PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Alkana
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh atau hidrokarbon alifatik jenuh.
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang molekulnya tersusun dari unsur karbon
dan hidrogen. Dan alifatik artinya ujung rantai tidak saling bertemu sedangkan jenuh
artinya semua ikatan karbon-karbon adalah ikatan tunggal. Alkana yang paling
sederhana adalah metana yang memiliki satu atom C dengan rumus kimia CH4.
Alkana rantai pendek (metana dan etana) terdapat dalam atmosfer planet seperti
jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Di atmosfer bumi, gas metan hanya sebesar 1
ppm, sedangkan di dalam perut bumi sumber alkana adalah gas alam dan minyak
(Rafidah, dkk., 2014).
Jumlah Rumus Struktur Rumus Nama
Atom C Molekul
H
ǀ
1 H- C–H CH4 Metana
ǀ
H
H H C2H6 Etana
ǀ ǀ
2 H- C- C- H
ǀ ǀ
H H
H H H C3H8 Propana
ǀ ǀ ǀ
3 H- C- C- C-H
ǀ ǀ ǀ
H H H
H H H H C4H10 Butana
ǀ ǀ ǀ ǀ
4 H- C- C- C-C-H
ǀ ǀ ǀ ǀ
H H H H
H H H HH C5H12 Pentana
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
5 H- C- C- C-C-C- H
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
H H H HH
HHHHHH C6H14 Heksana
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
6 H- C- C- C- C- C- C- H
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
HHHHHH
HHHHHHH
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
7 H- C- C- C- C- C- C- C- H C7H16 Heptana
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
HHHHHHH
HHHHHHHH
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
H- C- C- C- C- C- C- C- C- H C8H18 Oktana
8
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
HHHHHHHH
HHHHHHHHH
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
H- C- C- C- C- C- C- C- C- C- H C9H20 Nonana
9 ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
HHHHHHHHH
HHHHHHHHHH C10H22 Dekana
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
10 H- C- C- C- C- C- C- C- C- C- C-H
ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ ǀ
HHHHHHHHHH
2.2.1 Sifat Fisik Alkana
1. Alkana adalah senyawa nonpolar, dengan gaya antar molekulnya adalah
gaya Van der Waals sehingga titik lebur dan titik didih alkana lebih rendah
dari senyawa polar dengan berat molekul sama.
2. Alkana dengan 1-4 atom karbon (metana, etana, propana, dan butana)
padatemperatur kamar berwujud gas.
3. Alkana dengan 5-17 atom karbon berwujud cair pada temperatur kamar
4. Alkana dengan atom karbon lebih dari 17 berwujud padat pada temperatur
kamar.
2.3 Sifat Kimia Alkana
1. Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila dibandingkan
dengan senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang reaktif, alkana
kadang disebut paraffin (berasal daribahasa Latin: parum affins, yang
artinya "afinitas kecil sekali").
2. Alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan H2O. Contoh:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
3. Oksidasi Alkana dapat teroksidasi membentuk karbondioksida dan air
disertai pembebasan energi. Contoh :
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + energi
4. Halogenasi Alkana dapat bereaksi dengan halogen dibawah pengaruh panas
membentuk alkil halida dengan hasil samping hidrogen klorida. Contoh :
CH4 + 2Cl → CH3Cl + HCl
5. Nitrasi
Alkana dapat bereaksi dengan asam nitrat pada suhu 150 – 4750C
membentuk nitroalkana dengan hasil samping uap air. Contoh :
CH4 + HO–NO2 → CH3–NO2 + H2O
6. Sulfonasi
Alkana dapat bereaksi dengan asam sulfat berasap (oleum) menghasilkan
asam alkana sulfonat dan air. Contoh :
CH4 + HO–SO3 → CH3–SO3 + H2O
7. Isomerisasi
Beberapa alkana dapat mengalami reaksi isomerisasi. Contoh :
3 Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua
karbon-karbon (C=C). Senyawa itu dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai
jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon.
Alkena seringkali disebut olefin, suatu istilah lama yang diturunkan dari kenyataan
bahwa klor mengadisi pada etilena yang berbentuk gas (C2H4) membentuk hasil yang
menyerupai minyak. (Pine, 1988).
Menurut Keenan (1984), tatanama bersistem untuk alkena mencakup sesuatu
perpanjangan dari aturan yang diterapkan untuk alkana:
1. Sebagai senyawaan induk diambil rantai lurus atom karbon terpanjang yang
mengandung ikatan rangkap
2. Akhiran –ana dari nama hidrokarbon alkana padanannya digantikan
dengan akhiran –ena
3. Posisi ikatan rangkap dinyatakan oleh nomer rendah dari atom karbon,
dimana ikatan itu terletak. Nomor yang menyatakan posisi ini diletakkan di
depan nama senyawaan induknya. Gugus alkil yang terletak ke senyawaan
induk ditandai seperti yang dilakukan pada hidrokarbon alkana
4. Jika suatu isomer geometriK akan ditandai, nama itu dimulai dengan cis
atau trans.
Menurut Justiana (2009), langkah-langkah penamaan senyawa alkena rantai
lurus adalah sebagai berikut:
1. Hitung jumlah atom C-nya, emudian tuliskan nama awal berdasarkan
jumlah atom C, dan akhiri dengan akhiran –ena.
2. Jika jumlah atom C senyawa lebih dari 3, maka ber nomor setiap atom C
sehingga nomor terkecil terletak pada atom C yang terikat pada ikatan
rangkap dua. Penamaan senyawa diawali oleh nomor atom C pertama yang
terikat ke ikatan rangkap dua, diikuti tanda (–) dan nama rantai induk.
Sementara itu, jika senyawanya merupakan alkena rantai bercabang, maka
langkah-langkah penamaannya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya
2. Hitung jumlah atom C pada rantai induk dan rantai cabang
3. Beri nomor pada rantai induk sehingga nomor terkecil terletak pada atom
C yang terikat pada ikatan rangkap dua
4. Tuliskan nama rantai induk berdasarkan jumlah atom C-nya
5. Tuliskan nama rantai cabang berdasarkan jumlah atom C dan strukturnya
6. Tuliskan nomor cabang, diikuti tanda (–), gabungkan nama rantai induk
dan rantai cabang
Beberapa senyawa alkena mempunyai ikatan rangkap 2 lebih dari 1.
Senyawa alkena tersebut mempunyai nama yang mengandung kata diena atau
triena.
CH2 = CHCH = CHCH3 CH2 = CHCH2CH = CH2
1,3-pentadiena 1,4-pentadiena
Wahjudi, 2005).
Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2.. Alkuna yang paling sederhana adalah
etuna (C2H2) dan mempunyai rumus struktur: H–C≡C–H . Alkuna dibedakan
berdasarkan posisi ikatan rangkap tiganya, yaitu:
1. Alkuna terminal
Disebut alkuna terminal jika ikatan rangkap tiga terletak di ujung rantai Contoh:
CH ≡ C – C2H5
2. Alkuna Internal
Disebut alkuna internal jika ikatan rangkap tiganya terletak di tengah rantai.
Contoh: CH3 – C ≡ C – CH3
Secara umum, sifat-sifat fisika alkuna mirip dengan sifat-sifat fisika alkane dan alkena.
Beberapa sifat alkuna diantaranya:
1. Alkuna suku rendah pada temperatur kamar berwujud gas, sedangkan yang
mengandung lima atau lebih atom karbon berwujud cair
2. Berat jenisnya lebih kecil dari air
3. Merupakan senyawa non polar, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-
pelarut organik yang non-polar, seperti eter, benzene, dan karbon tetraklorida.
4. Semakin banyak jumlah atom dan percabangan atom semakin tinggi titik
didihnya
(Rafidah, dkk., 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Justiana, Sandri. 2009. Chemistry for Senior High School. Jakarta: Penerbit
Yudhistira
Keenan. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Penerbit Airlangga.
Parlan dan Wahjudi. 2005. Kimia Organik I. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang : UM Press.
Pine. 1988. Kimia Organik. Terbitan keempat. Bandung: Penerbit ITB
Rafidah, Fauzia, Anggraini, Putri Ines, Rahmawaty, Putri, dan Rahma Ismayanti.
2014. Kimia Organik (Alkana, Alkena, Alkuna, dan Alkadiena). Malang :
Universitas Negeri Malang.
UPI. 2012. Konsep Dasar Kimia untuk PGSD. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia