KINETIKA PENGERINGAN TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.
) MENGGUNAKAN CABINET DRYER DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN BLANCHING
DRYING KINETICS OF TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) USING A CABINET
DRYER WITH THE BLANCHING PRETREATMENT
Baskoro Aji Sujarwo1), Bambang Sigit Amanto1) dan Siswanti1),
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Email: baskoroaji19@gmail.com ABSTRACT (Curcuma aeruginosa Roxb.) is one herb that has many benefits. The purpose of this study was to determine a preliminary blanching process and also use dryer temperature variations can be affect the drying kinetics, quality product temu hitam, And also the efficiency of the cabinet dryer.From this research we known that the temperature variation of the drying process and blanching treatment on Temu Hitam can be Effect drying kinetics. The results showed that the using higher the temperature of drying can be speed up the drying process to a safe moisture content limit simplicia product is ≤ 10%. Quality of product Temu Hitam Showed that the use temperatur variation of the drying process can reach the standard of the water content maksimum simplicia Temu hitam. For best kukumin levels of 8.38% on the use of dryer temperature of 50 0 C. This indicates that the use of high drying temperature can be affects the content of the active substance in the material. Keywords : Temu Hitam, Blanching, kurkumin, Drying Kinetics, cabinet dryer ABSTRAK Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki banyak khasiat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses pendahuluan berupa blanching dan juga penggunaan variasi suhu pengering dapat berpengaruh terhadap kinetika pengeringan, kualitas mutu produk simplisia temu hitam dan juga efisiensi alat pengering cabinet dryer. Dari penelitian ini diketahui bahwa perlakuan suhu dan perlakuan pendahuluan blanching terhadap simplisia Temu hitam berpengaruh terhadap kinetika pengeringan. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat juga pengeringan berlangsung sampai dengan batas kadar air aman produk simplisia yaitu ≤ 10%. Kualitas mutu produk simplisia temu hitam menunjukkan bahwa penggunaan masing – masing suhu telah memenuhi standar kadar air maksimum simplisia. Untuk kadar kurkumin terbaik sebesar 8,48 % pada penggunaan suhu pengering 50 0 C hal ini menunjukkan penggunaan suhu tinggi pada proses pengeringan dapat mempengaruhi kandungan kurkumin dalam temu hitam. Kata kunci : Temu Hitam, Blanching, Kurkumin, Kinetika Pengeringan, cabinet dryer
PENDAHULUAN Indonesia dikenal dari dulu dalam obat
jamu tradisionalnya. Sebagian besar simplisia Tumbuhan obat Indonesia banyak yang digunakan untuk obat tradisional dimanfaatkan sebagai obat tradisional berasal dari famili Zingiberaceae, dan salah Indonesia diantaranya: sebagai jamu, obat satu tanaman obat dari famili Zingiberaceae herbal terstandar, dan fitofarmaka. Berbagai adalah temu ireng. Karena khasiatnya sebagai penelitian dan pengembangan yang obat, maka tanaman temu ireng sudah dikenal memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai cukup luas di Indonesia dengan nama daerah usaha peningkatan mutu dan keamanan yang berbeda-beda seperti: temu hitam produk yang diharapkan dapat lebih (Indonesia), temu ireng (jawa), koneng meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat hideung (Sunda), temu erang (Sumatra), temu obat bahan alam. Selain itu, juga sebagai ereng (Madura). Di negara Asia lainnya usaha meningkatkan status obat tradisional seperti Malaysia, Burma, Kamboja, dan menjadi fitofarmaka. Sediaan dibuat dalam Indonesia tanaman ini sudah dikenal sebagai bentuk ekstrak atau fraksi yang terstandar dan tanaman obat, bahkan sudah dibudidayakan memenuhi persyaratan jaminan kualitas, secara besar-besaran (Djauhariyah; Siti, jaminan keamanan dan jaminan manfaat 2001). (Badan POM RI, 2005). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2012) produksi tanaman obat temu Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 15 hitam pada tahun 2012 sebesar 61.127 kg. timbangan analitik “Ohaus, AdventurerTM Data tersebut menggambarkan betapa AR2140”, botol timbang, oven “Memmert”, potensialnya temu hitam untuk dijadikan desikator “Iwaki”, chromameter “Konika tanaman obat terstandar yang memiliki minolta 400”, erlenmeyer,labu ukur, banyak manfaat. Oleh karena itu dibutuhkan spektrofotometerUV-Vis “Shimadzu, UV- penelitian untuk dapat menghasilkan Mini 1240”. simplisia temuhitam yang masih mengandung senyawa aktif selama proses pengeringan Tahapan Penelitian simplisia. Tahapan penelitian meliputi persiapan Produk simplisia temu dibuat dengan bahan, pencucian temu hitam, pengirisan melalui proses pengeringan. Untuk temu hitam, proses blanching, pengeringan mendapatkan kandungan senyawa aktif yang temu hitam, perhitungan penurunan kadar air, bisa dimanfaatkan dalam produk dibutuhkan pencatatan kelembaban relatif, analisis data. proses pengeringan yang tepat meliputi suhu dan waktu pengeringan untuk mendapatkan HASIL DAN PEMBAHASAN standar minimum kadar air yang terkandung Kinetika Pengeringan dalam simplisia sebesar 10%. Pada penelitian 1. Laju pengeringan selama proses ini dilakukan perlakuan pendahuluan berupa pengeringan proses blanching dalam penelitian ini bertujuan untuk menghambat reaksi Menurut Muchtadi dan Fitriyono pencoklatan yang terjadi pada saat dan (2010), Umumnya semakin besar perbedaan setelah proses pengeringan. Penelitian ini suhu antara medium pemanas dengan bahan juga menggunakan tiga variasi suhu pangan, semakin cepat pemindahan panas ke pengeringan bertujuan untuk mengetahui dalam bahan dan semakin cepat pula di kandungan senyawa aktif yang tersisa dalam penghilangan air dari bahan. Apabila udara bahan setelah proses pengeringan. Selama merupakan medium pemanas, maka suhu proses pengeringan simplisia temu hitam hanya merupakan faktor penting yang kedua. diamati pula kinetika pengeringan simplisia Karena air yang keluar dari bahan pangan yang meliputi penurunan laju pengeringan, berupa uap air, maka uap air tersebut harus lama proses pengeringan, dan juga moisture dikeluarkan dari udara tersebut, sebab bila content dari produk simplisia temu hitam tidak uap air tersebut akan memenuhi untuk dapat menganalisa proses pengeringan. atmosfer di sekeliling permukaan bahan Dengan adanya pengamatan tersebut dapat sehingga akan memperlambat penyerapan diketahui berapa energi alat pengering yang selanjutnya. Makin tinggi suhu udara makin dibutuhkan untuk dapat mengeringkan banyak uap air yang dapat ditampung produk hingga menjadi produk simplisia sebelum terjadi kejenuhan, jadi, udara yang temu hitam. bersuhu tinggi yang digunakan dalam pengeringan bahan pangan akan mengambil METODE PENELITIAN lebih banyak uap air dari bahan dibandingkan Bahan dan Alat dengan udara dingin. Makin besar volume Bahan utama yang digunakan selama udara, juga dapat mengambil lebih banyak penelitian ini yaitu rimpang temu hitam yang uap air. Kekeringan (kelembaban) udara juga berasal dari Wonogiri, namun di distribusikan menentukan sampai kadar air beberapa bahan oleh pedagang yang terletak di pasar Legi, pangan dapat dikeringkan. Bahan pangan Solo. Temu hitam di slicer secara manual kering bersifat higroskopis. dengan ketebalan 3 mm yang dikeringkan menggunakan cabinet dryer. Selain itu digunakan aquades sebagai bahan dalam proses blanching. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah slicer manual, cabinet dryer, blender, , thermometer, hygrometer
16 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015
a a a
c a
Gambar 2. Penurunan Kadar Air: (a) suhu
50oC, (b) suhu 60oC dan (c) suhu 70oC. Gambar 1. Grafik hubungan laju pengeringan dan RH terhadap waktu pengeringan: (a) Dalam proses pengeringan menurut o o o suhu 50 C, (b) suhu 60 C dan (c) suhu 70 C. Gaman dan Sherington (1992) yang dikutip oleh Fitriani (2008), hal yang paling penting 2. Kadar Air selama Pengeringan adalah suhu yang digunakan tidak terlalu Menurut Muchtadi dan Fitriyono tinggi, karena akan mengakibatkan perubaan (2010), Kadar air pada permukaan bahan – perubahan yang tidak dikehendaki pada dipengaruhi oleh kelembaban nisbi RH udara bahan pangan. Jika suhu yang digunakan disekitarnya. Bila kadar air bahan rendah terlalu tinggi akan mengakibatkan case sedangkan RH disekitarnya tinggi, maka akan hardening yaitu suatu keadaan bagian luar terjadi penyerapan uap air dari udara bahan menjadi keriput dan keras, sedangkan sehingga bahan menjadi basah atau kadar air terperangkap di dalamnya. Air ini tidak airnya menjadi tinggi. Bila suhu bahan lebih bisa menerobos bahan dalam difusi yang rendah akan terjadi kondensasi udara pada normal. permukaan bahan dan dapat merupakan media yang baik bagi perkembangbiakan 3. Kebutuhan Energi bakteri atau pertumbuhan kapang. Efisiensi pengeringan merupakan perbandingan panas teoritis yang dibutuhkan untuk menghasilkan panas laten yang
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 17
digunakan untuk menguapkan air dalam kadar air tidak memberikan efek yang bahan yang dikeringkan dengan berbeda nyata terhadap kadarair temu hitam. menggunakan panas sebenarnya dalam alat pengering. Semakin tinggi nilai efisiensi alat 2. Kadar Kurkumin Simplisia Temu maka semakin bagu proses pengeringan itu Hitam berlangsung. Pada Tabel diatas menunjukkan Menurut (Istafid, 2006 dalam efisiensi pengering cabinet dryer, efisiensi Kiswanto, 2009) yang dikutip dalam skripsi paling tinggi pada perlakuan non blanching (Oktaviana, 2010). Kurkuminoid merupakan yaitu pada suhu 700 C sebesar 5,421 %. unsur non zat gizi yang mempunyai sifat atau Sedangkan untuk perlakuan blanching karakteristik yaitu senyawa khas dari efisiensi pengering tertinggi pada suhu 700 C kurkumin (flavour) yang berwarna kuning sebesar 5,558 %. dan bersifat aromatik, terdiri dari campuran kurkumin, desmetoksikurkumin, dan Tabel 1 . Kebutuhan Energi pada Berbagai bidesmetoksikurkumin sehingga apabila Suhu digunakan dalam makanan atau minuman Perlakuan Efisiensi Pengering dapat berfungsi sebagai pewarna makanan (%) atau minuman yaitu memberikan warna kuning sekaligus aroma, bau dan rasa khas 0 50 C non blanching 2,966 pada makanan dan minuman. Sedangkan 600 C non blanching 3,916 dalam bidang kesehatan, kurkuminoid 700 C non blanching 5,421 bermanfaat sebagai senyawa antioksidan 0 50 C blanching 3,102 yang dapat menangkal atau melokalisir 600 C blanching 4,028 radikal bebas (karsinogenik) akibat 0 70 C blanching 5,558 mengkonsumsi makanan yang kurang sehat, sehingga kurkuminoid mempunyai efek antirematik dalam pengobatan secara Kualitas Mutu Produk Simplisia Temu tradisional. Hitam 1.Kadar Air Tabel 3 . Kadar Kurkumin Simplisia Temu Hitam Tabel 2 . Kadar Air Simplisia Temu Hitam Suhu Produk simplisia Suhu Produk simplisia Non Blanching Non Blanching blanching blanching 500 C 8,48aA 8,17aB 500 C 10,67aA 10,69aA 0 bA 600 C 7,90bA 7,65bB 60 C 8,66 8,77bA 0 cA 70 C 6,93 6,49cB 700 C 8,26bA 7,36bA Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menurut John M (1997) Karena penggunaan suhu pengering 500, 600, dan 700 pentingnya air sebagai komponen makanan memberikan efek yang berbeda nyata diperlukan pemahaman mengenai sifat dan terhadap kadar kurkumin temu hitam pada perilakunya. Adanya air mempegaruhi taraf signifikansi α < 0,05 dan juga pada kemerosotan mutu makanan secara kimia dan perlakuan pendahuluan berupa blanching mikrobiologi. Begitu pula, penghilangan memberikan efek yang berbeda nyata (pengeringan) atau pembekuan air penting terhadap kadar kurkumin. pada beberapa proses pengawetan makanan. Menurut Rusli dan Darmawan (1988) Pada kedua peristiwa itu perubahan yang bahwa pengeringan suatu bahan terlalu lama mendasar dalam produk dapat terjadi. Pada dan suhunya yang terlalu tinggi dapat Tabel 2 menunjukan bahwa penggunaan suhu menurunkan mutu karena dapat merusak pengering 500 C memberikan efek berbeda komponen-komponen yang terdapat di nyata terhadap kadar air pada taraf dalamnya Dari tabel di atas dapat dikatakan signifikansi α < 0,05 sedangkan perlakuan sesuai dengan sumber terdahulu, pada suhu pendahuluan berupa blanching terhadap 18 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 pengering 50 0C kandungan kurkumin dengan nilai dari 0 (gelap) sampai 100 simplisia temu hitam lebih besar (putih), sehingga semakin besar nilai L* dibandingkan suhu pengering 60 0C dan 70 maka kecerahannya semakin tingggi. Nilai a* 0 C. Sedangkan untuk suhu pengering 70 0 C (redness) menyatakan warna merah dan hijau menghasilkan produk simplisia temu hitam dengan nilai a* positif dari 0 sampai 100 dengan kandungan kurkumin terkecil. Hal ini menunjukan warna merah sedangkan nilai a* disebabkan kurkumin rentan akan pengaruh negatif dari 0 sampai -80 menunjukkan panas yang berlebih pada proses blanching. intensitas warna hijau. Nilai b* (yellowness) menyatakan warna campuran biru dan kuning 3. Uji Warna Produk Simplisia Temu dengan nilai b* positif dari 0 sampai +70 Hitam menunjukkan warna kuning sedangkan nilai Menurut Herliani (2008), Warna bahan b* negatif dari 0 sampai -70 menunjukkan pangan tergantung pada kenampakan bahan intensitas warna biru. pangan tersebut dan kemampuan untuk Nilai b* (yellowness) merupakan nilai memantulkan, menyebarkan, menyerap atau yang meyatakan campuran warna biru dan meneruskan sinar tampak. Bahan pangan kuning nilai b* positif menunjukkan dalam bentuk aslinya biasanya berwarna kecenderungan bahan berwarna kuning. Dari terang. Pengeringan bahan pangan akan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa nilai mengubah sifat – sifat fisik dan kimia. b* tertinggi pada rimpang temu hitam didapat Kerotenoid akan berubah selama proses pada saat proses pengeringan 500 C dan nilai pengeringan, makin tinggi suhu dan lama b* terendah pada saat proses pengeringan 700 waktu pengeringan makin banyak zat warna C. Nilai b* yang didapat pada penelitian ini yang berubah. berkolerasi dengan nilai kurkumin yang terkandung dalam bahan, semakin rendah Tabel 4. Nilai L* Simplisia Temu Hitam suhu yang digunakan maka semakin tinggi Suhu Produk simplisia pula nilai kurkumin yang di dapat. Dapat Non Blanching disimpulkan bahwa intensitas warna kuning blanching yang terdapat dalam bahan mempengaruhi 500 C 68,91aA 61,59aB kandungan kurkumin yang terdapat dalam 0 aA 60 C 68,55 62,47aB rimpang temu hitam. 700 C 69,15aA 62aB KESIMPULAN Tabel 5. Nilai a* Simplisia Temu Hitam Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai Suhu Produk simplisia berikut : Non Blanching blanching 1. Pada penelitian ini perlakuan 500 C 0,79aA 2,22aB pendahuluan berupa blanching tidak 0 aA 60 C 0,90 2,18aB memberikan pengaruh yang beda nyata 700 C 2,54bA 2,26aB terhadap parameter kadar air namun memberikan pengaruh yang beda nyata Tabel 6. Nilai b* Simplisia Temu Hitam terhadap kandungan kurkumin dan Suhu Produk simplisia parameter warna dalam temu hitam. Non Blanching 2. Kadar air produk telah memenuhi standar blanching kadar air simplisia. Untuk kadar air 500 C 20,07aA 19,39aB terendah pada suhu pengering 700 C pada 0 bA 60 C 18,81 18,59aB perlakuan blanching sebesar 7,36 %. 700 C 17,14cA 16,40bB Kadar kurkumin tertinggi pada suhu pengering 500 C pada perlakuan non Pengujian warna dengan menggunakan blanching sebesar 8,48 %. Sedangkan kromameter menggunakan sistem notasi untuk parameter warna kuning, pada Hunter dengan tiga dimensi warna L*, a*, b*. pengujian warna tertinggi pada suhu Nilai L* menyatakan tingkat kecerahan pengering 500 C perlakuan non
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015 19
blanching sebesar 20,07 . Efisiensi pengering tertinggi pada perlakuan non blanching pada suhu pengering 700 C sebesar 5,56 %.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS).
Produksi Tanaman Herbal Obat Indonesia. Diakses pada hari Rabu 5 Maret 2014 pkl 10.30 WIB. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Khasiat Tanaman Rimpang. Diakses pada Hari Rabu 5 Maret 2014 pkl 10.45 WIB. Djauhariyah dan Siti, 2011. Khasiat Tanaman Obat Indonesia. UNS Press. 2011. Surakarta. Fitriani, Shanti. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Beberapa Mutu Manisan Belimbing Waluh Kering. Vol 7. No. 1. Hal. 32 – 37. Herliani, Leni. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Alfabeta. Bandung. Istafid, widi. 2006. Visibility studi minuman instan Ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu Sebagai minuman kesehatan. Skripsi. UNNES. Semarang. John. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB. Bandung. Kiswanto. 2005. Perubahan kadar senyawa bioaktif Rimpang temulawak dalampenyimpanan (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian (INTAN). Yogyakarta. Muchtadi, Tien; Fitriyono. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Alfabeta. Bandung. Rosdiana. 2014. Kinetika Pengeringan Chips Sukun ( Artocarpus communis) Dalam Pembuatan Tepung Sukun Termodifikasi Dengan Asam Laktat Menggunakan Cbinet Dryer. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
20 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VIII, No. 1, Februari 2015