di klinik dan
komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan etika
profesi sebagai tuntunan dalam melakukan praktik professional.
2. Community Leader

9
Perawat memiliki kesempatan untuk mendidik individu dan kelompok di
komunitas mengenai pencegahan dan pemeliharaan kesehatan (Promosi
kesehatan). Peran perawat dalam promosi kesehatan yaitu :
a. Menjadi panutan perilaku dan sikap gaya hidup sehat
b. Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi, dan
evaluasi tujuan kesehatan
c. Mengajarkan klien mengenai strategi perawatan diri untuk meningkatkan
kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi stress, dan meningkatkan
hubungan
d. Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan derajat
kesehatan mereka
e. Mendidik klien untuk menjadi konsumen perawatan kesehatan yang efektif
f. Membantu klien, keluarga, dan komunitas untuk mengembangkan dan
memilih pilihan promosi kesehatan
g. Memperkuat perilaku promosi kesehatan personal klien dan keluarga
h. Menganjurkan perubahan di komunitas yang meningkatkan lingkungan yang
sehat

3. Educator
Perawat juga berpartisipasi dalam aktivitas pendidikan di komunitas. Peran
perawat-pendidik, antara lain :
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar
b. Menentukan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan
(formal dan nonformal)
c. Merancang metode pembelajaran
d. Merancang model evaluasi pembelajaran yang sesuai
e. Melaksanakan proses pembelajaran pada praktikan, praktisi dan klien
sesuai dengan karakteristik pembelajaran
f. Melakukan evaluasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
g. Mengorganisasikan pengelolaan pada tatanan pendidikan dan pelayanan
4. Manager
Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat
mengkoordinasikan berbagai professional perawatan kesehatan dan layanan
untuk membantu klien mencapai hasil akhir yang diinginkan. Sedangkan
organisasi birokratik menggunakan kontrol melalui kebijakan, pekerjaan
terstruktur, dan tindakan pembagian kategori. Organisasi lain

10
mendesentralisasikan kontrol dan menekankan pengarahan diri dan disiplin
diri anggotanya.
Fungsi manajerial antara lain :
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi kesempatan di masa yang akan dating
2) Mengantisipasi dan menghindari masalah di masa yang akan dating
3) Menyusun strategi dan rangkaian tindakan
b. Pengorganisasian
1) Mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada
individu atau tim yang telah mendapatkan pelatihan dan memiliki
keahlian untuk melaksanakannya.
2) Mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit

5. Pemanduan (Leading) dan Pendelegasian


Fungsi pendelegasian adalah untuk memberikan perawatan dan seluk-
beluk hubungan antar staf, klien dan lingkungan.
Peran perawat manager antara lain :
a. Melakukan kajian situasi pada tatanan pelayanan atau pendidikan
keperawatan atau kesehatan
b. Membuat perencanaan baik strategis maupun operasional sesuai
dengan kajian situasi pada tatanan pelayanan/pendidikan
c. Mengorganisasikan pola pelayanan/pendidikan keperawatan /
kesehatan sesuai dengan lingkupnya
d. Melakukan pengelolaan staff sesuai dengan lingkupnya (rekrutmen
sampai dengan penataan jenjang karier)
e. Memberikan pengarahan baik pada tatanan pelayanan/pendidikan
sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan, motivasi, dsb
f. Melakukan proses kontrol sesuai dengan prinsip-prinsip mutu dan
managemen resiko
6. Reseacher
Menurut Position Statement on Education for Participation in
Nursing Research (1994) oleh American Nurses Association (ANA),
semua perawat berbagi komitmen untuk kemajuan ilmu keperawatan.
Praktik berbasis penelitian dipandang sebagai hal penting agar asuhan
keperawatan efektif dan efisien. Menurut Polit dan Hungler (1999),

11
menetapkan empat alasan penelitian itu penting dalam keperawatan
antara lain:
a. Sebagai profesi
Keperawatan memerlukan penelitian untuk mengembangkan dan
memperluas ilmu pengetahuan ilmiah yang unik dan terpisah dari
disiplin lain.
b. Penelitian itu penting untuk mempertahankan tanggung gugat ilmiah
keperawatan terhadap klien, keluarga, dan masyarakat secara umum.
c. Perhatian saat ini mengenai ekonomi dan keefektifan perawatan
kesehatan menuntut keperawatan untuk mendokumentasikan
melalui penelitian bagaimana layanan keperawatan berperan pada
pemberian perawatan kesehatan.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan akan digunakan
untuk mendorong berbagai pihak untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik
keperawatan.Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan
perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan.
Konsil keperawatan bertujuan untuk melindungi masyarakat, menentukan siapa
yang boleh menjadi anggota komunitas profesi (mekanisme registrasi), menjaga kualitas
pelayanan dan memberikan sangsi atas anggota profesi yang melanggar norma profesi
(mekanisme pendisiplinan). RUU Praktik Perawat selain mengatur kualifikasi dan
kompetensi serta pengakuan profesi perawat, kesejahteraan perawat, juga diharapkan dapat
lebih menjamin perlindungan kepada pemberi dan penerima layanan kesehatan di
Indonesia.

3.2. Saran
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung,
pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien,
memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan
pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan
normal dan menulis permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis

13
dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UIP AlI

Alimul, A., Aziz. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, Jakarta : EGC

Haston, S.P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas

Handayaningsi, 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai