Menurut hasil penelitian belum lama ini, satu dari empat orang terbukti
menggunakan narkotika golongan II, Ritalin. Menurut Badan Pencegahan Narkoba AS
seperti dikutip dari id.drugfreeworld.org, Selasa (1/8/2017), ritalin sejenis dengan kokain,
morfin, dan amfetamin. Obat tersebut banyak digunakan oleh para remaja karena efek
perangsang yang terdapat di dalamnya.
Menurut pengawas medis, Ritalin merupakan obat yang digunakan untuk
mengobati attention deficit hyperactivity disorder atau hiperaktif. Para pelajar di Belanda
dilaporkan kerap menggunakannya untuk meningkatkan konsentrasi saat belajar dan ujian.
Di Belanda, Ritalin hanya dijual dengan resep dokter. Namun belakangan diketahui juga bisa
dibeli secara online. Meski dianggap memiliki sisi positif bagi para pelajar di Belanda, obat
Ritalin memiliki dampak negatif bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara terus menerus.
"Ritalin memiliki efek negatif seperti memicu rasa gugup, insomnia, mulut kering, mual dan
di beberapa kasus menimbulkan kecemasan dan masalah pada jantung," ujar peneliti IVM,
Belle Barendregt. Bahkan di AS, tercatat kasus siswa meninggal akibat overdosis Ritalin.
MATT HEW adalah seorang anak belasan tahun yang telah menggunakan Ritalin
selama 7 tahun. Dia meninggal dengan tiba-tiba pada tahun 2000. Walaupun dia tidak
memiliki riwayat penyakit jantung dan dari hasil autopsi menyatakan bukti-bukti murni dari
kerusakan peredaran darah kecil. Pemeriksa medis menyatakan bahwa kematian Matthew
disebabkan oleh Dampak penggunaan Methylphenidate (Ritalin) yang lama.