• Laboratorium
• CT Scan
Pemeriksaan
Penunjang • MRI
Siriraj Stroke Score
Algoritma Gajah Mada
TATALAKSANA
Stadium Hiperakut
Penunjang:
CT scan otak,
Dilakukan di Instalasi EKG,
Rawat Darurat. Pasien diberi oksigen Foto toraks,
Dukungan mental
Merupakan tindakan 2 L/menit dan cairan Darah lengkap dan
kepada pasien serta
resusitasi serebro- kristaloid/ koloid. jumlah trombosit, memberikan penjelasan
kardio-pulmonal Hindari pemberian protrombin time/INR, pada keluarganya agar
bertujuan agar cairan dekstrosa atau APTT, glukosa darah,
tetap tenang.
kerusakan jaringan otak salin dalam H2O. kimia darah (termasuk
tidak meluas. elektrolit); jika hipoksia,
dilakukan analisis gas
darah.
Stadium Akut
Terapi Umum
• Head up 30 derajat; ubah posisi setiap 2 jam; mobilisasi bertahap
bila hemodinamik stabil.
• Bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 lpm sampai didapatkan
hasil AGD. Jika perlu, intubasi.
• Atasi demam dengan kompres dan antipiretik, jika kandung kemih
penuh, dikosongkan
• Pemberian cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung
glukosa atau salin isotonik.
• Pemberian nutrisi per oral hanya bila bisa menelan; jika tidak
pasang NGT.
• Kadar gula darah >150 mg% dikoreksi insulin drip intravena
kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia diatasi dekstrosa
40% iv hingga normal cari penyebab.
Terapi Umum
Stadium Akut
• Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala.
• Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila sistolik ≥220
mmHg, diastolik ≥120 mmHg, (MAP) ≥ 130 mmHg (2 kali pengukuran,
selang 30 menit), atau ada infark miokard akut, gagal jantung kongestif
serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan
obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor
alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
• Jika hipotensi (sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg) diberi NaCl
0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500
mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum
terkoreksi, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan
darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Terapi Umum
Stadium Akut
• Jika kejang, beri diazepam 5-20 mg iv pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan
per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang. Jika
didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai
fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan
0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai
alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau
furosemid
Stadium Akut
Terapi Khusus
• Pasien stroke hemoragik harus rawat ICU jika volume >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan
klinis cenderung memburuk.
• Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg,
diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus
segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam
2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum
300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali
6,25-25 mg per oral.
• Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi
kepala dinaikkan 30˚, posisi kepala dan dada di satu bidang,
pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan
hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
• Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik
Stadium Akut
Terapi Khusus
• Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat
vasodilator.
• Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan:
• pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan
perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3,
• hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, dilakukan VP-shunting,
• perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan
tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
• Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis
Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi,
ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah
aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous
malformation, AVM).
Stadium Subakut
• Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku,
menelan, terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi
fisik).
• Penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan
melaksanakan program preventif primer dan sekunder.
•
Kesimpulan
• Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan neurologi yang utama di Indonesia.
• Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi.
• Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan
cedera dan kematian sel-sel neuron. Vaskularisasi otak
secara anatomis terbagi atas vaskularisasi ekstrakranial dan
intrakranial dimana masing-masing arteri memvaskularisasi
daerah tertentu di otak. Sehingga apabila terjadi oklusi atau
stenosis pada arteri-arteri tersebut maka menimbulkan
manifestasi klinis yang sesuai dengan kawasan otak yang
divaskularisasi.
• Diagnosis stroke didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
• Pengobatan stroke terbagi atas pengobatan pada fase
hiperakut, akut dan subakut.
TERIMA KASIH