Tugas 1 Makalah Waslul Abral
Tugas 1 Makalah Waslul Abral
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat manusia dengan segenap ciri khasnya hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil
dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat tersebut memberikan tempat
kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi daripada
hewan. Salah satu ciri khas yang istimewa adalah adanya mempunyai akal dan pikiran.
Akal dan pikiran manusia dapat dan harus ditimbuh kembangkan melaui pendidikan.
Berkat pendidikan maka hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.
Dalam Islam hewan dan manusia adalah dua makhluk yang sangat berbeda.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sempurna dengan berbagai potensi yang
tidak diberikan kepada hewan, seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas
bagaimanapun keadaannya, manusia tidak pernah sama dengan hewan.
Kemampuan berpikir manusia yang ada dalam satu struktur dengan perasaan dan
kehendaknya, sehingga sering disebut sebagai makhluk yang berkesadaran. Aristoteles
memberikan identitas manusia sebagai animal rationale. Apa yang dipikirkan? Terpusat
pada diri sendiri; asal- mulanya, keberadaan, dan tujuan akhir hidupnya. Pengenalan
manusia terhadap segala sesuatu di sekelilingnya diawali secara refresif: makanan,
minuman, pakaian, dan lain- lain. Selanjutnya dikenal pula orangtua, saudara, dan orang
lain dalam hubungan yang semakin jauh. Berkat perkembangan alam pikiran dan
kesadarannya, manusia mulai mengenal makna masing- masing secara kritis.
Beberapa ahli filsafat, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai Das
Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah. Ilmu-ilmu
humaniora termasuk ilmu filsafat telah mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang
manusia itu, sehingga terdapat banyak rumusan atau pengertian tentang manusia. Selain
yang telah disebutkan di atas, beberapa rumusan atau definisi lain tentang manusia
adalah sebagai berikut:
1. Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi.
2. Homo faber atau Tool making animal yaitu binatang yang pandai membuat bentuk
peralatan dari bahan alam untuk kebutuhan hidupnya.
3. Homo economicus atau makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu makhluk beragama.
5. Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan
pikiran dan perasaan manusia dalam kata-kata yang tersusun (Khasinah:2013).
Selanjutnyan pada makalah ini akan dibahas tentang hakikat manusia meliputi
peradaban manusia sebagi fenomena, manusia dalam konteks alam semesta dan manusia
sebagai suatu dinamika.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai hakekat manusia, meliputi:
1. Bagaimana Peradaban manusia sebagi fenomena?
2. Bagaimana Manusia dalam konteks alam semesta?
3. Bagaimana Manusia sebagai suatu dinamika?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui peradaban manusia sebagi fenomena.
2. Untuk mengetahui manusia dalam konteks alam semesta.
3. Untuk mengetahui manusia sebagai suatu dinamika.
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat dijadikan sumber acuan dalam belajar ekologi manusia.
2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
3. Memberikan informasi bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Manusia
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena selalu menarik,
maka masalahnya tidak pernah selesai dalam artian tuntas. Pembicaraan mengenai
makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja
pertanyaan mengenai manusia (Nawawi, 1996 : 1). Manusia merupakan makhluk yang
paling menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka,
dan mempunyai potensi yang besar. Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk
hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Perbedaan manusia dengan makhluk lain
terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia itu terdiri dari dua aspek yang
esensial, yakni tubuh dan jiwa. Yang dimaksud dengan hakikat manusia adalah apa
makna manusia bagi dirinya sendiri sekaligus apa makna manusia bagi sesamanya
manusia (Heschel, 1965:3). Manusia dalam filsafat Aristotelian “secara kodrati adalah
binatang yang beradab” dan “binatang yang mampu mengumpulkan pengetahuan”, selain
sebagai binatang yang berjalan di atas dua kaki, binatang yang berpolitik, satu-satunya
binatang yang punya kemampuan memilih, dan sebagai binatang yang paling suka
meniru-biru (imitative). Filsafat skolastik meneruskan tradisi ini dengan menerima
definisi manusia sebagai binatang bernalar (animal rationale), sementara Benjamin
Franklin mendefinisikan manusia sebagai Homo faber, binatang pembuat perkakas (tool-
making animal).
Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk
lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai
pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen
(homo faber), manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat
(homo socious) dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha
(homo economicus), serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious),
sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda mati cenderung tidak memliki
perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Dalam al-Qur‟an Istilah insân digunakan untuk menunjuk kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, yaitu jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan
yang lain akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan (Shihab, 1997: 278). Maka
aspek jiwa dan raga inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang memang
benar-benar berbeda dengan makhluk lain. Sedangkan istilah nâs digunakan untuk
menunjukkan sifat universal manusia atau untuk menunjukkan spesies manusia. Artinya
ketika menyebut nâs berarti adanya pengakuan terhadap spisies di dunia ini yaitu
manusia (Bahruddin, 2004:76).
Jadi, Manusia merupakan rangkaian utuh antara komponen jasmani dan komponen
rohani. Manusia merupakan makhluk yang memang benar-benar berbeda dengan
makhluk lain. makhluk yang memang benar-benar berbeda dengan makhluk lain. Salah
satu ciri khas yang istimewa adalah adanya mempunyai akal dan pikiran. Akal dan
pikiran manusia dapat dan harus ditimbuhkembangkan melalui pendidikan.
A. Kesimpulan
1. Manusia merupakan rangkaian utuh antara komponen jasmani dan komponen rohani.
Manusia merupakan makhluk yang memang benar-benar berbeda dengan makhluk
lain. makhluk yang memang benar-benar berbeda dengan makhluk lain.
2. Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena
diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang
sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu
diantaranya ada faktor manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut. Suatu
peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi / berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan
pada kehidupan social.
3. Alam Semesta, Jagat Raya atau universe dalam arti luas merupakan totalitas dari
segenap pengada (entities) dan semua proses yang ada. Termasuk di dalamnya
keberadaan manusia dan seluk-beluk kehidupannya secara keseluruhan. Terjadi
hubungan timbal-balik antara manusia dengan Alam Semesta, manusia sebagai
makhluk hidup memperoleh suatu manfaat dan risiko dari Alam Semesta, begitu pula
sebaliknya. Dalam pengertian yang lebih sempit, dalam Alam Semesta tercakup
sistem dari seluruh benda astronomi. Atas dasar batasan ini maka ilmu yang
mempelajari Jagat Raya ini disebut kosmologi.
4. Manusia mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya
manusia tidak pernah berhenti, selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fisiologik
maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai arah horisontal (ke arah sesame dan
dunia) maupun arah transendental (ke arah Yang Mutlak).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1987), Cet. Ke-1, h. 291.
Syaripudin, T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep
Pendidikan Umum (Thesis), Program Pascasarjana IKIP Bandung. KA
M. Qurash Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan 1997), h. 278.
Bahruddin, Paradigma Psikologi Islam: Studi tentang Elemen Psikologi dari al-Qur’an
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 76. PE
Adabiyah, Telaah hakikat manusia Dan relasinya terhadap proses pendidikan islam Jurnal
Pendidikan Islam Volume 1 , Nomor 1 , September 2015 ISSN 2502-0668 ABIYAH 29
Soerjani, M. (1987). Methods of environmental quality assessment and management with
reference to the environmental quality standard in Indonesia, IUBS International Symposium
on Biomonitoring of the State of the Environment. Tokyo, Japan: 7 pp, Nov. 6 – 8, 1987