Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi
terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik
Penanganan
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan:
- Berilah dukungan dan yakinkan dirinya,
- Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya,
- Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaannya.
Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan:
- Lakukan perubahan posisi,
- Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur
miring ke kiri,
- Sarankan ia untuk berjalan,
- Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya
atau membasuh mukanya diantara kontraksi,
- Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya,
- Ajarkan kepadanya teknik pernapasan: ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan napasnya
sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi,
- Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) I.M atau I.V secara
perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB, atau tramadol 50 mg peroral atau 100 mg supositoria atau
metamizol 500 mg peroral.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai,
tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan
dan hasil-hasil pemeriksaan.
Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil/besar
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara:
- Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar,
- Menggunakan kipas biasa,
- Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum.
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Pemantauan
Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukan tanda-
tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih
sering.
Frekuansi minimal penilaiandan intervensi dalam persalinan normal
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekunsi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut janttung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam*
Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan, dan setelah selaput
ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan pada partogram
Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:
- Warna cairan amnion,
- Dialtasi serviks,
- Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu belum
dapat ditegakkan.
- Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat
perubahan pada serviks. Pada thap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tesebut dalam
keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.
Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.
PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan
dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase
aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah
persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam
Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina:
- U : selaput utuh
- J : selaput pecah, air ketuban jernih,
- M : air ketuban bercampur mekonium,
- D : air ketuban bernoda darah,
- K : tidak ada cairan ketuban/kering.
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase):
- 0 : sutura terpisah
- 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian,
- 2 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
- 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X).
Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan
abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam.
Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
Jam : catat jam yang sesungguhnya.
Kontraksi. Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10
menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik:
- Kurang dari 20 detik;
- Antara 20-40 detik;
- Lebih dari 40 detik.
Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan dalam
tetesan per menit.
Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (*).
Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
Protein, aseton, dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan
penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukanyang tepat.
Kemajuan persalinan dalam kala I
Temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I:
- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi,
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks
berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada),
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I:
- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten,
- Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif(dilatasi
serviks berada disebelah kanan garis waspada),
- Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
Kemajuan yang kurang baik pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama
Kemajuan pada kondisi janin
Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 denyut per menit),
curigai adanya gawat janin
Posisi atau presentase selain oksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan kedalam
malposisi dan malpresentase
Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama, tangani penyebab tersebut
Kemajuan pada kondisi ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu:
Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan
hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V dan berikan analgesia secukupnya
Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
Jika terdapat aseton didalam urin ibu, curigai masukkan nutrisi yang kurang, segera berikan dextrose
I.V.
Rujukan
Pada kegawatdaruratan dan penyulit yang melebihi tingkat ketrampilan dan kemampuan
petugas dalam mengelola, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki
kemampuan menangani kegawatdaruratan obstetrik. Bantuan awal untuk menstabilkan kondisi ibu
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Partograf atau rekam medis harus dikirim bersama ibu, dan
anggota keluarga dianjurkan untuk menemani. Petugas harus membawa peralatan.
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dan rahirn
ibu. Bab ini akan memberikan gambaran mengenai kala satu persalinan dan asuhan bagi ibu selama
waktu tersebut, dan juga mendefinisikan proses fisiologis persalinan normal. Juga dijelaskan
bagaimana cara memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan, melakukan anamnesis dan
melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu, dikaji pula tentang deteksi dini dan
penatalaksanaan awal berbagai masalah dan penyulit, kapan dan bagaimana cara merujuk ibu.
Di sini juga akan dijelaskan tentang penggunaan partograf. Partograf adalah alat bantu untuk membuat
keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk
menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi dini
masalah dan penyulit untuk sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam
kondisi optimal. Partograf tidak digunakan Selama fase laten persalinan, instrumen ini merupakan salah
satu komponen dan pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap. Pada
prinsipnya, setiap penolong persalinan diwajibkan untuk rnemantau dan mendokumentasikan secara
seksama kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin dan awal hingga akhir persalinan.
Tujuan
1. Mengambil tindakan secara tepat sasaran dan waktu. Jika terjadi penyulit dan perlu dirujuk,
dapat dilakukan dengan sesegera mungkin.
Batasan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dan rahim ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 rninggu) tanpa
disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.
Tanda dan gejala inpartu termasuk :
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit).
Keluarnya lendir bercampur darah (‘show’) melalui vagina.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan sehingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif.
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks Secara
bertahap.
Pembukaan serviks kurang dan 4 cm.
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
Menyiapkan kelahiran
Tujuan :
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin tcrjadi di rumah (rumah ibu, rumah kerabat), di tempat bidan, di
puskesmas, Polindes atau rumah sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana yang rncmadai
dan upaya pencegahan infeksi dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti berikut ini :
Ruangan yang hangat dan bersih, merniliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dan tiupan
angin.
Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersih kan vulva
dan perineum sebelurn periksa dalam selama persalinan dan membersihkan perineum ihu
setelah bayi lahir.
Air bersih dalarn jumlah yang cukup, kionin, dcterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet untuk rnernbersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses
peralatan (lihat Bab 1).
Karnar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan
hahwa kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan kiorin 0,5%,
dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi ibu dan
risiko infeksi), dan setelah bayi lahir (melindungi keluarga terhadap nisiko infeksi dan darah
dan sekret tubuh ibu).
Tempat yang lapang untuk ibu ber selama persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan
bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi.
Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.
Tempat tidur yang bersih untuk ihu. Tutupi kasur dengan plastik atau lembaran yang mudah
dibersihkan jika terkontarninasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.
Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan.
Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk asuhan dasar persalinan dan
kelahiran bayi diuraikan dalam Lampiran 5. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan
yang diperlukan dan dalam keadaan siap pakai untuk setiap persalinan dan kelahiran. Jika
tempat persalinan dan kelahiran bayi, jauh dan fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan yang
dibutuhkan ke lokasi persalinan. Kegagalan untuk menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan
obat-obat esensial pada saat asuhan diberikan, akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu
dan bayi baru lahir yang dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.
Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Ganti peralatan yang hilang
atau rusak dengan segera.
Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin dan
melahirkan. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang.
Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. “Partus set”, “set
jahit”, dan peralatan resusitasi bayi baru lahir sudah dalam kondisi disinfeksi tingkat tinggi atau
steril (Bacalah pemrosesan peralatan di Bab 1).
Menyiapkan rujukan
Kaji ulang rencana rujukan (lihat Bab 1) bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai dapat, membahayakan jiwa ibu
dan atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan.
Jika ibu datang untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan,
lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang keperluan rencana ru jukan. Bantu mereka
membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan (lihat Bab 1).
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, malahan dapat
pula menjadi saat yang menyakitkan dan rnenakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut,
pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran.
Kaji prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu yang dijelaskan di Bab 1 secara khusus :
Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak dengan tenang dan berikan dukungan
penuh selama persalinan dan kelahiran bayi
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
Waspadai tanda penyulit selama persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan.
Siap dengan rencana rujukan.
Dukungan emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu Selama persalinan
dan kelahiran. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-
langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk
didampingi oleh teman atau saudara yang khusus (Enkiri, et al, 2000).
Mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan
pula suami dan pendamping laihnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan. berdiri,
duduk, jongkok, berbaring miring atau rnerangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok
dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan. Bantu ibu
untuk sering berganti posisi selama persalinan. Jangan membuat ibu dalam posisi telentang,
beritahukan agar ia tidak mengambil posisi tersebut.
Alasan: Jika ibu berbaring telentang, berat uterus dan isinya ‘janin, cairan ketuban, plasenta, dli)
akan inenekan vena cava inferior Hal iizi inenyebabkan turunnya aliran darah dan sirkulasi ibu ke
plasenta. Kondisi seperti ini, akan menyebabkan hipoksia/ kekurangan oksigen pada janin. Posisi
telentang juga akan memperlambat kemajuan persalinan (Enkiri, et aI, 2000).
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan rninum air) selama persalinan dan kelahiran
bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan, tapi setelah memasuki fase aktif,
mereka hanya menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering
mungkin dan makanan ringan selarna persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan cairan yang cukup selaina persalinan akan niemberikan le bih banyak
energi dan rnencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa meinperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif
Kamar mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus
berkemih paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau jika kandung
kemih dirasakan penuh. Periksa kandung kemih pada saat akan memeriksa denyut jantung janin
(lihat/palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan
dan antarkan ibu untuk berkeniih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi,
berikan wadah penampung urin.
Memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan mungkin menyebabkan partus macet.
Menyebabkan ibu tidak nyanlan.
Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan atonia uteri.
Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.
Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih
secara rutin.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih
sendiri.
Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa sakit, meningkatkan risiko infeksi dan perlukan saluran kemih
ibu.
Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu merasa ingin buang air besar saat persalinan
aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh
tekanan kepala bayi pada rektum. Jika ibu belum siap melahirkan, perbolehkan ibu untuk ke kamar
mandi.
Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek waktu
persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pas capersalinan, malahan akan
meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkiri, et al, 2000).
Pencegahan infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan
aman bagi ibu dan bayinya (lihat Bab 1). Hal ini tergolong dalam unsur esensial asuhan sayang ibu.
Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi
penolong persalinan dan keluarga ibu dan infeksi. Ikuti praktek-praktek pencegahan infeksi yang sudah
ditetapkan, ketika mempersiapkan persalinan dan kelahiran. Anjurkan ibu untuk mandi pada awal
persalinan dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang bersih. Mencuci tangan sesering mungkin.
menggunakan peralatan stenil atau disinfeksi tingkat tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan
(lihat Bab 1). Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah
melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.
Alasan: Pencegalian infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam melaksanakan prosedur pencegahan infeksi yang baik, akan
melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik rutin bagi ibu yang sedang bersalin
Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan memerlukan: anamnesis dan pemeriksaan
fisik secara seksama. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda lakukan. Jelaskan pada ibu
tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Selama
anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan tanda-tanda penyulit atau gawat darurat dan segera
lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan (Lihat Tabel 2-1 hal. 14) untuk memastikan persalinan
yang aman. Catat semua temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan Iengkap.
Kemudian jelaskan hasil pemeriksaan dan kesimpulannya pada ibu dan keluarganya.
Anamnesis
Tujuan dan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan dan kehamilan.
Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
– Apakah ihu pernah inelakukan peineriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan
antenatalnya (jika inungkiri).
– Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau
encer? Kapan selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu dan lihat! air ketuban di pakaiannya.)
– Apakah keluar cairan bercampur darah dan vagina ibu? Apakali berupa bercak atau darah
segar pervaginain? (Periksa perineum ibu dan lihat darah di pakaian nya.)
– Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebeluinnya (bedah sesar persalinan
dengan ekstraksi vakuin atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan,
preekiampsia/eklampsia, perdarahan pascapersalinan)?
Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll).
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium).
Jika ada, periksa tekanan darahnya dan jika mungkin periksa protein dalam urin ibu.
Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya.
Informasi yang dikumpulkan dan pemeriksaan fisik akan digunakan bersama dengan informasi dan
hasil anamnesis untuk proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis serta
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan jelaskan
pula aiasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga
mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. (Jika perlu, periksa jumlah urin, protein
dan aseton dalam urin).
Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri, warna
konjungtiva, kebersihan, status nutrisi dan kecukupan air tubuh.
Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, temperatur, nadi dan pernapasan). Agar su paya bisa
menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan akurat, lakukan pemeriksaan di antara dua kontraksi.
Lakukan pemeriksaan abdomen (lihat hal. 2-9).
Lakukan pemeriksaan dalam (lihat hal. 2-12).
Pemeriksaan abdomen
Sebelum memulai pemeriksaan, pastikan bahwa ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya. Minta
ibu berbaring, tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya kemudian minta ibu untuk menekukkan
lututnya. Jika ibu gugup, bantu untuk santai dan tenang dengan cara meminta ibu menarik napas dalam.
1. 1. Menentukan tinggi fundus
Pastikan tidak terjadi kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita
pengukur. Mulai dan tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus uteri mengikuti aksis
atau linea medialis pada abdomen (lihat Gambar 2 Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen.
Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan pun cak fundus uteri adalah tinggi fundus.
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk mcmantau kon traksi uterus.
Letakkan tangan (dengan hati-hati) di atas uterus dan rasakan jum]ah kon traksi yang terjadi dalam
kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase aktif,
minimal terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lehih. Di antara dua
kontraksi. dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi.
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan dan scbuah fetoskop Pinnards atau
Doppler untuk memantau denyut jantung janin (DJJ); Dengan fetoskop dengarkan denyut jantung janin
yang dihantarkan melalui dinding abdomen. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen di mana DJJ
terdengar paling kuat.
Tips :Jika DJJ sulit ditemukan palpasi abdomen dan tentukan dataran punggung bayi.
Biasanya denyut jantung bayi lebih mudah digeser melalui dinding abdomen yang
sesuai dengan dataran punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum atau selama puncak
kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah
kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dan satu kontraksi. Jika DJJ kurang dan
120 atau lebih dan 160, pertimbangkan adanya gangguan sirkulasi utero-plasenter padajanin. Jika DJJ
kurang dan 100 atau lebih dan 180 per menit, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk santai.
Lakukan penilaian ulang denyut jantung 5 menit kemudian untuk menentukan apakah DJJ tetap
abnormal., Jika DJJ tidak mengalami perbaikan, siapkan untuk segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
1. 4. Menentukan presentasi
Berdiri di samping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ihu ditekuk).
Dengan ibu jari dan jari tengah dan satu taugan (hati-hati tapi mantap) pegang bagian bawah
abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau presentasi dapat diraba di
antara ibu jari dan jari tengah.
Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut masih bisa
digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam panggul maka bagian tersebut
tidak dapat digerakkan lagi.
Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan bentuk,
ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Jika bulat, keras dan mudah digerakkan
mungkin presentasi kepala, atau jika tidak beraturan, lebih besar, tidak keras dan sulit
digerakkan mungkin bokong. Sungsang berarti terbalik dan ini diidentikkan dengan bokong
sebagai kebalikan dan kepala. Jika presentasinya bukan kepala, lihat Tabel 2-1.
·
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan abdomen
dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga
memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dalam
yang tidak perlu.
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa di palpasi di atas
simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian kepala di atas simfisis
pubis, lihat Gambar 2-2).
5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis pubis.
2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis pubis. Berarti hampir
seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul (bulatnya kepala tidak dapat diraba dan
kepala janin tidak dapat digerakkan).
1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui simfisis pubis.
Rujuk primigravida yang berada dalam fase aktif persalinan dengan kepala janin masih 5/5 (Tabel 2-1).
Alasan: Kepala harus sudah mulai masuk ke dalam rongga panggui pada fase aktif kala satu
persalinan. Bila kepala tidak dapat turun, mungkin diameternya lebih besar dibandingkan dengan
rongga panggul ibu. Bila ada dugaan disproporsi kepala panggul (cefalo pelvic disproportion atau
CPD), untuk mendapatkan keluaran yang optimal, sebaiknya ibu segera dirujuk kefasilitas kesehatan
yang dapat melaksanakan tindakan seksio sesar. Bila kepalajanin tidak dapat turun, risiko untuk
terjadi tali pusat menumbung akan lebih tinggi pada saat selaput ketuban pecah.
Pemeriksaan dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih yang mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih’. Minta ibu untuk berkemih dan membasuh
regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap
langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan
privasi ibu terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta gawat janin.
1. Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau episiotomi
sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat kelahiran bayi.
2. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi) tidak teraba pada
saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti langkah-Iangkah kedaruratan di Tabel 2-1
dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul. Bandingkan
penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen Untuk menentukan kemajuan
persalinan.
12. Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang
kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati, celupkan sarung
tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam
larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
1. Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah dalam persalinan
(inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti ibu masih dalam fase laten
persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam sejak pemeriksaan pertama. Jika pembukaan
serviks 4 cm atau lebih, ibu telah masuk dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat
kemajuan persalinan pada partograf (lihat bawah).
3. Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus.
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan asuhan bagi ibu.
Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan penilaian awal diagnosisnya adalah kehamilan intrauterin, cukup
bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan dengan DJJ dan tanda tanda vital normal. Rencana
selanjutnya adalah terus mernantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf
dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis menunjukkan suatu ahnormalitas atau
komplikasi, maka rencana selan jutnya mencakup persiapan untuk rujukan segera, memperbaiki
kondisi umum ibu, merujuk sambil terus menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap
masalah tersebut dan tetap memberikan asuhan sayang ibu (kaji ulang bagian Membuat keputusan
klinik di Bab 1).
1. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluar ganya
sehingga mereka memahami asuhan yang akan diberikan.
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan
kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir.
Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera
pada Tabel 2-1 dan lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan tindakan yang scsuai untuk
mernastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.
Tabel 2-1: Indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan segera selama kala
satu persalinan
ATAU
Rujuk ibu :Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
1. Riwayat bedah sesar Menggunakan
2. Perdarahan pervaginam Partograf
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) Partograf adalah
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental alat bantu yang
digunakan selama
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
fase aktif
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia persalinan. Tujuan
kehamilan) utama dan
7. Ikterus penggunaan
partograf adalah
8. Anemia berat untuk :
9. Tanda/gejala infeksi
Mencatat
10. Preeklampsia/Hipertensi dalam kehamilan hasil
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih
5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan
dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
– Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya nenvulit.
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adan penyulit. Partograf akan
membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik
baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,
rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh sernua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang
aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka.
Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini kala satu persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif
yang clibatasi oleh pembukaan serviks :
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus di catat. Hal ini dapat
direkani secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu
Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.
Semua asuhan dan intervensi harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering di lakukan.
Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosis keja ditetapkan adanya penyulit dalam
persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan
dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit. Ibu
dipulangkan di rumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa
ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk memberitahu penolong
persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi (perlu diskusi).
Halaman depan partograf (lihat Gambar 2-3) mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, terrnasuk :
– nama, umur;
– tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan
mulai merawat ibu);
1. B. Kondisi janin:
– DJJ;
1. C. Kemajuan persalinan:
– pembukaan serviks;
1. E. Kontraksi uterus:
– oksitosin;
1. G. Kondisi ibu:
– nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh; urin (volume, aseton atau protein).
1. H. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalarn kolom yang tersedia di
sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat rnemulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (tertulis sebagai: “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase
laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air
ketuban dan penyusupan (kepala janin)
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini,
nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin). Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling
kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dewngan angka
yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus (Gambar 2-6).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka l dan 100. Tetapi, penolong
harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Lihat Tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan
segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang
dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ (Gambar 2-6).
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai (lihat Tabel 2-1)
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat tabel 2-1)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih,
menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi
akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada
dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang scsuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda
disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan dikotak yang
sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
C. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang
tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 2-6). Masing-masing angka
mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks.
Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak
di bagian ini menyatakan waktu 30 menit.
1. 1. Pembukaan serviks
Dengan rnenggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan
catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda tanda penyulit). Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dan setiap pemeriksaan. Tanda
“X’ harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda
untuk temuan-temuan dan pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda ‘X” dan setiap perneriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks
dicatat di garis waspada” dan waktu pemeriksaan dituliskan di bawahnya.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Penieriksaan fisik di bab ini. Setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda tanda penyulit, nilai dan
catat turunnya bagian tcrbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pernbukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dan 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda “pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa
dipalpasi 4/5, tuliskan tanda “S’ di nomor 4. Hubungkan tanda “0” dan setiap pemeriksaan dengan garis
tidak terputus.
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan Selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dan 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase
aktif yang memanjang, macet, dll). Pertirnbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan,
misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu
menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba
di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka
1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual
saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi di
bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada.
Kernudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda di
garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu
yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dan kiri).
E. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit” di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang
sesuai (Gambar 2-4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit,
isi 3 kotak.
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat
lainnya dan cairan IV.
1. 1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokurnentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
1. 2. Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktifpersalinan. (lebih seringjika dicurigai
adanya penyulit). Ben tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (•).
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai:
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih lebih jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi)
setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase ton atau protein dalam urin.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf. atau buat
catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan.
CATATAN PERSALINAN
1. Tanggal : ………………………………………………………………………………………….
2. Nama bidan :……………………………………………………………………………………..
3. Tempat Persalinan :
Bidan Teman
Suami Dukun
KALA I
………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
1. Hasilnya…………………………………………………………………………………………
…
KALA II
1. Episiotomi :
Suami Dukun
Teman
1. Gawat janin:
a ………………………………………………………………………………………………
b ………………………………………………………………………………………………
c ………………………………………………………………………………………………
Tidak
1. Distosia bahu
b ………………………………………………………………………………………………
c ………………………………………………………………………………………………
Tidak
………………………………………………………………………………………………………..
1. Hasilnya…………………………………………………………………………………………
…
KALA III
Tidak, alasan……………………………………………………………………………….
Tidak
Ya,
Tidak, alasan:………………………………………………………………………………
Ya,
Tidak, alasan:………………………………………………………………………………
a. …………………………………………………………………………………………….
b. …………………………………………………………………………………………….
Ya, tindakan:
a. ……………………………………………………………………………………………..
b. ……………………………………………………………………………………………..
c. ……………………………………………………………………………………………..
1. Laserasi:
Ya, dimana…………………………………………………………………………………..
Tidak
Tindakan :
1. Atonia uteri:
Ya, tindakan
a. ……………………………………………………………………………………………..
b. ……………………………………………………………………………………………..
c. ……………………………………………………………………………………………..
Tidak
1. Jumlah perdarahan:……………………………………………………………………… ml
2. Masalah lain, sebutkan………………………………………………………………………
3. Penatalaksanaan masalah tersebut:…………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………..
1. Hasilnya:…………………………………………………………………………………………..
Normal, tindakan:
mengeringkan
menghangatkan
rangsangan taktil
mengeringkan menghangatkan
Hipotermia, tindakan:
a. …………………………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………………………
c. …………………………………………………………………………………………
1. Pemberian ASI
Tidak, alasan:………………………………………………………………………………
Hasilanya:…………………………………………………………………………………………
PEMANTAUAN PERSALINAN KALA IV
Temperatur Tinggi
Jam Tekanan Kontraksi Kandung
Waktu Nadi fundus Perdarahan
Ke darah uterus kemih
uteri
Masalah Kala IV :
……………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Bagaimana hasilnya?
……………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
1. A. Data dasar
2. B. Kala I
3. C. Kala II
4. D. Kala III
5. E. Bayi baru lahir
6. F. Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang
partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan
pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai
berikut.
1. A. Data dasar
Data dasar terdiri dan tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan. alasan
merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang
telah disediakan, atau.dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih
dari satu.
1. Tanggal …………………………………………………………………
2. Nama bidan …………………………………………………………..
3. Tempat persalinan :
bidan teman
suami dukun
B. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-
masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan
nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya
dalam persalinan.
Pertanyaan
pada kala I
1. Patrograf melewati garis waspada: Y / T………….. adalah
sebagai
2. Masalah lain, sebutkan ………………………………….
berikut :
………………………………………………………………..
C. Kala II
3. Penatalaksana masalah tsb: ……………………………
………………………………………………………………..
4. Hasilnya: ……………………………………………………
Kala II terdiri dan episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda “ pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 13, jika jawabannya “Ya”, tulis indikasinya sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika
jawabannya “Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa
lebih dan 1. Sedangkan untuk ‘masalah lain’ hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada Kala II.
1. Episiotomi:
Tidak
suami dukun
teman
1. Gawat janin:
a. ………………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………………
Tidak
1. Distosia bahu
a. ………………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………………
c. ………………………………………………………………………………………
Tidak
3. Hasilnya: ………………………………………………………………………….
D. Kala III
Kala III terdiri dan lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan
fundus, plasenta lahir Iengkap, plasenta tidak lahir> 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan,
masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28 lingkari jawaban yang
benar.
Tidak
Ya
Ya
a. ……………………………………………………………………………………….
b. ……………………………………………………………………………………….
Ya, tindakan:
a. ……………………………………………………………………………………….
b. ……………………………………………………………………………………….
c. ……………………………………………………………………………………….
1. Laserasi:
Tindakan:
1. Atonia uteri:
Ya, tindakan:
a. ……………………………………………………………………………………….
b. ……………………………………………………………………………………….
c. ……………………………………………………………………………………….
Tidak
1. Jumlah perdarahan:…………………………………………………….. ml
2. Masalah lain, sebutkan …………………………………………………….
3. Penatalaksanaan masalah tersebut:……………………………………………..
…………………………………………………………………………………………
..
4. Hasilnya …………………………………………………………………………….
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dan berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi
bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban
pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa
lebih dari satu.
Normal, tindakan:
mengeringkan
menghangatkan
rangsangan taktil
mengeringkan menghangatkan
Hipotermia, tindakan:
a. …………………………………………………………………………….
b. …………………………………………………………………………….
c. …………………………………………………………………………….
1. Pemberiari ASI
Hasilnya: ……………………………………………………………………………
F. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih
dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat
risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman tauan kala IV dilakukan setiap 15
menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi
setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada
tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.
Tinggi
Tekanan Temper- Kontraksi Kandung
Jam ke waktu Nadi fundus Perdarahan
darah atur uterus kemih
uteri
1
2
Masalah kala IV : …………………………………………………………
Hasilnya: …………………………………………………………………….
Contoh Partograf
Gambar 2-6 adalah contoh partograf yang sudah dilengkapi untuk kasus berikut :
Ibu Rohati adalah G1: P0: A0, berusia 23 tahun. Ia datang ke klinik bersalin bersama keluarganya
untuk mendapatkan asuhan dan Bidan Ita di Rt 001/Rw 04, Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet,
Jakarta Selatan pada tanggal 20 Maret 2002 pukul 13.00. Ia mengatakan kepada bidan penolong bahwa
ia sudah merasakan adanya kontraksi sejak pukul 05.00.
Bidan Ita melakukan anamnesis secara seksama dan melakukan pemeriksaan fisik (lihat Bab 1). Ia
menemukan :
Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), dengan penurunan kepala janin
4/5, kontraksi uterus tiga kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 18 detik, dan DJJ
124 kali/menit.
Pembukaan serviks 3 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuh.
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80, temperatur tubuh 36,8°C.
Ibu berkemih 200 ml sebelum pemeriksaan dalam, tidak ditemui protein dan aseton dalam urin.
1. Berdasarkan data yang dikumpulkan pada pukul 13.00, bidan Ita membuat diagnosis bahwa ibu
Rohati adalah primigravida, dalam fase laten persalinan dengan DJJ normal, pembukaan serviks
3 cm, tiga kontraksi dalam 10 menit, setiap kontraksinya berlangsung kurang dan 20 detik.
Bidan Ita menentramkan hati ibu Rohati dan menganjurkannya untuk berjalan-jalan ditemani
oleh suaminya dan banyak minum. Bidan Ita menuliskan tanggal dan waktu serta mencatat
semua temuan dan asuhannya pada catatan kemajuan persalinan.
Bidan Ita meneruskan untuk memantau DJJ, kontraksi serta nadi dan kontraksi uterus ibu Rohati setiap
jam. DJJ, nadi dan kontraksinya tetap normal. Bidan Ita mengukur produksi urin ibu Rohati setiap kali
ia berkemih. Bidan Ita meneruskan pencatatan temuan-temuannya di catatan kernajuan persalinan.
Bidan Ita terus memberikan dukungan persalinan dan menentramkan hati ibu Rohati.
1. Pemeriksaan kedua dilakukan pukul 17.00. Ibu Rohati melaporkan bahwa kontraksinya terasa
lebih kuat dan lebih nyeri. Bidan Ita melakukan pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam
yang kedua: Ibu Rohati mengalami 4 kontraksi dalam 10 menit, masing-masing lamanya antara
20 sampai 40 detik, DJJ 134 kali/menit, penurunan bagian terbawah janin 3/5, pembukaan
serviks 5 cm, tidak ada penyusupan kepala janin dan selaput ketubannya masih utuh. Tekanan
darah ibu Rohati 120/70 mm Hg, nadinya 88, dan temperatur tubuhnya 37°C. Ia berkemih 100
ml sebelum pemeriksaan di lakukan.
Pukul 17.30 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
80/menit.
Pukul 18.00 DJJ 144/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit.
Pukul 18.30 DJJ 140/menit Kontraksi 4 kali dalarn 10 rnenit selama 45 detik Nadi 90/menit.
Pukul 19.00 DJJ 134/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menitselama 45 detik: Nadi 97/menit
Suhu 36,8°C Urin 150 ml.
Pukul 19.30 DJJ 128/menit Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit.
Pukul 20.00 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi
88/menit.
Pukul 20.30 DJJ 128/menit Kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik Nadi 90/menit
Urin 80 ml
1. Pada pukul 21.00, bidan Ita melakukan periksa ulang abdomen dan panggul. Hasilnya: DJJ 130
kali/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, rnasing-masing berlangsung lebih dari 45 detik
penurunan kepalajanin 1/5. Pembukaan serviks 10cm, tidak ada penyusupan kepala janin,
selaput ketuban pecah sesaat sebelum pemeriksaan jam 20.45, dan cairan ketuban jernih.
Tekanan darah ibu 120/70mm Hg, temperatur tubuh 37°C, dan nadinya 80 kali/menit.
2. Pada pukul 21.30, lahir seorang bayi perempuan, berat badan 3000 gram dan panjang 48 cm.
Bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit
setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan kehilangan
darah kurang lebih 150 ml.
1. Tidak ada penyulit terjadi pada 15 menit pertama kala empat (sampai pukul 21.45). Bi dan Ita
menjlai keadaan umum dan kondisi kesehatan ibu Rohati setiap 15 menit Selama jam pertama
setelah lahirnya plasenta. Temuan-temuannya adalah sebagai berikut (Gambar 2-7):
21.50: TD 120/70, nadi 80, temperatur tubuh 37,2°C, tinggi fundus 3 jam di bawah pusat, tonus
uterus baik (keras), kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
22.05: TD 120/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jan di bawah pusat, tonus uterus baik (keras),
kandung kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
22.20: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jam di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
22.35: TD 110/70, nadi 76, tinggi fundus 3 jan di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.
1. Selama jam kedua kala empat persalinan, bidan Ita menilai ibu Rohati setiap 30 menit.
Temuannya adalah sebagai berikut (Gambar 2-7) :
23.05: TD 110/70, nadi 80, temperatur tubuh 37° C, tinggi fundus dua jan di bawah pusat, tonus
uterus baik, ibu Rohati berkemih dan produksi urin berjumlah 250 ml, perdarahan pervaginam
dalam batas normal.
23.35: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung
kemih kosong, perdarahan pervaginam dalam batas normal.