Normal BBI ± 10 %
Kurus BBI - 10 %
Gemuk BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat
dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg) / TB(m2)
Tabel 6.1 Kategori Indeks Massa Tubuh
1 Kurus <18,5
4 preobesitas 23-24,9
5 Obesitas I 25 – 29,9
6 Obesitas II ≥ 20
Menurut (American Diabetes Association, 2008) manajemen gizi berperan dalam memberikan
rekomendasi dan intervensi makanan yang sebaiknya dikonsumsi atau tidak boleh bagi pasien
untuk menjaga berat badan dan kadar glukosa darah. Beberapa penelitian klinis mengenai
manajemen gizi menunjukkan terdapat penurunan HbA1c sebanyak 1% pada penderita diabetes
mellitus tipe 1 dan 1-2% pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Target yang akan dicapai dalam
manajemen gizi diantaranya:
a. Kadar glukosa darah normal atau mendekati normal
b. Profil lipid dan lipoprotein yang dapat mengurangi resiko penyakit vaskuler
c. Tekanan darah yang normal
d. Mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi kronis dari diabetes dengan
modifikasi asupan dan gaya hidup
e. Mendata kebutuhan nutrisi bagi tiap penderita diabetes mellitus
f. Mengatur pola makan dengan membatasi pilihan sesuai dengan bukti klinis
Berikut ini beberapa tahaan terapi diet, diantaranya:
a. Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk menilai kondisi pasien dan menilai kesediaan pasien
untuk melaksanakan terapi. Pengkajian yang dilakukan sebelum terapi meliputi pengkajian
data-data klinis pasien seperti kadar glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol total, LDL,
HDL dan trigliserida) dan hemoglobin glikat.
b. Menentukan tujuan yang ingin dicapai
Hasil dari pengkajian akan memeberikan gambaran untuk menentukan tujuan yang
ingin dicapai pada terapi. Pada tahapan ini dilakukan identifikasi apa saja yang perlu
dilakukan dalam penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan. Tujuan yang dibuat
hendaklah membantu pasien untuk melakkukan perubahan positif yang akan menghasulkan
perbaikan kadar glukosa darah dan kadar lemak darah serta memperbaiki asupan gizi.
c. Intervensi gizi
Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang akan dicapai
menentukan dasar intervensi gizi. Intervensi gizi meliputi intervensi gizi dasar dan lanjutan.
Pada intervensi gizi dasar diberikan gambaran tentang kebutuhan gizi dan
penatalaksanaannya bagi pasien diabetes. Sedangkan pada intervensi gizi lanjutan diberikan
penekanan yang lebih mendalam seperti perhitungan kalori, perhitungan lemak dan lain
sebagainya.
d. Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap parameter-parameter klinis yang
penting sebagai evaluasi untuk kemudian bersama-sama dengan pasien menetapkan tujuan
baru untuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah dan hemoglobin
glikat (HBA1C), lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal penting untuk mengevaluasi hasil
yang berhubunngan dengan gizi. Tindak lanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan setiap
3-6 bulan, sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan.
Jenis diet berdasarka tipe diabetes adalah sebagai berikut :
1) Diabetes tipe I:
Konsumsi karbohidrat dan lemak tak jenuh hanya sebesar 60-70% dari total kalori
yang diperlukan. Perlu diperhatikan untuk mencocokan dosis insulin dengan jumlah
karbohidrat yang dikonsumsi (untuk pasien yang menggunakan insulin dengan rejimen
basal-bolus termasuk injeksi insulin berulang dan pengguna infus insulin subkutan
berkelanjutan). Sedangkan untuk pasien yang menggunakan insulin dengan dosis tetap
atau rapid-/short acting insulin, harus menjaga jumlah konsumsi karbohidrat yang
konstant antar waktu makan
2) Diabetes tipe II:
Konsumsi karbohidrat dan lemak tak jenuh hanya sebesar 60-70% dari total kalori
yang diperlukan. Namun harus diperhatikan bahwa peningkatan konsumsi lemak tak
jenuh dapat meningkatkan resiko naiknya berat badan pada pasien obesitas yang
mengidap DM tipe 2 sehingga akan mengurangi sensitivitas insulin.
Gambar 6.1 Diet Pada Diabetes Mellitus
Untuk pasien geriatri dan disabilitas, aktivitas fisik dilakukan semampunya dan
disesuaikan dengan kondisi pasien tersebut. Untuk seluruh pasien sebaiknya menyelingi
waktu menetap, yaitu waktu yang digunakan untuk duduk, menggunakan komputer, atau
menonton televisi dengan bediri atau jalan-jalan tiap 90 menit atau kurang.
Aerobik merupakan gerakan yang meiliki ritme, berulang, dan kontinyu pada
sekelompok otot sekurangnya 10 menit. Aerobik intensitas sedang berarti meningkatkan
denyut jantung hingga 50%-70% denyut jantung maksimum, seperti bersepeda, jalan cepat,
berenang, menari, dan aerobik air. Sementara itu, aerobik intensitas berat berarti
meningkatkan denyut jantung hingga lebih dari 70% denyut jantung maksimum, seperti
jogging, senam aerobik, bermain basket, berenang cepat, dan menari cepat.
Latihan resistensi merupakan kegiatan dengan durasi singkat yang menggunakan
barbel atau alat berat untuk meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan. Latihan ini
direkomendasikan dilakukan dua kali atau lebih dalam seminggu dimulai dengan 1 set
menggunakan barbel dengan pengulangan 15-20 kali dan dilanjutkan dengan set kedua
dengan penambahan beban dan kurangi pengulangan menjadi 10-15 kali. Latihan ini
dianjutkan dengan set ketiga hingga kedelapan dengan menambah beban. Latihan ini
membutuhkan alat bantu seperti mesin bebam dan barbel.
Pasien dengan kondisi khusus seperti pasien dengan neuropati autonom dan periferal,
retinopati proliferatif, aterosklerosis, dan pasien dengan risiko komplikasi kardiovaskular
harus melakukan evaluasi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik. Evaluasi meliputi
pemeriksaan sejarah mengenai aktivitas fisik sebelumnya yang pernah dilakukan;
pemeriksaan fisik meliputi funduskopi, lesi kaki, dan skrining neuropati; dan pemeriksaan
elektrokardiografi.
Aktivitas fisik yang disertai dengan penggunaan insulin atau obat yang merangsang
sekresi insulin (misalnya sulfonilurea) dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia.
Solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menambahkan konsumsi karbohidrat jika
kadar glukosa darah kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L) atau menurunkan dosis insulin
jika memungkinkan. Pasien disarankan untuk membawa kue atau permen di kantungnya
untuk segera mengatasi hipoglikemia yang terjadi saat melakukan aktivitas fisik. Selain itu,
pasien juga harus didampingi oleh orang yang tahu cara mengatasi serangan hipoglikemia.
Perubahan gaya hidup dari segi nutrisi yaitu lebih memperhatikan kualitas lemak dan
kolesterol yang dikonsumsi dibandingkan dengan kuantitas lemak dan kolesterol yang dikonsumsi.
Studi menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan gandum sangat
membantu dalam mencegah diabetes tipe 2. Kemudian peningkatan konsumsi kacang dan beri
dalam konteks diet yang tinggi sayuran dan buah, berkorelasi dengan pengurangan risiko diabetes.
Terapi nutrisi ini telah terbukti efektif dalam menurunkan A1C pada individu yang didiagnosis
dengan prediabetes. Ini menunjukkan bahwa intervensi gizi berpotensi efektif dalam pencegahan
perkembangan menuju diabetes melitus tipe 2 diabetes (terutama pada individu yang menunjukkan
tanda-tanda sindrom metabolik) (ADA, 2016).
Aktivitas fisik dan olahraga juga memiliki peran dalam pencegahan diabetes. Istilah
Aktivitas fisik mencakup semua jenis aktivitas, sedangkan olahraga mengacu pada kegiatan yang
direncanakan. Studi menunjukkan program olahraga mungkin tidak mengurangi berat badan,
tetapi program tersebut terbukti dapat menurunkan risiko diabetes. Olahraga sedang, seperti jalan
cepat atau melakukan kegiatan lain secara intens juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
mengurangi kandungan lemak perut pada anak-anak dan dewasa muda. Program pencegahan
diabetes dengan melakukan latihan olahraga intensitas sedang selama 150 menit / minggu
menunjukkan efek menguntungkan pada mereka dengan kondisi pradiabetes. Selain itu efek
latihan olahraga juga dapat mencegah diabetes mellitus gestasional (GDM) (ADA, 2016).