Anda di halaman 1dari 15

UNJUKKERJA KARAKTERISTIK EVAPORATOR TERHADAP

NERACA MASSA DAN NERACA PANAS

Yusuf Dewantoro Herlambang


Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
JL. Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS, Semarang 50329
Telp. 7473417, 7499585 (Hunting), Fax. 7472396

Abstrak

Evaporator adalah alat untuk memisahkan fraksi ringan dengan fraksi berat yang
tercampur di dalam minyak mentah dengan cara penguapan yang sebelumnya telah
mendapat pemanasan di dalam furnace. Fraksi ringan di sini berbentuk uap yang
keluar melalui bagian puncak evaporator dan fraksi berat berbentuk cairan sebagai
residu yang keluar melalui bagian dasar evaporator.
Kata Kunci : Evaporator, Neraca Massa, Neraca Panas

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peranan yang penting
dalam kemajuan bangsa sekaligus mempengaruhi keberhasilan pembangunan
masyarakat yang mandiri. Pengembangan IPTEK berfungsi sebagai sarana
percepatan peningkatan sumber daya manusia, perluasan kesempatan kerja,
peningkatan harkat dan martabat bangsa sekaligus peningkatan kesejahteraan rakyat,
pengarah proses pembaharuan, serta peningkatan produktivitas. Konsep
pengembangan IPTEK dibangun oleh dua pihak yang saling berkaitan, yakni praktisi
di dunia industri dan akademisi di kalangan pendidikan. Pembangunan di bidang
pendidikan dilaksanakan seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dengan mengaplikasikan suatu sistem pendidikan nasional.
dalam rangka peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) nasional dalam
berbagai bidang. Pendidikan tinggi sebagai bagian dari pendidikan nasional dibina
dan dikembangkan guna mempersiapkan mahasiswa menjadi SDM yang memiliki
kemampuan akademis dan profesi sekaligus tanggap terhadap kebutuhan
pembangunan dan pengembangan IPTEK sehingga dapat dijadikan bekal pengabdian
masyarakat. Pengembangan sumber daya manusia di perguruan tinggi dilaksanakan
melalui kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

1
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan
tinggi, industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan
dengan penukaran informasi antara masing-masing pihak tentang korelasi antara
ilmu di perguruan tinggi dan penggunaan di dunia industri. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya adalah
salah satu perguruan tinggi negeri dengan sasaran pengembangan dan penggunaan
proses industri, unit operasi, dan perancangan dalam skala besar dimana bahan
mengalami perubahan fisik dan kimia tertentu. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Semarang sebagai bagian dari sumber daya manusia Indonesia
secara khusus disiapkan untuk menjadi process engineer.
Evaporator.
Evaporator berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan dengan fraksi berat yang
tercampur di dalam minyak mentah dengan cara penguapan yang sebelumnya telah
mendapat pemanasan di dalam furnace. Fraksi ringan di sini berbentuk uap yang
keluar melalui bagian puncak evaporator dan fraksi berat berbentuk cairan sebagai
residu yang keluar melalui bagian dasar evaporator. evaporator di PUSDIKLAT
MIGAS Cepu terdapat satu buah yang terpasang secara vertikal. untuk memudahkan
pemisahan dengan cara penguapan maka dapat disuntikkan steam dari bagian bawah
evaporator. Penyuntikan steam ini berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial
komponen-komponen hidrokarbon sehingga penguapan lebih mudah. Setelah
terpisah fase uap akan keluar melalui bagian puncak dari evaporator yang terdiri dari
pertasol, nafta, kerosin, solar, dan PH solar, sedangkan fase cairnya akan keluar
melalui bagian dasar evaporator berupa residue.
Spesifikasi Alat Evaporator :
Tipe : Silinder Tegak
Jumlah : 1 buah
Volume : 184.756 m3
OD (Outlet Diameter) : 2027 mm
ID (Inlet Diameter) : 2010 mm
Material : Carbon steel
Tinggi : 6m
Tebal steel : inchi

Tekanan atas operasi : 1,2 kg/cm2

2
Temperatur design : 380 oC
Jenis Head : ellips
Tebal Head : inchi
Temperatur atas operasi : (280 oC-310 oC)
Tekanan bawah operasi : sedikit diatas 1,2 kg/cm2
Temperatur bawah operasi : (265 oC-295 oC)

Gambar 1. Evaporator Plant

E
A

B G

C C
A
F

Gambar 2. Desain Evaporator

Keterangan :
A. Lempeng penahan pipa
B. Saluran turun
C. Kondensat uap air keluar
D. Udara dan gas keluar

3
E. Larutan umpan masuk
F. Larutan pekat keluar
G. Uap air masuk
H. Uap (dari larutan) keluar

Landasan Teori
Adapun fungsi dari evaporator adalah (Nelson, 1958):
1. Untuk memisahkan antara fase uap dan fase cair crude oil setelah
mengalami pemanasan di furnace dan untuk menguapkan fraksi ringan
yang terdapat pada fase cair. Fase uap keluar lewat puncak menara
evaporator (top produk) yang berupa pertasol, kerosin, solar, dan PH solar
fase uap. Sedangkan fase cair keluar dari dasar menara evaporator (bottom
produk) yang berupa residu dan PH solar fase cair.
2. Membantu beban kolom fraksinasi menjadi lebih ringan karena di dalam
evaporator fraksi residu sudah dipisahkan.

Proses Pada Evaporator


Proses yang trerjadi adalah secara fisis. Crude oil yang telah dipanaskan pada
furnace masuk evaporator pada suhu sekitar 330C untuk dipisahkan antara fase uap
dan fase cairnya. Fase uap akan keluar lewat puncak menara evaporator(top produk),
sedangkan fase cair keluar lewat dasar menara(bottom produk). Untuk membantu
penguapan fraksi-fraksi ringan yang masih terbawa oleh residu digunakan steam
stripping. Steam diinjeksikan dari bagian bawah evaporator dengan tekanan 1 atm
hingga 1,5 atm. Dengan injeksi steam maka tekanan parsial akan turun, sehingga titik
didih akan turun dan fraksi ringan yang masih terikut residu akan naik dan keluar
dari puncak menara evaporator. Keuntungan penggunaan steam sebagai stripping :
Mudah mendapatkannya
Mudah dipisahkan kembali
Mempunyai titik didih lebih rendah sehingga tidak terjadi pengembunan selama
proses berlangsung.
Biaya pembuatan steam relative murah.

Kondisi Operasi Evaporator

4
Agar proses pemisahan pada evaporator berjalan dengan baik maka perlu
diperhatikan (Edminister, 1961) :
1. Tekanan evaporator
Tekanan pada evaporator dijaga tidak terlalu tinggi yaitu berkisar pada
tekanan atmosferis sekitar 0,3 kg/cm2 absolut. Tekanan yang terlalu tinggi
menghambat proses penguapan. Akibatnya fraksi residu banyak mengandung fraksi
ringan sedangkan tekanan terlalu rendah menyebabkan terikutnya fraksi residu naik
ke atas, dan merusak produk PH solar.
2. Temperatur evaporator
Temperatur crude oil di evaporator dikendalikan oleh pemanas dari furnace.
Diharapkan temperature tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah (330C). Temperatur
yang terlalu rendah menyebabkan proses pemisahan tidak sempurna karena fraksi
yang seharusnya berupa uap masih berupa cairan, akibatnya residu masih
mengandung fraksi ringan. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan pemisahan
tidak sempurna karena terikutnya residu dan merusak mutu produk.
3. Level (Tinggi Permukaan Cairan)
Tinggi permukaan cairan pada evaporator dijaga jangan sampai terlalu tinggi
karena akan mengurangi ruang penguapan linier yang telah mengalami pemanasan
pada furnace, sehingga proses tidak sempurna. Pengaturan tinggi permukaan cairan
juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi steam stripping kurang efektif
sedangkan jika terlalu rendah maka waktu penguapan minyak lebih singkat dan
menyebabkan banyak fraksi ringan terikat residu.
Peralatan
Evaporator yang terdapat pada unit pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu terdiri
atas bagian-bagian :
a. Dinding (shell) dan head
Shell dan head terbuat dari Carbon steel. Tebal shell 10 mm dan 10mm
b. Nozzle
Berfungsi untuk menyambung pipa antara lain inlet umpan , inlet steam, outlet vapor,
dan outlet residu.
c. Screener
Berfungsi untuk menahan partikel-partikel liquid agar tidak terikut ke fase uap.

5
d. Manhole
Berfungsi untuk lubang masuk orang pada saat membersihkan atau perbaikan.
e. Drain
Berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa minyak pada saat stop produksi.
f. Isolasi
Isolasi yang digunakan adalah Calsium Silikat yang dilapisi dengan Alumunium
sheet. Tujuan penggunaan isolasi :
1. Untuk mempertahankan temperatur yang dikehendaki.
2. Menjamin bekerja dengan aman pada kondisi permukaan uap panas.
.
Alat Instrumentasi
Antara lain Temperature Indicator, Pressure Indicator, Level Indikator,
Controller, Level Control Valve yang semuanya untuk mengetahui dan mengatur
kondisi operasi (Nelson, 1958).

B. METODE PENELITIAN
Crude oil yang keluar dari furnace dimasukkan ke dalam evaporator V-1. Di
dalam evaporator terjadi pemisahan antara fraksi berat dan fraksi ringannya. Proses
pengolahan secara distilasi atmospherik di PUSDIKLAT MIGAS menghasilkan
pertasol 2, LAWS 3, LAWS 4, kerosine, solar, PH solar dan residu. PH solar
digunakan sebagai bahan baku pada unit Wax plant untuk menghasilkan batik wax
dari hasil samping berupa A Filter Oil (Geankoplis, 1983).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Neraca massa pada evaporator
a.) Data distilasi ASTM Crude Oil
Dari Log Sheet Distilling Unit diperoleh data sebagai berikut :
T inlet = 340 oC = 644 oF
Ttop = 330 oC = 626 oF
Tbottom = 280 oC = 536 oF
Pinlet = 0.258 kg/cm2 = 0.250 atm
Ptop = 0.238 kg/cm2 = 0.231 atm
Ptotal = 1 atm + P inlet = 1 + 0.258 kg/cm2 = 1.250 atm = 18.379 psia

6
Tabel 1. Data distilasi ASTM Crude Oil
o o
%distilasi C F
IBP 84 183.2
10 149 300.2
20 192 377.6
30 242 467.6
40 270 518
50 295 563
60 608
70 653
80 698
90 743

b.) Data distilasi suhu EFV


Membuat data suhu ASTM nenjadi suhu EFV dari grafik 12.8 dan 12.9 Edmister.
Suhu ASTM 50% = 563 oF
Suhu ASTM 30%-10% = 167.4 oF
Suhu EFV 50% = 563 oF + T
Dari Grafik 12.8 Edmister diperoleh T= -2, Sehingga suhu EFV 50% = 561oF
Tabel 2. Data distilasi suhu EFV
%
distilasi ASTM EFV (1 atm )
T T
(oF) delta T(oF) Interval (oF) delta T(oF)
IBP 183.2 304
117 0-10 65
10 300.2 369
167.4 10-30 129
30 467.6 498
95.4 30-50 63
50 563 561
90 50-70 57
70 653 618
90 70-90 54
90 743 672

c.) Neraca massa evaporator

Top Product
Steam
Pertasol CA

Pertasol CB
7
Pertasol CC
Kerosin
Crude oil
TF=645.8oF Solar
VVV
m= 21302.49121 lb/jam T=626oF
VVV
VVV

Steam VVV
V-1
VV
356 oF

Bottom Product
PH Solar
Residue
T=536oF

Tabel 3. Data Flowrate dan spesefik gravity produk

Rate
NO PRODUK (L/hari) s.g. (kg/L)
1 Crude Oil 275390 0.8426 0.8421
2 etrasol CA 23105 0.7033 0.7031
3 Pertasol CB 2660 0.7326 0.7324
4 Pertasol CC 15539 0.7854 0.7849
5 Kerosene 61204 0.8124 0.8119
6 Solar 114144 0.8599 0.8594
7 PH Solar 24885 0.8716 0.8712
8 Residue 32963 0.9170 0.9165
9 Total produk 274500
10 Total 549890
11 Losses 890
Tabel 4. Massa Inlet Neraca
massa NO PRODUK (kg/hari) (lb/jam) evaporator
1 Crude Oil 231905.919 21302.49121
2 Petrasol CA
3 Pertasol CB
4 Pertasol CC
5 Kerosene
6 Solar
7 PH Solar
8
8 Residue
9 Total 231905.919 21302.49121
10 Losses 169.0392868
NO PRODUK Massa outlet
Top Product Bottom Product
(kg/hari) (lb/jam) (kg/hari) (lb/jam)
1 Crude Oil
Petrasol
2 CA 16245.1255 1492.25
Pertasol
3 CB 1948.051 178.9447
Pertasol
4 CC 12196.5611 1120.356
5 Kerosene 49691.5276 4564.581
6 Solar 98095.3536 9010.876
7 PH Solar 21679.81 1991.471
8 Residue 30209.27 2774.973
9 Total 178176.6188 16367.01 51889.08 4766.445
10 Losses

Berdasarkan grafik (Nelson, 1958), pada P = 1 atm (14.7) dan T = 309.2 oF diperoleh
T boiling = 305 oF. Pada T boiling yang sama dicari T EFV pada 1.2 atm dan
diperoleh = 325 oF. Diperoleh kurva :

9
Dengan menggunakan interpolasi data % distilasi ASTM dan suhu EFV operasi
1.250 atm.Pada suhu 645 diperoleh %crude oil yang teruapkan = 73 %.
Sehingga :
Crude oil masuk evaporator = 21302.49121 lb/jam
Crude oil dalam fasa uap = 0.77 x 21302.49121 = 16402.92 lb/jam
Crude oil dalam fasa cair = (1- 0.77) x 21302.49121= 4899.57 lb/jam
Dari Nelson hal.232 kebutuhan steam untuk crude oil 0.4 -1.2 lb/gal, diambil 1.2
lb/gal. Sehingga :
Kebutuhan steam = 1.2 lb/gal x 0.2641 gal/L x 4899.57 lb/jam x 1/0.8426
= 1842.83 lb/jam
Untuk kebutuhan steam 1.2 lb/gal diperoleh crude oil yang menguap 3.8 %.
Uap crude oil karena steam = 0.038 x (1991.471 + 2774.973)
= 181.124872 lb/jam
Uap crude oil total = crude oil fase uap+uap crude oil karena steam
= (16402.92 + 181.124872)
= 16584.04 lb/jam
Crude oil yang tidak teruapkan = PH solar + residue
= 1991.471 + 2774.973 = 4766.445 lb/jam

10
2. Neraca Panas pada Evaporator

Tabel 5. Data distilasi komponen pada evaporator


Crude Oil Pertasol CA Pertasol CB
o o o o o o
Komponen C F C F C F
IBP 84 183.2 46.5 115.7 69.142857 156.4571
0% 149 300.2 63.5 146.3 83.714286 182.6857
30% 242 467.6 72.5 162.5 91.428571 196.5714
50% 295 563 79.5 175.1 98.428571 209.1714
70% 345 653 86 186.8 106.57143 223.8286
90% 668.2 743 98.5 209.3 122.28571 252.1143
FBP 300 572 156 312.8 167.4 333.32
TDRV 219.84 545.36 80 176 100.48571 212.8743

Tabel 6. Data distilasi komponen pada evaporator (lanjutan)


Pertasol CC Kerosene Solar
Komponen
o o o o o o
C F C F C F

IBP 124.66667 256.4 135.5 275.9 209 408.2

10% 139.66667 283.4 163.5 326.3 254.16667 489.5

30% 151 303.8 186.83333 368.3 281.83333 539.3

50% 161.33333 322.4 205.83333 402.5 304.16667 579.5

70% 174.33333 345.8 223.5 434.3 331.83333 629.3

90% 194 381.2 252.5 486.5 368 694.4

FBP 237,5 459.5 289 552.2 371 699.8

TDRV 164.06667 327.32 206.43333 403.58 308 586.4


Tabel 7. Penentuan faktor karakterisasi
Crude Pertasol Pertasol Pertasol
Komponen oil CA CB CC Kerosene Solar
o
TDRV ( F) 545.36 176 212.8743 327.32 403.58 586.4
slope distilasi 5.535 0.7875 0.867857 1.2225 2.0025 2.56125
faktor koreksi -74 -7 -8 -11 -18 -23
o
TDRM ( F) 471.36 169 204.8743 316.32 395.58 563.4
o
TDRM ( R) 931.36 629 664.8743 776.32 855.58 1023.4

11
sg 0.84256 0.7033 0.7326 0.7854 0.8124 0.8599
K 11.591 12.183 11.914 11.702 11.686 11.719

TDRV = Titik Didih Rata-rata Volumetrik


TIBP T10% T50% T70% TFBP
TDRV =
5
T (90%) T (10%)
Slope Distilasi =
90 10
TDRM = Titik Didih Rata-rata Molar
TDRM = TDRV faktor koreksi
Faktor koreksi diperoleh dari Fig 5-4 Nelson
3
TDRM ( o R )
K = Characterization Factor =
sg

Tabel 8. Penentuan Heat Content ( fig 5-3 Nelson W. L )


Pertasol Pertasol Pertasol
Komponen Crude oil CA CB CC
K 11.591 12.183 11.914 11.702
o
API 36.44 69.69 61.648 48.66
Fase uap/cair Uap Uap uap
T (oF) 626/536 626 626 626
Heat Content (1atm)
(Btu/lb) 452/376 489 484 470
Koreksi fase uap 7 -1.7 2 4
Koreksi fase cair 4 - - -
Koreksi tekanan -1 -1 -1 -1
Heat Content 446/373 499.7 483 467
terkoreksi (Btu/lb)

Tabel 9. Penentuan Heat Content ( fig 5-3 Nelson W. L ) lanjutan

Komponen Kerosene Solar PH Solar Residue


K 11.686 11.719 11.8 11.4
o
API 42.68 33.05 30.85 22.81
Fase Uap Uap Cair Cair
T (oF) 626 626 536 536

12
Heat Content
(1atm)(Btu/lb) 465 450 308 299
Koreksi fase uap 7 4 - -
Koreksi fase cair - - 2 6
Koreksi tekanan -1 -1 -1 -1
Heat Content 459 447 307 294
terkoreksi (Btu/lb)

Heat Content diperoleh dari Fig 5-3 Nelson

Heat Content terkoreksi = Heat Content Koreksi fase uap/cair Koreksi tekanan

Tabel 10. Penentuan Heat Balance tiap komponen

Mass Heat
Komponen Flow Content
Rate (Btu/lb) Heat (Btu/jam)
Bottom
(lb/jam) Inlet Top Outlet outlet
Crude Oil
Uap 16402.92 446 7315702.32
Crude Oil
Cair 4899.57 373 1827539.61
Pertasol CA 1492.25 499.7 745677.325
Pertasol CB 178.9447 483 86430.290
Pertasol CC 1120.356 467 523206.252
Kerosene 4564.581 459 2095142.679
Solar 9010.876 447 4027861.572
PH Solar
Cair 1991.471 307 611381.597
Steam
Saturated 2163.327 1216.957 2632675.936
Residue 2774.973 294 815842.062
Total 11775917.87 7478318.11 1427223.659

Steam masuk pada tekanan 1.8 psia dari App A-2-9 Geankoplis diperoleh Psteam =
182.385 kPa

Heat Loss = Heat Inlet Heat Outlet

= 11775917.87 (7478318.11+1427223.659)= 2870376.101 Btu/jam

13
2870376.101
% Heat Loss = x100% 24.38%
11775917.87

Efisiensi Evaporator = (1-Heat Loss) x 100% = (1 0.2438) x 100% = 75.62 %

Pembahasan
Crude oil dari furnace dialirkan menuju evaporator dengan suhu inlet 340 oC (644 oF)
untuk dipisahkan menjadi fraksi berat (residu) yang merupakan produk bawah kolom
(bottom product) dengan suhu bottom 280 oC (536 oF) dan fraksi ringan berupa uap
hidrokarbon yang merupakan produk atas kolom (top product) dengan suhu top 280
o
C ( 536 oF ).
Untuk meningkatkan efisiensi penguapan aliran feed masuk dibuat tidak langsung ke
tengah kolom tetapi dibuat serong mendekati bagian dalam kolom, sehingga luas
permukaan penguapan semakin besar dan juga aliran menjadi turbulen. Evaporator
juga berfungsi meringankan kerja kolom fraksinasi dalam melaksanakan proses
pemisahan selanjutnya.
Pada bagian bawah evaporator diinjeksikan steam (steam stripping) pada tekanan 1.8
kg/cm2 yang bertujuan untuk memperkecil tekanan parsial hidrokarbon. Jika tekanan
parsial hidrokarbon turun maka penguapan hidrokarbon menjadi lebih besar sehingga
pemisahan uap hidrokarbon dan liquid menjadi lebih sempurna. Top product
evaporator berupa pertasol CA, pertasol CB, pertasol CC, kerosen, solar sedang
bottom product evaporator berupa PH Solar dan residue.
Dari hasil perhitungan neraca panas diperoleh nilai efisiensi untuk evaporator V-1 di
PUSDIKLAT MIGAS Cepu sebesar 75.62 %. Nilai efisiensi tersebut menunjukkan
bahwa evaporator masih dapat beroperasi dengan layak tetapi hasilnya kurang
optimal. Hal ini dapat terjadi karena adanya korosi dan deposit dalam evaporator
sehingga perpindahan panasnya tidak berjalan sempurna.

E. Kesimpulan
1. Nilai efisiensi pada evaporator sebesar 75.62 %.
2. Menurunnya nilai efisiensi disebabkan karena adanya korosi dan deposit
dalam evaporator.

F. Daftar Pustaka

14
1. Edminister W.C., 1961, Applied Hydrocarbon Thermodynamyc, Vol. 1, Guff
Publishing, Houston, New York
2. Geankoplis, J.C, 1983, Transport Processes and Unit Operation, Second
Editon, Allyn and Bacon, inc. Massachussett.
3. Hardjono, Ir., 1987, Diktat Teknologi Minyak Bumi I, Edisi 2, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik UGM.
4. Nelson, W.L, 1958, Petroleum Refinery Engineering, Fourth edition,
International Student Edition, Tokyo, Tokyo
5. Mc Graw Hill, Kogakusha Ltd.

15

Anda mungkin juga menyukai