Anda di halaman 1dari 29

ABSTRAK

MSG merupakan garam sodium dari salah satu asam amino nonesensial asam glutamat,
yang akan berfungsi sebagai penguat dan penyedap rasa jika ditambahkan pada makanan,
terutama makanan yang mengandung protein. Komposisi senyawa MSG adalah 78%
glutamat, 12% natrium dan 10% air. MSG bila larut didalam air ataupun saliva akan
berdisosiasi menjadi garam bebas dan bentuk anion dari asam glutamat (glutamat).
Konsentrasi optimal monosodium glutamat yang dapat menghasilkan efek lezat adalah
0.2-0.8% dan penggunaan dalam konsentrasi berlebihan justru dapat mengurangi
kelezatannya. Dosis maksimal MSG yang dapat memberikan efek penguat rasa pada
manusia adalah sebesar 60mg/kgBB. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi MSG
adalah tetes tebu (molase). Dengan bahan pendukung yaitu Asam sulfat (H2SO4), Amoniak
(NH3), Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Klorida (HCl), antifoam, Urea (CO(NH2)), Asam
phosphat (H3PO4), Magnesium sulfat (MgSO4), Mangan sulfat (MnSO4), Penicillin, Karbon
Aktif, Aronvis, Asam nitrat, Besi sulfat (FeSO4) dan Celite (Celaton). Proses pengolahan
Monosodium Glutamat (MSG) dasarnya terbagi dalam tiga unit proses, yaitu unit
fermentasi, isolasi dan refining. Kristal MSG kering dari unit refining yang sudah dinyatakan
lolos uji oleh laboratorium dikirim ke unit packing untuk dikemas. Efek pengonsumsian
MSG dalam jangka pendek yaitu Symptom Complex MSG dan Jangka panjang yaitu leher
kaku dan pusing, aritmia, fibrilasi atrium, tachycardia, kanker, kekakuan otot, kerusakan
system syaraf. Selain itu WHO membatasi jumlah pengonsumsian MSG yaitu 1/3 once per
hari atau 9,45 gram per hari. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap
hewan yaitu tikus pengonsumsian MSG pada tikus dapat menyebabkan peningkatan hormone
insulin hingga tiga kali dan memicu obesitas, selain hewan MSG juga dapat meningkatkan
Pertumbuhan dan produksi kacang tanah.

Kata Kunci : Monosodium Glutamat, Dosis, Molase, Refining, Symptom Complex MSG.
DAFTAR ISI
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, MSG banyak dipakai dalam makanan sebagai bahan
penyedap masakan untuk merangsang selera makan. Penggunaan MSG dalam makanan
biasanya dilakukan dalam jangka waktu pemakaian yang cukup lama dan MSG diperjual
belikan secara bebas (Wakidi, 2012).
MSG merupakan garam sodium dari salah satu asam amino nonesensial asam
glutamat, yang akan berfungsi sebagai penguat dan penyedap rasa jika ditambahkan pada
makanan, terutama makanan yang mengandung protein. Komposisi senyawa MSG adalah
78% glutamat, 12% natrium dan 10% air. MSG bila larut didalam air ataupun saliva
akan berdisosiasi menjadi garam bebas dan bentuk anion dari asam glutamat (glutamat).
Asam glutamat adalah asam amino yang terdapat paling banyak dalam cairan otak dan
sumsum tulang belakang, dan bekerja sebagai neurotransmitter. Asam glutamat merupakan
komponen dari asam folat dan GTF (faktor toleransi glukosa) dan merupakan precursor dari
GABA (gamma-amino butyric acid). Dalam usus, glutamat dirombak menjadi citrulin dan
arginin, suatu regulator penting dari sistem imun. Dengan demikian, glutamat adalah esensial
pula bagi baiknya fungsi usus dan pemeliharaan barrier mukosanya. Penggunaannya terutama
sebagai garam natrium (MSG) untuk memperkuat rasa dalam makanan. Sebagai suplemen
pada keadaan stress untuk memperbaiki kondisi lambung-usus dan sistem imun, juga guna
memperbaiki fungsi otak. Efek sampingnya pada dosis tinggi berupa sakit kepala, mual,
muka menjadi merah, dan perasaan panas yang disebut sindroma restoran cina
Meskipun diperkenankan sebagai penyedap masakan, penggunaan MSG berlebihan
dapat mengakibatkan rasa pusing dan mual. Gejala itu disebut Chinese Restaurant
Syndrome. MSG pada makanan yang dikonsumsi sering mengganggu kesehatan karena
MSG akan terurai menjadi sodium dan glutamat. Garam dari MSG mampu memenuhi
kebutuhan garam sebanyak 20-30%, sehingga konsumsi MSG yang berlebihan
menyebabkan kenaikan kadar garam dalam darah (Widyalita, 2012).

1.2 Kebutuhan Monosodium Glutamat (MSG) di Indonesia


Kebutuhan masyarakat untuk menciptakan masakan dengan cita rasa yang gurih serta
aroma yang lezat, menyebabkan terjadinya peningkatan akan kebutuhan bahan tambahan
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan tambahan makanan ini disebut
dengan zat aditif, dimana zat aditif tersebut dapat digunakan sebagai tambahan pada makanan
yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan mutu dan kestabilan makanan, sehingga
makanan tersebut dapat menjadi konsumsi yang layak dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat tanpa memikirkan dampak dan akibatnya (Irdasari, 2009).
Penggunaan zat aditif sekarang ini seolah sudah menjadi budaya bagi masyarakat.
Budaya dimana mereka dalam kehidupan sehari-hari sering menggunakan zat aditif pada
bahan makanan yang di konsumsi. Penyalahgunaan zat aditif ini mungkin di sebabkan oleh
kurangnya pengetahuan tentang masyarakat khususnya penjual dan pembeli zat-zat aditif
tersebut dan secara sengaja mereka menambahkan zat tersebut ke dalam bahan makanan yang
di olah dengan tujuan tertentu dan tidak memikirkan dampak jangka pendek dan jangka
panjang. Pada umumnya bahan ini di perlukan untuk menambah rasa, melembutkan tekstur,
memberi warna dan mengawetkan makanan (Wijaya, dalam Aji 2014).
Saat ini zat aditif di dunia dikonsumsi secara luas di berbagai negara, seperti Cina,
Eropa, Amerika, Korea, Jepang, Thailand, juga Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan
Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat Indonesia (P2MI), konsumsi zat
aditif contohnya zat penyedap rasa di Indonesia meningkat dari 100.568 ton pada 1998
menjadi 108.335 ton pada 2006 (diperkirakan 1,03 gram/orang/hari). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar 2007, MSG dikonsumsi oleh 77,8% populasi Indonesia. Negara yang paling
banyak mengkonsumsi MSG per kapita adalah Cina, sementara Amerika Serikat adalah yang
paling sedikit (Tempo, dalam Irdasari 2009).
Tahun 2006 jumlah produksi 162.560 ton, jumlah konsumsi 108.335,108 ton, jumlah
ekspor 65.358,938 ton, jumlah impor 68.070,288 ton. Tahun 2008 jumlah produksi 150.925
ton, jumlah konsumsi 111.623,762 ton, jumlah ekspor 48.840,669 ton, jumlah impor
9.539,431 ton. Gambaran ini menjelaskan tentang perkembangan penyedap rasa di tengah
masyarakat yang ternyata memang semakin meningkat, meskipun telah terdapat berbagai
kontroversi (Departemen Industri Pusat data dan Informasi, dalam Irdasari 2009).
Beberapa kali muncul kekhawatiran di media, terutama diwakili oleh Lembaga
Konsumen, soal di pasaran ada berbagai produk makanan ringan dalam kemasan yang biasa
dikonsumsi anak-anak, tidak mencantumkan kandungan MSG (vetsin). Kritik tersebut
menyatakan, konsumsi MSG dalam jumlah tertentu mengancam kesehatan anak-anak.
Menteri Kesehatan pun sudah memberi pernyataan yang meminta BPOM menarik produk
makanan kemasan yang tidak mencantumkan kandungan MSG. Masyarakat perlu menyadari
bahwa seringkali makanan kemasan tidak mencantumkan MSG ini secara jelas. Banyak nama
lain yang sebenarnya juga mengandung MSG seperti : penyedap rasa, hydrolized protein,
yeast food, natural flavoring, modified starch, textured protein, autolyzed yeast, seasoned
salt, soy protein dan istilah-istilah sejenis. Akibatnya, kadar asam glutamat sesungguhnya,
seringkali tidak seperti yang dicantumkan. Aturan mengharuskan pencantuman komposisi
dalam kemasan harus jelas agar konsumen dapat mempertimbangkannya sesuai kondisi
masing-masing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Monosodium Glutamat


MSG merupakan garam sodium dari salah satu asam amino nonesensial asam
glutamat, yang akan berfungsi sebagai penguat dan penyedap rasa jika ditambahkan pada
makanan, terutama makanan yang mengandung protein. Komposisi senyawa MSG adalah
78% glutamat, 12% natrium dan 10% air. MSG bila larut didalam air ataupun saliva
akan berdisosiasi menjadi garam bebas dan bentuk anion dari asam glutamat (glutamat).
Asam glutamat adalah asam amino yang terdapat paling banyak dalam cairan otak dan
sumsum tulang belakang, dan bekerja sebagai neurotransmitter. Asam glutamat merupakan
komponen dari asam folat dan GTF (faktor toleransi glukosa) dan merupakan precursor dari
GABA (gamma-amino butyric acid). Dalam usus, glutamat dirombak menjadi citrulin dan
arginin, suatu regulator penting dari sistem imun. Dengan demikian, glutamat adalah esensial
pula bagi baiknya fungsi usus dan pemeliharaan barrier mukosanya. Penggunaannya terutama
sebagai garam natrium (MSG) untuk memperkuat rasa dalam makanan. Sebagai suplemen
pada keadaan stress untuk memperbaiki kondisi lambung-usus dan sistem imun, juga guna
memperbaiki fungsi otak. Efek sampingnya pada dosis tinggi berupa sakit kepala, mual,
muka menjadi merah, dan perasaan panas yang disebut sindroma restoran cina
Asam glutamat adalah asam amino yang terdapat paling banyak dalam cairan otak dan
sumsum tulang belakang, dan bekerja sebagai neurotransmitter. Asam glutamat merupakan
komponen dari asam folat dan GTF (faktor toleransi glukosa) dan merupakan precursor dari
GABA (gamma-amino butyric acid). Dalam usus, glutamat dirombak menjadi citrulin dan
arginin, suatu regulator penting dari sistem imun. Dengan demikian, glutamat adalah esensial
pula bagi baiknya fungsi usus dan pemeliharaan barrier mukosanya. Penggunaannya terutama
sebagai garam natrium (MSG) untuk memperkuat rasa dalam makanan. Sebagai suplemen
pada keadaan stress untuk memperbaiki kondisi lambung-usus dan sistem imun, juga guna
memperbaiki fungsi otak. Efek sampingnya pada dosis tinggi berupa sakit kepala, mual,
muka menjadi merah, dan perasaan panas yang disebut sindroma restoran cina.
Asam glutamat (asam bebas dari MSG) adalah unsur pokok dari protein yang terdapat
pada bermacam-macam sayuran, daging, seafood, dan air susu ibu. Asam glutamat
digolongkan pada asam amino non essensial karena tubuh manusia sendiri dapat
menghasilkan asam glutamat. Asam glutamat terdiri dari 5 atom karbon dengan gugus
karboksil yang pada salah satu karbonnya berkaitan dengan NH2 yang menjadi ciri pada
asam amino. Struktur kimia MSG sebenarnya tidak banyak berbeda dengan asam glutamat,
hanya pada salah satu gugus karboksil yang mengandung hidrogen diganti dengan natrium
(Lubis, 2013).
Efek sebagai penguat rasa dari MSG yang ditambahkan ke berbagai produk
makanan serupa dengan efek yang ditimbulkan oleh glutamat yang terdapat secara
alami dalam bahan makanan. Hal ini memberikan tambahan terhadap cita rasa yang
kelima selain rasa manis, asam, asin dan pahit yaitu yang dikenal dengan “umami” atau
yang sering disebut dengan rasa lezat/enak. Dalam kehidupan sehari-hari, MSG hampir
selalu digunakan oleh semua kalangan masyarakat, bahkan terkadang digunakan dalam
jumlah yang tidak terukur. Kenyataan ini tentunya menarik untuk diketahui
bagaimanakah efek yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan MSG terhadap tubuh
manusia (Razali, 2014).
Konsentrasi optimal monosodium glutamat yang dapat menghasilkan efek lezat
adalah 0.2-0.8% dan penggunaan dalam konsentrasi berlebihan justru dapat mengurangi
kelezatannya. Dosis maksimal MSG yang dapat memberikan efek penguat rasa pada
manusia adalah sebesar 60mg/kgBB. Menurut WHO produksi MSG mencapai 200.000 ton
per tahunnya dan penggunaannya sekitar 3 gram sehari di negara-negara Asia. Penggunaan
MSG di seluruh dunia memerlukan pemikiran lebih lanjut mengenai efek samping
yang mungkin ditimbulkannya pada berbagai sistem di organ tubuh termasuk organ
reproduksi (Septadina, 2014).
Monosodium glutamat adalah garam nartrium dari asam glutamat. MSG mengandung
78% asam glutamat serta 22% natrium dan air. Asam glutamat diproduksi oleh tubuh dan
berperan penting dalam metabolism tubuh. MSG bias diproduksi dengan cara fermentasi pati,
gula bit, gula batu, atau sirup gula. Glutamat memberikan cita rasa umami yang merupakan
rasa dasar dari rasa manis, asin dan pahit.
Monosodium L-glutamat juga dikenal dengan nama kimia 2-aminopentanedionic 2-
amino glutamic acid (asam glutamat). Perdedaan struktur asam amino glutamate dan
monosodium glutamat terletak pada gugus karboksil yang mengandung hydrogen pada asam
amino glutamat digantikan oleh natrium pada MSG.
Gambar 2.1 Struktur Asam Glutamat

Gambar 2.2 Struktur Monosodium Glutamat


Ionisasi gugu karboksil menimbulkan rangsang rasa pada papilla lidah. Glutamat
tersusun atas 5 atom karbon (C) dan 2 gugu karboksil. Asam amino glutamat dan MSG
mempunyai sifat yang sama yaitu berbentuk tepung Kristal berwarna putih yang tidak berbau
dan mudah larut dalam air (Wasilah, 2016).

Gambar 2.3 Monosodium Glutamat

2.2 Fungsi Monosodium Glutamat (MSG)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.235/Menkes/Per/VI/1979 tanggal 19 Juni 1979, mengelompokkan food addictive menurut
fungsinya, yaitu:
(1) antioksidan dan antioksidan sinergis
(2) anti kumpal
(3) pengasaman, penetral, pendapar,
(4) enzim
(5) pemanis buatan
(6) pemutih dan pematang
(7) penambah gizi
(8) pengawet
(9) pengumulsi, pengental
(10) pengeras
(11) pewarna alami dan sintetik
(12) penyedap rasa dan aroma
(13) sekusestren
(14) bahan tambahan lainnya.

2.3 Sifat Monosodium Glutamat (MSG)


Monosodium bersifat Mutagen. Zat asing bersifat mutagen seperti MSG, berpengaruh
pada proses pembelahan sel. Kanker berawal dari kelainan gen yaitu pada kromosom.
Terjadinya kerusakan kromosom yang mengarah ke kanker, dapat termanifestasikan sebagai
suatu mikronukleus (patahan kromosom). Terbentuknya mikronukleus setelah pemberian
MSG menandakan bahwa MSG mutagenik (Rangkuti, dkk., 2012).
Mutasi merupakan perubahan materi genetik yang berupa gen atau kromosom dari
suatu individu dan diwariskan ke generasi berikutnya. Mutasi yang terjadi pada sel-sel gamet
(sel kelamin) akan bersifat menurun, tetapi jika mutasi tersebut terjadi pada sel-sel somatik
(sel tubuh) maka perubahan itu hanya terjadi pada individu tersebut dan tidak bersifat
menurun (Irmananda, 2014).
Mutagen yaitu agen yang dapat menyebakan terjadinya mutasi dalam sel. Agen
mutagen tersebut dapat berupa mutagen alami maupun mutagen buatan. Mutagen dibagi 3,
yaitu:
a. Mutagen bahan kimia seperti kolkisin. Kolkisin adalah zat yang dapat menghalangi
terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat menghambat pembelahan
sel pada anafase.
b. Mutagen bahan fisika, seperti sinar ultraviolet maupun sinar radio aktif. Sinar ultra
violet dapat menyebabkan kanker kulit.
c. Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakteri dapat menyebabkan terjadinya
mutasi. Bagian virus yang dapat menyebakan terjadinya mutasi adalah DNA-nya (Pegala,
2010).
Adapun menurut ScienceLab (2018) sifat lain yang dimiliki MSG (Monosodium
Glutamat) adalah:
- Memiliki rumus molekul C5H8NO4Na.H2O
- Berat molekul 187,13 g/mol
- Berwujud padatan (solid)
- Larut terhadap air, terlebih lagi dengan air dingin

2.4 Pembuatan Monosodium Glutamat (MSG)


2.4.1 Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untukmemproduksi MSG adalah tetes tebu (molase).
Tetes tebu merupakan limbah dari industri gula. Tetes tebu ini digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam glutamat. Selain menggunakan tetes tebu
sebagai bahan baku utama juga menggunakan bahan baku tambahan berupa beet molase.
Beet molase memiliki fungsi yang sama dengan tetes tebu.
2.4.2 Pengadaan Bahan Pendukung
Bahan pendukung yang digunakan adalah:
a. Asam sulfat (H2SO4)
Asam sulfat digunakan dalam proses molases treatmentdi unit fermentasi yang
berfungsi untuk mengendapkan Ca2+ yang ada dalam tetes tebu. Kebutuhan
H2SO4 sebesar 700-750 ton per bulan.
b. Amoniak (NH3)
Amoniak digunakan dalam proses fermentasi dan isolasi. Penggunaan
amoniak berfungsi untuk mendapatkan cairan dengan pH atau derajat keasaman
yang diinginkan. Selain itu amoniak juga digunakan sebagai pengganti urea.
c. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH digunakan pada proses isolasi dan refining, berfungsi untuk
memperoleh pH yang diinginkan dan mengubah asam glutamat menjadi
monosodium glutamat.Kebutuhan NaOH per bulan rata-rata 700-750 ton.
d. Asam Klorida (HCl)
HCl digunakan pada proses hidrolisa yang berfungsi untuk menghidrolisis
asam amino yang ada di Glutamic Mother II (GM II). Kebutuhan HCl sekitar
50-80 ton per bulan.
e. DefoamerCC 222 atau antifoam
Defoamer ditambahkan pada proses fermentasi untuk menghilangkan busa
atau gelembung udara yang mengganggu jalannya proses produksi. Kebutuhan
defoamersetiap bulan sebesar 16 ton.
f. Urea (CO(NH2))
Urea digunakan sebagai sumber nutrien untuk perkembangbiakan bakteri
yang ada di tangki seeding dan tangki fermentor.
g. Asam phosphat (H3PO4)
Asam phosphat digunakan sebagai sumber nutrien perkembangbiakan bakteri.
Kebutuhan H3PO4 setiap bulan sebesar 10 ton/bulan.
h. Magnesium sulfat (MgSO4)
Magnesium sulfat berfungsi sebagai sumber nutrien perkembangbiakan
bakteri yang ada di tangki seedingdan fermentor.
i. Mangan sulfat (MnSO4)
Bahan ini memiliki fungsi yang sama dengan asam phosphat, urea dan
magnesium sulfat yaitu sebagai sumber nutrien perkembangbiakan.
Kebutuhan MnSO4 setiap bulan sebesar 200-300 kg.
j. Penicillin
Penicillin digunakan untuk membatasi jumlah pertumbuhan bakteri.
k. Karbon Aktif
Karbon aktif digunakan pada proses refining yang berfungsi untuk proses
penjernihan atau dekolorisasi.
l. Aronvis
Bahan ini berfungsi sebagai koagulan dalam proses molasses treatmen
Kebutuhan aronvis setiap tahunnya dengan konsumsi 5 kg/bulan.
m. Asam nitrat
Asam nitrat digunakan pada proses fermentasi sebagai sumber nitrogen bagi
perkembangbiakan bakteri. Kebutuhan asam nitrat sekitar 175 kg/th
n. Besi sulfat (FeSO4)
Besi sulfat digunakan sebagai bahan penyusun media fermentasi. Kebutuhan
besi sulfat sekitar 150-200 kg/bulan.
o. Celite (Celaton)
Celite berfungsi melapisi filter pada proses pembuatan HS (Hydrogen
Source).
2.4.3 Penyimpanan Bahan Baku
a. Penyimpanan Bahan Baku
Bahan baku tetes tebu hanya diperoleh secara musiman selama musim giling
pabrik gula, sedangkan produksi MSG dilaksanakan secara terus-menerus. Tetes tebu
yang tiba di pabrik, diambil sampel untuk diuji mutunya. Dari hasil uji didapatkan
bahwa setiap pabrik gula yang berbeda akan menghasilkan tetes tebu yang mutunya
berbeda pula. Bahan baku tetes tebu dan beet molase disimpan dalam tangki yang
terbuat dari baja stainless steel. Tangki-tangki tersebut berkapasitas 3000 kiloliter dan
5000 kiloliter. Selama dalam penyimpanan, tetes tersebut tidak mendapat
perlakuan khusus. Hal ini disebabkan karena tetes mempunyai kadar gula yang sangat
tinggi sehingga mikroorganisme tidak dapat hidup di dalam tangki penampung.
b. Penyimpanan Bahan Penunjang
Penyimpanan bahan penunjang yang berbentuk cair seperti asam sulfat,
amoniak dan NaOH dimasukkan dalam tangki dengan pengamanan yang ketat dan
dihindari terjadinya kebocoran selama penyimpanan. Hal ini disebabkan bahan-bahan
tersebut sangat berbahaya. Bahan-bahan pendukung yang berbentuk padat atau
solid disimpan di gudang bahan baku. Bahan-bahan tersebut ada yang dikemas
dalam bentuk zak atau karung-karung. Bahan-bahan pendukung yang berbentuk padat
disimpan dalam satu gudang. Bahan-bahan tersebut antara lain karbon aktif,
MgSO4, MnSO4, FeSO4, defoamer, urea danasam fosfat.
2.4.4 Proses Produksi Monosodium Glutamat(MSG)
Proses pengolahan Monosodium Glutamat (MSG) dasarnya terbagi dalam tiga unit
proses, yaitu unit fermentasi, isolasi dan refining. Diagram alir proses produksi
monosodium glutamat dapat dilihat pada gambar 1.
1. Unit Fermentasi
Unit fermentasi merupakan tahap pengolahan bahan baku menjadi asam glutamat
yang melibatkan mikroorganisme pada proses pengubahannya. Tujuan utama
proses fermentasi adalah untuk mendapatkan hasil metabolisme bakteri yang
menghasilkan asam glutamat. Tetes tebu yang digunakan sebagai bahan baku
mempunyai kandungan gula yang tinggi. Gula tersebut digunakan untuk reproduksi
sel danuntuk menghasilkan asam glutamat. Pada unit fermentasi ini terdapat tiga
tahap proses utama yaitu molases treatment, seedingdan fermentasi.
1. Molases Treatment
Molases treatment adalah perlakuan untuk menghilangkan zat zat pada tetes yang
tidak dikehendaki. Zat-zat yang tidak dikehendaki tersebut berupa unsur Ca yang tinggi
yang berada dalam tetes. Selain itu juga untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
terikut pada tetes.
Tetes dari setiap pabrik gula ditampung dalam tangki penampung tetes. Tetes
yang berada dalam tangki penampung dianalisa komposisinya terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk proses fermentasi. Analisa tersebut dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan menurunnya kadar gula yang terdapat dalam tetes selama
berada di tangki penampung tetes.
Molases treatment dibagi menjadi dua tahapan proses, yaitu :
1) Pencampuran tetes
Tetes yang digunakan diperoleh dari berbagai pabrik gula, sehingga akan
diperoleh jenis atau kualitas tetes yang berbeda.Kemudian tetes dari tangki-
tangki penampung dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu dalam
tangki timbang. Kemudian dialirkan ke dalam bak penampung yang terbuat dari
beton dengan kapasitas 20 kiloliter dan dilengkapi dengan 2 buah pengaduk.
2) Pembersihan tetes
Pembersihan tetes dari pengotor merupakan tahap pertama pengolahan tetes.
Setelah melalui tahap pencampuran maka tetes dimasukkan ke tangki molases
treatment. Pembersihan tetes mulai dilakukan di tangki molases treatment dengan
pemasakan. Pemasakan tetes bertujuan untuk mengurangi kadar Ca dan kotoran
lain yang tidak dikehendaki. Batas kadar Ca dalam tetes bersih maksimum 1000
ppm. Pemasakan dalam tangki molases treatment dilakukan dengan penambahan
asam sulfat. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steampada suhu 60oC dan
diadukselama 1 jam dengan kecepatan 24 rpm. Setelah selesai ditambahkan
aronvis untuk mempercepat proses pengendapan. Kemudian dialirkan ke tangki
pengendap (thickener). Proses pengendapan di thickenerberlangsung selama 8 jam.
Tetes bersih hasil pengendapan ditransfer secara over flow di tangki transfer yang
kemudian dipompa menuju ke mesin brush stainer yang dilengkapi dengan
penyaring dan pengaduk yang berfungsi untuk memisahkan kotoron besar/kasar dan
endapannya. Setelah itu tetes dipompa ke mesin sand cyclone untuk memisahkan
tetes dari kotoran kecil/halus dan endapannya. Tetes bersih lalu dipompa ke mesin
westfalia separator untukdipisahkan antara cairan yang mengandung endapan yang
disebut PPT (precipitate) dan tetes bersih. Setelah itu tetes bersih akan ditampung
di penampung tetes bersihdan selanjutnya digunakan di proses fermentasi.
PPT (precipitate) hasil dari pengendapan di thickener dan pemisahan di
separator akan diendapkan dan diproses lagi di tangki treatment. Di tangki treatment
dilakukan pengenceran dengan air dan asam sulfat untuk mengendapkan tetes.
Tetes bersih dari PPT masuk ke tangki penampung sementara (recycling) dan
kemudian masuk ke sand cyclone kembali untuk dipisahkan dari kotoran. Proses ini
berjalan terus-menerus. Kemudian PPT hasil proses pengendapan dimasukkan ke
SDC (Super Decanter) untuk dipisahkan cairan dengan endapannya. Cairan yang
terpisah dinamakan air PPT yang masih banyak mengandung kadar gula/total
sugar (TS). Air PPT akan dimasukkan pada tangki molasses treatment untuk
dicampurkan pada bahan yang dipanaskan karena mempunyai kandungan gula yang
masih tinggi. Sedangkan PPT yang berupa endapan dari SDC masuk ke unit
pengolahan limbah (UPL).
2. Seeding
Proses seeding adalah proses pembiakan bakteri agar bakteri dapat
menyesuaikan diri dengan media fermentor. Tangki seeding mirip dengan tangki
fermentor tetapi mempunyai volume lebih kecil. Bakteri akan berkembang biak
dengan perlahan sambil menyesuaikan diri pada larutan media yang terdiri dari
air, tetes, H3PO4, MgSO4, MnSO4, FeSO4, HS (Hydrogen Source), urea dan beet
molase.Proses seeding dikerjakan melalui beberapa tahapan proses, yaitu sterilisasi
tangki kosong, sterilisasi filter udara dan sterilisasi media. Sterilisasi media
dilakukan dengan menggunakan steampada suhu 120oC selama 20 menit sambil
dilakukan pengadukan. Kemudian tangki seeding didinginkan dengan air cooling
sampai mencapai 31oC. Proses seeding dilakukan pada suhu 32oC dengan pH 7.4.
Bakteri dari laboratorium II dimasukkan dalam botol sakaguchi yang kemudian
dihubungkan dengan tabung kecil yang berada disamping tangki seeding. Tabung
tersebut terlebih dahulu diberi alkohol untuk mencegah agar bakteri tidak
terkontaminasi dengan udara luar. Saat bakteri ditransfer ke dalam tabung, botol
sakaghuci dan tabung tersebut ditutup dengan kain yang telah diberi alkohol.
Bakteri yang digunakan adalah bakteri aerob sehingga dalam
perkembangbiakannya dibutuhkan udara. Proses seeding berlangsung selama 15
jam.Peristiwa berkembangnya bakteri ditandai dengan meningkatnya suhu dan
menurunnya pH. Untuk menjaga suhu tetap 32oC maka digunakan aliran
pendingin yang akan meningkat secara otomatis. Sedangkan menurunnya pH
diatasi dengan mengalirkan amoniak ke dalam tangki seeding. Apabila
perkembangbiakan bakteri yang diinginkan telah tercapai maka bakteri siap
ditransfer ke fermentor.
3. Fermentasi
Bakteri yang digunakan pada proses fermentasi adalah bakteri Micrococcus
Glutamicus yang merupakan bakteri aerob. Menurut Peppler (1967) asam
glutamat dihasilkan oleh bakteri Micrococcus Glutamicus dimana biosintesa asam
glutamat bersifat aerob. Biakan tumbuh pada suhu 28oC selama 24 jam di rotary
shaker yang mempunyai kecepatan 220 rpm dengan komposisi media terdiri dari
glukosa 2% pepton 1%, ekstrak daging 0,5%, NaCl 0,25% dan besarnya pH
diatur 7,0-7,2.
Proses fermentasi dilakukan dalam fermentor yang dilengkapi dengan
pengaduk, coil pendingin, cyclone udara, tabung pemasukan defoamer, tabung
pemasuk penicilin dan tabung pemasuk tetes dari tangki feeding. Peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan pada proses fermentasi harus dalam keadaan steril.
Sebelum proses fermentasi dilakukan sterilisasi tangki, filter udara dan sterilisasi
media. Sterilisasi peralatan dilakukan sebelum dan sesudah peralatan fermentasi
digunakan, karena bakteri yang digunakan untukfermentasi tidak akan
membentuk GA (Glutamic Acid) apabila terkontaminasi oleh bakteri lain.
Apabila dalam fermentasi terjadi kontaminasi maka semua bahan-bahan yang
difermentasi akan dibuang karena sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dalam
pembentukan GA. Sebelum media dimasukkan untuk proses fermentasi, terlebih
dahulu media disterilkan melalui Plate Heat Exchanger (PHE) I/regeneratorpada
suhu 80oC. Dari PHE I media dimasukkan ke PHE II (heater) pada temperatur
120oC dan dipertahankan sampai 10 menit. Kemudian media dialirkan ke PHE
III (cooler) untuk didinginkan sampai suhu 40oC dengan menggunakan air chiller.
Dari PHE III media fermentasi dimasukkan ke tangki fermentor untuk proses
fermentasi. Selama proses fermentasi berjalan, mula-mula dialirkan udara dengan
kecepatan 20 m3/menit kemudian dinaikkan sedikit demi sedikit untuk
pertumbuhan bakteri.
Bakteri di dalam media fermentor akan mengubah glukosa untuk
berkembangbiak dan bermetabolisme sehingga membentuk Glutamic Acid (GA)
yang dapat menyebabkan kadar gula dan pH menurun. Selama fermentasi
berlangsung, ke dalam tangki fermentor ditambahkan tetes dari tangki feeding untuk
menambah kadar gula (TS) yang difermentasikan oleh bakteri dan apabila pH
turun maka ditambah dengan NH3 untukmenjaga pH tetap 7.4.
Jumlah bakteriyang ada di fermentor tidak boleh terlalu tinggi. Apabila
perkembangbiakan bakteri terlalu tinggi maka dibatasi dengan penambahan
penicillin dari tangki surfaktan yang berfungsi untuk membatasi pertumbuhan
bakteri. Pertumbuhan bakteri yang tidak terkendali akan menghasilkan asam
glutamat yang rendah bahkan bisa tidak ada sama sekali. Jika selama proses
fermentasi banyak terbentuk busa, maka perlu dihilangkan dengan penambahan
defoamer agar proses fermentasi tidak terganggu. Kondisi-kondisi tersebut harus
selalu diamati dan dikontrol setiap jam sampai proses fermentasi selesai selama
kurang lebih 28-30 jam.Setelah proses fermentasi selesai, maka terbentuk GA 6-
8% dengan kadar gula 2,5-3% yang disebut dengan Thin Broth (TB). Kemudian
cairan Thin Broth (TB) hasil dari proses fermentasi dipompa dan ditampung di
tangki TBuntuk kemudian diolah di unit isolasi.

2. Unit Isolasi
Isolasi dibagi menjadi tiga tahap proses, meliputi evaporasi, isolasi dan hidrolisa.
1. Evaporasi
Hasil akhir dari proses fermentasi adalah Thin Broth (TB) yang mengandung
asam glutamat (GA). Sebelum kandungan GA tersebut diambil, terlebih dahulu TB
mengalami proses pemekatan atau pengurangan kadar air. Proses tersebut
dilakukan di evaporator dengan menggunakan evaporator 4 efek.TB dengan
temperatur 60oC kemudian dipompa masuk ke dalam preheater I dengan
kecepatan aliran yang diatur dengan Flow Indicator Recorder Control Alarm
(FIRCA) yang bekerja secara otomatis. Dari preheater I TB dialirkan ke evaporator
efek I, efek II, efek III dan evaporator efek IV. TB yang keluar dari evaporator 4
efek diatur agar kekentalannya 25oBe dan suhunya 46-50oC. Volume TB dalam
evaporator dipertahankan 50% agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan
bahan. Pengaturan volume dilakukan dengan membuka atau menutup kran bahan
masuk atau bahan keluar. Hasil akhir dari proses evaporasi disebut CB
(Concentrate Broth).
2. Isolasi
CB (Concentrate Broth) dari evaporator dilewatkan dalam PHE (Plate Heat
Exchanger) dengan tujuan untuk mendinginkan dan mensterilkan bahan. CB
ditransfer ke unit isolasi kemudian masuk ke tangki CB. Selain itu juga di tangki
netralisasi ditambah HS (Hydrogen Source) yang mengandung asam amino untuk
membantu pembentukan kristal α-GA. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan
perbandingan tertentu sehingga diperoleh campuran dengan pH 3,2 dan
temperatur dijaga 35oC dengan menggunakan air chillermelaluijaket yang berada di
sekeliling tangki netralisasi. Titik isoelektrikα-GA adalah pada pH 3,2 sehingga
pada pH tersebut kristal α-GA terbentuk paling banyak dan mudah dipisahkan dari
larutan Glutamic Mother (GM) ketika dalam SDC (Super Decanter).
Campuran tersebut kemudian masuk ke dalam tangki kristal α, dimana kristal α
mulai terbentuk. Tangki kristal α didinginkan menggunakan air chiller sehingga
temperatur menjadi 7oC. Pendinginan tersebut dilakukan untuk memperoleh
kristal α yang tidak mudah patah. Kristal α berbentuk prisma segitiga dan umumnya
kristal berukuran besar (dapat dilihat di mikroskop). Campuran dipisahkan
antara Glutamic Mother (GM1) dan kristalnya Glutamic Acid I (GA I) dengan
menggunakan SDC I (Super Decanter). Prinsip kerja SDC dengan gaya
sentrifugal untuk memisahkan kristal dengan GM nya. GM I ditrasfer ke unit
pembuatan pupuk organik cair. GM I mempunyai kandungan GA yang sedikit,
yaitu < 2%, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses lebih lanjut. Selain itu
GM I banyak mengandung unsur nitrogen, phosphat dan kalium sehingga GM I
dapat diolah menjadi pupuk. SDC I yang digunakan mempunyai kualitas alat yang
bagus sehingga dapat memisahkan campuran dengan lebih sempurna dari pada SDC
II, III dan IV.
Larutan kristal α-GA I ditambah dengan GM III hasil penyaringan pada
SDC III untuk pengenceran. Pengenceran diperlukan karena α-GA I hasil
pemisahan SDC I berwujud cairan pekat sehingga ditambah dengan GM III agar
lebih mudah dipisahkan di SDC II. Kemudian larutan masuk ke SDC II dan
dipisahkan antara larutan α-GA II dan larutan GM II. Kristal α -GA II ditambah
dengan GM IV hasil dari pemisahan di SDC IV karena GM IV masih
mengandung banyak kristal α. Larutan kristal α GA II kemudian dimasukkan ke
tangki transformdan dipanaskan dengansteamhingga mencapai suhu 90oC. Pada
pemanasan ini kristal α-GA mengalami transisi/perubahan bentuk menjadi kristal
β-GA. Kristal α diubah menjadi bentuk β karena kristal α akan cenderung larut
kembali pada GM nya. Selanjutnya larutan yang mengandung β-GA dimasukkan ke
tangki β cooling. Pada tangki ini larutan mengalami pendinginan dengan cara
mengalirkan air sehingga diperoleh temperatur larutan 50oC. Selanjutnya larutan
dipompa ke tangki β growing. Pada tangki β growing larutan mengalami pendinginan
dengan air chillermelalui jaket pendingin sampai suhu20oC. Pendinginan ini
berfungsi untuk memperkuat kristal β-GA. Selanjutnya larutan kristal β-GA dipompa
ke SDC III. GM II kemudian masuk ke evaporator 2 efek yang menghasilkan
CML (Concentrate Mother Liquor) dan selanjutnya diolah di unit hidrolisa.
Larutan kristal β-GA II yang masuk ke SDC III di pisahkan antara GM
III dan β-GA III. GM III dipompa ke α-GA I karena masih mengandung kristal
untuk diproses ulang. GA III di SDC IV dipisahkan antara β-GA IV dan GM IV.
GM IV dipompa ke α-GA II. Larutan kristal β-GA IV dipompa masuk ke MSG
liquid tank dan ditambah dengan NaOH hingga diperoleh pH 6,5 dan kekentalan
27oBe serta dipanaskan dengan steam sampai suhu larutan 50-55oC. Hasil dari
proses ini disebut sirup MSG cair yang berwarna coklat tua yang kemudian dialirkan
ke unit refining.
3. Hidrolisa
Pada unit hidrolisa ini dilakukan pembuatan Hydrogen Source(HS) yang berfungsi
untuk menurunkan pH CB pada proses isolasi sehingga mencapai pH 3,2 agar GA
yang terkandung dalam CB dapat mengkristal. HS merupakan sumber asam amino
yang dihasilkan dari hidrolisa protein yang terkandung dalam GM II. Proses hidrolisa
dimulai dengan proses pemekatan GlutamicMother (GM II) dari unit isolasi
menggunakan evaporator 2 efek menghasilkan CML (Concentrate Mother Liquor).
CML ditambahkan
HCl dengan perbandingan tertentu sebagai sumber asam untuk membentuk HS
di tangki pencampur. Larutan tersebut dimasukkan dalam tangki hidrolisa dan
dipanaskan dengan menggunakan steamsampai suhu 150oC selama 5 jam
kemudian dilakukan penyaringan. Hasil penyaringan (filtrat) adalah larutan HS.
Selanjutnya HS ditampung di tangki receiver yang kemudian dipompa ke tahap
isolasi.
3. Unit Refining
Unit refining dibagi menjadi beberapa tahapan proses antara lain proses netralisasi,
dekolorisasi dan filtrasi, kristalisasi dan pengeringan.
1. Netralisasi
Pada tahap netralisasi ini terjadi proses pencampuran kristal β-GA IV
dengan air lunak dan larutan NaOH dengan perbandingan tertentu hingga
diperoleh sirup MSG yang berwarna coklat tua.
2. Dekolorisasi dan Filtrasi
Proses dekolorisasi dilakukan dalam 2 tahapan proses, yaitu dekolorisasi I
dan dekolorisasi II. Sirup MSG dengan pH 6,5, kekentalan 27oBe dan suhu 25oC
masuk ke tahap dekolorisasi I di unit refining. Pada proses dekolorisasi I sirup
MSG ditambah dengan karbon aktif sebagai absorben (penyerap warna) dan air
untuk pengenceran. Karbon aktif mempunyai pori-pori efektif dengan luas permukaan
besar sehingga dapat menyerap bahan-bahan asing. Campuran ini dipanaskan
dengan aliran steamlangsung hingga suhu 60oC sambil diaduk. Dekolorisari I
berlangsung selama 1-1,5 jam dalam tangki 300 E-F-G. Larutan hasil dekolorisasi I
disaring dengan filter press netzsch untuk dipisahkan antara sirup dan karbon
aktif. Hasil penyaringan tersebut menghasilkan cake karbon yang akan dibuang
dan diolah di UPL menjadi pupuk.
Proses dekolorisasi II berlangsung selama 1-1,5 jam karena waktu tersebut
adalah waktu optimum untuk proses penyerapan karbon aktif. Filtrat hasil
penyaringan dekolorisasi I ditambah dengan karbon aktif sebagai absorben, air untuk
pengencer dan NaOH yang berfungsi untuk mengatur pH yang dikehendaki (6,9-7)
dan menyempurnakan perubahan asam glutamat menjadi MSG di tangki 301 A-
B-C-D.Campuran tersebut dipanaskan dengan aliran steam langsung hingga suhu
55-60oC. Suhu tangki dekolorisasi II dipertahankan tetap karenapada suhu diatas 60oC
penyerapan karbon aktif menjadi kurang efektif sedangkan jika dibawah suhu 55oC
bakteri Micrococus glutamicusyang masih tertinggal dapat aktif kembali.
Larutan hasil dekolorisasi II disaring dengan filter press netzsch. Cake karbon
dibuang sedangkan filtrat dengan kekentalan 23oBe dialirkan ke dalam tangki
penampung (303B/304A). Larutan dari tangki penampung dialirkan ke anion
resinuntuk dekolorisasi mikro. Warna kuning larutan akan berubah menjadi jernih
dan ditampung dalam tangki penampung (304B). Menurut Dechow (1991) dalam
Triantari (2005) pada proses recovery sukrosa dan gula reduksi dari tetes
menggunakan resin dalam bentuk K atau Na.
Larutan yang sudah jernih kemudian dilewatkan filter bag dan catridge
berukuran 5 mikron untuk menyaring partikel-partikel kecil karbon yang masih
terikut dalam larutan. Larutan bersih dipompa ke tangki 306A-B/tangki feed
kristalizer sebagai larutan feed dalam proses kristalisasi. Larutan feed adalah
larutan yang mengandung kristal MSG yang akan dikristalkan.
3. Kristalisasi
Kristalisasi dapat dibedakan menjadi kristalisasi I dan kristalisasi II. KristalisasiI
berlangsung selama kurang lebih 22 jam dalam tangki kristalisasi/kristalizer B-C-D-
E-I-K-L-H. Steam dialirkan melalui jaket pemanas untuk mempercepat penguapan air
dari larutan sampai suhu 60-80oC. Untuk mempercepat proses kristalisasi
digunakan seed sebagai pancingan kristal. Penambahan seed akan membuat larutan
mempunyai kekentalan sekitar 23oBe.
Pemasukan seed dilakukan secara bertahap agar kristalisasi berlangsung lebih
sempurna. Selain itu juga untuk mempertahankan kekentalan larutan 22-24oBe.
Apabila kekentalan larutan kurang dari 22oBe, maka kristal MSG yang sudah
terbentuk akan larut kembali. Sedangkan apabila kekentalan larutan diatas
24oBe, maka akan terbentuk kristal yang jelek, yaitu berbentuk serbuk atau
tepung. Kristal yang digunakan sebagai seed disesuaikan dengan ukuran Kristal MSG
yang diinginkan. Misalnya untuk mendapatkan kristal MSG ukuran (S,M,L)
digunakan seed kristal MSG ukuran Sdan M dengan perbandingan tertentu. Untuk
mendapatkan kristal MSG besar (3XL, 2XL, XL) digunakan seed kristal MSG
ukuran L, M, XL dengan perbandingan tertentu sesuai jenis kristal yang diinginkan.
Setelah proses kristalisasi selesai, kristal MSG akan masuk ke dalam mesin
gutterA-B-C selama 2 jam untuk pendinginan. Didalam mesin gutter kristal yang
terbentuk akan terpisah dengan cairannya, yang disebut Mother Liquor (ML),
sehingga diperoleh kristal basah.Kristal basah dijatuhkan ke dalam separator yang
bekerja dengannprinsip sentrifugasi. Kristal basah disentrifugasi selama 15 menit
sehingga kadar airnya menjadi sekitar 2%. ML yang masih ada dalam kristal basah
akan terpisah melalui celah-celah yang ada di dinding separator, sedangkan
kristal akan menempel pada saringan di dinding separator. Kristal yang menempel
pada saringan disemprot dengan air lunak untuk mencuci kristal sehingga diperoleh
kristal yang bersih dan putih. Kristal MSG dari separator dibawa dengan vibrating
conveyor menuju ke fluidized bed dryer untuk dikeringkan. Kemudian kristal
diayak dan menjadi produk MSG I.
Kristalisasi II merupakan kristalisasi ML (Mother Liquor) hasil penyaringan
kristal MSG I. ML dari separator dan gutter akan diproses kembali karena masih
mengandung kristal MSG. ML dialirkan ke dalam tangki penampung ML (306 A).
ML dicampur dengan karbonaktif untuk dekolorisasi dan air untuk pengenceran
lalu dipanaskan dengan aliran steamlangsung sampai suhu 60oC disertai pengadukan.
ML kemudian disaring dengan filter press kayu untuk memisahkan cake
karbondan larutan filtrat. Cake karbon diolah di UPL, sedangkan larutan filtrat
ditampung dalam tangki penampung ML (302/303A). ML dialirkan ke anion
resinuntuk dekolorisasi mikro kemudian cairan ML bersih masuk ke tangki
penampung (304C). Sebelum masuk ke tangki feedkristalisasi (306 C-D), partikel-
partikel karbon yang terikut dihilangkan di filter bag dan catridge berukuran 5
mikron. Selanjutnya cairan tersebut digunakan sebagai larutan feed.
Kristalisasi II berlangsung selama 22 jam. Larutan feed diaduk secara mekanik
sambil dipanaskan sampai suhu 60-80oC dengan steam yang dialirkan melalui jaket
pemanas. Kristalisasi ini berlangsung dalam kristalizer A-J-H. Kristal MSG II akan
masuk ke dalam gutter sehingga akan terpisah antara kristal basah dengan cairan ML.
Kristal basah kemudian dipisahkan dari air menggunakan separator yang bekerja
dengan prinsip sentrifugasi. Kristal yang menempel pada dinding separator
disemprot dengan air lunak untuk membersihkan kristal. Kristal MSG dari
separator dibawa dengan vibrating conveyor menuju fluidized bed dryer untuk proses
pengeringan.
4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan menggunakan fluidized bed dryer. Prinsip pengeringan
dengan fluidized bed dryer adalah udara panas bersuhu 90oC dialirkan dari
bawah tumpukan kristal menuju bagian atas. Kristal yang sudah kering
kemudian diayak dalam berbagai ukuran mess sehingga diperoleh kristal dengan
ukuran bermacam macam. Jika ada kristal berbentuk gumpalan maka akan
diolah lagi sedangkan bentuk kristal yang memenuhi standar akan dikemas.
Kristal yang diperoleh dari kristalisasi I diambil sebagai produk MSG I dan sebagian
digunakan sebagai seed/pancingan kristal. Sedangkan hasil pengolahan ML pada
kristalisasi II akan diambil sebagai produk MSG II dan sebagian digunakan sebagai
seed.
Produk MSG yang dihasilkan terdiri dari MSG kualitas I dan MSG kualitas
II. MSG kualitas I diperoleh dari kristalisasi larutan MSG setelah melalui 2 kali
dekolorisasi. MSG kualitas II diperoleh dari kristalisasi Mother liquor (ML)
dengan satu kali proses dekolorisasi. Secara fisik kenampakan MSG I lebih
putih dan mengkilap dari pada MSG II.
5. Pengayakan
Kristal MSG masuk ke dalam shifter/ayakan untuk dipisahkan sesuai dengan
ukuran kristalnya. Shifter yang digunakan memiliki beberapa ukuran antara lain:
1) Gumpalan kristalukuran < 4 mess
2) Type 3XL ukuran 4-8 mess
3) Type 2XL ukuran 8-10 mess
4) Tipe XL ukuran 10-16 mess
5) Tipe L ukuran 16-24 mess
6) Tipe M ukuran 24-30 mess
7) Tipe S 1 ukuran 30-40 mess
8) Tipe S 2 ukuran > 40 mess.

4. Pengemasan
Kristal MSG kering dari unit refiningyang sudah dinyatakan lolos uji oleh
laboratorium dikirim ke unit packing untuk dikemas. Tujuan pengemasan adalah
untuk melindungi produk dari pengaruh luar, sebagai sarana promosi, memudahkan
transportasi dan memudahkan penggunaan. Di unit packing tidak hanya dilakukan
pengemasan saja, tetapi juga dilakukan pengayakan ukuran agar dihasilkan MSG
dengan ukuran seragam. Selain itu pengayakan juga berfungsi membersihkan
kotoran-kotoran yang masih menempel pada MSG.
Pengemasan MSG ada dua macam yaitu pengemasan dalam bentuk bulk (zak dan
craf paper) dan pengemasan dalam kantong plastik. Pengemasan dalam bentuk bulk
dilakukan dalam zak dengan ukuran 25 dan 50 kg. Plastik yang digunakan untuk
mengemas MSG adalah PE (polietilen) dan OPP (Oriented Polipropilen). Plastik PE
digunakan untuk kemasan sekunder, sedangkan untuk kemasan primer digunakan
jenis plastik OPP. Pengemasan MSG dalam kantong plastik dilakukan menggunakan
mesin pengemas (packing).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Dosis Monosodium Glutamat


Kontroversi konsumsi monosodium glutamate (MSG) atau penyedap rasa dalam
makanan tak pernah usai. Asosiasi industri glutamat bersikeras MSG aman buat tubuh
sebaliknya pakar kesehatan tak berhenti mengingatkan bahaya MSG. Pelaku industri
mengatakan glutamat buatan dalam MSG tidak berbeda dengan glutamat alami yang tertelan
saat makan makanan yang mengandung protein. Pelaku industri mencontohkan setengah
sendok teh MSG dalam setiap 1 pound (0,45 kg) daging berisi kurang dari 10 persen
kandungan glutamat alami yang ada dalam daging ayam.Asosiasi industri glutamat mengutip
rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) yang membatasi konsumsi MSG yang aman
adalah 1/3 ounce per hari atau 9,45 gram per hari.
MSG juga dimasukkan dalam kategori excitotoxin atau neurotoksin yang memiliki efek
yang lama kelamaan (degeneratif) merusak otak dan sistem saraf. Cara kerja MSG yang
merusak saraf otak ini melalui selaput di dalam mulut ketika dimasuki aliran darah melalui
makanan yang mengandung MSG.MSG dibuat dengan menggunakan proses buatan yang
memecah dan mengubah glutamat terikat ke dalam bentuk bebas. Glutamat bebas ini bisa
memasuki aliran darah 10 kali lebih cepat dibanding glutamat alami. Efek MSG dan
excitotoxins menyebabkan orang akan makan lagi setelah makanan makanan yang
mengandung MSG karena efek MSG dan excitotoxins memicu insulin, adrenalin,
penyimpanan lemak, ketagihan untuk makan. Sedangkan salah satu efek lain dari MSG pada
anak-anak adalah dapat memicu terjadinya serangan asma, karenanya bagi penderita asma
diusahakan untuk menghindari penggunaan MSG.Asam glutamate yang terkandung dalam
MSG adalah suatu neurotransmitter yang dapat membangkitkan rasa pada sistem saraf. Pada
beberapa orang tertentu dapat mengakibatkan masalah neurologis seperti perubahan mood,
menjadi bingung dan timbul migraine (BKKBN, 2010).
Berdasarkan penelitian terhadap tikus di laboratorium ditemukan peningkatan peluang
obesitas karena konsumsi MSG. MSG di dalam tikus muda memiliki risiko tiga kali lipat
jumlah insulin dalam pankreasnya yang memicu obesitas. Laporan ini berjudul 'Sensory And
Autonomic Nerve Changes In The Msg-Treated Rat: A Model Of Type II Diabetes' yang
dibuat peneliti dari UAE University (2008). MSG cukup banyak terdapat dalam berbagai
jenis makanan seperti makanan ringan, makanan yang bisa tahan lama atau pada makanan
yang dijual bebas, sehingga terasa sulit untuk dihindari secara total.Kadang-kadang produsen
juga tak lagi menulis MSG di label makanannya. Tapi menulis dengan nama lain glutamat,
calcium caseinate, yeast extract, hydrolyzed protein, textured protein, gelatino. Konsumen
yang harus memutuskan apakah MSG bermanfaat atau berbahaya karena MSG masih
dibolehkan dalam makanan dan dianggap aman.(BKKBN, 2010). Menurut Penelitian
penambahan MSG terhadap pertumbuhan dan produksi Kacang tanah(A. hypogeae L),
didapatkan hasil bahwa Pemberian monosodium glutamat pada perlakuan B 3 gr dan 6 gr
meningkatkan tinggi tanaman, mempercepat usia tanaman mulai berbunga, menurunkan
berat kering polong, menaikkan jumlah polong bernas, mengurangi jumlah polong hampa
dan menaikkan berat 100 biji, sehingga meningkatkan kualitas Kacang Tanah (A.
hypogeae L) (Gresinta, 2015).

3.2 Efek Monosodium Glutamat


1. Dampak bagi kesehatan dalam jangka pendek (symptom complex MSG)
 Perut mual.
 Sakit kepala.
 Mudah mengantuk.
 Keringat berlebihan.
 Wajah dan leher terasa panas.
 Wajah terasa kaku.
 Jantung berdetak kencang.
 Nyeri dada.
 Kesemutan.
 Sulit untuk bernafas.

2. Efek Bahaya MSG Bagi Kesehatan Jangka Panjang


a. Leher kaku dan pusing
Penyedap rasa dapat membentuk alanin yang menghambat penyerapan vitamin B6 oleh
tubuh. Efek secara langsung seperti pusing, leher kaku, mual, mulut terasa kering, dan ruam
di wajah. Sindrom ini ditemukan pertama kali oleh dokter Ho Man Kwok pada tahun 1968.
Untuk mengatasi gangguan ini, penderita perlu minum banyak air dan istirahat.
b. Efek terhadap jantung
Dampak MSG terhadap organ jantung seperti detak jantung tidak teratur (Aritmia),
kekacauan irama jantung atau terlalu cepat (fibrilasi atrium), detak jantung lebih dari 100 kali
per menit (tachycardia), ataupun jantung berdetak sangat lambat. Gejala ini biasanya disertai
perasaan cemas dan was-was. Bahkan, jantung kekurangan suplai darah sehingga
menimbulkan nyeri dada yang sangat hebat (angina). Penting: 8 Tanda-tanda. Jantung Tidak
Sehat.
c. Kanker
MSG dibuat dalam proses pemanasan pada suhu tinggi dan waktu lama sehingga dapat
membentuk pirolisis yang bersifat karsinogenik, senyawa berbahaya yang dapat memicu
kanker.
d. Otot Kaku
Efek bahaya vetsin terhadap otot-otot tubuh seperti nyeri sendi dan otot terasa kaku.
e. Kerusakan sistem syaraf
Konsumsi penyedap rasa dalam jangka panjang terhadap sistem syaraf seperti depresi,
migrain, insomnia, juga disorientasi. Mantan ahli bedah syaraf benama Russell Blaylock
dalam buku berjudul Excitotoxins -The Taste That Kills, menyebutkan bahwa MSG
mengandung zat kimia yang bersifat excitotoxin sehingga dapat merusak sel-sel otak.
f. Efek pada sistem penglihatan
Penggunaan bahan penyedap rasa secara terus-menerus dapat merusak kesehatan mata,
sehingga pandangan menjadi kabur dan nyeri di sekitar organ mata.
g. Dampak pada organ Genital
Bahaya lainnya akibat konsumsi MSG berlebihan pada organ tubuh bagian dalam seperti
nyeri kandung kemih, kelenjar prostat bengkak, dan sering kencing.
h. Efek terhadap kulit
Bahan penambah rasa ini juga dapat menimbulkan efek pada kulit seperti gatal-gatal,
sariawan, dan kehilangan sensitivitas kulit.
i. Gangguan pernafasan
Konsumsi MSG secara berlebihan juga dapat memicu masalah sistem pernafasan seperti
bersin-bersin dan asma.
j. Tekanan darah tidak normal
Bahan penguat rasa juga dapat mengacaukan tekanan darah, sehingga tekanan darah
naik secara ekstrim ataupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Wahyu Prayitno. 2014. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Dampak
Penggunaan Zat Aditif Bagi Kesehatan Di RT 01 RW 02 Desa Kertosari Babadan
Ponorogo. Prodi D III Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Ponorogo : Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Ardyanto, Tonang Dwi. 2004. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek, dan Kontroversinya.
Jurnal Inovasi, Vol. 1 No. 16.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2010. Seberapa Aman
MSG dikonsumsi ?. Jakarta : Indonesia
Dechow, F.J. 1991. Industrial Ion Exchage Chromatography di Dalam Ion Exchangers.
Diterjemahkan Drofner, K. Walter de Gruyter: New York.
Departermen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Peraturan Mentri Kesehatan RI. Nomor
235/Men.Kes/Per/VI/1979. Tentang Bahan Tambahan Makanan, Jakarta.
Gresinta, Efri. 2015. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogea L.). Pendidikan Biologi.
Fakultas Teknik Mipa. Universitas Indrapasta PGRI : Jakarta.
Haq, Nisa Dhiya’ul. 2015. 10 Efek Bahaya MSG Bagi Kesehatan Jangka Panjang. Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Program Sarjana Ilmu Gizi. Universitas
Muhammadiyah Semarang : Jawa Tengah.
Irdasari, Nova. 2009. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Kinerja Atribut Produk Penyedap
Rasa Merek Masako. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Irmananda, Vebby. 2014. Uji Antimutagenik Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas Merah
(Alpinia purpurata K. Schum) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi Dengan
Monosodium Glutamat (MSG). Program Studi Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lubis, Nurhayati. 2013. Efek Pemberian Monosodium Glutamat (Msg) Terhadap Gambaran
Histopatologi Ginjal, Hati Dan Otak Mencit. Program Ekstensi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Morrison, JF, S. Shehab , R Sheen, S. Dhanasekaran, M. Shaffiullah, E. Mensah-Brown.
2008. Sensory and Autonomic Nerve Changes In Monosodium Glutamate-Treated Rat:
a Model of Type II Diabetes. Department of Physiology. Faculty of Medicine and
Health Science. United Arab Emirates University : United Arab Emirates (UAE)
Pasha, Riska Sarah Dewi Meitina. 2014. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate
Dalam Bumbu Masak Per Oral Terhadap Fungsi Memori Spasial Tikus Wistar.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran. Semarang : Universitas
Diponegoro
Pegala, H. (2010). Mutasi Genetik. http://hendrapegala.wordpress.com/2010/ 01/21/mutasi-
genetik.
Peppler, Henry J. 1967. Microbial Technology. Reinhold Publising Corporation. New
York.
Rangkuti, Riska Handayani., Edy Suwarso, dan Poppy Anjelisa Z. Hsb. 2012. Pengaruh
Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Pada Pembentukan Mikronukleus Sel Darah
Merah Mencit. Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Medan. Indonesia.
Razali., Rezania. 2014. Monosodium Glutamat (MSG) dan Efek Neurotoksisitasnya Pada
Sistem Saraf Pusat. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran. Banda Aceh : Universitas
Syiah Kuala.
ScienceLab. 2018. L-Glutamic acid. www.ScienceLab.com. Diakses pada 17 Februari 2018.
Septadina, Indri Seta. 2014. Pengaruh Monosodium Glutamat Terhadap Sistem Reproduksi.
Fakultas Kedokteran. Palembang : Universitas Sriwijaya
Triastuti, Ely. 2006. Sanitasi Industri Proses Produksi Monosodium Glutamat di PT. Palur
Raya Karangayang. Program DIII Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret : Surakarta
Wailah, Filzah Widha. 2016. Pengaruh Pemberian MSG (Monosodium Glutamat) Terhadap
Kadar Ureum dan Kreatinin Serum (Fungsi Ginjal) Pada Tikus Betina Sprague dawley
Usia 8-12 Minggu. Program Studi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Jakarta :
Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Wakidi, R.F. (2012). Efek Protektif Vitamin C dan E Terhadap Mutu Sperma Mencit Jantan
Dewasa Yang di Pajan Dengan Monosodium Glutamat. Medan : Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Widyalita, Eka P, Saifuddin Sirajuddin dan Zakaria. 2012. Analisis Kandungan Monosadium
Glutamat (Msg) Pada Pangan Jajanan Anak Di Sd Komp. Lariangbangi Makassar.
Bagian Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Makassar : Universitas
Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai