Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA N 1 Kec SULIKI


Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi pokok : Teladan Para Tokoh Persatuan
Kelas/ Semester : XII / 1 ( Ganjil )
Alokasi waktu : 4 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak
secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


3.2 Mengevaluasi peran tokoh Nasional dan Daerah yang Berjuang Mempertahankan
Keutuhan Negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948 – 1965
3.2.1 Menilai kriteria seseorang bisa dikatakan sebagai pahlawan nasional.
3.2.2 Meninjau keteladanan para tokoh yang telah berjasa dalam menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa.
3.2.3 Menyelidiki keteladanan para tokoh daerah asal peserta didik yang berjuang dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.

4.2 Menulis sejarah tentang tokoh nasional dan daerah yang berjuang mempertahankan
keutuhan negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948- 1965
4.2.1 Membuat laporan tertulis tentang keteladanan para tokoh yang telah berjasa dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa
4.2.2 Melakukan presentasi mengenai keteladanan para tokoh yang telah berjasa dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa
4.2.3 Membuat sejarah tentang tokoh nasional dan daerah yang berjuang mempertahankan
keutuhan negara dan bangsa

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Discovery pada materi Teladan para tokoh pemersatu, peserta didik diharapkan mampu
mengevaluasi peran tokoh Nasional dan Daerah yang Berjuang Mempertahankan Keutuhan
Negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948 – 1965, serta memiliki keterampilan dalam
menulis sejarah tentang tokoh nasional dan daerah yang berjuang mempertahankan keutuhan
negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948- 1965.

D. Materi Pembelajaran
Teladan Para Tokoh Persatuan
1.Kriteria seseorang bisa dikatakan sebagai pahlawan nasional
2.Keteladanan para tokoh yang telah berjasa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.
 Pahlawan Nasional Dari Papua
 Frans Kasiepo (1921-1979)
 Mempopulerkan lagu Indonesia Raya di papua sebelum kemerdekaan
 Aktif dalam Partai Indonesia Merdeka
 Delegasi papua yang menentang pembentukan NIT saat konfrensi Malino
 Seorang tokoh yang pro terhadap NKRI,
 Membantu pasukan Trikora saat menyerbu Papua
 Silas Papare (1918-1978)
 Tokoh nasionalis yang ingin sekali menggabungkan Irian kedalam NKRI
 Aktif dalam Komite Indonesia Merdeka
 Delegasi RI dalm perundinngan New York antara Indonesia-Belanda mengenai
masalah Papua
 Marthen Indey (1912-1986)
 Ketua partai Indonesia Merdeka
 Polisi Hindia Belanda
 Menggalang persatuan anggota militr yang bukan oarang Belanda Untuk
melancarkan perlawanan terhadap Belanda
 Ikut memperjuangkan integrasi Papua ke Indonesia sampai ke forum PBB

 Para Raja yang bekorban untuk bangsa


 Sultan Hamengkubuwono IX
 Tokoh bangsawan Yogyakarta yang nasionalis yang sangat mensuport
tegaknnya NKRI bukan negara bagian
 Memberikan Fasilitas dan bantuan logistik bagi pejuang-pejuang RI
 Tidak gila kekuasaan dengan menolak tawaran Belanda untuk menjadi
raja seluruh Jawa
 Sultan Syarif Kasim II
 Tokoh bangsawan Siak yang nasionalis yang menolak tawaran untuk
menjadi “Sultan Boneka" Belanda
 Mendukung pemerintahan RI baik moril dan materi seperti
menyumbangkan hartanya senilai 13 juta gulden atau setara 1,47 triliyun

 Mewujudkan integrasi melalui seni dan sastra (Ismail Marzuki)


 Pejuang seni, yang menghasilkan lagu-lagu yang memberi semangat perjuangan
seperti: halo-halo Bandung, Selendang Sutera,
 Sepasang Mata Bola dll.

 Perempuan pejuang (Opu Daeng Risaju)


 Perempuan pejuang dari kalangan ningrat Sulawesi
 Aktif dalam partai PSII
 Ikut berjuang menentang Belanda meskipun ditantang oleh kalangan Bangsawan
dan sering keluar masuk penjara akibat aksi-aksinya

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : discovery learning
Metode : Diskusi Kelompok

F. Media Pembelajaran
Media : Laptop, LCD
Papan tulis
Powerpoint

G. Sumber Belajar
1. Kemdikbud, 2017 : Buku Guru sejarah Indonesia, Jakarta: Puskur dan perbukuan, Balitbang
2. Kemdikbud, 2017 : Buku siswa sejarah Indonesia, Jakarta: Puskur dan perbukuan, Balitbang
3. Wijaya, Yuhana, dkk,1994, Buku Sejarah Nasional dan umum. Bandung : Armico.
4. Badrika, I. Wayan, 2000,Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk SMA kelas 1
Jakarta:Erlangga
5. Kliping (Republika)
6. Tokoh masyarakat
7. Internet

H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Alokasi
Kegiatan Sintak (langkah – Deskripsi Waktu
langkah Pembelajaran)
Pendahuluan 
Memberi salam

Memeriksa kebersihan kelas

Berdoa 15 Menit

Mengecek kehadiran peserta didik
dan motivasi
 Menanyakan materi sebelumnya
untuk mendapatkan gambaran
tentang pemahaman siswa
 Penyampaian topik dan kompetensi
yang akan dicapai
Inti Stimulation (Pemberian  Peserta didik mengamati
gambar tokoh-tokoh pahlawan
Ransangan)
bangsa
Problem statemen
 Melalui penayangan gambar , 60 Menit
(pertanyaan/identifikas peserta didik melakukan tanya
i masalah) jawab mengenai biografi tokoh
perjuangan bangsa
 Apa kriteria seseorang dapat
dikatakan Pahlawan
 Mengapa tokoh Nasional dari
daerah Papua ( Frans Kaisiepo,
Silas Papare, dan Marthen
Indei) yang dijadikan contoh
teladan, sementara masih
banyak tokoh – tokoh lain yang
berjasa.
 Bagaimana peran tokoh – tokoh
tersebut dalam menghadapi
disintegrasi Bangsa sesuai
bidang masing – masing.
Adakah tokoh – tokoh asal
daerah siswa yang berjasa
dalam menghadapi disintegrasi
Data collection Bangsa
(pengumpulan data)
 Peserta didik dibagi menjadi 3
kelompok
 Melalui diskusi peserta didik
dalam kelompoknya ditugaskan
mendikusikan tokoh yang
Verification ditampilkan dan nilai-nilai apa
(pembuktian) yang didapatkan dari
keteladanan

 Menganalisis hasil informasi


yang didapat dari buku sumber
Generalization (menarik dan hasil diskusi untuk
mendapatkan kesimpulan
kesimpulan/generalisasi)
 Hasil analisis kemudian
dilaporkan dalam bentuk
tulisan

 Peserta didik menyajikan hasil


diskusinya melalui presentasi
dan laporan tertulis.

Penutup  Guru bersama peserta didik


menyimpulkan hasil Pembelajaran
 Guru bersama peserta didik 15 Menit
melakukan refleksi tentang kegiatan
pembelajaran hari ini
 Guru memberikan evaluasi dengan
memberikan secara lisan
 Guru memberikan tugas secara
individu untuk minggu depan

Pertemuan ke II
Alokasi
Kegiatan Sintak (langkah – Deskripsi Waktu
langkah Pembelajaran)
Pendahuluan 
Memberi salam

Memeriksa kebersihan kelas

Berdoa 15 Menit

Mengecek kehadiran peserta didik
dan motivasi
 Menanyakan materi sebelumnya
untuk mendapatkan gambaran
tentang pemahaman siswa
 Penyampaian topik dan kompetensi
yang akan dicapai
Inti Stimulation (Pemberian  Peserta didik mengamati
gambar Raja Siak, Sultan
Ransangan)
Yogyakarta dan Ismail Marzuki
Problem statemen
 Melalui penayangan gambar , 60 Menit
(pertanyaan/identifikas peserta didik melakukan tanya
i masalah) jawab mengenai biografi tokoh
perjuangan bangsa
 Mengapa tokoh – tokoh
tersebut (Sultan
Hamengkubuwono IX, Sultan
Syarif Kasim II, Ismail
Marzuki, dan Opu Daeng
Risaju) yang dijadikan contoh
teladan, sementara masih
banyak tokoh – tokoh lain yang
berjasa.
 Bagaimana peran tokoh – tokoh
tersebut dalam menghadapi
disintegrasi Bangsa sesuai
bidang masing – masing.
Adakah tokoh – tokoh asal
daerah siswa yang berjasa
dalam menghadapi disintegrasi
Data collection Bangsa
(pengumpulan data)
 Peserta didik dibagi menjadi 4
kelompok
 Melalui diskusi peserta didik
dalam kelompoknya ditugaskan
mendikusikan tokoh yang
Verification ditampilkan dan nilai-nilai apa
(pembuktian) yang didapatkan dari
keteladanan

 Menganalisis hasil informasi


yang didapat dari buku sumber
Generalization (menarik dan hasil diskusi untuk
kesimpulan/generalisasi) mendapatkan kesimpulan
 Hasil analisis kemudian
dilaporkan dalam bentuk
tulisan

 Peserta didik menyajikan hasil


diskusinya melalui presentasi
dan laporan tertulis.

Penutup  Guru bersama peserta didik


menyimpulkan hasil Pembelajaran
 Guru bersama peserta didik 15 Menit
melakukan refleksi tentang kegiatan
pembelajaran hari ini
 Guru memberikan evaluasi dengan
memberikan secara lisan
 Guru memberikan tugas secara
individu untuk minggu depan

I. Penilaian hasil belajar


1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap
- Penilaian Observasi/ Jurnal

b. Penilaian Pengetahuan
- Tertulis Uraian, menilai kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi upaya bangsa
Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk
pergolakan dan pemberontakan
- Penugasan, menilai tugas individu (pengumpulan data)

c. Penilaian Keterampilan
- Penilaian Portofolio, menilai laporan yang dibuat peserta didik tentang upaya bangsa
Indonesia dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk
pergolakan dan pemberontakan.
- Observasi terhadap Diskusi dan Tanya Jawab, mengamati kegiatan peserta didik
dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan

2. Bentuk Penilaian
a. Observasi : Lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Tes Tertulis : Essay
c. Unjuk kerja : Lembar penilaian presentasi
3. Instrumen Penilaian
a. Penilaian sikap
Lembar Observasi : Jurnal sikap
No Waktu Nama Kelas Kejadian/Prilaku Butir Pos/Neg Tindak Lanjut
sikap
1 Kamis/19- Dandi XII Tidak Disiplin Negatif Ditanya apa
07-2018 IPS 4 mengumpulkan alasannya tidak
tugas mengumpulkan
tugas, agar
selanjutnya
selalu
mengumpulkan
tugas tepat
waktu

b. Penilaian Pengetahuan

Test Tertulis (penugasan dan kuis)


Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Instrumen
Kompetensi Penilaian Penilaian
Menilai kriteria seseorang Test Essay Uraikanlah kriteria seseorang
bisa dikatakan sebagai tertulis bisa dikatakan sebagai
pahlawan nasional. pahlawan Nasional !

Meninjau keteladanan para Test Essay Jelaskanlah keteladanan yang


tokoh yang telah berjasa tertulis dilakukan oleh Ismail Marzuki!
dalam menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa.

Menyelidiki keteladanan para Test Essay - Uraikanlah keteladanan tokoh


tokoh daerah asal peserta tertulis yang berasal dari daerah
didik yang berjuang dalam masing-masing dalam
menghadapi ancaman menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa disintegrasi bangsa !

Pedoman penskoran penilaian pengetahuan :


Kriteria jawaban tiap nomor soal Skor
Jawaban benar tanpa ada kesalahan 10
Jawaban benar dengan sedikit kesalahan 8
Jawaban kurang tepat 5
Jawaban tidak benar 3
Tidak menjawab 1

c. Penilaian Keterampilan
Indikator Pencapaian Kompetensi Instrumen

Membuat laporan tertulis tentang Diberikan tugas dalam kelompok untuk


keteladanan para tokoh yang telah menganalisis keteladanan para tokoh yang telah
berjasa dalam menghadapi ancaman berjasa dalam menghadapi ancaman disintegrasi
disintegrasi bangsa. bangsa

Melakukan presentasi mengenai Setiap kelompok menyajikan/mempresentasikan


keteladanan para tokoh yang telah hasil analisis dari keteladanan para tokoh yang
berjasa dalam menghadapi ancaman telah berjasa dalam menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa disintegrasi bangsa

Teknik Penilaian portofolio :


Satuan Pendidikan : SMAN 1 Kec. Suliki
Tahun Pelajaran : 2081/2019
Kelas/Semester : XII/ 1
Mata Pelajran : Sejarah Indonesia
Aspek Penilaian Jumlah Skor Nilai

Ketepatan waktu

Kerapihann
Sistematika

kebersihan
Nama

penulisan
No
kelompok

1 Farel
2 Nilam 3 3 4 4 14
3 Intan

Kriteria skor :
4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

Rumus perhitungan nilai siswa, sebagai berikut :


Jumlah skor yang diperoleh siswax 100
Skor maksimal/ideal
Keterangan:
 Jumlah skor yang diperoleh siswa adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dari
penilaian ke-1 sampai dengan ke-4
 Skor maksimal/ideal adalah hasil perkalian skor tertinggi (4) dengan jumlah
kriteria yang ditetapkan (ada 4 kriteria). Jadi skor maksimal/ideal= 4x4 = 16

Sehingga perhitungan nilai akhir siswa adalah :


1. Intan : 14 x 100 = 87,5

16

Teknik penilaian diskusi :

Satuan Pendidikan : SMAN 1 Kec. Suliki


Tahun Pelajaran : 2081/2019
Kelas/Semester : XII/ 1
Mata Pelajran : Sejarah Indonesia
Jumlah
Aspek Penilaian Nilai
Skor
Keberanian mengajukan

Menghargai pendapat
Tanggung Jawab

Nama
Kerjasama

pertanyaan

No
orang lain
Menyampaikan

Siswa
informasi
1 Adit 3 4 5 4 4 20
2 Tia
3 Desi
Keterangan Skor
Skor 1 = sangat kurang
Skor 2= kurang
Skor 3= cukup
Skor 4= baik
Skor 5= baik sekali

Rumus perhitungan nilai siswa, sebagai berikut :


Jumlah skor yang diperoleh siswax 100
Skor maksimal/ideal
Keterangan:
 Jumlah skor yang diperoleh siswa adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dari
penilaian ke-1 sampai dengan ke-5
 Skor maksimal/ideal adalah hasil perkalian skor tertinggi (5) dengan jumlah
kriteria yang ditetapkan (ada 5 kriteria). Jadi skor maksimal/ideal= 5x5 = 25

Sehingga perhitungan nilai akhir siswa adalah :


2. Adit : 20 x 100 = 80

25

J. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


a. Remedial
Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) masing-
masing indikator, maka guru bisa memerikan remedial
Program remedial :
 Remedial Klasikal
Dilakukan apabila presentase ketuntasan siswa dalam satu lokal kecil dari 50%
 Remedial Individu
Dilakukan apabila presentase ketuntasan siswa dalam satu lokal besar dari 50%
Dengan ketentuan :
 Jika presentase ketuntasan KD < 49%
- Remedial teaching sebelum melanjutkan ke KD berikutnya
- Ujian remedial
 Jika presentase ketuntasan KD 50 – 74%
- Remedial dengan bantuan teman sejawat dan boleh melanjutkan KD berikutnya
- Ujian remedial
 Jika presentase ketuntasan KD 75 – 80%, tetapi ada beberapa indikator yang tidak
tuntas
- Remedial individu
- Pemberian tugas

b. Pengayaan
Pengayaan diberikan bagi siswa yang nilainya ≥ KKM masing-masing KD. Dalam
pelaksanaan pengayaan, peserta didik diminta membaca buku-buku referensi lainnya dan
menganalisis kenapa potensi konflik di Indonesia belakangan ini semakin besar.

Mengetahui, Limbanang, Juli 2019


Kepala SMA N 1 Kec. Suliki Guru Mata Pelajaran
Drs.ERISWANDI, M.Pd Dra. MISNARTI
NIP. 19680814 199512 1 003 NIP. 196208081986032005

Lampiran

Pertemuan 1
MATERI PEMBELAJARAN

Teladan Para Tokoh Persatuan

1. Pahlawan Nasional dari Papua

Posisi Papua dalam sejarah Indonesia setelah kemerdekaan sebenarnya unik. Papua
adalah wilayah di Indonesia yang bahkan setelah RI kembali menjadi negara kesatuan pada
tahun 1950 pun, tetap berada dalam kendali Belanda. Khusus persoalan Papua, berdasarkan
hasil KMB tahun 1949, sesungguhnya akan dibicarakan kembali oleh pemerintah RI dan
Belanda “satu tahun kemudian”. Nyatanya hingga tahun 1962, ketika Indonesia akhirnya
memilih jalan perjuangan militer dalam merebut wilayah ini, Belanda tetap berupaya
mempertahankan Papua. Meski demikian, dalam kurun waktu selama itu, bukan berarti
rakyat Papua berdiam diri untuk tidak menunjukkan nasionalisme keindonesiaan mereka.
Berbagai upaya juga mereka lakukan agar bisa menjadikan Papua sebagai bagian dari negara
Republik Indonesia. Muncullah tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam upaya
integrasi tersebut, seperti Frans Kaisiepo, Silas Papare dan Marthen Indey.

Sumber: Wajah dan Perjuangan Pahlawan Nasional, (Kemensos RI, 2012)


Gambar. Peta Papua dan 3 tokoh Papua
a) Frans Kaisiepo (1921-1979)

Frans Kaisiepo adalah salah seorang tokoh yang mempopulerkan lagu Indonesia
Raya di Papua saat menjelang Indonesia merdeka. Ia juga turut berperan dalam pendirian
Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tanggal 10 Mei 1946. Pada tahun yang sama, Kaisiepo
menjadi anggota delegasi Papua dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan, dimana ia
sempat menyebut Papua (Nederlands Nieuw Guinea) dengan nama Irian yang konon diambil
dari bahasa Biak dan berarti daerah panas. Namun kata Irian tersebut malah diberinya
pengertian lain : “Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands.(Kemensos, 2013). Dalam
konferensi ini, Frans Kaisiepo juga menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT)
karena NIT tidak memasukkan Papua ke dalamnya. Ia lalu mengusulkan agar Papua
dimasukkan ke dalam Keresidenan Sulawesi Utara. Tahun 1948 Kaisiepo ikut berperan
dalam merancang pemberontakan rakyat Biak melawan pemerintah kolonial Belanda.
Setahun setelahnya, ia menolak menjadi ketua delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konsekuensi atas penolakannya adalah
selama beberapa tahun setelah itu ia dipekerjakan oleh pemerintahkolonial di distrik-distrik
terpencil Papua.
Tahun 1961 ia mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia (ISI) yang
menuntut penyatuan Nederlans Nieuw Guinea ke negara Republik Indonesia. Wajar bila ia
kemudian banyak membantu para tentara pejuang Trikora saat menyerbu Papua. Paruh tahun
terakhir tahun 1960-an, Kaisiepo berupaya agar Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) bisa
dimenangkan oleh masyarakat yang ingin Papua bergabung ke Indonesia. Proses tersebut
akhirnya menetapkan Papua menjadi bagian dari negara Republik Indonesia.

b) Silas Papare (1918-1978)

Silas Papare membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) hanya sekitar sebulan
setelah Indonesia merdeka. Tujuan KIM yang dibentuk pada bulan September 1945 ini
adalah untuk menghimpun kekuatan dan mengatur gerak langkah perjuangan dalam
membela dan mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bulan Desember tahun yang
sama, Silas Papare bersama Marthen Indey dianggap mempengaruhi Batalyon Papua
bentukan Sekutu untuk memberontak terhadap Belanda. Akibatnya mereka berdua ditangkap
Belanda dan dipenjara di Holandia (Jayapura). Setelah keluar dari penjara, Silas Papare
mendirikan Partai Kemerdekaaan Irian. Karena Belanda tidak senang, ia kemudian ditangkap
dan kembali dipenjara, kali ini di Biak. Partai ini kemudian diundang pemerintah RI ke
Yogyakarta. Silas Papare yang sudah bebas pergi ke sana dan bersama dengan teman-
temannya membentuk Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta.
Sepanjang tahun 1950-an ia berusaha keras agar Papua menjadi bagian dari Republik
Indonesia. Tahun 1962 ia mewakili Irian Barat duduk sebagai anggota delegasi RI dalam
Perundingan New York antara Indonesia-Belanda dalam upaya penyelesaian masalah Papua.
Berdasarkan “New York Agreement” ini, Belanda akhirnya setuju untuk mengembalikan
Papua ke Indonesia.

c) Marthen Indey (1912–1986)

Marthen Indey sebelum Jepang masuk ke Indonesia adalah seorang anggota polisi
Hindia Belanda. Namun jabatan ini bukan berarti melunturkan sikap nasionalismenya.
Keindonesiaan yang ia miliki justru semakin tumbuh tatkala ia kerap berinteraksi dengan
tahanan politik Indonesia yang dibuang Belanda ke Papua. Ia bahkan pernah berencana
bersama anak buahnya untuk berontak terhadap Belanda di Papua, namun gagal. Antara
tahun 1945-1947, Indey masih menjadi pegawai pemerintah Belanda dengan jabatan sebagai
Kepala Distrik. Meski demikian, bersama-sama kaum nasionalis di Papua, secara sembunyi-
sembunyi ia malah menyiapkan pemberontakan. Tetapi sekali lagi, pemberontakan ini gagal
dilaksanakan.
Sejak tahun 1946 Marthen Indey menjadi Ketua Partai Indonesia Merdeka (PIM). Ia
lalu memimpin sebuah aksi protes yang didukung delegasi 12 Kepala Suku terhadap
keinginan Belanda yang ingin memisahkan Papua dari Indonesia. Indey juga mulai terang-
terangan menghimbau anggota militer yang bukan orang Belanda agar melancarkan
perlawanan terhadap Belanda. Akibat aktivitas politiknya yang kian berani ini, pemerintah
Belanda menangkap dan memenjarakan Indey.
Tahun 1962, saat Marthen Indey tak lagi dipenjara, ia menyusun kekuatan gerilya
sambil menunggu kedatangan tentara Indonesia yang akan diterjunkan ke Papua dalam
rangka operasi Trikora. Saat perang usai, ia berangkat ke New York untuk memperjuangkan
masuknya Papua ke wilayah Indonesia, di PBB hingga akhirnya Papua (Irian) benar-benar
menjadi bagian Republik Indonesia.

Pertemuan 2

Para Raja yang Berkorban Untuk Bangsa (Sultan Hamengkubuwono IX dan Sultan
Syarif Kasim II)
Saat Indonesia merdeka, di Indonesia, masih ada kerajaan-kerajaan yang berdaulat.
Hebatnya, para penguasa kerajaan-kerajaan tersebut lebih memilih untuk meleburkan
kerajaan mereka ke dalam negara Republik Indonesia. Hal ini bisa terjadi tak lain karena
dalam diri para raja dan rakyat di daerah mereka telah tertanam dengan begitu kuat rasa
kebangsaan Indonesia. Meski demikian tak semua raja mau bergabung dengan negara
kesatuan RI. Sultan Hamid II dari Pontianak misalnya, bahkan pada tahun 1950-an lebih
memilih berontak hingga turut serta dalam rencana pembunuhan terhadap beberapa tokoh
dan pejabat di Jakarta, meski akhirnya mengalami kegagalan. Dalam bagian ini, kita akan
mengambil contoh dua orang raja yang memilih untuk melawan Belanda dan bergabung
dengan negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu Sultan Hamengkubuwono IX dari
Yogyakarta dan Sultan Syarif Kasim II dari kerajaan Siak.

a) Sultan Hamengkubuwono IX (1912-1988)

Pada tahun 1940, ketika Sultan Hamengkubuwono


IX dinobatkan menjadi raja Yogjakarta, ia dengan tegas
menunjukkan sikap nasionalismenya. Dalam pidatonya saat
itu, ia mengatakan:
“Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang
sebenarnya,
namun pertama-tama saya adalah dan tetap adalah orang
Jawa.”(Kemensos, 2012)

Sikapnya ini kemudian diperkuat manakala tidak


sampai 3 minggu setelah proklamasi 17 Agustus 1945
dibacakan, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Wajah dan
Kerajaan Yogjakarta adalah bagian dari negara Republik Perjuangan
Indonesia. Dimulai pada tanggal 19 Agustus, Sultan Pahlawan Nasional
mengirim telegram ucapan selamat kepada Soekarno- Gambar diolah dari
berbagai sumber,
Hatta atas terbentuknya Republik Indonesia dan terpilihnya (Kemensos RI,
Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 2012)
Gambar. Sultan
Tanggal 20 Agustus besoknya, melalui telegram kembali, Sultan dengan tegas
menyatakan berdiri di belakang Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Dan akhirnya pada
tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX memberikan amanat bahwa:
- Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Republik
Indonesia.
- Segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan urusan pemerintahan
berada di tangan Hamengkubuwono IX.
- Hubungan antara Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah RI bersifat langsung
dan Sultan Hamengkubuwono IX bertanggung jawab kepada Presiden RI.

Melalui telegram dan amanat ini, sangat terlihat sikap nasionalisme Sultan
Hamengkubuwono IX. Bahkan melalui perbuatannya. Sejak awal kemerdekaan, Sultan
memberikan banyak fasilitas bagi pemerintah RI yang baru terbentuk untuk menjalankan
roda pemerintahan. Markas TKR dan ibukota RI misalnya, pernah berada di Yogjakarta atas
saran Sultan. Bantuan logistik dan perlindungan bagi kesatuan-kesatuan TNI tatkala perang
kemerdekaan berlangsung, juga ia berikan. Sultan Hamengkubuwono IX juga pernah
menolak tawaran Belanda yang akan menjadikannya raja seluruh Jawa setelah agresi militer
Belanda II berlangsung. Belanda rupanya ingin memisahkan Sultan yang memiliki pengaruh
besar itu dengan Republik. Bukan saja bujukan, Belanda bahkan juga sampai mengancam
Sultan. Namun Sultan Hamengkubuwono IX malah menghadapi ancaman tersebut dengan
berani.
Meskipun berstatus Sultan, Hamengkubuwono IX dikenal pula sebagai pribadi yang
demokratis dan merakyat. Banyak kisah menarik yang terjadi dalam interaksi antara Sultan
dan masyarakat Yogyakarta.

b) Sultan Syarif Kasim II (1893-1968)


Sultan Syarif Kasim II dinobatkan menjadi raja Siak Indrapura pada tahun 1915
ketika berusia 21 tahun. Ia memiliki sikap bahwa kerajaan Siak berkedudukan sejajar dengan
Belanda. Berbagai kebijakan yang ia lakukan pun kerap bertentangan dengan keinginan
Belanda. Ketika berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai ke Siak, Sultan Syarif
Kasim II segera mengirim surat kepada Soekarno-Hatta, menyatakan kesetiaan dan
dukungan terhadap pemerintah RI serta menyerahkan harta senilai 13 juta gulden untuk
Sumber: Wajah dan
Perjuangan Pahlawan
Nasional Gambar
diolah dari berbagai
sumber,
(Kemensos RI, 2012)
Gambar. Sultan Syarif
membantu perjuangan RI. Ini adalah nilai uang yang sangat besar. Tahun 2014 kini saja
angka tersebut setara dengan Rp. 1,47 trilyun.
Kesultanan Siak pada masa itu memang dikenal sebagai kesultanan yang kaya.Tindak
lanjut berikutnya, Sultan Syarif Kasim II membentuk Komite Nasional Indonesia di Siak,
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Barisan Pemuda Republik. Ia juga segera mengadakan
rapat umum di istana serta mengibarkan bendera Merah-Putih, dan mengajak raja-raja di
Sumatera Timur lainnya agar turut memihak republik.
Saat revolusi kemerdekaan pecah, Sultan aktif mensuplai bahan makanan untuk para
laskar. Ia juga kembali menyerahkan kembali 30 % harta kekayaannya berupa emas kepada
Presiden Soekarno di Yogyakarta bagi kepentingan perjuangan. Ketika Van Mook, Gubernur
Jenderal de facto Hindia Belanda, mengangkatnya sebagai “Sultan Boneka”Belanda,
Sultan Syarif Kasim II tentu saja menolak. Ia tetap memilih bergabung dengan pemerintah
Republik Indonesia. Atas jasanya tersebut, Sultan Syarif Kasim II dianugerahi gelar
Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.

Daftar Pustaka
1. Kemdikbud RI. 2017. Buku Siswa, Sejarah Indonesia Kelas XII. Jakarta: Kemdikbud.

Anda mungkin juga menyukai