Anda di halaman 1dari 11

PERISTIWA MULIA

1. Yesus bangkit dari kematian (Luk 24:5-7).

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada
di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu,
ketika Ia masih di Galilea,yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke
tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari
yang ketiga."

Renungan:

Kebangkitan Yesus telah dinyatakan-Nya kepada para murid sebelum wafat-


Nya di kayu salib. Tetapi para rasul lamban memahaminya bahkan sesudah
Ia bangkit pun mereka tidak dapat memahaminya. Dengan kebangkitan
Kristus suatu kepastian tentang hidup baru sesudah kema-tian telah
dinyatakan. Yesus telah mengalahkan kematian, sehingga maut tidak dapat
menguasai-Nya lagi. Maka kebangkitan membuka kembali surga bagi
manusia untuk mema-sukinya berkat Sang Juruselamat, Yesus Kristus.

Apakah kebangkitan Yesus juga telah membuka harapan bagi masa


depanku?

Ya Yesus, kebangkitan-Mu membawa sukacita dan harapan baru karena


kami telah Engkau perdamaikan dengan Bapa. Semoga dengan
merenungkan misteri Rosario Suci Santa Perawan Maria, kami semakin
menghayati makna kebang-kitan-Mu dan menjadi pembawa sukacita dan
damai bagi banyak orang. Amin.

2. Yesus naik ke surga (Luk 24:50-53)

Lalu Yesus membawa para murid ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ
Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang
memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Para
murid sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem
dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah
dan memuliakan Allah.

Renungan:

Yesus kembali kepada Bapa-Nya di surga, karena dari sanalah Ia memang


berasal. Sebelum itu, Ia memberi berbagai wejangan dan janji kepada para
murid. Namun Ia juga memberi tugas kepada mereka, agar “dalam nama-
Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan
kepada segala bangsa.” (Luk 24:47).

Tugas yang Yesus percayakan kepada para murid kini juga menjadi tugas
dan tanggungjawab kita. Maukah kita menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya
melalui kesaksian hidup kita sehari-hari?
Ya Bunda Maria, dampingi dan bantulah kami untuk hidup seturut kehendak
Allah. Semoga iman kami akan Yesus Kristus, Puteramu kami tampakkan di
dalam kehidupan kami sehari-hari; di tengah keluarga, dalam pekerjaan dan
juga di tengah masyarakat kami. Amin.

3. Roh Kudus turun atas para Rasul (Kis 2: 2,4).

Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang
memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk menga-
takannya.

Renungan:

Roh Kudus yang dijanjikan Yesus kepada para murid telah memenuhi hati
dan pikiran mereka sehingga pikiran dan hati mereka terbuka untuk
mewartakan apa yang telah mereka alami bersama Yesus ketika masih ada
di tengah mereka. Roh itu membarui, menerangi dan memberikan
semangat dan hidup yang baru. Roh yang sama juga kita terima dalam
sakramen Krisma agar kita menjadi dewasa, kuat dan memiliki semangat
yang baru.

Bagaimanakah Roh Kudus berperan dalam imanku? Sejauh manakah


pembaruan dan terang-Nya sungguh meresapi hidup keseharianku?

Ya Yesus, Roh Kudus yang Kau janjikan akan mengingatkan dan menga-
jarkan segala sesuatu yg telah Engkau katakan. Kami menyadari karena
kerasnya hati kami seringkali kami mengabaikan suara Roh-Mu. Lembut-
kanlah hati kami dan pertajamlah pendengaran kami agar kami senantiasa
hidup dalam terang dan bimbingan Roh Kudus-Mu. Amin.

4. Maria diangkat ke surga (1 Kor 15:23)

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung;


sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.

Renungan:

Ketabahan, kesetiaan dan sikap rendah hati Bunda Maria sungguh


mengagumkan. Keterlibatannya dalam karya penebusan Yesus, Puteranya,
membuatnya menerima anugerah istimewa; Ia diangkat ke surga, jiwa dan
raganya.

Bagaimanakah kita bisa meneladani sikap Bunda Maria dalam hidup kita?
Sanggupkah kita menjalani dan menang-gung suka-duka hidup seperti
Bunda Maria. Ataukah kita hanya menginginkan kesenangan dan keba-
hagiaan tanpa mau berusaha dan menjalani kehendak Allah?
Ya Yesus, hidup Bunda-Mu, Santa Perawan Maria, semoga menjadi pedo-
man dan teladan bagi kami untuk memohon buah-buah kebangkitan-Mu.
Jauhkanlah sikap malas, iri hati, dan mudah putus asa manakala kami
mengharapkan anugerah dan pertolongan-Mu. Amin.

5. Maria dimahkotai di surga(Why 12: 1)

Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan


berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah
mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

Renungan:

Siapakah wanita di dunia ini yang dapat memenuhi gambaran kitab Wahyu
ini, kecuali Bunda Maria? Sejak Ia menyatakan kesediaan untuk menjadi
Bunda Al Masih, Anak Allah, seluruh hidup Maria diabdikannya untuk mewu-
judkan kehendak Allah bersama putranya. Maka layaklah bila Bunda Maria
menerima mahkota kemuliaan bersama Putranya.

Apakah teladan iman, kesetiaan dan ketaatan serta ketulusan Bunda Maria
ini juga menjadi pola dan keteladan bagi hidup saya?

Ya Bunda Maria, bersama Elisabet kami senantiasa berseru, “Terpujilah


engkau diantara semua wanita.” Maka, kami ingat pula pesan Putera-Mu
bahwa engkaulah ibu kami dan kami ini anak-anak-Mu.

Semoga teladan dan kasih sayangmu sebagai seorang ibu menjadikan kami
hidup sebagai anak-anak Allah. Dan akhirnya pun kelak kami boleh mene-
rima anugerah kemuliaan dari Allah. Amin.

PERISTIWA TERANG / CAHAYA

1. Yesus dibaptis di sungai Yordan (Mat 3: 16-17)

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga
langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Renungan:

Ketika Yesus dibaptis di Sungai Yordan, terdengarlah suara dari langit;


“Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Peristiwa ini
merupakan suatu bukti yang menjamin bahwa Yesus adalah sungguh-
sungguh Anak Allah, dan bahkan Allah sendirilah yang menyatakan
demikian.

Jadi, apabila Yesus yang adalah Anak Allah merelakan diri-Nya untuk mela-
yani orang lain; kita pun, yang telah dipersatukan sebagai anak Allah dalam
pembaptisan pun diharapkan berbuat demikian pula. Jangan malu dan ragu
dalam melayani, seberapa banyak yang bisa kita perbuat, ingatlah bahwa
Yesus telah melakukannya terlebih dahulu.
Bapa, berkat rahmat baptisan kami juga Kau angkat menjadi anak-anak-Mu.
Bantulah kami untuk dapat menghayati dan mewujudkan rahmat baptisan
itu di dalam kehidupan kami sehari-hari. Amin.

2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana


(Yoh2:11)

Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari
tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan
murid-murid-Nya perca-ya kepada-Nya.

Renungan;

Mukjizat pertama Yesus, mengubah air menjadi anggur pada pesta nikah di
Kana, mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan sendiri pun kita bisa
“kehabisan anggur”. Kita seringkali merasa gagal, putus asa, tidak berse-
mangat dan kecewa.

Marilah, pada saat ini dengan rendah hati kita meminta agar Yesus selalu
“menambahkan anggur” dalam kehidupan kita. Dengan rosario ini, kita
berdoa bersama Bunda Maria untuk senantiasa dimampukan dalam setiap
langkah kehidupan kita. Semoga Yesus berkenan “menambahkan anggur”
dengan berlimpah-limpah, dan tentunya dengan anggur yang lebih baik.

Ya Yesus, bantulah kami agar menjadi pribadi yang tegar dan hanya
mengandalkan Dikau dalam kehidupan kami. Semoga hidup kami berkelim-
pahan rahmat-Mu dan menjadi berkat bagi banyak orang. Amin.

3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan


(Mat 4: 17,23)

Bertobatlah, sebab kerajaan surga sudah dekat. Yesus pun berkeliling di


seluruh Galilea, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan
Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa
itu.

Renungan:

Dengan bertobat manusia kini dapat masuk dalam Kerajaan Surga. Karena
itulah pintu yang dibukakan Yesus bagi semua orang, terutama bagi orang
berdosa. Pembebasan itu dinyatakan Yesus dengan penyembuhan, meng-
hidupkan yang mati, membuka mata yang buta dan telinga yang tuli, dan
membebaskan mereka yang teraniaya, tertindas, dan tersingkirkan untuk
mengembalikannya dalam martabat manusia kembali seperti dikehendaki
Allah.

Sejauh manakah saya telah menghadirkan dan mewujudkan Kerajaan Surga


bagi diri saya sendiri dan bagi sesama?

Ya Yesus, Kerajaan Surga yang Engkau wartakan adalah kehidupan yang


penuh kasih dan damai dengan Allah dan sesama. Semoga kami pun
dengan tekun dan setia dalam menghayati dan mewartakan kerajaan-Mu itu
dalam kehidupan kami di dunia ini. Amin.
4. Yesus menampakan kemuliaan-Nya (Mat 17:2-5)

Yesus berubah rupa di sebuah gunung yang tinggi. Wajah-Nya bercahaya


seperti matahari. Allah bersabda kepada tiga rasul Yesus, “Inilah Anak-Ku
yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”

Renungan:

Bagi Petrus, Yohanes dan Yakobus, apa yang mereka saksikan di Gunung
Tabor bukti nyata siapa jati diri Yesus sesungguhnya. Ia adalah Putra Allah
yang berkenan kepada Bapa-Nya dan menjadi utusan Allah bagi manusia.
Maka Allah menghendaki kita untuk mendengarkan-Nya. Inilah jalan menu-
ju kemuliaan Allah dengan menjadi murid dan melaksanakan ajaran-Nya,
sebab Putra Allah telah tinggal dan hadir di tengah kita sebagai manusia
yang berkenan kepada Bapa.

Bagaimanakah hidup keseharianku dapat menampakan kemuliaan bagi


sesamaku?

Ya Yesus, ajarlah kami mampu mendengarkan dan melaksanakan ajaran-Mu


dengan sepenuh hati.Dan akhirnyapun kelak kami Kau undang dan boleh
menikmati kemulian-Mu. Amin.

5. Yesus menetapkan Ekaristi (Mrk 14: 22-24)

Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil


roti, mengucap berkat, memecah-mecah-kannya lalu memberikannya kepa-
da mereka dan berkata: “Ambillah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia
mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka,
dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada
mereka: “Inilah darah-Ku, darah perjan-jian, yang ditumpahkan bagi
banyak orang.

Renungan:

Yesus yang telah bangkit dari kematian secara berulang-kali menampakkan


diri kepada rasul-Nya. Sesudah naik ke surga Ia mengutus Roh Kudus-Nya
agar menyertai, membimbing dan menerangi para rasul-Nya. Yesus ingin
berada di tengah para murid-Nya secara terus menerus. Itulah sebabnya Ia
meninggalkan kenangan amat berharga, yakni Tubuh dan Darah-Nya sendiri
yang senantiasa kita sambut dalam Ekaristi.

Sudah berapa kalikah kita mengikuti Ekaristi, menyambut Tubuh dan Darah
Kristus? Pernahkah kita menghitungnya? Apakah ekaristi sungguh menjadi
sumber hidup dan pengudusan bagi hidupku?

Ya Yesus, Tubuh dan Darah-Mu adalah sumber hidup bagi kami. Sucikanlah
kami agar layak dan pantas menyambut-Mu setiap kali kami merayakan
Ekaristi kudus. Amin.

PERISTIWA SEDIH
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk
22:42).

"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

Renungan :

Perang batin dalam diri Yesus berkecamuk ketika harus memilih antara
mencari enak dan aman atau menaati kehendak Bapa-Nya. Tawar menawar
antara keinginan sendiri dan menuruti kehendak orang yang mencintai dan
dicintai-Nya.

“Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”


Inilah tanda dan bukti kesetiaan, dan ketaatan seorang Putra kepada Bapa-
Nya. Yesus memilih mengurbankan Diri-Nya demi keselamatan manusia.
Demi pulihnya hubungan antara Allah dan manusia yang telah diretas oleh
kuasa dosa Adam. Sebagai Adam Baru Yesus sungguh-sungguh menam-
pakkan dan mewujudkan apa yang dikehendaki Allah.

Bagaimanakah saya hadapi kesulitan, kesusahan dan penderitaan sehari-


hari yang saya jumpai? Apakah saya berani berdoa sepertti doa Yesus,
“tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

Ya Allah, Putera-Mu telah memperoleh bagi kami ganjaran kehidupan kekal


melalui hidup, wafat dan kebangkitan-Nya. Kami mohon, agar dengan
merenungkan misteri Rosario Suci Santa Perawan Maria, kami dapat
menghayati maknanya dan memperoleh apa yang dijanjikan. Demi Kristus,
Tuhan kami. Amin.

2. Yesus didera (Yoh 19: 1).

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.

Renungan:

Tindakan Pilatus ini adalah tindakan pemimpin yang takut kehilangan


jabatan, kuasa, lalu mencari kambing hitam agar nampak bahwa ia masih
berwibawa. Ambisi, sifat rakus, dan mau menang sendiri membawa kurban
bagi orang yang tak bersalah, inilah sikap dan perbuatan gega-bah dan
bodoh, melawan keadilan. Inilah gambaran kita yang seringkali mencari
keuntungan, enak sendiri dengan mengorbankan orang lain.

Siapakah saya; Pilatus atau Yesus? Kita ingin menjadi murid Yesus tetapi
seringkali kita bertindak seperti Pilatus.

Ya Yesus, detik-detik hidup-Mu di dunia menunjukkan betapa beratnya dosa


manusia yang harus Kau tebus. Kau dihina, dihindari orang, tak diperhi-
tungkan, sengsara, tertikam, diremukan oleh dera, bagaikan domba yang
tak membuka mulutnya ketika dibawa ke pembantaian; padahal, semuanya
itu karena kedurhakaan kami. Namun bilur-bilur luka-Mu menyembuhkah
kami (bdk. Yes 53:2-7).
Kami berterimakasih kepada-Mu dan mohon kuatkanlah kami bilamana
harus memikul salib penderitaan akibat kejahatan orang. Perkenankanlah
kami untuk mengampuni dan bahkan mendoakan mereka serta menyadari
kesa-tuan kami dengan Dikau, penebus kami. Amin.

3. Yesus dimahkotai duri (Yoh 19: 2-3).

Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas


kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke
depan mereka berkata: “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka
menampar muka-Nya.

Renungan:

Prajurit adalah suruhan para perwira atau atasan. Tugas prajurit adalah
menjalankan perintah atasan tanpa berpikir, tanpa kesempatan menilai
buruk atau baik, salah atau benar. Dalam situasi inilah mereka melam-
piaskan perasaan, nalar, keinginannya pada kurban, Yesus yang tak
bersalah. Inilah contoh sifat dan egoisme manusia yang ditunjukkan atau
dipentaskan oleh para prajurit yang menangkap Yesus. Yesus kurban
kambing hitam para ahli taurat, kaum Parisi, Pilatus, yang merasa kuasa
dan wibawanya tersaingi.

Tidakkah saya seringkali bertindak sebagai ahli Taurat, Parisi atau Pilatus
dalam meraih sesuatu? Atau mirip para prajurit yang mengolok dan menista
Yesus? Sadarkah bahwa perbuatan saya ini mendera, menyiksa Yesus
Juruselamat dan Allah yang penuh kasih, dan sesama kita?

Ya Yesus, Santo Yohanes mengingatkan kami, bahwa Engkaulah yang


menciptakan semesta, namun saat Engkau datang kami tak mengenal-Mu
bahkan tak mau menerima-Mu. (bdk. Yoh 1: 10-11) Semoga dengan keta-
bahan dan kerelaan-Mu menanggung hinaan dan sengsara ini menyadarkan
kami bahwa apa yang kami alami tak sebanding dengan apa yang Engkau
alami. Tabahkanlah dan kuatkanlah kami selalu. Amin.

4. Yesus memanggul salib-Nya ke Gunung Kalvari (Luk 23: 26-27,32).


Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama
Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu
di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.Sejumlah besar
orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan
meratapi Dia. Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat
untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.

Renungan :

Dalam keadaan tubuh-Nya yang penuh luka siksaan, luka menganga dari
duri-duri mahkota di kepala-Nya Yesus memanggul salib berat menuju
puncak Golgota. Yesus memanggul salib karena cinta-Nya kepada Bapa dan
kepada manusia. Cawan yang harus diminum kini direguk-Nya dengan
ketaatan, kecintaan yang direlakan-Nya demi keselamatan kita.

Ya Yesus, Engkau telah bersabda, bahwa”Setiap orang yang mau mengikut


Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan
mengikut Aku.” (Luk 9:23) Kami mohon, semoga kami mampu memanggul
salib beban hidup kami dengan tabah dan setia. Dampingilah kami selalu.
Amin.

5. Yesus wafat di salib (Luk 23: 46).

Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu


Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan
nyawa-Nya.

Renungan :

Inilah akhir kehadiran Yesus sebagai manusia. Ke dalam tangan Bapa Yesus
kembali sebagaimana Bapa menyerahkan-Nya bagi dunia, bagi manusia,
bagi kita semua. Kepala pasukan yang berkata, “Sungguh, orang ini adalah
orang benar!” menjadi pembenaran dan pemenuhan seluruh ramalan Kitab
Suci. Sementara orang banyak yang berkumpul untuk menonton drama
penyaliban Yesus pulang sambil memukul-mukul diri. Yesus wafat sebagai
orang yang dibenarkan oleh Allah dan membawa rasa tobat manusia
berdosa yg menyadari kerendahannya, dan tidak berarti apa-apa di
hadapan Allah.

Apakah wafat Yesus ini juga memberikan kesadaran betapa besar kasih
Allah kepada kita dan betapa kecilnya kita di hadapan-Nya? Apakah
kebenaran Allah yang tampak dalam diri Yesus juga mene-guhkan iman dan
kepercayaan saya? Membantu saya lebih dalam melakukan tobat?

Ya Yesus, dengan setia Engkau laksanakan karya penebusan-Mu bagi kami.


Semua itu mengingatkan kami betapa besarnya kasih-Mu kepada kami;
dan, betapa berharganya kami di hadapan-Mu. Kami mohon, mampu-kanlah
kami menjaga martabat luhur diri kami dengan hidup setia dengan teladan
dan kehendak-Mu. Amin.

PERISTIWA GEMBIRA

1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk 1:


28b,30b-31)

“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau … Jangan


takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.”

Renungan:

“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Sebuah


salam yang tidak umum disampaikan oleh malaikat Gabriel kepada Maria.
Dengan salam ini, Maria, seorang manusia biasa dan hanyalah wanita biasa
yang tak diperhitungkan menerima karunia yang luar biasa. Ia telah dipilih
Allah dalam tugas mahakarya bagi dunia. “Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan menamai-Nya
Yesus, anak yang akan disebut kudus, Anak Allah.
Apakah saya juga siap menerima tugas mengemban amanat malaikat dalam
hidup keseharianku sebagai orangtua asuh Yesus, yaitu melahirkan Yesus
dalam masyarakat sekitarku; Pembawa terang, kerukunan dan damai?

Santa Maria, Bunda Allah, kami bersyukur karena Allah telah membebaskan
engkau dari noda dosa sejak engkau dikandung. Ia berkenan memperha-
tikan kerendahanmu, dan mengangkat engkau menjadi Ibu Sang Juru
Selamat.

Kami bersyukur pula karena engkau telah menjadi teladan orang beriman.
Dalam menanggapi panggilan Allah, engkau menyerahkan diri segenap hati
dengan berkata, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perka-
taanmu.” Amin.

2. Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya (Luk1: 42-43).

“Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah


rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang
di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah
percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan
terlaksana.”

Renungan:

Dua wanita sederhana, Maria dan Elisabet, hanyalah ibu rumah tangga yang
beriman. Namun keduanya diberkati dan ditinggikan Tuhan. Kini mereka
saling berbagi dalam kegembiraan dan kebahagiaan. Maria calon Ibu anak
kudus, Anak Allah, dan Elisabet ibu Yohanes pembaptis yang membukakan
jalan pertobatan bagi Yesus, bertemu dalam kebahagiaan karena Allah
bersama mereka. Bahkan anak dalam rahim mereka juga telah merasakan
rahmat Tuhan yang dianugerahkan kepada mereka, “Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku
melonjak kegirangan.“

Apakah aku juga menyadari dan merasakan betapa besar rahmat panggilan
yang kita terima dari Allah karena baptisan kita dan karena kita murid-
murid Kristus?

Ya Bunda, kami, para putramu, sangat mencintai engkau dan ingin meng-
ikuti teladanmu. Mohonkanlah kami rahmat Allah, agar kami selalu berusaha
melakukan kehendak Allah. Bunda yang penuh kasih sayang, sudilah
engkau selalu melindungi kami agar kami semua menjadi anak-anak yang
patuh kepadamu dan saling mengasihi dengan tulus hati. Amin.

3. Yesus dilahirkan di Bethlehem(Luk 2:7)

Maria melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu


dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan,
karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Renungan:
Sama seperti saat Maria menerima Kabar Malaikat, kelahiran Yesus
berlangsung dalam dunia yang sunyi, jauh dari kebisingan kota, gemer-
lapnya lampu, gelimang harta dan kemewahan serta berita luas dalam
aneka media. Hanya kepada gembala, ‘orang yang terpinggirkan’, kepada
para ‘bijak dari timur’ warta kelahiran diberitakan oleh malaikat. Apakah
keseharian hidupku mampu melahirkan berita besar bagi orang lain dan
membuahkan sukacita, keda-maian, kerukunan?

Bunda Maria, engkau berperan besar dalam kelahiran Yesus, Juru Selamat
kami, anugerah Allah yang mahaluhur. Kiranya kami semakin menyadari
bahwa kelahiran puteramu adalah berkat kemurahan dan anugerah kasih
Allah yang akan membebaskan kami dari kuasa dosa. Terpujilah engkau, ya
Bunda, dampingilah kami putera-puterimu. Amin.

4. Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah (Luk 2:34-35).

Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu:
“Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membang-
kitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri.”

Renungan:

Kabar Sukacita, ‘Injil’ Yesus membukakan terang, jalan, kebenaran bagi


orang yang berkehendak baik, dan menjadikan bahan perbantahan bagi
orang yang mencari kebenaran, kemegahan, dan keuntungan diri sendiri.
Keda-tangan Yesus memberikan kebebasan, keselamatan kedamaian,
kebenaran bagi mereka yang mendambakannya dengan hati tulus, terbuka
dan jujur, meski jalan yang harus dilalui penuh ancaman, kelaliman,
kedengkian, bagai pedang menembus hati dan nurani manusia.

Apakah aku juga siap bersama Bunda Maria, Bapa Yusuf melakoni
/menjalankannya?

Bunda yang penuh kasih sayang, sudilah engkau selalu melindungi kami
agar kami semua menjadi anak-anak yang patuh kepadamu dan saling
menga-sihi dengan tulus hati. Doakanlah kami kepada putramu agar hidup
kami dapat kami persembahkan kepada-Nya membawa keselamatan dan
berkat bagi sesama. Amin.

5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah(Luk 2: 49-50).

“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus
berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang
dika-takan-Nya kepada mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu
di dalam hatinya.

Renungan:

Apa yang kita cari dalam hidup ini?


Maria dan Yusup mencari anaknya, Yesus yang tertinggal tidak pulang
bersama mereka dan menemukan-Nya di Bait Allah. Bait Allah merupakan
rumah tinggal secara iman bagi mereka, dalam menemukan aneka hal yang
tidak mampu mereka atasi. Tetapi bagi Yesus Bait Allah adalah ‘rumah’
Bapa bagi-Nya.

Bagaimanakah saya menjalani hidup ini sehingga menjadi penunjuk jalan


bagi orang yang berkehendak baik yang ingin menemukan Yesus?

Bunda Maria yang berbelas kasih, bunda penolong, dengarkanlah permo-


honan kami anak Hawa yang terbuang, yang datang kepadamu dalam keluh
kesah dan duka ini. Kiranya pancaran kasihmu membukakan hidup Yesus,
buah rahimmu yang terpuji, penghiburan, dan pengharapan bagi kami kini
dan sepanjang masa. Amin.

Anda mungkin juga menyukai