Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 10, No. 4, Hlm. 171 - 177, Desember 2015


ISSN 1412-5064, e-ISSN 2356-1661
DOI: https://doi.org/10.23955/rkl.v10i4.3309

Kapasitas Adsorpsi Bentonit terhadap Sulfur dan


Merkuri secara Simultan pada Pembakaran Batubara

Adsorption Capacity of Bentonite on Sulfur and Mercury


Simultanously in Coal Combustion

Alhamidi Yusran1, M. Dani Supardan1,2, Mahidin1,2*

1
Program Studi Magister Teknik Kimia, PPs Unsyiah, Banda Aceh
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Unsyiah, Banda Aceh
Jl. Tgk. Syekh Abdur Rauf No. 7, Darussalam, 23111, Banda Aceh
*E-mail: mahidin@unsyiah.ac.id

Abstrak

Pemanfaatan batubara sebagai sumber energi melalui pembakaran langsung akan


menghasilkan emisi gas, partikulat trace metal (logam berat) dan abu (terutama abu terbang)
yang akan mencemari udara. Penanganan terhadap pencemaran tersebut merupakan hal
yang sangat mendesak. Dalam studi ini ditawarkan penyelesaian secara simultan terhadap
emisi SOx dan partikulat logam berat merkuri pada pembakaran batubara peringkat rendah
yang ada di Aceh melalui penyerapan menggunakan bentonit alam yang juga terdapat di Aceh
(juga di daerah lain di Indonesia). Penggunaan bentonit dapat mengurangi emisi gas SO2 dan
partikulat trace metal Hg dalam gas buang dan abu terbang. Bentonit dapat meningkatkan
afinitas atau gaya tarik menarik antara Hg dan mineral-mineral dalam bentonit dan sekaligus
menurunkan afinitas Hg terhadap S atau SO2. Konsentrasi bentonit dalam kajian ini, tanpa
kalsinasi dan langsung dicampur dalam batubara, adalah 0 – 16% dan temperatur
pembakaran adalah 700 – 900oC. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kondisi maksimum
penyerapan sulfur dan/atau SO2 serta merkuri terjadi pada kandungan bentonit 6% dan
temperatur 700oC.

Kata kunci: emisi gas, kapasitas adsorpsi, merkuri, partikulat, sulfur, trace metal

Abstract

Utilization of coal as a source of energy by direct combustion might release gas emission,
trace metal (heavy metal) particulate and ash (especially fly ash) that can cause the air
pollution. Reduce the air pollution is an urgent effort in the coal fired. In this study
simultaneous solution on SOx emission and mercury particulate release during Aceh low rank
coal combustion through the adsorption by using natural bentonite, which can also be found in
Aceh (also in others regions in Indonesia) is proposed. Use of bentonite can suppress SO2 gas
emission and trace metal particulate (Hg) in flue gas and fly ash. Bentonite can enhanced the
affinity or bounding force between trace metal (Hg) and minerals in the bentonite and
simultaneously lowered the affinity of Hg on S or SO2. The bentonite concentrations in this
study, without calcination and directly blended in coal, were 0 – 16% and burning
temperature lied from 700 to 900oC. It was found that maximum conditions for sulfur and/or
SO2 and mercury adsorptions appeared at bentonite content of 6% and temperature of 700 oC.

Keywords: adsorption capacity, gas emission, mercury, particulate, sulfur, trace metal

1. Pendahuluan sekitar 40 unsur yang dapat merusak


lingkungan dan kesehatan, sedangkan unsur
Batubara adalah batuan yang mudah ultimate dan proximate dinyatakan dalam
terbakar yang diantara 50-70% berat persen (%). Dari sejumlah logam berat
volumenya merupakan bahan organik tersebut, yang biasa dipertimbangkan
berupa material karbon, termasuk inherent sebagai kandidat emisi logam berbahaya
moisture. Unsur pembentuk batubara terdiri hanya 10 unsur logam berat yaitu As, Ba,
dari unsur utama (C,H, O, N, S, Al, Si), Be, Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn (Lin dan
unsur sekunder (Fe, Ca, Mg, Ba, K, Na, P, Ho, 2005).
Ti), dan unsur sangat kecil (trace) berupa
logam-logam berat (heavy metals) dengan Komponen pembentuk batubara berdasarkan
berat jenis di atas 5 g/cm3. Masing-masing analisis proksimatter diri dari atas air
logam berat berkadar sangat rendah yang (moisture, M), abu (ash), zat mudah
dinyatakan dalam ppm serta jumlahnya ada menguap (volatile matter, VM) dan karbon

171
tertambat (fixed carbon, FC). Beberapa seperti zeolit, limestone dan bentonit. Saat
pengotor yang biasanya terkandung dalam ini untuk menekan kandungan sulfur dalam
batubara antara lain adalah abu dan unsur- batubara digunakan adsorben limestone,
unsur atau senyawa-senyawa yang namun tidak tertutup kemungkinan untuk
keberadaanya dalam jumlah sangat kecil, menggunakan bentonit sebagai adsorben
baik berbentuk logam maupun non-logam karenakandungansilika dan kalsium yang
(trace element). Secara kimia, karakteristik tinggi.
abu batubara sangat tergantung pada
karakteristik batubara. Abu merupakan Penambahan bentonit akan menimbukan
bagian batubara yang tidak bisa terbakar. fenomena adsorpsi padat-gas, dimana
Kandungan abu dalam batubara sangat adanya adsorbat gas yang teradsorp dalam
bervariasi dan berkisar 3–9% (Munir, 2006). adsorben padat. Permukaan zat padat
Abu batubara mengandung mineral-mineral bentonit dapat mengadsorp fase padat-gas
berupa SiO2, Al2O3, P2O5, dan Fe2O3. pada tekanan rendah disebabkan karena
Kandungan SiO2 umumnya cukup tinggi adanya pengumpulan molekul-molekul suatu
mencapai 70% (Munir, 2008). Trace element zat pada permukaan zat lain sebagai akibat
yang terkandung dalam batubara bisa ketidak-seimbangan gaya-gaya pada per-
mempengaruhi proses pembakaran dan mukaan tersebut. Biasanya adsorpsi diikuti
mengakibatkan pencemaran udara berupa dengan pengamatan banyaknya zat yang
partikulat dalam abu terbang dan jelaga teradsorpsi persatuan berat adsorben pada
dalam gas buang yang dihasilkan. Senyawa temperatur tertentu atau temperatur tetap
yang sering ditemui dalam jumlah kecil yang dinyatakan dengan kurva kapasitas
tersebut antara lain sodium, sulfur, adsorpsi.
phosphorous, clorida, merkuri, nitrat, sulfat
dan arsen. Desulfurisasi awalnya dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas batubara, salah
Sampai saat ini hanya terdapat sedikit satunya adalah desulfurisasi dengan metode
referensi yang melaporkan tentang flotasi, dimana sekaligus dapat juga
penyerapan emisi SOx (senyawa sulfur mereduksi kandungan abu batubara. Flotasi
lainnya) dan traceelement (tracemetal), merupakan proses yang sangat komplek,
terutama mercuri (Hg), secara simultan (Ma dimana variabel-variabel yang berpengaruh
dkk., 2014; Wang dkk., 2013). Mereka signifikan pada umumnya saling memberi-
memanfaatkan sorben berbasis besi (iron- kan keterkaitan satu sama lain. Para peneliti
based sorbent) dalam penelitian mereka hanya mengamati variabel flotasi, tidak
masing-masing. Di pihak lain, R&D terhadap melakukan optimasi simultan (Hlincik dan
teknologi desulfurisasi menggunakan ber- Buryan, 2013).
macam-macam adsorben atau desulfurizer
dapat ditemukan dalam banyak publikasi Pada penelitian ini diusulkan proses
(Cheng dkk., 2003; Zhou dkk., 2001). Lebih penyerapan SO2 dan merkuri secara
lanjut, fakta serupa juga dapat dilihat simultan dengan menggunakan adsorben
terhadap Research and Development (R&D) bentonit alam, dimana kondisi percobaannya
untuk penangkapan merkuri dengan merupakan pendekatan terhadap proses
berbagai adsorben, termasuk bentonit baik pembakaran pada boiler di powerplant
bentonit alam maupun bentonit yang sudah berbahan bakar batubara peringkat rendah.
diolah/dimodifikasi (Li dkk., 2014; Wilcox Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
dkk., 2012). Sejauh ini tidak ada R&D untuk kapasitas adsorbansi bentonit sebagai
adsorpsi emisi SOx dan trace mercury penjerap SO2 dan/atau sulfur serta merkuri,
menggunakan bentonit sebagai adsorben. dan melihat pengaruh penambahan
adsorben bentonit terhadap nilai kalor
Ditinjau dari komponennya yang dapat batubara peringkat rendah Aceh.
teroksidasi, proses pembakaran batubara
dapat menghasilkan emisi yang mem- 2. Metodologi
pengaruhi lingkungan dan kesehatan
manusia. Emisi utama yang dihasilkan dari 2.1. Alat dan Bahan
pembakaran batubara adalah sulfur oksida
(SOx), nitrogen oksida (NOx), partikulat, Bahan dan peralatan yang digunakan dalam
karbon dioksida (CO2), merkuri dan logam penelitian ini antara lain: batubara (berasal
berat lainnya, serta fly ash dan bottom ash dari Kaway XVI Kabubaten Aceh Barat),
yang merupakan residu hasil pembakaran bentonit alam (berasal dari Lampung) dan
batubara pada tungku pembakaran. Untuk reagent asam kuat untuk Hg, yaitu HCl dan
mengurangi emisi gas dan logam berat H2SO4. Sedangkan peralatan yang digunakan
dilakukan dengan penambahan adsorben meliputi Crusher, Ball mill, Vibrating screen,

172
Compressor, Flow meter, Electric tube variasi 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16%
furnace, Desiccator, Ceramics boat, Multi- (berat). Kandungan sulfur dan merkuri
wave, Atomic Absorption Spectrophotometer dalam batubara sampel dan komposisi
(AAS), Spectrophotometer, Gelas kimia, bentonit sudah disampaikan dalam artikel
Erlenmeyer dan Timbangan elektrik. yang lain (Yusran dkk., 2015).

2.2. Kondisi Eksperimen Pembakaran batubara dilakukan dalam


Electric tube furnace (Gambar 1), dimana
Penelitian dilakukan secara eksperimen sampel diletakkan dalam Ceramic boat.
dengan melihat pengaruh masing-masing Setelah pembakaran sesuai variasi-variasi
variabel observasi terhadap kapasitas diatas selesai, didapat bottom ash untuk
adsorbansi bentonit dalam menyerap SO2 masing-masing perlakuan. Bottom ash yang
dan trace element Hg. Kondisi eksperimen didapat kemudian disimpan di dalam
adalah sebagai berikut: massa sampel Decicator untuk pengkondisian suhu hasil
batubara dan adsorben 20 gram (curah), pembakaran dengan suhu lingkungan.
ukuran partikel kedua bahan tersebut lolos
60 mesh, laju alir udara=1,5λ liter/menit (λ Masing-masing sampel bottom ash yang ada
adalah laju alir udara stoikiometrik) (Yao dalam Ceramic boat kemudian dilarutkan
dan Naruse, 2005) dan waktu pembakaran dengan reagent. Sampel dibagi menjadi 3
60 menit. (tiga) bagian sehingga dapat dilarutkan
dengan reagent berupa asam kuat seperti
Sampel dipersiapkan dengan mencampur HCl dan H2SO4. Dari hasil multiwave didapat
batubara dan adsorben (bentonit) yang 81 (delapan puluh satu) sampel yang akan
sudah dikeringkan di udara dengan variasi didigesti menggunakan microwave. Untuk 81
perbandingan yang telah ditentukan. sampel tersebut, masing masing sampel
Campuran diaduk sampai homogen. dibuat larutan induknya. Prinsip kerja pada
Sebelum dilakukan pencampuran batubara Atomic Absorpsion Spectroscopy (AAS) yaitu
dan adsorben tersebut dikeringkan dan dengan sistem kalibrasi larutan indukdengan
dihaluskan sampai ukuran lolos 60 mesh, larutan yang telah diencerkan karena AAS ini
dan kemudian ditimbang sesuai dengan sangat sensitif terhadap konsentrasi larutan
perbandingan berat antara batubara dan sampel.
adsorben. Selanjutnya sampel (sebanyak 20
gram) ditempatkan ke dalam Ceramic boat Tujuan dari kalibrasi larutan induk dengan
larutan hasil pengenceran tersebut adalah
Variabel berubah (variabel pengujian) dalam untuk kalibrasi sebelum dilakukan analisis
studi ini mencakup temperatur pembakaran dari masing-masing sampel sehingga
(yaitu 700, 800 dan 900oC). Interval kandungan sampel dapat dianalisis dalam
temperatur yang ditetapkan ini merupakan skala part per billion (ppb) sampai dengan
kondisi pembakaran yang umum diterapkan part per million (ppm). Setelah dilakukan
dalam Fluidized Bed Combustor (FBC). kalibrasi AAS, selanjutnya kandungan trace
Variabel pengamatan berikutnya adalah metal (Hg) pada sampel dianalisa dengan
kandungan adsorben dalam campuran menggunakan sinar X.
sampel (batubara dan bentonit) dengan

Keterangan:
A. Kompresor
B. Stainless steel tube
C. Electrical tube
furnace
D. Flow meter
E. Industrial flue
gasand emission
analyzer
F. Panel kendali
G. Ceramic boat
H. Sampel

Gambar 1. Skema alat pembakaran (Electric tube furnace)

173
2.2. Evaluasi Kapasitas Adsorbsi tonit tidak secara khusus menangkap suatu
unsur tertentu. Proses yang terjadi pada
Kapasitas adsorpsi menggambarkan ke- penyerapan sulfur dan/atau SO2 oleh
mampuan penyerapan terhadap adsorbat bentonit adalah adsorpsi kimia dan fisika.
per satuan berat adsorben. Nilai tersebut Pada adsorpsi kimia faktor pengendali
dapat dijadikan acuan penentuan jumlah kapasitas adsorpsi dipengaruhi oleh
adsorben yang digunakan dalam skala yang komposisi unsur mineral dalam bentonit,
berbeda atau lebih besar. Dengan meng- sedangkan pada adsorpsi fisika kapasitas
komparasi nilai kapasitas adsorpsi dari tiap- adsorpsinya lebih dipengaruhi oleh karak-
tiap konsentrasi adsorben yang digunakan teristik dari adsorben itu sendiri. Kapasitas
maka akan didapat kapasitas optimum pada adsorpsi sulfur dan/atau SO2 oleh bentonit
kandungan-kandungan tertentu. Kapasitas disajikan pada Gambar 2. SO2 diperkirakan
adsorpsi ditentukan menggunakan per- terbentuk dalam unggun batubara yang
samaan berikut. dihasilkan oleh oksidasi sulfur sebelum
diserap oleh bentonit, terlebih lagi proses
𝐶𝑎 − 𝐶𝑎𝑜 pembakaran dilangsungkan pada tem-
𝑞= (1)
𝑀𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 peratur tinggi (≥700oC).

dimanaq adalah kapasitas adsorpsi, Ca Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada
adalah konsentrasi emisi setelah penam- temperatur pembakaran 700oC kapasitas
bahan adsorben (bentonit), Ca0 adalah penyerapan bentonit terhadap sulfur
konsentrasi emisi tanpa penambahan dan/atau SO2 bernilai maksimum terdeteksi
adsorben (bentonit) dan Madsorben adalah pada penambahan adsorben 6%. Pada
berat adsorben. temperatur 800oC dan 900oC kapasitas
penyerapan maksimum juga terdapat pada
3. Hasil dan Pembahasan kandungan adsorben yang sama. Kapasitas
adsorpsi pada 900oC cenderung lebih kecil
3.1. Kapasitas Penyerapan Sulfur dibandingkan dengan temperatur yang lebih
rendah. Hal ini diperkirakan karena semakin
Penyerapan komponen atau senyawa kimia tinggi temperatur maka pembakaran yang
oleh bentonit tidaklah selektif, artinya ben- terjadi semakin sempurna.
.

700oC 800oC

900oC

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap kapasitas penyerapan sulfur pada masing-masing
temperatur pembakaran

174
Gambar 3. Pengaruh konsntrasi adsorben terhadap kapasitas penyerapan merkuri pada masing-masing
temperatur pembakaran

Apabila mengacu kepada persamaan peningkatan kandungan adsorben dapat


Arhenius, terlihat bahwa semakin tinggi menurunkan nilai bakar batubara itu sendiri
temperatur maka semakin besar nilai (dibahas pada sub 3.3).
konstanta oksidasi sehingga kecepatan
reaksi konversi S menjadi SO2 semakin 3.2. Kapasitas Penyerapan Logam Hg
besar juga. Penyebab lain tingginya sulfur
dalam bottom ash pada temperatur rendah Pada saat pembakaran di atas temperatur
dikarenakan terjadinya proses adsorpsi 700oC kandungan logam Hg diperkirakan
kimia secara simultan oleh Hg terhadap SO2, seluruhnya menguap dan terbawa dalam fly
yang reaksinya terjadi seperti pada ash, kecuali particulate bounded mercury
Persamaan 2. (Hgp). Hgp adalah merkuri yang tidak
terbawa fly ash dan diikat oleh unburned
Hg(g) + SO2(g) + O2(g) --> HgSO4(s) (2) carbon pada bottom ash (Wilcox dkk.,
2012). Oleh karena itu, penyerapan merkuri
Proses adsorpsi SO2 secara kimia oleh oleh bentonit lebih baik dan lebih signifikan
merkuri tersebut menjadi fenomena yang terjadi pada temperatur 700oC (temperatur
menguntungkan, dimana beban bentonit terendah dalam studi ini). Pada temperatur
dalam menyerap dapat dikurangi oleh yang lebih rendah, jumlah merkuri yang
penyerapan sesama emisi. Dapat dikatakan menguap tentu saja lebih rendah dibanding
kedua variabel tersebut saling menurunkan dengan pada temperatur tinggi
konsentrasinya pada fly ash. Penyebab
tingginya Hg dalam bottom ash ada Gambar 3 menunjukkan kapasitas adsorpsi
korelasinya dengan karbon tidak terbakar logam Hg, dengan kapasitas penyerapan
(unburned carbon) terendah terdapat pada temperatur pem-
bakaran 900oC. Dengan demikian, dapat
Jumlah maksimum sulfur yang terserap per dikatakan bahwa performa adsorben
satuan massa bentonit berada pada rentang bentonit cenderung lebih baik pada tem-
0,015–0,29 ppm/gram. Hal ini menunjukkan peratur pembakaran 700oC. Hal tersebut
kapasitas adsorben pada kondisi operasi utamanya dipengaruhi oleh temperatur dan
yang berbeda cenderung sama. Secara waktu kontak ketika terjadinya proses
ekonomis pemilihan rasio adsorben didasar- oksidasi batubara secara keseluruhan.
kan pada kapasitas penyerapan itu sendiri. Adsorpsi pada kecepatan reaksi tinggi
Batasan lain yang perlu diingat bahwa menyebabkan sulitnya merkuri terdifusi

175
kedalam pori-pori adsorben akibat waktu bahan bentonit (adsorben) yang merupakan
yang lebih singkat sehingga mempengaruhi senyawa mineral dianggap menambah fraksi
kesetimbangan gaya tarik menarik antar massa dari komponen inert berupa abu
kedua molekul di permukaan. (ash) pada analisa proksimasi batubara.
Semakin tinggi kandungan abu, maka
Fenomena lain yang dapat menjelaskan semakin rendah kualitas batubara, dikarena-
penyebab tingginya Hg dalam bottom ash kan dengan penambahan zat mineral
berhubungan erat dengan keberadaan menghambat proses pembakaran dan me-
unburned carbon. Morfologi unburned carbon nurunkan fraksi volatile matter dan fixed
sangat memungkinkan untuk menangkap carbon sehingga zat mineral tersebut
Hg. Unburned carbon dari batubara merupakan penghambat dalam proses
peringkat rendah (lignit dan sub-bituminus) pembakaran. Dari hasil yang didapat, nilai
memiliki kemampuan menangkap Hg lebih kalori terendah terdeteksi pada kandungan
tinggi dibandingkan batubara peringkat adsorben 16% yaitu 5937,64 cal/gr, masih
tinggi (antrasit dan bituminus). Luas per- setara dengan nilai kalor batubara sub-
mukaan unburned carbon dari batubara bituminus. Dengan demikian, penambahan
peringkat rendah 400 kali lebih besar adsorben 16% (maksimum) masih meng-
dibandingkan dengan yang dari batubara hasilkan nilai kalor batubara yang dianggap
peringkat tinggi. Fakta ini menjadi salah satu wajar.
alasan kenapa unburned carbon dari
batubara peringkat rendah lebih efektif
5955
dalam menangkap karbon. Fakta ini sudah
diamati oleh Hower dkk. (2010) dan Kostova
dkk. (2011). 5950

Kapasitas adsorpsi merkuri oleh bentonit


HHV (cal/gr)

juga memperlihatkan nilai maksimum pada 5945


persentase adsorben sebesar 6% untuk
semua temperatur pembakaran yang diuji, 5940
sebagaimana halnya sulfur. Pada penelitian
sebelumnya, kandungan adsorben yang
memberikan kapasitas adsorpsi optimum 5935
adalah pada harga sekitar 5% untuk
adsorben batu kapur dan kaolin pada kondisi
5930
pembakaran 1,5λ serta 10% untuk kaolin
0 2 4 6 8 10 12 14 16
berbasis kalsium dengan 1,2λ (Chen dkk.,
2010). Kapasitas adsorpsi yang didapat Persentase adsorben (%)
tersebut tergolong tinggi, yaitu dalam
Gambar 4. Hubungan antara konsentrasi
interval 0,54–0,98 ppm/gram. adsorben dengan nilai kalor
batubara
3.3. Pengaruh Penambahan Adsorben
terhadap Nilai Kalori Batubara 4. Kesimpulan

Kandungan abu (ash) merupakan pengotor Adsorben bentonit alam tanpa kalsinasi
didalam batubara, oleh karena itu nilai kalori dapat digunakan untuk menangkap merkuri
dalam batubara berbanding terbalik dengan dan sulfur dan/atau SO2 secara simultan
kandungan abu. Diasumsikan penambahan pada pembakaran batubara, dimana
adsorben meningkatkan fraksi abu pada Kapasitas adsorpsi maksimum SO2dan/atau
komponen batubara. Nilai kalor kotor sulfur yang teramati pada konsentrasi
batubara diprediksi dengan menggunakan adsorben 6% dan temperatur 700oC,
korelasi dari Institute of Gas Technology sebesar 0,29 ppm/gram. Untuk penyerapan
(IGT), karena dianggap mendekati nilai kalor logam Hg juga terdeteksi pada kondisi yang
dari hasil pengujian dengan menggunakan sama, nilainya 0,98 ppm/gram dan secara
Bomb Kalorimeter (Sheng dan Azevedo, teknis penambahan adsorben menyebabkan
2005). penurunan nilai kalor batubara. Pada
penelitian ini juga ditinjau pengaruh
HHV= 0,341C + 1,322 H + 0,0686S – 0,0153A – penambahan adsorben mencapai 16%, nilai
0,1194(O+N) (3) kalor yang didapat setara dengan kalor
batubara sub-bituminus. Dengan demikian
Pengaruh penambahan adsorben terhadap
penambahan sampai 16% masih dianggap
nilai kalori batubara dapat dilihat pada
wajar secara teknis dan ekonomis.
Gambar 4. Menunjukkan bahwa penam-

176
Daftar Pustaka removal method from flue gas in the
presence of sulfur dioxide, Journal of
Chen, J., Yao, H., Zhang, P., Xiao, L., Luo, Hazardous Materials, 279, 289 - 295.
G., Xu, M. (2010) Control of PM1 by
kaolin or limestone during O2/CO2 Munir, M. (2008) Pemanfaatan Abu Batubara
pulverized coal combustion, Procee- (Flay Ash) untuk Hollow Block yang
dings of the Combustion Institute, Bermutu dan Aman bagi Lingkungan,
33(2), 2837 - 2843. Tesis Magister, Universitas Diponegoro,
Indonesia.
Cheng, J., Zhou, J., Liu, J., Zhou, Z., Huang,
Z., Cao, X., Zhao, X., Cen, K. (2003) Munir, S. (2006) Karakteristik Batubara,
Sulfur removal at high temperature Teknologi Pembakaran Batubara dan
during coal combustion in furnaces: a Prinsip-prinsip Pengelolaan dan
review, Progress in Energy and Regulasi Penggunaan Abu Batubara
Combustion Science, 29(5), 381 - 405. (ccps) yang Bermanfaat, Puslitbang
TekMira – DESDM.
Hlincik, T., Buryan, P. (2013) Desulfu-
rization of boiler flue gas by means of Sheng, C., Azevedo, J. L. T. (2005)
activated calcium oxide, Fuel Processing Estimating the higher heating value of
Technology, 111, 62 – 67. biomass fuels frombasic analysis data,
Biomass and Bioenergy, 28, 499 - 507.
Hower, J.C., Senior, C.L., Suuberg, E.M.,
Hurt, R.H., Wilcox, J.L., Olson, E.S. Wang, J., Zhang, Y., Han, L., Chang, L., Bao,
(2010) Mercury capture by native fly W. (2013) Simultaneous removal of
ash carbons in coal-fired power plants, hydrogen sulfide and mercury from
Progress in Energy and Combustion simulated syngas by iron-based
Science, 36(4), 510 – 529. sorbents, Fuel, 103, 73 - 79.

Kostova, I.J., Hower, J.C., Mastalerz, M., Wilcox, J., Rupp, E., Ying, S.C., Lim, D.,
Vassilev, S. V. (2011) Mercury capture Negreira, A.S., Kirchofer, A., Feng, F.,
by selected Bulgarian fly ashes: Lee, K. (2012) Mercury adsorption and
influence of coal rank and fly ash oxidation in coal combustion and
carbon pore structure on capture gasification processes, International
efficiency, Applied Geochemistry, 26(1), Journal of Coal Geology, 90-91, 4 – 20.
18 – 27.
Yao, H., Naruse, I. (2005) Control of trace
Li, M., Wang, L., Chen, J.-y., Jiang, Y-i., metal emissions by sorbents during
Wang, W.-j. (2014) Adsorption sewage sludge combustion, Proceedings
performance and mechanism of of the Combustion Institute, 30(2),
bentonite modified by ammonium 3009 - 3016.
bromide for gas-phase elemental
mercury removal, Journal of Fuel Yusran, A., Supardan, M. D., Mahidin.
Chemistry and Technology, 42(10), (2015) Development of Pretreatment
1266 - 1272. Process for Aceh Low-rank Coal by
Simultaneously Capture of Sulfur and
Lin, L. Y., Ho, T. C. (2005) Control of heavy Trace Element, Proceedings ofthe
metals in emissions streams, dalam 1stIJCIMBI, Banda Aceh, 27-28 April,
Wang, L. K., Pereira, N. C., Hung, Y.-T. 208 - 214.
(eds.), Advanced Air and Noise Pollution
Control, Humana Press, Totowa, New Zhou, J., Chen, J., Cao, X., Liu, J., Zhao, X.,
Jersey. Huang, Z., Cen, K. (2001) Experi-
mental research on two-stage
Ma, Y., Qu, Z., Xu, H., Wang, W., Yan, N. desulfurization technology in traveling
(2014) Investigation on mercury grate boilers, Energy, 26(8), 759 - 774.

177

Anda mungkin juga menyukai