PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaianperistiwa yang mengancam
danmengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan oleh
faktoralam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkantimbulnya korban jiwa, kerusakanlingkungan, kerugian harta
benda dandampak psikologis.
Untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana pada suatu wilayah (wilayah
yang memiliki kerawanan tinggi, kerawanan sedang, dan kerawanan rendah)
dapat diketahui melalui beberapa tahapan analisis yang meliputi tiga langkah
tahapan yaitu identifikasi kondisi fisik, analisis klasifikasi pada setiap jenis
bencana dan tahapan analisis overlay dengan masing-masing jenis bencana. Untuk
menentukan wilayah yang memiliki tingkat kerawanan bencana di Kabupaten
Tanah Datar maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Kawasan Rawan Bencana Di Kabupaten Tanah Datar”.
1
1.4. Alat Dan Perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta topografi
2. Peta geologi
3. Peta jenis tanah
4. Peta Kemiringan lereng
5. Peta penggunaan lahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Seperangkat komputer software arc Gisdan Microsoft Word.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANAH DATAR
2.1. Letak Geografis dan Administrasi
Kabupaten Tanah Datar terletak pada 000 12” sampai dengan 00039’’
LSdan 100019’’ sampai dengan 100051” BT mempunyai luas 1336 Km2. Dan
terdiri
atas 14 kecamatan dan dialiri oleh 25 sungai serta terletak di kaki tiga
buahgunung yaitu Merapi, Singgalang dan Sago. Danau Singkarak juga
merupakansebagian dari wilayah Kabupaten Tanah Datar yang terletak di
KecamatanRambatan dan Batipuh.
Diantara 14 kecamatan, 3 kecamatan terletak pada ketinggian antara 750-
1000 m dpl, yaitu Kecamatan X Koto, Salimpaung dan Tanjung Baru.
Empatkecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang
Ganting
dan Sungai Tarab terletak pada ketinggian 450-550 m dpl. Sementara 7 kecamatan
lagi berada pada ketinggian yang bervariasi, misalnya Kecamatan Lintau Buoyang
berada pada ketinggian antara 200-750 m dpl.
Bila dilihat dari luas wilayah kecamatan, maka kecamatan yang
palingkecil luasnya adalah Kecamatan Lima Kaum dengan luas 50 Km 2,
sedangkankecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Lintau Buo Utara yakni
203,26Km2, kemudian diikuti Kecamatan X Koto yang luasnya 152,99
Km2.Secara administratif Kabupaten Tanah Datar berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Agam dan 50 Kota
Sebelah Selatan : Kabupaten Solok
Sebelah Barat : Kabupaten Padang Pariaman
Sebelah Timur : Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung
Dari sektor ekonomi, Kabupaten Tanah Datar masih di dominasi
olehsektor pertanian. Dalam Program Pembangunan Daerah (Propeda)
KabupatenTanah Datar tahun 2000-2004, prioritas pembangunan ekonomi
diarahkan padaupaya pengembangan sistem ekonomi kerakyatan sesuai dengan
kemajuanteknologi dengan mengutamakan produk-produk unggulan daerah
3
terutamapertanian dalam arti luas, industri kecil dan kerajinan rakyat serta
pariwisata.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah
diseluruhIndonesia, khususnya Sumatera Barat terjadi perubahan pemerintahan
ditingkatterendah, yang sebelumnya berada di tingkat desa/kelurahan pada saat ini
beralihke nagari, dan untuk Kabupaten Tanah Datar yang semula terdiri dari
221desa/kelurahan, sekarang menjadi 75 nagari, yang dalam
pelaksanaanpemerintahan dibantu 280 desa.
Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Tanah Datar
2.2. Topografi
4
a. Morfologi dataran dengan kemiringan 0-2 %, dataran yang mempunyai
satuanmorfologi relatif kecil dengan ketinggian antara 226-274 meter di
ataspermukaan laut.
b. Morfologi dataran bergelombang dengan kemiringan 2-15 %,
umumnyaterletak pada lembah diantara perbukitan atau pada lereng
perbukitan denganketinggian antara 365-615 .
c. Morfologi perbukitan dengan kemiringan 15-40 % merupakan daerah
peralihanantara satuan dataran bergelombang dengan satuan perbukitan
terjal danmempunyai ketinggian antara 612-952 meter diatas permukaan
laut.
d. Morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan > 40 %, merupakan
daerahpuncak-puncak perbukitan seperti yang terdapat pada Selatan
Gunung Merapi.Untuk lebih jelasnya proporsi kemiringan lahan dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut :
5
BAB III
METODE ANALISIS KAWASAN RAWAN BENCANA
3.1.Analisa Pemetaan Kawasan Bencana Banjir
Cara analisis
dari beberapa peta tematik. Dengan menggunakan fomula bahaya banjir sebagai
berikut :
6
Tabel 1.Skoring bahaya banjir menurut Maff Japan dalam ( Dedi Hermon, hal 57)
c−b
I=
k
7
k : jumlah kelas yang diinginkan
3.2 Analisis Rawan Bencana Longsor
2. Peta Lereng
3. Peta Geologi
4. Peta tanah
Cara analisis
Rumus Model Maff –Japan (Dedi Hermon , 2012 ) adalah sebagai berikut:
8
Selanjutnya untuk menentukan zonasi bahaya longsor di gunakan formula yang
c−b
I=
k
9
Gleysols 5
Vertisols 5
Acrisols 5
Lithososls 3
Podzols 2
Andosols 3
Regosols 2
Grumusols 5
Tipe geologi Alluvium 1
Pletstocene, endapan sedimen 2
Phocene, endapan sedimen 4
Pletstocene, endapan vulkanik 2
Miocene, batu kapur 3
Material vulkanik muda 1
Material vulkanik tua 3
Miocene vulkanik 3
Bentuk lahan Zona dataran rendah pantai 5
Zona dataran rendah 5
Zona dataran tinggi 3
Zona perbukitan kemiringan <15% 4
Zona perbukitan kemiringan>=15%-<40% 3
Zona perbukitan kemiringan >=40% 2
Zona pegunungan kemiringan <15% 3
Zona pegunungan kemiringan >=15%-<40 2
Zona pegunungan kemiringan >=40% 1
Sumber: Maff Japan ( Dedi hermon hal 88, 2012 )
1. Peta topografi
2. peta geologi
10
Cara Analisis
melalui interpretasi peta kontur untuk mengetahui pola aliran biasanya yang
dijumpai berbentuk lurus, terdapat struktur sesar, kekar, dan lipatan.Jenis dan
1. Data hidrologi
2. peta geologi
Cara Analisis
cara pembacaan peta geologi sedangkan peta satuan bentuk lahan dihasilkan dari
turunan peta topografi, pola aliran biasanya berbentuk radial. Satuan bentuk lahan
11
3.5 Metode dan Analisia Rawan Bencana Tsunami
1. Peta tektonik
2. Batimetri
Sumber: GIS based relative tsunami hazard maps, Humboldt State University Geology Dept.
12
Cara analisis
13