PSORIASIS
Pembimbing
Disusun oleh:
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
SKABIES
Disusun oleh
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Margono Soekarjo
Purwokerto
Pembimbing
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
anugrah-Nya sehingga presentasi kasus dengan judul “ Skabies” ini dapat
diselesaikan.
Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
untuk perbaikan penulisan di masa yang akan mendatang.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam
maupun di luar lingkungan RS Margono Soekarjo Purwokerto
Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi .................................................................................................. 10
B. Epidemiologi ......................................................................................... 10
C. Etiologi .................................................................................................. 11
D. Cara Penularan ...................................................................................... 12
E. Patogenesis ............................................................................................ 12
F. Gejala Klinis ......................................................................................... 13
G. Pembantu Diagnosis .............................................................................. 14
H. Diagnosis Banding ................................................................................ 15
H. Penatalaksanaan .................................................................................... 15
I. Prognosis ................................................................................................ 17
III. PEMBAHASAN ....................................................................................... 18
IV. KESIMPULAN ........................................................................................ 20
Daftar Pustaka ................................................................................................ 21
I. PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Usia : 60 thn
Alamat : Baturraden
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
e. Status Dermatologis
Lokasi :sela-sela jari tangan, pergelangan kaki, dan punggung kaki
Regio : Interdigiti Manus dekstra et sinistra, dorsum pedis
Effloresensi :papul eritema multipel disertai erosi terdapat terowongan
kedalam
ga
F. DIAGNOSIS KERJA
Skabies
G. DIAGNOSIS BANDING
Creeping Eruption
H. TERAPI
1. Farmakologis
a. Permetrin (Scabimite ) cream 5%
Penggunaan
Dioleskan pada malam hari seluruh tubuh kecuali muka dan diamkan
selama minimal 10 jam, setelah itu mandi dan bilas dengan air seluruh
tubuh. Pemakaian hanya 1 kali dalam seminggu. Pemakaian diulang
seminggu kemudian dihari dan waktu yang sama apabila keluhan belum
membaik
b. Loratadin 10 mg 2x sehari
c. Desoximetason
d. Fucilex
2. Non Farmakologis
a. Pakaian , handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan
oleh penderitadipisah dan harus direndam dengan air panas terlebih
dahulu sebelum dicuci.
b. Bantal, guling dan kasur di jemur
c. Seluruh keluarga diterapi untuk mencegah penularan berulang
d. Teman pasien dianjurkan pergi ke dokter gun mendapatkan terapi
I. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungisionam : ad bonam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
B. EPIDEMIOLOGI
dan perusak kesehatan, yang tidak dapat dianggap lagi hanya sekedar
penyakitnya orang miskin karena penyakit Skabies masa kini telah merebak
2000).
Penyakit ini telah hampir ditemukan diseluruh negara dunia dengan angka
berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada
anak dan remaja (Sungkar, 2007). Namun penyakit ini dapat mengenai semua
kalangan usia.
yang buruk, pada lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah,
D. CARA PENULARAN
Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung melalui kulit
penderita dan kontak tidak langsung melalui benda penderita. Kontak langsung
tidak langsung melalui pakaian, handuk, sprai, tempat tidur, alat-alat tidur,
lingkungan, atau apabila banyak orng yang tinggal secara bersama- sama di
E. PATOGENESIS
dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali betina. Setelah
trowongan sebanyak 40-40 butir. Telur ini akan menetas dalam waktu 3-5 hari
dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva tersebut sebagian ada
yang tetap tinggan di trowongan dan sebagian ada yang keluar di permukaan
kulit. Seetelah 2-3 hari larva akan berubah menjadi nimpa yang memiliki 2
bentuk yaitu jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Waktu yang diperlukan
sarcoptes scabiei dari telur menjadi dewasa sekitar 8-12 hari (Handoko, 2007).
yang berperan dalam pembuatan trowongan, dimana saat itu akan terjadi
aktivitas makan dan perlekatan telur. Kelainan kulit tidak hanya disebabkan
oleh sarcoptes scabiei, tetapi juga disebabkan oleh penderi sendiri akibat
garukan. Gatal yang terjadi akibat sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta
pertama kali. Pada saat itu timbul kelainan kulit berupa papul, pustul dan
erosi. Dengan garukan dapat timbul kelainan berupa erosi, ekskoriasi, krusta
F. GEJALA KLINIS
1. Pruritus nokturnal
Gatal pada malam hari disebabkan aktivitas sarcoptes scabiei lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas. Gejala ini adalah gejala yang
sangat menonjol dan membuat pasien tidak bisa tidur akibat gatal yang tibul
2. Sekelompok orang
3. Terowongan (kanalikuli)
Tempat predileksi ditemukannya terowongan sarcoptes scabiei di lapisan
kulit yang tipis seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian
luar, pinggang, punggung, pusar, dada, daerah sekitar alat kelamin pada pria
dan sekitar perireolar pada wanita. Terowongan pada tempat predileksi akan
cm dan ujung terowongan berupa papul. Jika timbul infeksi sekunder akan
4. Ditemukannya tungau
G. PEMBANTU DIAGNOSIS
papul aatu vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah
kaca objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya
cahaya.
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi eratur setiap
hari. Semua pakain, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci
secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula
dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi
dan anak-anak untuk tidak berkontak lngsung dengan penderita dan dijaga
b. Hihenisitas perorangan harus mandi bersih, bila perlu gunakan sikat untk
menyikat badan.
2. Farmakologis
Obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain
(Handoko, 2007) :
bentuk salep atau krim. Dapat dipakai bayi berumur kurang dari 2 tahun.
Efektif pada semua stadium, diberikan setiap malam hari selma 3 hari.
Obat ini sulit untuk didapatkan dan dapat menyebabkan iritasi serta
e. Permetrin 5 %
sama aplikasi hanya dipakai satu kali dan diamkan selama 10 jam.. bila
KESIMPULAN
farmakologis.
Daftar Pustaka
Byer RL, Bachur RG. 2006. Clinical Deterioration among Patients with Fever and
Erythroderma. International Journal of Dermatology; 53 (8): 369-370.
Handoko, Ronny P. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: FK:
UI
Hick MI, Elston DM. 2009. Scabies. Dermathologic Therapy. Vol: 22, No: 279-
92
Prakash BV, Sirisha NL, Satyanarayana VV, Sridevi L, Ramachandra BV. 2009.
Aethiopathological and clinical study of erythroderma. Journal of Indian
Medical Association. 107(2): 100, 102-103.
Siregar RS. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.