Anda di halaman 1dari 11

Obat- obat diabetik oral yang akan dijelaskan meliputi golongan Sulfonilurea, Meglitinida,

Biguanida, Tiazolidinedion, Penghambat ɑ-glukosidase, DPP-4 inhibitors, SGLT2 inhibitors,


GLP-1 receptor agonists serta Insulin.
a. Sulfonilurea
Waktu Pemberian : Chlorpropamide, Glipizide, Gliclazide diberikan 30menit sebelum
makan. Glimepiride diberikan bersama makanan, lebih baik makanan pertama dalam sehari
yaitu saat sarapan.
Kondisi Khusus : Risiko hipoglikemik tinggi bagi pasien yang memiliki gangguan ginjal,
sirosis hati & geriatri (Gibenclamide risiko tertinggi, Glimepiride & Gliclazide risiko ter
rendah) sehingga diperlukan penyesuaian dosis dan cek fungsi ginjal dan hati
b. Meglitinida
Waktu Pemberian : Mitiglinide, Repaglinide, Nateglinide diminum 30 menit sebelum makan.
Frekuensi dosis pemberian lebih sering karena obat golongan ini lebih cepat diabsorbsi
dibandingkan obat lain.
b. Biguanida
Waktu Pemberian : Metformin diminum bersama makanan atau sesaat setelah makan terkait
untuk meminimalisasi efek samping yang umum pada disturbansi saluran pencernaan.
Kondisi Khusus : Asidosis Laktat jarang (rarely) terjadi pada pasien gagal jantung kongestif
dan gangguan ginjal (Kreatinin serum ≥1.4 mg/dL untuk wanita dan ≥1.5 mg/dL untuk
pria).
c. Tiazolidinedion
Waktu Pemberian : Pioglitazone diminum bisa bersama atau tidak bersama makanan, karena
makanan tidak mempengaruhi absorbsi obat.
Kondisi Khusus : Tidak direkomendasi untuk pasien dangan gangguan jantung kongestif.
d. Penghambat ɑ-glukosidase
Waktu Pemberian : Acarbose, Miglitol diminum bersama makanan.
e. DPP-4 inhibitors
Waktu Pemberian : Sitagliptin, Saxagliptin, Linagliptin diminum bisa bersama atau tidak
bersama makanan, karena makanan tidak mempengaruhi absorbsi obat.
Kondisi Khusus : Saat digunakan bersama insulin, dosis insulin harus diturunkan untuk
mengurangi risiko hipoglikemia.
f. Insulin
Apoteker menjelaskan cara penggunaan insulin, waktu penggunaan, cara penyimpanan
insulin (15-30oc), teknik penggunaan insulin secara mandiri, lokasi menyuntikkan insulin,
efek samping (hipoglikemia sering terjadi apabila konsumsi makanan asupan glukosa kurang
sebelum penyuntikan).

TERAPI NON FARMAKOLOGI

6.1 Manajemen Nutrisi


6.1.1 Komposisi Makanan yang Dianjurkan
Manejemen nutrisi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara
komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya. Guna mencapai
sasaran terapi nutrisi sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang DM. Prinsip
pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat
yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri. Komposisi Makanan yang
dianjurkan terdiri dari.
a. Karbohidrat
 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidrat yang berserat tinggi.
 Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
 Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan
sama dengan makanan keluarga yang lain.
 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
 Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI).
 Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan
seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
b. Lemak
 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
 Komposisi yang dianjurkan adalah lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori. lemak
tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh
dan lemak trans antara lain daging berlemak dan susu fullcream.
 Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
c. Protein
 Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
 Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
 Pada pasien dengan nefropati diabetic perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi. Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis
asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
d. Natrium
 Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu
<2300 mg perhari(B).
 Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan
natrium secara individual.
 Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
e. Pemanis Alternatif
 Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted
Daily Intake/ADI)
 Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak
berkalori.
 Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan fruktosa.
 Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.
 Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena dapat
meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti
buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.
 Pemanis tak berkalori termasuk aspartam, sakarin, acesulfame potassium,
sukralose, neotame.
6.1.2 Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes.
Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori
/ kg BB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur,
aktivitas, dan berat badan.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai
berikut :
 Berat badan ideal = 90% x (TB (cm) - 100) x 1 kg.
 Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.

Normal  BBI ± 10 %
Kurus  BBI - 10 %
Gemuk  BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat
dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg) / TB(m2)
Tabel 6.1 Kategori Indeks Massa Tubuh

No Status Gizi Indeks Masa Tubuh (IMT) (Kg/m2)

1 Kurus <18,5

2 Normal 18,5 – 22,9


3 Gemuk ≥ 23

4 preobesitas 23-24,9

5 Obesitas I 25 – 29,9

6 Obesitas II ≥ 20

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :


 Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25
kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.
 Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade antara 40 dan
59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60 s/d 69 tahun dan dikurangi 20%, di atas 70 tahun.
 Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
 kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik penambahan sejumlah
10% dari kebutuhan basal diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas
ringan, 30% dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
 Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% ber-gantung kepada tingkat kegemukan. Bila kurus
ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan
penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000 - 1200 kkal perhari
untuk wanita dan 1200 - 1600 kkal perhari untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi
besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan
(10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan
dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain,
pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya.

Menurut (American Diabetes Association, 2008) manajemen gizi berperan dalam memberikan
rekomendasi dan intervensi makanan yang sebaiknya dikonsumsi atau tidak boleh bagi pasien
untuk menjaga berat badan dan kadar glukosa darah. Beberapa penelitian klinis mengenai
manajemen gizi menunjukkan terdapat penurunan HbA1c sebanyak 1% pada penderita diabetes
mellitus tipe 1 dan 1-2% pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Target yang akan dicapai dalam
manajemen gizi diantaranya:
a. Kadar glukosa darah normal atau mendekati normal
b. Profil lipid dan lipoprotein yang dapat mengurangi resiko penyakit vaskuler
c. Tekanan darah yang normal
d. Mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi kronis dari diabetes dengan
modifikasi asupan dan gaya hidup
e. Mendata kebutuhan nutrisi bagi tiap penderita diabetes mellitus
f. Mengatur pola makan dengan membatasi pilihan sesuai dengan bukti klinis
Berikut ini beberapa tahaan terapi diet, diantaranya:
a. Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk menilai kondisi pasien dan menilai kesediaan pasien
untuk melaksanakan terapi. Pengkajian yang dilakukan sebelum terapi meliputi pengkajian
data-data klinis pasien seperti kadar glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol total, LDL,
HDL dan trigliserida) dan hemoglobin glikat.
b. Menentukan tujuan yang ingin dicapai
Hasil dari pengkajian akan memeberikan gambaran untuk menentukan tujuan yang
ingin dicapai pada terapi. Pada tahapan ini dilakukan identifikasi apa saja yang perlu
dilakukan dalam penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan. Tujuan yang dibuat
hendaklah membantu pasien untuk melakkukan perubahan positif yang akan menghasulkan
perbaikan kadar glukosa darah dan kadar lemak darah serta memperbaiki asupan gizi.
c. Intervensi gizi
Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang akan dicapai
menentukan dasar intervensi gizi. Intervensi gizi meliputi intervensi gizi dasar dan lanjutan.
Pada intervensi gizi dasar diberikan gambaran tentang kebutuhan gizi dan
penatalaksanaannya bagi pasien diabetes. Sedangkan pada intervensi gizi lanjutan diberikan
penekanan yang lebih mendalam seperti perhitungan kalori, perhitungan lemak dan lain
sebagainya.
d. Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap parameter-parameter klinis yang
penting sebagai evaluasi untuk kemudian bersama-sama dengan pasien menetapkan tujuan
baru untuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah dan hemoglobin
glikat (HBA1C), lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal penting untuk mengevaluasi hasil
yang berhubunngan dengan gizi. Tindak lanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan setiap
3-6 bulan, sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan.
Jenis diet berdasarka tipe diabetes adalah sebagai berikut :
1) Diabetes tipe I:
Konsumsi karbohidrat dan lemak tak jenuh hanya sebesar 60-70% dari total kalori
yang diperlukan. Perlu diperhatikan untuk mencocokan dosis insulin dengan jumlah
karbohidrat yang dikonsumsi (untuk pasien yang menggunakan insulin dengan rejimen
basal-bolus termasuk injeksi insulin berulang dan pengguna infus insulin subkutan
berkelanjutan). Sedangkan untuk pasien yang menggunakan insulin dengan dosis tetap
atau rapid-/short acting insulin, harus menjaga jumlah konsumsi karbohidrat yang
konstant antar waktu makan
2) Diabetes tipe II:
Konsumsi karbohidrat dan lemak tak jenuh hanya sebesar 60-70% dari total kalori
yang diperlukan. Namun harus diperhatikan bahwa peningkatan konsumsi lemak tak
jenuh dapat meningkatkan resiko naiknya berat badan pada pasien obesitas yang
mengidap DM tipe 2 sehingga akan mengurangi sensitivitas insulin.
Gambar 6.1 Diet Pada Diabetes Mellitus

6.1.3 Latihan Jasmani


Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus
tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang
relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat
komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalasmalasan
6.2 Aktivitas Fisik
Secara umum, aktivitas fisik pada pasien diabetes melitus bermanfaat utuk
meningkatkan kontrol glukosa darah dengan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin.
Dengan mekanisme tersebut, aktivitas fisik dapat mengurangi atau mempertahankan berat
badan, mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular, meningkatkan kualitas hidup, dan
mengurangi risiko diabetes pada pasien prediabetes dan ibu hamil.
Aktivitas fisik yang disarankan harus disesuaikan frekuensi dan jenisnya dengan
mempertimbangkan umur, kondisi fisik, kebiasaan olahraga, dan kondisi kesehatan.
Aktivitas fisik sebaiknya dimulai dengan periode yang pendek dan intensitas ringan dan
kemudian meningkatkannya secara perlahan, baik frekuensi maupun intensitasnya. Aktivitas
fisik yang disarankan oleh American Diabetes Association (ADA) dalam standar
penatalaksanaan diabetes dikelompokkan menjadi aktivitas fisik untuk pasien dewasa, anak-
anak, dan disabilitas.
Pasien dewasa
Pasien dewasa disarankan untuk melakukan aktivitas fisik berupa aerobik dan latihan
resistensi. Aerobik dilakukan 150 menit per minggu dengan intensitas sedang (minimal 3
hari per minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tanpa olahraga, atau 75 menit per
minggu dengan intensitas berat, atau kombinasi keduanya. Sementara itu, latihan resistensi
dilakukan 2 kali per minggu atau lebih dengan satu sesi setidaknya terdiri dari 5 atau lebih
sesi latihan.
Pasien anak-anak

Pasien anak-anak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik berupa aerobik


intensitas sedang hingga berat dengan frekuensi 60 menit per hari.
Pasien Geriatri dan Disabilitas

Untuk pasien geriatri dan disabilitas, aktivitas fisik dilakukan semampunya dan
disesuaikan dengan kondisi pasien tersebut. Untuk seluruh pasien sebaiknya menyelingi
waktu menetap, yaitu waktu yang digunakan untuk duduk, menggunakan komputer, atau
menonton televisi dengan bediri atau jalan-jalan tiap 90 menit atau kurang.
Aerobik merupakan gerakan yang meiliki ritme, berulang, dan kontinyu pada
sekelompok otot sekurangnya 10 menit. Aerobik intensitas sedang berarti meningkatkan
denyut jantung hingga 50%-70% denyut jantung maksimum, seperti bersepeda, jalan cepat,
berenang, menari, dan aerobik air. Sementara itu, aerobik intensitas berat berarti
meningkatkan denyut jantung hingga lebih dari 70% denyut jantung maksimum, seperti
jogging, senam aerobik, bermain basket, berenang cepat, dan menari cepat.
Latihan resistensi merupakan kegiatan dengan durasi singkat yang menggunakan
barbel atau alat berat untuk meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan. Latihan ini
direkomendasikan dilakukan dua kali atau lebih dalam seminggu dimulai dengan 1 set
menggunakan barbel dengan pengulangan 15-20 kali dan dilanjutkan dengan set kedua
dengan penambahan beban dan kurangi pengulangan menjadi 10-15 kali. Latihan ini
dianjutkan dengan set ketiga hingga kedelapan dengan menambah beban. Latihan ini
membutuhkan alat bantu seperti mesin bebam dan barbel.
Pasien dengan kondisi khusus seperti pasien dengan neuropati autonom dan periferal,
retinopati proliferatif, aterosklerosis, dan pasien dengan risiko komplikasi kardiovaskular
harus melakukan evaluasi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik. Evaluasi meliputi
pemeriksaan sejarah mengenai aktivitas fisik sebelumnya yang pernah dilakukan;
pemeriksaan fisik meliputi funduskopi, lesi kaki, dan skrining neuropati; dan pemeriksaan
elektrokardiografi.
Aktivitas fisik yang disertai dengan penggunaan insulin atau obat yang merangsang
sekresi insulin (misalnya sulfonilurea) dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia.
Solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menambahkan konsumsi karbohidrat jika
kadar glukosa darah kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L) atau menurunkan dosis insulin
jika memungkinkan. Pasien disarankan untuk membawa kue atau permen di kantungnya
untuk segera mengatasi hipoglikemia yang terjadi saat melakukan aktivitas fisik. Selain itu,
pasien juga harus didampingi oleh orang yang tahu cara mengatasi serangan hipoglikemia.
Perubahan gaya hidup dari segi nutrisi yaitu lebih memperhatikan kualitas lemak dan
kolesterol yang dikonsumsi dibandingkan dengan kuantitas lemak dan kolesterol yang dikonsumsi.
Studi menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan gandum sangat
membantu dalam mencegah diabetes tipe 2. Kemudian peningkatan konsumsi kacang dan beri
dalam konteks diet yang tinggi sayuran dan buah, berkorelasi dengan pengurangan risiko diabetes.
Terapi nutrisi ini telah terbukti efektif dalam menurunkan A1C pada individu yang didiagnosis
dengan prediabetes. Ini menunjukkan bahwa intervensi gizi berpotensi efektif dalam pencegahan
perkembangan menuju diabetes melitus tipe 2 diabetes (terutama pada individu yang menunjukkan
tanda-tanda sindrom metabolik) (ADA, 2016).
Aktivitas fisik dan olahraga juga memiliki peran dalam pencegahan diabetes. Istilah
Aktivitas fisik mencakup semua jenis aktivitas, sedangkan olahraga mengacu pada kegiatan yang
direncanakan. Studi menunjukkan program olahraga mungkin tidak mengurangi berat badan,
tetapi program tersebut terbukti dapat menurunkan risiko diabetes. Olahraga sedang, seperti jalan
cepat atau melakukan kegiatan lain secara intens juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
mengurangi kandungan lemak perut pada anak-anak dan dewasa muda. Program pencegahan
diabetes dengan melakukan latihan olahraga intensitas sedang selama 150 menit / minggu
menunjukkan efek menguntungkan pada mereka dengan kondisi pradiabetes. Selain itu efek
latihan olahraga juga dapat mencegah diabetes mellitus gestasional (GDM) (ADA, 2016).

Anda mungkin juga menyukai

  • UUEF
    UUEF
    Dokumen20 halaman
    UUEF
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen11 halaman
    Asma
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Kasus Ritalin
    Kasus Ritalin
    Dokumen1 halaman
    Kasus Ritalin
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • ASMATIKUS
    ASMATIKUS
    Dokumen57 halaman
    ASMATIKUS
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Terapi Non Farmakologi
    Terapi Non Farmakologi
    Dokumen5 halaman
    Terapi Non Farmakologi
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Referensi Uuef
    Referensi Uuef
    Dokumen1 halaman
    Referensi Uuef
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen11 halaman
    Asma
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • ANTIHIPERTENSI
    ANTIHIPERTENSI
    Dokumen5 halaman
    ANTIHIPERTENSI
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen1 halaman
    Book 1
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Leaflet CCB Dan ARB
    Leaflet CCB Dan ARB
    Dokumen20 halaman
    Leaflet CCB Dan ARB
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Promot If
    Promot If
    Dokumen1 halaman
    Promot If
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme Insulin
    Mekanisme Insulin
    Dokumen9 halaman
    Mekanisme Insulin
    Edwin Prakoso
    100% (1)
  • Judul
    Judul
    Dokumen1 halaman
    Judul
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • ANTIHIPERTENSI
    ANTIHIPERTENSI
    Dokumen5 halaman
    ANTIHIPERTENSI
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Laporsn Kimed 2
    Laporsn Kimed 2
    Dokumen7 halaman
    Laporsn Kimed 2
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • ANTIHIPERTENSI
    ANTIHIPERTENSI
    Dokumen5 halaman
    ANTIHIPERTENSI
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Laporsn Kimed 2
    Laporsn Kimed 2
    Dokumen7 halaman
    Laporsn Kimed 2
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Anak Penggembala Dan Serigala
    Anak Penggembala Dan Serigala
    Dokumen2 halaman
    Anak Penggembala Dan Serigala
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bunda
    Tugas Bunda
    Dokumen16 halaman
    Tugas Bunda
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Promot If
    Promot If
    Dokumen1 halaman
    Promot If
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Dasar Sintesis Senyawa Obat
    Dasar Sintesis Senyawa Obat
    Dokumen2 halaman
    Dasar Sintesis Senyawa Obat
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Tabel Ais
    Tabel Ais
    Dokumen1 halaman
    Tabel Ais
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Anak Penggembala Dan Serigala
    Anak Penggembala Dan Serigala
    Dokumen2 halaman
    Anak Penggembala Dan Serigala
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Obat
    Obat
    Dokumen5 halaman
    Obat
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen4 halaman
    Judul
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • B
    B
    Dokumen4 halaman
    B
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • ALAT
    ALAT
    Dokumen1 halaman
    ALAT
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Full
    Manajemen Full
    Dokumen14 halaman
    Manajemen Full
    Indah BryanKey
    Belum ada peringkat