Anda di halaman 1dari 30

RADIOAKTIVITAS

A. Penemuan Radioaktivitas

Pada tahun 1895, W.C.Rontgen berhasil mendeteksi sinar x dengan fluoresensi yang di
timbulkan oleh bahan tertentu. Pada saat Henry Becquerel mempelajari hal itu pada tahun
1896, ia mempersoalkan apakah proses sebalikanya dapat terjadi? Dengan intensitas yang
tinggi, cahaya menstimulasi bahan fluoresen untuk menghasilkan sinar x. Beliau meletakan
garam uranium pada plat fotografik yang ditutupi kertas hitam, kemudian sistem ini di sinari
dengan cahaya matahari. Dari hasil pengamatan diperolah bahawa plat fotogarafi itu seperti
berkabut setelah di cuci.

Gambar 1. Penemuan radiasi Uranium melalui percobaan kimia yang dilakukan oleh Henri Becquerel.

Selanjutnya Bequerel mencoba mengulangi ekperimen itu, tetapi awan menutupi matahari
untuk beberapa hari. Namun, pada saat beliau mencuci plat fotografi tersebut dengan harapan
bahwa plat itu bening, ternyata plat itu tetap seperti berkabut seperti hasil yang sebelumnya.
Dalam waktu yang sangat singkat beliau menemukan sumber radiasi yang mempunyai daya
tembus itu adalah uranium yang terdapat dalam garam fluoresen. Becquerel juga dapat
memperlihatkan bahwa radiasi itu dapat mengionisai gas dan sebagian radiasi terdiri dari
zahra yang bergerak cepat.

Gambar 2. Pasangan suami istri Pierre dan Marie Curie sedang


melakukan penelitian di laboratorium.
Selang beberapa waktu Pierre dan Marie Curie mendapatkan bahwa sinar-sinar dari
radium menyebabkan ionisasi molekul-molekul udara. Intensitas radiasi dapat diukur
dengan kamar ionisasi. Alat ini terdiri atas dua keping logam sejajar, terpisah dan diletakkan
dalam sebuah kotak logam yang dikebumikan. Keping bawah dihubungkan ke potensial
tinggi yang dihasilkan oleh baterai listrik. Mereka berhasil menemukan dua unsur lain yang
juga bersifat radioaktif, diantaranya : (1) Polonium (sesuai dengan negara asal marie curie
dari polandia) dan (2) Radium, yang keradioaktifnya 1000 kali lebih besar di bandingkan
dengan uranium. Radioaktivitas suatu unsur timbul dari radioaktivitas satu atau lebih
isotopnya. Pada awalnya tampak bentuk radiasi yang baru ditemukan ini mirip dengan
penemuan sinar-x. Akan tetapi, penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Becquerel, Marie
Curie, Pierre Curie, Ernest Rutherford dan ilmuwan lainnya menemukan bahwa radioaktivitas
jauh lebih rumit ketimbang sinar-x.
Beragam jenis peluruhan bisa terjadi. Sebagai contoh, ditemukan bahwa medan listrik atau
medan magnet dapat memecah emisi radiasi menjadi tiga sinar. Demi memudahkan
penamaan, sinar-sinar tersebut diberi nama sesuai dengan alfabet yunani yakni partikel alfa,
partikel beta, dan sinar gamma, nama-nama tersebut masih bertahan hingga kini. Kemudian
dari arah gaya elektromagnet, diketahui bahwa peluruhan alfa mengandung muatan positif,
peluruhan beta bermuatan negatif, dan sinar gamma bermuatan netral. Dari besarnya arah
pantulan, juga diketahui bahwa partikel alfa jauh lebih berat ketimbang partikel beta.

B. Identitas dari Berbagai Jenis Radiasi

Menyusul penemuan radioaktivitas, berbagai upaya diarahkan untuk mempelajari sifat-


sifat radiasi ini, terutama (a) daya tembus dalam berbagai bahan, (b) ionisasi spesifik dalam
gas yang berbeda, dan (c) perilaku di bawah efek dari medan magnet atau medan listrik.
Sebagian besar penelitian awal dilakukan oleh Curie, William Crookes dan Ernest Rutherford
dan rekan-rekannya di Cambridge. Radiasi zat radioaktif alami diklasifikasikan ke dalam tiga
komponen yang berbeda, tergantung pada daya tembusnya. Salah satu komponen, dengan
daya tembus sangat lemah, dihentikan oleh lembar kertas biasa, tetapi menyebabkan ionisasi
yang intens di udara. Ini adalah sinar alfa, atau sinar-. Tipe kedua memiliki daya ionisasi
lemah, tapi mempunyai daya tembus yang lebih besar dari sinar- dan dengan mudah bisa
melewati logam foil tipis (beberapa mm). Ini adalah sinar beta, atau sinar-. Jenis ketiga
mempunyai daya ionisasi yang sangat kurang tapi bisa menembus lembaran dengan tebal
beberapa cm dari bahan yang berbeda. Ini adalah sinar gamma, atau sinar-.
Gambar 3. Partikel alfa dari bahan radioaktif dihentikan oleh sehelai kertas. Partikel beta menembus kertas
tetapi dihentikan oleh sehelai aluminium. Keping timbal yang tebal ternyata tidak dapat menghentikan sinar
gamma.

F. Giesel, dan S. Meyer dan E. von Schweidler mempelajari pengaruh medan magnet pada
radiasi. Mereka menunjukkan, secara independen, bahwa bagian-bagian tertentu dari radiasi
dapat dibelokkan oleh penerapan medan magnet yang kuat. Rutherford menunjukkan bahwa
partikel- menunjukkan defleksi kecil di bawah pengaruh medan magnet yang kuat dan
berperilaku seolah-olah mereka bermuatan positif. Partikel- menunjukkan lebih banyak
defleksi dan berperilaku sebagai partikel bermuatan negatif. R. Strutt menunjukkan bahwa
sinar- tidak dibelokkan bahkan dalam medan listrik atau medan magnet terkuat. Keberadaan
ketiga jenis radiasi dapat ditunjukkan oleh eksperimen sederhana yang dibuat oleh Marie
Curie (Gambar 4).

Gambar 4. Pengaturan eksperimental menunjukkan defleksi dari sinar , , dan  oleh medan magnet, partikel-
, yang bermuatan positif, dibelokkan ke kanan, Partikel-, yang bermuatan negatif, dibelokkan ke kiri, dan
sinar-, yang tak bermuatan, tidak dibelokkan oleh medan magnet.
Sejumlah kecil sampel radioaktif, katakan radium, ditempatkan di bagian bawah lubang
panjang yang dibor pada bagian depan kotak timbal. Sampel radioaktif tersebut menghasilkan
sinar radiasi yang terkolimasi dengan baik (kolimasi: proses pengubahan berkas cahaya
(sinar) yang berpencar menjadi berkas sejajar). Sebuah medan magnet yang kuat ditempatkan
pada sudut yang tepat pada bidang gambar. Dengan kondisi tersebut, partikel bermuatan
positif akan dibelokkan ke arah kanan, dan partikel bermuatan negatif akan dibelokkan ke
arah kiri, partikel tak bermuatan tidak akan dibelokkan sama sekali. Jumlah defleksi akan
tergantung pada kecepatan, jumlah muatan, dan massa partikel. Sebuah pelat fotografi,
terkena sinar yang dibelokkan oleh radiasi, akan menunjukkan titik-titik dari pencahayaan di
berbagai lokasi: partikel- menghasilkan gambar di sebelah kanan, hanya pada satu tempat,
hal ini menunjukkan bahwa partikel- adalah mono energik, sinar  menghasilkan gambar
yang secara langsung sejalan dengan sumber, dan gambar partikel- muncul di berbagai
lokasi di sebelah kiri bagian tengah, karena partikel- memiliki intensitas tak seragam dan
memiliki energi yang bervariasi dari nol sampai nilai maksimum tertentu.

Gambar 5. Defleksi dari sinar , , dan  oleh medan magnet

1. Partikel Alfa

Partikel alfa menyebabkan fluoresensi dalam beberapa zat. Jika fluoresensi diperiksa
dengan kaca pembesar, ditemukan terdiri dari serangkaian sintilasi. Sintilasi ini diproduksi
oleh bekas partikel pada layar fluoresen, yang membuktikan bahwa mereka adalah partikel
diskrit.

Partikel alfa selalu mengionisasi gas yang dilewati dan dalam proses ionisasi, mereka
kehilangan energi dan kecepatan. Akhirnya, setelah mencapai kecepatan termal, ketika
mereka dapat menyebabkan ionisasi lebih lanjut, mereka menangkap elektron dan dengan
demikian menjadi atom netral. Kebanyakan partikel alfa dari unsur-unsur radioaktif memiliki
kecepatan antara 1,4 x 109 cm / detik sampai 2,2 x 109 cm / detik, tetapi setiap satu kelompok
partikel alfa dari inti selalu memiliki kecepatan tertentu, dan karenanya maka partikel alfa
mempunyai energi tertentu juga. Tak jarang, ada lebih dari satu kelompok partikel alfa yang
dipancarkan dari salah satu jenis inti.

Pengukuran perbandingan dari muatan dengan massa untuk partikel alfa, ditentukan oleh
defleksi di medan listrik dan medan magnet, menunjukkan bahwa e/m = 4823 sma/gram.
Untuk ion hidrogen nilai e/m = 9650 sma/gram. Hal ini menunjukkan bahwa massa partikel
alfa adalah dua kali lipat dari ion hidrogen atau bahwa muatan dari partikel alfa adalah dua
kali lipat dari ion hidrogen dan massanya adalah empat kali dari ion hidrogen. Dengan
mengukur baik e dan e/m ditemukan bahwa pernyataan yang terakhir adalah benar, yaitu,
partikel alfa memiliki massa 4 sma dan muatan dari 2 unit elektron. Dengan demikian,
mereka adalah atom helium terionisasi ganda yang benar-benar bergerak cepat, (He++). Hal
ini ditunjukkan oleh percobaan berikut.

Gambar 6. Metode untuk mengidentifikasi partikel alfa sebagai He++ dengan sarana spektrum garis.

Gambar 6 menunjukkan suatu peralatan untuk tujuan identifikasi spektrum partikel alfa.
Sebuah sumber radioaktif, S, yang menghasilkan partikel alfa ditempatkan dalam tabung kaca
tipis, T. Partikel alfa yang melarikan diri melalui kaca di tunjukkan di ruang evakuasi, C.
Setelah menangkap elektron, partikel menjadi atom netral. Ketika dalam jumlah yang
memadai ini atom netral telah terakumulasi dalam ruang, spektrum optik mereka dilihat
dengan cara mempertahankan pelepasan antara dua elektroda E dan E'. Spektrum yang
ditemukan ini identik dengan helium.

2. Partikel Beta

Partikel beta menghasilkan fluoresensi yang brilian, warna yang tergantung pada sifat
bahan neon, dan pada pengamatan yang lebih dekat, muncul sebagai sintilasi diskrit. Partikel
beta, seperti partikel alfa, memiliki massa dan muatan diskrit. Mereka menyeb ionisasi jauh
lebih sedikit daripada partikel alfa, tetapi mempunyai daya tembus ~100 kali lebih tajam.
Partikel beta tidak dihentikan oleh lembaran kertas tipis, tetapi aluminium foil tipis
menghentikan sebagian besar dari mereka. Karena partikel-partikel ini sangat ringan
dibandingkan dengan partikel alfa, muatan mereka mungkin akan bertabrakan dengan
molekul udara. Kecepatan dari partikel- berkisar hingga 0,99 c dimana c adalah kecepatan
cahaya (c = 3 x 1010 cm / detik). Unsur radioaktif yang diberikan menghasilkan partikel beta
dengan berbagai energi, dengan nilai energi maksimum yang disebut energi titik terakhir
(end-point energy). Oleh karena itu, tidak seperti partikel alfa, partikel beta memiliki
kecepatan maupun energi tidak homogen.

Defleksi partikel beta oleh medan listrik dan medan magnet jauh lebih besar dari partikel
alfa. Pengukuran e/m dan e mengidentifikasi partikel beta menjadi elektron yang bergerak
cepat. Karena massa mereka berubah terhadap kecepatan, nilai e/m bervariasi untuk
kecepatan yang berbeda. Untuk partikel beta dengan energi rendah (beberapa kev), nilai e/m
adalah ~ 1,77 x 107 sma/gram.

3. Sinar Gamma

Sinar gamma juga memproduksi fluoresensi, dan mereka juga menyebabkan ionisasi gas,
tetapi untuk tingkat yang lebih rendah dari yang disebabkan oleh sinar- atau sinar-. Daya
tembus dari sinar- adalah ~100 kali lebih besar dari sinar-. Sinar- tidak dihentikan oleh
beberapa sentimeter dari aluminium, tetapi beberapa sentimeter timbal dapat menghentikan
sebagian besar dari mereka. Karena mereka tidak membawa muatan, mereka tidak
dibelokkan oleh medan listrik atau medan magnet, dan mereka menunjukkan semua
karakteristik gelombang elektromagnetik. Pada kenyataannya, sinar  adalah gelombang
elektromagnetik, mereka bergerak dengan kecepatan cahaya, dengan panjang gelombang
antara 1 x 10-10 cm sampai 4,1 x 10-8 cm.

C. Hukum Peluruhan Radioaktif

Ketika inti atom memancarkan partikel alfa, partikel beta, sinar gamma atau partikel lain,
atau ketika menangkap elektron dari kulit inti, proses ini disebut peluruhan radioaktif. Bukti
eksperimental menunjukkan bahwa peluruhan radioaktif mengikuti hukum eksponensial.
Sehingga hukum ini dapat diturunkan, jika diasumsikan bahwa peluruhan adalah sifat
statistik. Sifat statistik ini menunjukkan bahwa tidak mungkin untuk memprediksi atom
mana yang akan meluruh pada detik berikutnya.
Mari kita berasumsi bahwa masing-masing inti yang tidak meluruh (atau kadang disebut
"atom tidak meluruh" memiliki probabilitas λ yang akan meluruh pada detik berikutnya
(asumsikan bahwa λ << 1). Asumsi dasar dari teori statistik adalah bahwa probabilitas λ ini
adalah tidak bergantung dari waktu dan dari jumlah dan jenis inti lainnya. Dalam waktu dt
probabilitas peluruhan setiap atom akan menjadi λ dt. Jika ada N atom yang tidak meluruh
pada waktu tertentu, jumlah, dN, yang akan meluruh dalam waktu singkat, dt, adalah:
𝑑𝑁 = −𝜆 𝑑𝑡 𝑁 (1)
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah peluruhan dalam waktu singkat, dt, sebanding
dengan jumlah atom yang tidak meluruh, N, dan lamanya waktu, dt. Tanda negatif berarti
bahwa N menurun karena t meningkat. Persamaan (1) dapat ditulis:
𝑑𝑁
= −𝜆 𝑑𝑡 (2)
𝑁

Dengan mengintegrasikan persamaan (2) dengan asumsi bahwa pada saat t = 0, jumlah
atom radioaktif sekarang adalah N0, maka:
1
∫ 𝑑𝑁 = −𝜆 ∫ 𝑑𝑡
𝑁
ln 𝑁 = −𝜆𝑡 + 𝑐
ln 𝑁0 = 𝑐
Sehingga,
ln 𝑁 = −𝜆𝑡 + ln 𝑁0
ln 𝑁 − ln 𝑁0 = −𝜆𝑡
𝑁
= 𝑒 −𝜆𝑡
𝑁0
𝑁(𝑡) = 𝑁𝑜 𝑒 −𝜆𝑡 (3)
Dimana N (t) adalah jumlah atom radioaktif pada waktu t. Probabilitas λ yang digunakan
dalam persamaan di atas disebut konstanta peluruhan.
Sebagian besar, waktu digunakan untuk mengetahui jumlah dari atom radioaktif dalam
sampel radioaktif yang diberikan, dibandingkan jumlah atom yang akan meluruh dalam
satuan waktu. Hal ini dapat diselesaiakn dengan menggunakan aktivitas dari sampel
radioaktif, yang didefinisikan sebagai jumlah peluruhan per detik yang dihasilkan dari sampel
yang diberikan. Dari Persamaan. (3) kita menemukan
𝑑𝑁
| | = 𝜆 𝑑𝑡
𝑁
𝑑𝑁
| |=𝜆𝑁
𝑑𝑡
𝑑𝑁
| 𝑁 | = 𝜆 𝑁 dengan 𝑁 = 𝑁𝑜 𝑒 −𝜆𝑡
𝑑𝑁
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = | 𝑑𝑡 | = 𝜆𝑁𝑜 𝑒 − 𝜆𝑡 = 𝜆𝑁 (4)

Dengan demikian aktivitas sampel tergantung pada jumlah atom, N, dan konstanta
peluruhan, λ.
1. Umur Paruh
Besaran lain yang penting dalam radioaktivitas adalah umur paruh yang
dilambangkan dengan t½. Umur paruh didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
suatu bahan radioaktif sehingga aktifitas atau jumlah inti/partikel menjadi
setengah dari semula. Karena aktivitas sebanding dengan jumlah atom yang tidak
meluruh, maka t½ juga sama dengan interval waktu selama jumlah atom yang tidak
meluruh berkurang setengah. Dengan N = No / 2 dan t = t½ .
𝑁 = 𝑁𝑜 𝑒 −𝜆𝑡
𝑁0
𝑁= 𝑑𝑎𝑛 𝑡 = 𝑡½
2
𝑁0
= 𝑁𝑜 𝑒 −𝜆𝑡½
2
1
= 𝑒 −𝜆𝑡½
2
ln 1⁄2 = −𝜆 𝑡½
ln 1 − ln 2 = −𝜆 𝑡½
ln 1 + 𝜆 𝑡 1⁄2 = ln 2
𝜆 𝑡½ = ln 2
Sehingga,
𝑁𝑜 ln 2 0,693
= 𝑁𝑜 𝑒 −𝑡½ atau 𝑡½ = = (5)
2  

2. Umur rata-rata
Bentuk eksponensial dari peluruhan membuat jelas bahwa akan memakan waktu yang
tak terbatas untuk menlenyapkan seluruh atom radioaktif. Kita tidak tahu, tentu saja,
atom mana yang akan meluruh berikutnya, dan atom mungkin memiliki waktu hidup
berapa saja dari nol hingga tak terbatas. Untuk sifat statistik dari fenomena ini, kita
harus menentukan umur rata-rata, .
Umur rata-rata , dari inti radioaktif dapat dihitung dengan menjumlahkan semua
umur dari inti dan membaginya dengan jumlah total inti. Misalkan inti 𝑑𝑁1 memiliki
umur t1, 𝑑𝑁2 memiliki umur 𝑡2 dan begitu seterusnya.
Maka akan diperoleh umur rata-rata :
𝑡1 𝑑𝑁1 + 𝑡2 𝑑𝑁2 + 𝑡3 𝑑𝑁3 + … .
= (6)
𝑑𝑁1 + 𝑑𝑁2 + 𝑑𝑁3 + … .

kita dapat menulis, dalam bentuk integral


𝑁𝑜 𝑁𝑜
∫0 𝑡 𝑑𝑁 ∫ 𝑡 𝑑𝑁
𝑡= 𝑁𝑜 = 0 (7)
∫0 𝑑𝑁 𝑁𝑜

Dimana N0 = 𝑑𝑁1 + 𝑑𝑁2 + 𝑑𝑁3 + ….


Menggantikan dN dari persamaan 3 ke persamaan 7 dan diintegrasikan, maka
0
− ∫∞ 𝜆𝑡 𝑁𝑜 𝑒 −𝑡 𝑑𝑡 ∞
= = ∫ 𝜆𝑡 𝑒 −𝑡 𝑑𝑡
𝑁𝑜 0

Dengan persamaan gamma



1
∫ 𝑥 𝑛 𝑒 −∝𝑥 𝑑𝑥 = (𝑛 + 1)
∝𝑛+1
0

Dengan menerapkan persamaan gamma di atas, maka diperoleh

∞ 𝑡𝑒 −𝑡 𝑑𝑡
1
= (2)
∫ 2
1
0 =
2
Sehingga diperoleh
1
𝜏 =.
2
menjadi
1
 =

Gambar 7. (a) Plot linier dari jumlah relatif atom radioaktif N dan aktivitas N terhadap waktu t untuk Ru105
(t1 / 2 = 4,5 jam) dalam satuan acak.
Sebagai ilustrasi, perhatikan isotop radioaktif Ru105, yang meluruh oleh pemancaran
elektron menjadi Rh105 dengan umur paruh 4,5 jam. Konstanta peluruhan  = 4,27.10-5 /detik
dan umur rata-rata = 6,5 jam. Dengan memanfaatkan persamaan 3 kita dapat menemukan N,
jumlah atom radioaktif pada setiap saat, sedangkan aktivitas dari persamaan 4 adalah N.
gambar 7a menunjukkan plot N dan N terhadap waktu dalam satuan waktu paruh pada skala
linear. Gambar 7b menunjukkan plot yang sama pada skala semi-logaritmik. Koordinat di
kedua grafik memiliki jumlah atom relatif (N) acak dan aktivitas acak. jumlah atom relatif
dan aktivitas ditunjukkan untuk t½ dan .
Perlu dicatat bahwa Rh itu sendiri adalah radioaktif dan meluruh menjadi Pd105 dengan
waktu paruh 35 jam.

Gambar 7. (b) Plot semi- logaritmik dari jumlah atom radioaktif N dan aktivitas N terhadap waktu t untuk
Ru105 (t½ = 4,5 jam) dalam satuan acak.
D. Hukum Peluruhan Berantai
Jika jumlah proton lebih besar dari jumlah netron (N < P), maka gaya elektrostatis
akan lebih besar dari gaya inti, hal ini akan menyebabkan inti atom berada dalam keadan
tidak stabil. Jika jumlah netron yang lebih besar dari jumlah protonnya (N > P) akan
membuat inti berada dalam keadaan stabil. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa inti ataom
paling berat yang stabil adalah Bismuth yaitu yang mempunyai 83 proton dan 126 netron. Inti
atom yang mempunyai jumlah proton lebih besar dari 83 akan berada dalam keadaan tidak
stabil. Inti yang tidak stabil ini akan berusaha menjadi inti stabil dengan cara melepaskan
partikel bisa berupa proton murni 11𝑃, partikel helium 4
2𝐻𝑒 yang memiliki 2 proton atau
partikel lainnya. Inti atom yang tidak stabil ini memiliki sifat dapat melakukan radiasi
spontan atau mampu melakukan aktivitas radiasi sehingga dinamakan inti radioaktif. Unsur
yang inti atomnya mampu melakukan aktivitas radiasi spontan berupa pemancaran sinar-sinar
radioaktif dinamakan unsur (zat) radioaktif. Pemancaran sinar-sinar radioaktif (berupa
partikel atau gelombang elektromagnetik) secara spontan oleh inti-inti berat yang tidak stabil
menjadi inti-inti yang stabil disebut Radioaktivitas. Inti yang memancarkan sinar radioaktif
disebut inti induk dan inti baru yang terjadi disebut inti anak.

Pada waktu (t), dengan 𝑁1 adalah jumlah atom dari unsur induk yang meluruh dengan
konstanta peluruhan 1 menjadi unsur anak. 𝑁2 adalah jumlah atom dari unsur anak, yang
meluruh dengan konstanta peluruhan 2 menjadi unsur stabil, yang memiliki 𝑁3 atom stabil.
Menganggap bahwa waktu 𝑡 = 0, 𝑁1 = 𝑁10 , bahwa 𝑁2 =𝑁20 = 0, dan bahwa 𝑁3 = 𝑁30 = 0.
Definisi dari aktivitas sebagai jumlah peluruhan per detik membawa kita pada perumusan:

𝑑𝑁1
= −1 𝑁1
𝑑𝑡

(9)

𝑑𝑁2
= 1 𝑁1 − 2 𝑁2
𝑑𝑡

(10)

𝑑𝑁3
= 2 𝑁2
𝑑𝑡

(11)

Persamaan (9) memberikan laju peluruhan 𝑁1 , persamaan (10) berarti bahwa atom-atom
dari 𝑁2 diproduksi pada laju 1 𝑁1 dan menghilang pada laju 2 𝑁2, sedangkan persamaan
(11) memberikan laju produksi 𝑁3 .

Integrasi dari persamaan (9), dengan kondisi yang dikenakan bahwa 𝑁1 = 𝑁10 pada 𝑡 =
0, memberikan
𝑑𝑁1
= −1 𝑁1
𝑑𝑡

𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑁1 = 𝑁10

𝑑𝑁1
= −1 𝑁1
𝑑𝑡

𝑑𝑁1
= −1 𝑑𝑡
𝑁1

𝑑𝑁1
∫ = −1 ∫ 𝑑𝑡
𝑁1

ln 𝑁1 = −1 𝑡 + 𝐶 . . . . . (𝑝𝑒𝑟𝑠. 𝑎)

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑐, 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 0, 𝑁1 = 𝑁10

𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ ∶

𝑙𝑛 𝑁10 = 0 + 𝐶

𝑙𝑛 𝑁10 = 𝐶 . . . . . (𝑝𝑒𝑟𝑠. 𝑏)

𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠. (𝑏)𝑘𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑠. (𝑎)

ln 𝑁1 = −1 𝑡 + 𝑙𝑛 𝑁10

ln 𝑁1 − 𝑙𝑛 𝑁10 = −1 𝑡

𝑁1
𝑙𝑛 = −1 𝑡
𝑁10

𝑁1
= 𝑒 − 1 𝑡
𝑁10

𝑁1 = 𝑁1𝑂−1𝑡 (12)

Mengganti persamaan (12) ke dalam persamaan (10)

𝑑𝑁2
= 1 𝑁1 − 2 𝑁2
𝑑𝑡

𝑑𝑁2
= 1 𝑁1𝑂−1𝑡 − 2 𝑁2
𝑑𝑡
𝑑𝑁2
+ 2 𝑁2 = 1 𝑁1𝑂−1𝑡 (13)
𝑑𝑡

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan (13) dengan 𝑒 2𝑡 , kita mendapatkan

𝑑𝑁2
𝑒 2𝑡 + 2 𝑁 𝑒2𝑡 = 1 𝑁 𝑒−1𝑡 . 𝑒 2𝑡
𝑑𝑡 2 1𝑂

atau

𝑑
(𝑁 2𝑡 ) = 1 𝑁 (2−1)𝑡 (14)
𝑑𝑡 2𝑒 1𝑂 𝑒

mengintegrasikan persamaan (14) menghasilkan

𝑑
∫ ( 𝑒 2 𝑡 ) = −1 ∫ 𝑁10 𝑒 (2 −1)𝑡
𝑑𝑡 2

1
𝑁 2𝑡 = 𝑁 (2−1)𝑡 +𝐶 (15)
2𝑒 2 − 1 1𝑂 𝑒

di mana C adalah konstanta integrasi, yang nilainya ditentukan dengan mensubstitusi

𝑁2 = 𝑁20 = 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 0

1
0= 𝑁 𝑒 (2 −1)0 + 𝐶
2 −1 10

1
𝐶= − 𝑁10
2 − 1
Menggantikan nilai dari C ke persamaan (15), dan membagi kedua sisi dengan 𝑒 2𝑡 , maka
kita mendapatkan

1
𝑁2 = 𝑁 (𝑒 −1 𝑡 − 𝑒 −2 𝑡 )
2 −1 10

1 1
𝑁2 𝑒 2 𝑡 = 𝑁10 𝑒 (2 −1)𝑡 − 𝑁
2 −1 2 −1 10

1
𝑁2 𝑒 2 𝑡 =  𝑁10 (𝑒 (2 −1)𝑡 − 1) 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒 2 𝑡
2 − 1

𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁2 𝑒 2 𝑡 1 𝑒 2 𝑡 . 𝑒 − 1 𝑡
= 𝑁 ( )
𝑒 2 𝑡 2 −1 10 𝑒 2 𝑡

1
𝑁2 = 𝑁 −1𝑡−𝑒−2𝑡) (16)
2 −1 1𝑂 (𝑒

Untuk persamaan (11) dengan kondisi bahwa 𝑁3 = 𝑁30 = 0 pada 𝑡 = 0

𝑑𝑁3
= 2 𝑁2
𝑑𝑡

𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠. 16

1
𝑁2 = 𝑁 (𝑒 −1 𝑡 − 𝑒 −2 𝑡 )
2 −1 10

𝑑𝑁3 1 1
= 2 [ 𝑁10 𝑒 −1 𝑡 − 𝑁 𝑒 − 2 𝑡 ]
𝑑𝑡 2 −1 2 −1 10

𝑑𝑁3 1 2 12
= 𝑁10 𝑒 −1 𝑡 − 𝑁 𝑒 − 2 𝑡
𝑑𝑡 2 −1 2 −1 10

1 2 12
𝑑𝑁3 = [ 𝑁10 𝑒 −1 𝑡 − 𝑁 𝑒 −2 𝑡 ] 𝑑𝑡
2 −1 2 −1 10

1 2 12
∫ 𝑑𝑁3 = ∫ [ 𝑁10 𝑒 −1 𝑡 − 𝑁 𝑒 −2𝑡 ] 𝑑𝑡
2 −1 2 −1 10

1
𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 ∫ 𝑒 −𝑛𝑥 𝑑𝑥 = − 𝑛 𝑒 −𝑛𝑥 + 𝐶

1 1 2 1 12
𝑁3 = − [( 𝑁10 𝑒 −1 𝑡 ) + ( 𝑁 𝑒 −2 𝑡 )] + 𝐶
1 2 −1 2 2 −1 10

− 2 1
𝑁3 =  𝑁10 𝑒 −1𝑡 +  𝑁10 𝑒 −2 𝑡 +𝐶 . . . 𝑝𝑒𝑟𝑠. (17 𝑎)
2 − 1 2 − 1

𝑎𝑝𝑎𝑏𝑖𝑎𝑙𝑎 𝑁3 = 𝑁30 = 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∶

− 2 1
𝑁3 = 𝑁10 𝑒 −1𝑡 + 𝑁 𝑒 − 2 𝑡 + 𝐶
2 −1 2 −1 10

− 2 1
𝑁3 = 𝑁10 𝑒 0 + 𝑁 𝑒0 + 𝐶
2 −1 2 −1 10
2 1
𝐶 = 𝑁3 + 𝑁10 − 𝑁
2 −1 2 −1 10

2 1
𝐶 = 𝑁3 + 𝑁10 − 𝑁
2 −1 2 −1 10

2 1
𝐶 =0+ 𝑁10 − 𝑁
2 −1 2−1 10

2 1
𝐶= 𝑁10 − 𝑁
2 −1 2 −1 10

2 1
𝐶 = 𝑁10 ( − )
2 −1 2 −1

2 − 1
𝐶 = 𝑁10 ( )
2 −1

𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑠. 17 𝑎 , 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖

− 2 1
𝑁3 = 𝑁10 𝑒 −1𝑡 + 𝑁 𝑒 − 2 𝑡 + 𝐶
2 −1 2 −1 10

− 2 1
= 𝑁10 𝑒 −1 𝑡 +  𝑁10 𝑒 −2 𝑡 + 𝑁0
2 − 1 2 −1

1 
= 𝑁10 +𝑁10 ( 𝑒 −2 𝑡 ) − 𝑁10 ( −1 𝑒 −1 𝑡 )
2 − 1 2 1

1 1
= 𝑁10 [1 +  𝑒 − 2 𝑡 −  𝑒 − 1 𝑡 ] . . . 𝑝𝑒𝑟𝑠. (17 )
2 − 1 2 − 1

𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑁3 = 𝑁30 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡 = 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎

𝑑𝑁3
= 2 𝑁2
𝑑𝑡

𝑑𝑁3 1
= 2 [ 𝑁 (𝑒 −1 𝑡 − 𝑒 −2 𝑡 )]
𝑑𝑡 2 −1 10

𝑑𝑁3 1
∫ = 2 [ 𝑁 ∫(𝑒 −1 𝑡 − 𝑒 −2 𝑡 )
𝑑𝑡 2 −1 10

1
𝑁3 = 2 𝑁 (−1 𝑒 −1 𝑡 + 2 𝑒 −2𝑡 ) + 𝐶
2 −1 10
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑁3 = 𝑁30

1
𝑁30 = 2 𝑁 (−1 𝑒 −1𝑡 + 2 𝑒 −2 𝑡 ) + 𝐶
2 −1 10

𝑎𝑡𝑎𝑢 ∶

1 2
𝑁30 = 𝑁10 ( )+𝐶
2 −1 2 −1

1 1
𝑁3 = 𝑁10 (1 + 𝑒 − 2 𝑡 −  𝑒 − 1 𝑡 )
2 − 1 2 − 1

1 2
𝑁3 = 𝑁10 (1 + 𝑒 −2𝑡 −  𝑒 −1𝑡 ) (17)
2 − 1 2 − 1

maka persamaan (12), (16) dan (17) benar-benar menggambarkan jumlah atom pada waktu t.
Persamaan ini telah diturunkan untuk kasus khusus ketika 𝑁1 = 𝑁10 , 𝑑𝑎𝑛 𝑁20 = 𝑁30 = 0,
pada saat 𝑡 = 0. Dengan mengikuti prosedur ini, maka memungkinkan untuk menurunkan
nilai untuk 𝑁1 , 𝑁2 , 𝑁3 dan, meskipun 𝑁20 𝑑𝑎𝑛 𝑁30 tidak nol pada 𝑡 = 0. Hasil dari
perhitungan tersebut adalah

𝑁1 = 𝑁10 𝑒 −1𝑡 (18 a)

1
𝑁2 = 𝑁 −1𝑡−𝑒−2𝑡) + 𝑁20 𝑒 −2𝑡 (18 b)
2 −1 1𝑂 (𝑒

1 1
𝑁3 = 𝑁30 +𝑁20 (1 − 𝑒 −2𝑡 ) + 𝑁10 (  𝑒 −2𝑡 −  𝑒 −1𝑡 ) (18 c)
2 − 1 2 − 1

sebagai contoh praktis penggunaan persamaan (12), (16), dan (17), kita mempertimbangkan
105 105
peluruhan berantai dari 44𝑅𝑢 yang meluruh menjadi 45𝑅ℎ dan berubah, meluruh menjadi
105
46𝑃𝑑

105
𝛽− 105
𝛽− 105
44𝑅𝑢 45𝑅ℎ 46𝑃𝑑
𝑡1⁄ = 4,5 𝑗𝑎𝑚 𝑡1⁄ = 35 𝑗𝑎𝑚
2 2

105
gambar 8 menunjukkan plot peluruhan dan pertumbuhan dari 𝑁1 , 𝑁2 , 𝑁3 dalam kasus 44𝑅𝑢

dengan 𝑁10 = 100, pada 𝑡 = 0 dan 𝑁20 = 𝑁30 = 0, pada 𝑡 = 0


Gambar 8. Peluruhan berantai pada:

105
𝛽− 105
𝛽− 105
44𝑅𝑢 45𝑅ℎ 46𝑃𝑑
𝑡1⁄ = 4,5 ℎ𝑟 𝑡1⁄ = 35 ℎ𝑟
2 2

Masalah dari peluruhan berantai dapat digeneralisasi ke sejumlah peluruhan radioaktif


berantai. Persamaan diferensial yang mewakili peluruhan berantai adalah

𝑑𝑁1 , 𝑑𝑡 = −1 𝑁1

𝑑𝑁2 , 𝑑𝑡 = 1𝑁1 − 2𝑁2

𝑑𝑁3 , 𝑑𝑡 = 2 𝑁2 − 3 𝑁3 (19)

𝑑𝑁𝑛 , 𝑑𝑡 = 𝑛−1 𝑁𝑛−1 − 𝑛 𝑁𝑛

Di mana 𝑁1 , 𝑁2 , 𝑁3 ... 𝑁𝑛−1 dan 𝑁𝑛 adalah jumlah atom dari isotop yang berbeda
pada waktu t dan 1 , 2 , 3 ..... 𝑛−1 dan 𝑛 adalah konstanta peluruhannya. Jika kita tahu
jumlah awal atom radioaktif dari isotop yang berbeda ini, maka kita tahu 𝑁10 , 𝑁20 , 𝑁30 … 𝑁𝑛0
pada 𝑡 = 0, yang memungkinkan untuk menghitung nilai-nilai 𝑁1 , 𝑁2 , 𝑁3 ….. 𝑁𝑛 setiap saat
t, dengan memecahkan persamaan (19) dengan cara yang sama untuk persamaan (9) - (11) di
atas.
E. Kesetimbangan Radioaktif

Dalam bagian ini kita akan menerapkan persamaan dari peluruhan berantai pada beberapa
kasus khusus. Tiga kasus itu adalah (1) di mana 1 ≅ 𝜆2 , (2) di mana λ1 ≪ 𝜆2 dan (3)
𝑡1 1
< 𝑡1 2 . Kasus pertama disebut kesetimbangan transien dan yang kedua disebut
2 2

kesetimbangan permanen atau sekuler sedangkan kasus ketiga adalah tidak terjadi
kesetimbangan.

1. Kesetimbangan Transien

Perhatikan kasus sebuah inti induk yang meluruh dengan konstanta peluruhan 𝜆1
menjadi inti anak, yang mempunyai konstanta peluruhan 𝜆2. Umur rata-rata dari keduanya
adalah sama yaitu 𝜏1 ≅ 2 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖𝑎𝑛, 𝜆1 ≅ 𝜆2. Pada kasus ini, kita akan
menunjukkan bahwa nomor atom pada inti anak mencapai nilai maksimum tertentu dan
kemudian mulai berkurang pada laju peluruhan dari umur yang lebih panjang untuk
keduanya.
Mulai dengan persamaan (16)
𝜆1
𝑁2 = 𝑁1𝑜 (𝑒 −𝜆1 𝑡 − 𝑒 −𝜆2 𝑡 ) (16)
𝜆2 − 𝜆1

Kita dapat menemukan waktu tm pada saat 𝑁2 mencapai nilai maksimum. Dengan
menurunkan persamaan (16) terhadap waktu dan menyamadengankan dengan nol,
diperoleh
𝑑𝑁2 𝜆1
=0= 𝑁1𝑜 ( − 𝜆1 𝑒 −𝜆1 𝑡𝑚 + 𝜆2 𝑒 −𝜆2 𝑡 )
𝑑𝑡 𝜆2 − 𝜆1

𝜆1 𝜆2
𝑡𝑚 = − log (20)
𝜆2 − 𝜆1 𝜆1

𝑑 𝑁2
Setelah waktu tm laju peluruhan pada unsur anak, akan ditentukan oleh
𝑑𝑡

𝜆1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜆2 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎𝑝𝑢𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙, seperti:

(i) Jika 𝜆1 < 𝜆2 itu berarti bahwa umur rata-rata dari unsur induk lebih lama daripada
unsur anak. Hal ini mengimplikasikan bahwa saat kondisi 𝑒 −𝜆2 𝑡 pada persamaan (16)
akan mencapai nol lebih cepat daripada 𝑒 −𝜆1 𝑡 dan dapat diabakan. Sehingga:

𝜆1
𝑁2 = 𝜆2 − 𝜆1
(𝑁1𝑜 𝑒 −𝜆2 𝑡 ) (21)
𝜆1
= (𝑁 )
𝜆2 − 𝜆1 1

𝑁2 𝜆1
= = (22)
𝑁1 𝜆2 − 𝜆1

Perbandingan aktifitas dari unsur anak dengan unsur induk adalah :


𝑑𝑁2 /𝑑𝑡 𝜆2 𝑁2 𝜆2 𝜆1 𝜆2
= = .𝜆 = (23)
𝑑 𝑁1 /𝑑𝑡 𝜆1 𝑁1 𝜆1 2 − 𝜆1 𝜆2 − 𝜆1

Persamaan (21) menunjukkan bahwa unsur anak meluruh dengan laju peluruhan
dari unsur induk. 𝜆1 menentukan laju peluruhan pada unsur anak, persamaan (22)
𝑁2
menunjukkan bahwa perbandingan adalah konstan. Dalam kasus ini, maka unsur
𝑁1

induk dan unsur anak dikatakan berada dalam kesetimbangan transien.

(ii) Jika pada kasus 𝜆2 < 𝜆1, sehingga didapat

𝜆1
𝑁2 = 𝑁1𝑜 𝑒 −𝜆2 𝑡 (2.24)
𝜆2 − 𝜆1

Yang berarti bahwa setelah waktu tertentu, unsur anak meluruh dengan laju
peluruhannya sendiri yang ditentukan dengan konstanta peluruhan 𝜆2 . Ini memegang
peranan baik bahkan jika ada lebih dari satu peluruhan berantai. Setelah waktu
tertentu, maka unsur induk akan hilang dan unsur anak meluruh pada lajunya sendiri.

Contoh dari kesetimbangan transien adalah peluruhan pada Molybdenum-99 (𝑡1/2 =


67 𝑗𝑎𝑚) menjadi unsur anak Technetium-99 (𝑡1/2 = 6 𝑗𝑎𝑚). Gambar 9 menunjukkan
aktivitas peluruhan terhadap waktu dan kurva pertumbuhan menjadi konstan setelah waktu
tertentu. Ketika kondisi tercapai, unsur anak Tc-99 dikatakan menjadi kesetimbangan
transien dengan induknya, Mo-99.

Gambar 9. Contoh kesetimbangan transien


2. Kesetimbangan Permanen atau Sekular
Menurut aturan persamaan (16) pada peluruhan berantai dan beranggapan bahwa umur
paruh dari unsur induk sangat panjang dibandingkan dengan unsur anak, atau 𝜆1 ≪ 𝜆2 .
Sehingga pada kasus ini, persamaan (16) menjadi
𝜆1
𝑁2 = (𝜆 𝑁1𝑜 (𝑒 −𝜆1 𝑡 − 𝑒 −𝜆2 𝑡 ) (16)
2 − 𝜆1 )

Dapat diganti
𝜆1
𝑁2 = 𝑁1𝑜 (1 − 𝑒 −𝜆2 𝑡 ) (25)
𝜆2

Karena 𝜆2 − 𝜆1 ≅ 𝜆2 𝑑𝑎𝑛 𝑒 −𝜆1 𝑡 ≅ 1.

Oleh karena itu, jika t sangat besar jika dibandingkan dengan umur rata-rata dari
1
unsur anak, bahwa t >>𝜆 , kemudian 𝑒 −𝜆2 𝑡 menjadi tak berarti jika dibandingkan dengan
2

1, sehingga persamaan (25) menjadi


𝜆
𝑁2 = (𝜆1 ) 𝑁1𝑜 (26)
2

Yang menunjukkan bahwa 𝑁2 dari unsur anak adalah konstan. Unsur anak dapat
dikatakan berada dalam “kesetimbangan permanen atau sekular” dengan unsur induk.
Karena umur paruh dari unsur induk sangat besar, maka nilai N hampir konstan, 𝑁1𝑜 = 𝑁1 .

𝜆
𝑁2 = (𝜆1 ) 𝑁1
2

Kemudian, kondisi untuk “kesetimbangan permanen atau sekular” adalah

𝜆1 𝑁1 = 𝜆2 𝑁2 (27a)

Atau

𝑁1 𝜆2 𝜏1
= = (27b)
𝑁2 𝜆1 𝜏2

Persamaan (27b) dapat dengan mudah dibagi dengan mengaplikasikan persamaan (19).
𝑑𝑁2
Untuk kesetimbangan, = 0, persamaan kedua pada persamaan (19) diberikan
𝑑𝑡

𝜆1 𝑁1 = 𝜆2 𝑁2

𝑑𝑁1
Ini juga mengimplikasikan bahwa 𝑑𝑡
= 0 = - 𝜆1 𝑁1, dengan pendekatan secara benar,

karena 𝜆1 sangat kecil, dan oleh karena itu maka 𝜆1 . 𝑁1 ≅ 0.


Untuk kasus peluruhan berantai yang unsur induknya memiliki umur paruh lebih
panjang dari pada unsur anaknya, maka kita dapat menulis kondisi kesetimbangan sekular
dari persamaan (19) sebagai berikut :

𝜆1 𝑁1= 𝜆2 𝑁2 = 𝜆3 𝑁3 = ⋯ = 𝜆𝑛 𝑁𝑛 (28a)

𝑁1 𝑁 𝑁3 𝑁𝑚
= 𝜏2 = =⋯= (28𝑏)
𝜏1 2 𝜏3 𝜏𝑚

Contoh dari kesetimbangan sekular adalah peluruhan pada Ra (𝑡1/2 = 1620 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
menjadi unsur anak Rn (𝑡1/2 = 3,82 ℎ𝑎𝑟𝑖). Setelah waktu lama, t dibandingkan dengan
umur paruh dari Rn, sebagian Rn menjadi konstan. Lebih jelasnya dari gambar 10
menunjukkan jumlah koordinat dalam peluruhan dan kurva pertumbuhan menjadi konstan
setelah waktu tertentu. Ketika kondisi tercapai, unsur anak Rn dikatakan menjadi
kesetimbangan permanen atau sekular dengan induknya, Ra.

Berikut grafik yang menyatakan peluruhan radiasi.

Gambar 10. peluruhan dan pembentukan radon

3. Tidak Terjadi Kesetimbangan


Jika waktu paruh inti anak jauh lebih lama dibandingkan dengan waktu paruh
inti induk, maka aktivitas dari inti anak meningkat hingga maksimum dan kemudian
menurun. Inti induk akhirnya meluruh pergi dan tidak ada kesetimbangan yang
terjadi.

Gambar 11. Tidak terjadi kesetimbangan

F. Deret Radioaktif Alam

Deret radioaktif merupakan deret nuklida radioaktif. Pada deret ini setiap anggotanya
terbentuk dari hasil peluruhan nuklida sebelumnya. Deret akan berakhir dengan nuklida
stabil. Suatu unsur radioaktif (isotop radioaktif) selalu meluruh sehingga terbentuk unsur
yang baru. Unsur yang terbentuk masih juga besifat radioaktif sehingga akan meluruh,
demikian terus akan terjadi sehingga akhirnya akan diperoleh hasil akhir terbentuk inti atom
yang stabil/mantap. Dari hasil inti-inti yang terbentuk yang bersifat radioaktif sampai
diperoleh inti atom yang stabil/mantap, ternyata serangkaian inti-inti atom yang terjadi
memiliki nomor massa yang membentuk suatu deret.

Inti radioaktif tidak selalu meluruh dan menghasilkan inti anak yang stabil. Seringkali inti
anak juga tidak stabil, sehingga terjadi peluruhan berikutnya yang juga belum tentu stabil.
Setelah beberapa kali meluruh, akan terbentuk inti yang benar-benar stabil. Tahapan-tahapan
peluruhan tersebut akan mengikuti suatu urutan yang disebut deret radioaktif. Peluruhan yang
demikian disebut peluruhan berantai. Dalam proses peluruhan radioaktif, nomor massa A inti
induk akan berubah dengan 4 satuan (peluruhan alfa) atau A tidak berubah (peluruhan beta).
Karena itu nomor massa A dari isotop-isotop anggota peluruhan berantai, pasti meluruh
dengan kelipatan 4. Dengan demikian ada empat deret yang mungkin dengan nomor massa
A, yang dapat dinyatakan dengan rumus 4n, 4n + 1, 4n + 2, 4n +3, dengan n adalah bilangan
bulat.
Masing-masing deret radioaktif diberi nama dengan inti induknya. Deret 4n diberi nama
deret Thorium, deret 4n + 1 diberi nama deret Neptunium, deret radioaktif 4n + 2 diberi nama
deret Uranium dan deret radioaktif 4n + 3 diberi nama deret Aktinium.

Tabel 1. Deret Radioaktif Alam

Deret radioaktif menggambarkan bentuk transformasi dan masing-masing deret terdiri dari
urutan produk nuklida anak yang semuanya dapat diturunkan dari nuklida induk.

Keempat deret unsur radioaktif tersebut adalah:


1) Deret Thorium
232
Deret Thorium merupakan deret yang diawali unsur 90𝑇ℎ (inti induk) dan diakhiri
208
unsur 87𝑃𝑏 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 7 peluruhan α dan 5 peluruhan β.
Deret ini disebut juga deret (4n), karena deret Thorium memiliki nomor massa yang
dinyatakan oleh bilangan 4n, dengan n adalah bilangan bulat positif.

Gambar 12. Deret peluruhan Thorium (A = 4n), Peluruhan 83Bi212 dapat


berlangsung melalui pemancaran sinar alfa, kemudian pemancaran beta dalam
urutan terbalik.
2) Deret Neptunium

237
Deret Neptunium merupakan deret yang diawali unsur 93𝑁𝑝 (inti induk) dan diakhiri
209
unsur 83𝐵𝑖 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 8 peluruhan α dan 5 peluruhan β.
Deret ini disebut juga deret (4n+1).

213
Gambar 13. Deret peluruhan Neptunium (A = 4n + 1), Peluruhan 83𝐵𝑖 dapat berlangsung melalui
pemancaran sinar alfa dan pemancaran beta atau dalam urutan terbalik.

3) Deret Uranium

238
Deret Uranium merupakan deret yang diawali unsur 92𝑈 (inti stabil) dan diakhiri
206
unsur 82𝑃𝑏 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 9 peluruhan α dan 7 peluruhan β.
Deret ini disebut juga deret (4n + 2).
214
Gambar 14. Deret peluruhan Uranium (A= 4n + 2), Peluruhan 83𝐵𝑖 dapat berlangsung dengan
pemancaran sinar alfa kemudian beta atau dengan urutan yang terbalik.

4) Deret Aktinium

235
Deret Aktinium merupakan deret yang diawali unsur 92𝑈 (inti induk) dan diakhiri
207
unsure 82𝑃𝑏 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 9 peluruhan α dan 6 peluruhan β.
Deret ini disebut juga deret (4n + 3).

211
Gambar 15. Deret peluruhan Aktinium (A= 4n + 3), Peluruhan 83𝐵𝑖 dapat berlangsung dengan
pemancaran sinar alfa kemudian beta atau dengan urutan yang terbalik.

G. Satuan Radioaktivitas

Seperti yang sudah dibahas, maka lebih penting untuk mengetahui jumlah atom yang
meluruh per detik daripada jumlah absolut atom radioaktif yang ada dalam sampel yang
diberikan. Oleh karena itu, satuan dari radioaktivitas dalam hal ini ditunjukkan dalam
peluruhan per satuan waktu. Ada dua satuan yang berbeda. Secara historis, satuan lama dari
radioaktivitas adalah curie, yang didefinisikan sebagai jumlah aktivitas radon yang berada
dalam kesetimbangan dengan satu gram radium. Nilai curie dapat dihitung dengan cara yang
sederhana. Waktu paruh radium adalah 1620 tahun dan konstanta peluruhannya adalah

0,693
𝑟𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚= 1,62 . 103 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 13,8 . 10−12 /detik

Massa radium adalah 226 sma dan ada 6,02. 1023 atom dalam satu gram atom radium, oleh
karena itu, satu gram radium mengandung:
6,02 . 1023
= 2,66 . 1021 𝑎𝑡𝑜𝑚
2,26 . 102

Oleh karena itu, tingkat peluruhannya adalah

𝑑𝑁
= |𝑁| = 13,8 . 10−12 . 2,66 . 1021  3,7 . 1010 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖 / 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑑𝑡

Dengan menggunakan nilai yang berbeda dari t½ radium yang ditentukan oleh berbagai
peneliti, jumlah peluruhan per detik yang diperoleh bervariasi antara 3,4 . 1010 sampai
3,7 . 1010 . Curie, bagaimanapun, telah ditetapkan setara dengan 3,7 . 1010 peluruhan per
detik. Sub unit dari curie adalah mili curie dilambangkan dengan mc dan mikro curie, c,
yang sesuai dengan 3,7 . 107 dan 3,7 . 104 peluruhan per detik, secara berturut-turut..

Karena kebingungan dalam definisi curie, The American National Bureau of Standard
telah mengusulkan satuan baru, yang disebut Rutherford (rd), yang setara dengan 106
peluruhan per detik. Sub unit rd adalah mili Rutherford (mrd) = 103 peluruhan per detik dan
mikro Rutherford (rd) = 1 peluruhan per detik.

H. Penentuan Waktu Paro

Sebagian besar metode yang digunakan untuk menentukan waktu paro berlaku untuk
semua ketiga jenis peluruhan, , , dan . Karena ketiga konstanta karakteristik ,  dan t½
isotop radioaktif terkait satu sama lain, penentuan satu memberikan ketiganya. Biasanya
waktu paruh t½ ditentukan secara eksperimen, sementara yang lain dapat dihitung dari hal
itu.

1. Penentuan waktu paruh pendek.

Untuk isotop radioaktif dengan waktu paruh cukup singkat (menit, jam, hari, dan bulan)
dan karenanya  tinggi, waktu paruh dapat ditentukan dengan memplot aktivitas terhadap
waktu di atas kertas semi- logaritmik. Plot adalah garis lurus dan nilai absolut dari
kemiringannya memberikan konstanta peluruhan, , yaitu

𝑁 = 𝑁0 𝑒 −𝑡

ln 𝑁 = ln 𝑁0 − 𝑡

Atau
𝑦 = 𝑎 − 𝑡

Di mana

𝑦 = ln 𝑁, 𝑑𝑎𝑛 ln 𝑁0 = 𝑎 (𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)

𝑑𝑦
| ⁄𝑑𝑡| =  = 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠

Untuk penentuan yang lebih akurat dari waktu paruh yang pendek, perlu untuk
membuat kuadrat terkecil yang pas dari data, yaitu dari tingkat perhitungan terhadap
waktu. Jika umur paruh sampel radioaktif adalah beberapa detik, sulit untuk menggunakan
metode ini. Metode lain telah dikembangkan.

2. Penentuan waktu paruh yang sangat panjang


a. Jika kita mengetahui jumlah N, dari atom radioaktif yang ada dalam zat yang
diberikan, maka dengan pengukuran eksperimental jumlah peluruhan per satuan
waktu,  dapat ditentukan.

𝑑𝑦
| ⁄𝑑𝑡| = 𝑁

1 𝑑𝑁
=( )
𝑁 𝑑𝑡

Metode ini berlaku untuk isotop dengan umur paruh besar seperti 1010 tahun atau
lebih.

b. Jika dua isotop telah mencapai kesetimbangan sekuler sehingga

𝑁1 1 = 𝑁2 2

Kemudian mengetahui 𝑁1, 1 dan 𝑁2 perhitungan 2 dapat dibuat. Sebuah


contoh penggunaan persamaan kesetimbangan sekuler adalah penentuan waktu
paruh uranium dari umur paruh radium yang diketahui.

3. Aktivitas Campuran

Dalam investigasi karakteristik peluruhan beberapa radioisotop, orang menemukan


bahwa plot aktivitas terhadap waktu pada kertas semi- logaritmik bukanlah garis lurus.
Perilaku tersebut merupakan indikasi adanya isotop radioaktif yang berbeda dalam sampel
yang diteliti. Untuk mempermudah, misalkan hanya ada tiga perbedaan yang hadir dalam
aktivitas campuran. Gambar 16 menunjukkan plot aktivitas terhadap waktu (lingkaran
padat) yang bukan merupakan garis lurus.

Gambar 16. penentuan umur paruh dari komponen yang berbeda dalam suatu campuran. Lingkaran hitam
menunjukkan jumlah dari aktivitas yang tidak terkait terhadap waktu berdasarkan penentuan eksperimental.

Umur paruh dari berbagai komponen dalam campuran dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut:

a. Plot eksperimen menentukan jumlah aktivitas sebagai fungsi waktu pada kertas
semi-logaritmik (lingkaran padat)
b. Pada harga waktu yang besar (menjelang akhir kurva) ditemukan titik eksperimental
berada di garis lurus. Menggambar garis lurus melewati titik-titik ini dan
memperluasnya ke t = 0. Garis lurus ini merupakan peluruhan isotop dengan waktu
paruh terpanjang. Dari garis lurus ini waktu paruh dapat ditentukan dengan metode
yang digunakan dalam menentukan umur paruh pendek. Dalam hal ini t½ = 60 jam
c. Kurangkan hasil eksperimen dengan aktivitas yang tertinggi, sampel aktivitas dari
waktu paruh 60 jam diwakili oleh garis lurus di (b) di atas. Hasil pengurangan
tersebut ditunjukkan oleh lingkaran terbuka. Proses menggambar garis lurus melalui
titik-titik ini di akhir dari lengkungan baru dapat diulangi lagi seperti penjelasan di
(b) dan umur paruh ditentukan seperti sebelumnya, yang dalam hal ini adalah 10
jam.
d. Pengulangan proses yang dijelaskan dalam (c) untuk mengetahui waktu paruh dari
aktivitas ketiga. Kali ini pengurangan aktivitas yang diwakili oleh garis lurus sesuai
dengan waktu paruh 10 jam dari lingkaran terbuka. Titik-titik yang dihasilkan
diwakili oleh segitiga padat, . Garis lurus melalui titik-titik ini sesuai dengan waktu
paruh 2 jam.

Melalui contoh di atas, terbatas pada campuran tiga aktivitas, maka metode ini dapat
digunakan untuk campuran sejumlah besar isotop radioaktif. Faktor-faktor berikut
memberi batasan tertentu pada penerapan metode di atas.

1) Aktivitas yang berbeda harus tidak berhubungan, yaitu, mereka harus tidak sesuai
dengan peluruhan berantai
2) Umur paruh dari isotop yang berbeda harus berjauhan
3) Sampel harus kuat, atau panas, cukup (kuat dalam arti bahwa tingkat peluruhan
tinggi), sehingga jika ada aktivitas hidup yang sangat pendek, itu akan memberikan
kontribusi pada tingkat penghitungan untuk interval waktu yang cukup untuk
membuat penentuan waktu paruh pendek menjadi cukup akurat.

Daftar Pustaka
Allyn and Bacon. 1966. Fundamental Of Nuclear Physics. Boston.

Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.

http://www.epa.gov/rpdweb00/understand/equilibrium.html

Meilani2510.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai