Anda di halaman 1dari 10

Berita

Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi,
disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau
orang banyak.Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan, saat berita dilaporkan oleh
wartawan laporan tersebut menjadi fakta / ide terkini yang dipilih secara sengaja oleh redaksi
pemberitaan / media untuk disiarkan dengan anggapan bahwa berita yang terpilih dapat menarik
khalayak banyak karena mengandung unsur-unsur berita.Stasiun televisi biasanya memiliki acara
berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita ada dalam masyarakat,
baik yang melek huruf maupun yang buta huruf.

Sifat Berita

1. Aktual (baru). Hal-hal yang baru lebih memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal yang terjadi
sudah lama.
2. Jarak (jauh/ dekat). Khalayak lebih tertarik akan kejadian yang terjadi di sekitar mereka
dibandingkan dengan kejadian di tempat yang lebih jauh.
3. Penting. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting, karena berpengaruh pada kehidupan
langsung, contoh: UU larangan merokok.
4. Akibat. Sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar, contoh: penayangan film
Fitna di situs YouTube.
5. Pertentangan/ konflik.
6. Seks. Contohnya seperti perceraian, perselingkuhan, dan lain sebagainya
7. Ketegangan. Contohnya seperti saat-saat pelantikan presiden.
8. Kemajuan-kemajuan. Inovasi baru atau perubahan.
9. Emosi, segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih, kecewa.
Contohnya: pemberitaan tentang bayi baru lahir yang ditemukan di tempat sampah.
10. Humor.

A. Pengertian Membaca Cepat

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai. Menurut Bowman and
Bowman (1991: 265) dalam padepokan-it.com membaca merupakan sarana yang tepat untuk
mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Sri Hastuti
mengungkapkan bahwa membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses memahami makna
yang tersirat dan tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.
Membaca merupakan salah satu hal yang kompleks. DePotter menyatakan dalam bukunya
sebagai berikut.Walaupun membaca merupakan proses yang kompleks, tu merupakan salah satu
hal yang dapat dicapai oleh otak manusia. Sebagian besar kita belajar pada usia enam atau tujuh
tahun dengan perkembangannya kemampuan mental diusia dewasa, kita bahkan mampu
mengatasi tantangan yang lebih besar. (DePotter, 2009).
Membaca dapat diartikan sebagai salah satu ketrampilan berbahasa yang dianggap
sebagai proses memahami makanya yang terdapat dalam kata-kata yang tertulis dan dapat
menjadi sarana untuk pembelajaran sepanjang hayat.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
membaca cepat diartikan sebagai membaca dalam hati dengan tujuan memperoleh informasi
yang sebanyak-banyaknya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Depdiknas, 2008).
Sedangkan techonly13.wordpress.com menyatakan membaca cepat adalah sistem membaca
dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya.

Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dengan id.forums.wordpress.com yang mengartikan


bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan
menggunakan gerakan mata dan dilakukan tanpa suara yang bertujuan untuk memperoleh
informasi secara tepat dan cermat dalam waktu singkat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang
memprioritaskan waktu dengan menggunakan gerakan mata, dibaca dalam hati, dan memiliki
tujuan untuk mendapatkan informasi yang banyak dengan tingkat pemahaman yang tinggi
terhadap bahan yang dibacanya dalam waktu yang singkat.

Imron Rosidi mengemukakan bahwa membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik
(gerakan mata) atau kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca.
Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan
(http://guru-umarbakri.blogspot.com).

B. Faktor Penghambat Membaca Cepat

Dalam melakukan kegiatan membaca cepat, ada beberapa hal yang dapat menghambat kegiatan
tersebut. Penghambat membaca cepat ini biasanya diturunkan karena kegiatan membaca yang
dilakukan sewaktu masih kecil. Kebiasaan-kebiasaan membaca waktu kecil menjadi terbawa
sampai dewasa.

Membaca dengan bersuara (vokalisasi), menggerakkan bibir, menunjuk kata demi kata dengan
jari, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, seperti dilakukan semasa kanak-kanak, merupakan
kegitan yang menghambat (Soedarso, 2002:5). Selain hambatan tersebut, ada hambatan yang
sulit diatasi adalah regresi dan subvokalisasi.

Soedarso menjelaskan lebih rinci tentang hambatan-hambatan diatas sebagai berikut:

1. Vokalisasi

Vokalisasi atau membaca dengan bersuara adalah salah satu hal yang mampu menghambat
kecepatan dalam membaca cepat. Jika seseorang membaca dengan bersuara, maka seseorang
melakukan dua pekerjaan sekaligus sehingga akan menghambat kecepatan membaca sekaligus
pemahaman yang diperoleh (mualim.blogdetik.com). Itu berarti bahwa kita mengucapkan kata
demi kata secara lengkap.
2. Gerakan Bibir

Menggerakkan bibir ketika kita sedang membaca akan membuat kecepatan membaca kita
melambat. Itu sama saja dengan kita membaca dengan bersuara. Soedarso menambahkan
kecepatan seseorang yang membaca dengan bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya
seperempat dari kecepatan seseorang yang membaca secara diam (Soedarso, 2002:5).

3. Gerakan Kepala

Kebiasaan menggerakkan kepala saat membaca merupakan kebiasaan yang timbul pada masa
kanak-kanak. Kebiasaan itu timbul karena dulu jangkauan mata kita sewaktu masih kecil, kurang
mencukupi. Setelah dewasa, walaupun jangkauan mata kita sudah mencukupi, kita sulit
meninggalkan kebiasaan menggerakkan kepala karena sudah sering dilakukan.

4. Menunjuk dengan Jari

Kegiatan membaca dengan menunjukkan jari ini juga merupakan kebiasaan membaca yang
dibawa sejak kecil. Dulu kita melakukan hal ini karena untuk menjaga agar tidak ada kata yang
terlewatkan. Akan tetapi, setelah dewasa, sudah barang tentu kemampuan membaca kita semakin
meningkat kebiasaan ini tetap dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan. Padahal membaca
dengan menggunkan telunjuk jari atau benda lain dapat menghambat kecepatan membaca kita.
Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu sangat menghambat membaca
sebab gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata (Soedarso, 2002:7).

5. Regresi

Arif Wijaya menyatakan regresi ialah terjadinya pengulangan-pengulangan gerak mata pada
unit-unit bahasa yang telah dibaca (arifwijaya.blogdetik.com). Hal tersebut biasanya terjadi
karena kurang memahami kalimat yang dibacanya. Kebiasaan tersebut menjadi hambatan yang
sangat serius dalam membaca.

Regresi sering diiringi oleh beberapa sebab diantaranya adalah:

a. Kurang percaya diri terhadap apa yang sedang di baca.

b. Merasa ada sesuatu yang tertinggal.

c. Salah persepsi.

d. Terpaku pada detail.

e. Mempersoalkan tentang salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata sulit.

Menurut Soedarso (2002:6) melamun merupakan penyebab kebiasaan regresi. Melamun


disebabkan karena kurang konsentrasi saat membaca. Sehingga menyebabkan ingin kembali
mengulang kata atau kalimat yang telah dibaca.
6. Subvokalisasi

Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di dalam pikiran kita. Jadi waktu kita
membaca, di dalam pikiran kita seperti ada suara yang menyuarakan bacaan itu (kiwod.com).
Menurut Dwi, subvokalisasi ini juga menghambat karena kita jadi lebih memperhatikan
bagaimana melafalkan daripada berusaha memahami ide yang dikandung dalam kata-kata yang
kita baca (dwi-n10tangsel.blogspot.com). Kebiasaan subvokalisasi ini akan menjadi penghambat
pembaca dalam melakukan kegiatan membaca cepat, karena pembaca menjadi tidak fokus pada
ide pokok bacaan tetapi terpecah menjadi cara pelafalannya juga.

C. Cara Mengatasi Hambatan

Walaupun dalam membaca cepat terdapat berbagai hambatan, tetapi ada cara untuk
meminimalisasi hambatan tesebut. Berikut ini adalah cara-cara untuk menghilangkan kebiasaan-
kebiasaan yang dapat berpengaruh dalam kecepatan membaca, daitaranya:

1. Vokalisasi

Soedarso mengungkapkan cara untuk menghilangkan kebiasaan vokalisasi ini dapat dilakukan
dengan cara menyiulkan suara dengan bibir, sementara itu aktifitas membaca tetap berlangsung.
Pada waktu yang sama tangan diletakkan pada leher, dan diusahakan tidak ada getaran pada
leher.

2. Gerakan Bibir

Kebiasaan menggerakkan bibir ketika membaca dapat dihilangkan dengan melakukan kegiatan:

a. Merapatkan bibir kuat-kuat, dan menekankan lidah ke langit-langit mulut.

b. Mengunyah permen karet.

c. Mengambil pensil atau sesuatu yang lain yang cukup ringan, lalu menjepit dengan kedua
bibir (bukan gigi), diusahakan agar pensil itu tidak bergerak.

d. Mengucapkan berulang-ulang, kata “satu, dua, tiga”.

e. Bibir dalam posisi bersiul, tetapi tidak bersuara.

3. Gerakan Kepala

Untuk menghilangkan kebiasaan gerakan kepala saat membaca dapat dilakukan cara sebagai
berikut:

a. Meletakkan telunjuk jari ke pipi, dan menyandarkan siku tangan ke meja selama membaca.
Apabila terasa tangan terdesak oleh gerakan kepala, maka gerakan itu harus segera dihentikan.
b. Memegang dagu dengan tangan seperti memegang-megang jenggot dan bila kepala
bergerak, maka gerakan itu harus segera dihentikan.

c. Meletakkan ujung telunjuk jari di hidung, maka bila kepala bergerak, maka gerakan itu
harus segera dihentikan (Soedarso, 2002:6).

4. Menunjuk dengan Jari

Kebiasaan menunjuk dengan jari ketika membaca dapat dihilangkan dengan melakukan
kebiasaan menggunakan kedua tangan memegang buku yang dibaca, atau memasukkan tangan
ke saku selama membaca.

5. Regresi

Kebiasaan regresi ketika membaca dapat dihilangkan dengan melakukan cara sebagai berikut:

a. Menanamkan kepercayaan diri. Jangan berusaha mengerti setiap kata atau kalimat dalam
bacaan tersebut. Jangan terpaku pada detail, terus saja membaca jangan ikuti godaan untuk
kembali ke belakang.

b. Menghadapi bahan bacaan tanpa perasaan ragu terhadap kesalahan yang dilakukan, jika
dalam keadaan membaca, bacalah. Apa yang sudah ketinggalan, tinggalkan.

6. Subvokalisasi

Cara menghilangkan subvokalisasi dalam membaca memang tidak mungkin, tetapi masih dapat
diusahakan dengan cara melebarkan jangkauan mata sehingga satu fiksasi (pandangan mata)
dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada
melafalkanya.

Christiana Ratri Yuliani dalam gubuk.sabda.org menyebutkan meskipun ada banyak masalah
yang bisa menjadi penghambat dalam belajar membaca cepat, tidak berarti tidak ada jalan
keluarnya. Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi
masalah-masalah dalam membaca cepat.

1. Miliki kosakata yang luas

Jika saat ini Anda masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara yang bisa ditempuh
untuk mengatasinya, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-kata baru yang belum Anda ketahui.
Setelah itu, carilah artinya di dalam kamus. Perbendaharaan kata yang banyak sangat membantu
dalam memahami suatu bacaan.

2. Sikap tubuh
Membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang pembaca justru
berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru menjadi penghambat. Untuk itu,
ambilah posisi santai saat membaca.

3. Membaca sepintas lalu

Dengan membaca sepintas lalu, Anda bisa mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.

4. Konsentrasi

Konsentrasi yang penuh menghindarkan Anda dari melamun atau pikiran yang melayang-layang.
Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu,
usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika membaca cepat.

5. Retensi/mengingat kembali informasi dari bacaaan

Mengingat kembali informasi yang baru saja Anda baca bisa dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, diskusi, maupun menulis kembali informasi
yang sudah diterima.

6. Tujuan dari membaca itu sendiri

Dengan menentukan tujuan dari membaca, Anda akan mengetahui apakah bacaan tersebut sesuai
dengan kebutuhan Anda atau seperti yang Anda inginkan.

7. Motivasi

Motivasi yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Jika Anda
sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu bacaan, Anda akan lebih mudah
menyerap informasi dalam bacaan tersebut. Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca.
Cerita pendek
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif
fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena
singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh,
plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai
sebuah miniatur, dengan contoh-contoh dalam cerita-cerita karya E.T.A. Hoffmann dan Anton
Chekhov.

Unsur dan ciri khas

Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya
memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah
tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.

Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti
tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya);
komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat,
krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu
langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang
mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik
dipecahkan); dan moralnya.

Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai
contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum
adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-
cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik.
Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat
mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk
seni manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen
mempunyai 2 unsur yaitu:

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen
mencakup:

 Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
 Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus
jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita
berlangsung.
 Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau
cerita yang bergerak ke depan terus.
2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu
kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.

Alur meliputi beberapa tahap:

1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal
cerita.
2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah
memuncak.
4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan
kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.

 Perwatakan

Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu
melalui:

1. Dialog tokoh
2. Penjelasan tokoh
3. Penggambaran fisik tokoh

 Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:

 Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)


 Latar belakang kehidupan pengarang
 Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

Pengertian Puisi Serta Ciri-ciri Puisi

Home » Dunia Lifestyle » Pendidikan » Pengertian Puisi Serta Ciri-ciri Puisi


Definisi puisi, Ciri Puisi – Apakah Anda adalah salah satu orang yang hobby membuat puisi?
baik itu puisi Cinta, puisi cinta romantis, puisi cinta patah hati, puisi persahabatan, puisi
kemerdekaan, puisi pendidikan dan berbagai jenis puisi lainnya. Dalam menyusun atau
membuat sebuah puisi tentunya Anda tidak hanya sekedar mengarang kata-kata indah, akan
tetapi, agar supaya karangan Anda tersebut dibilang puisi, maka haruslah memenuhi syarat atau
ciri-ciri puisi.

Puisi dapat didefinisikan sebagai seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa
ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi
juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa oraang lain kedaalam keaadaan
hatinya.

Pesan Sponsor

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga
hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin
membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk
segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam
menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru

Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu ‘pemadatan kata’.
kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa
dan bukan pada pokok puisi tersebut.

Didalam puisi juga biasa di sisipkanmajas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut
juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme ya itu sindiran langsung dengan kasar.

Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering di nyanyikan dalam bentuk pantun. mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

Dan inilah beberapa ciri-ciri puisi yang harus Anda ketahui


Ciri-ciri Puisi Lama:
1. Anonim (pengarangnya tidak diketahui)
2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama
3. Merupakan kesusastraan lisan
4. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise
5. Isinya fantastis dan istanasentris
Ciri-ciri Puisi Baru:
1. Pengarangnya diketahui
2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama
3. Berkembang secara lisan dan tertulis
4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah)
5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya

Jika Anda sudah mengetahui lebih jelas tentang puisi dan ciri-ciri puisi, maka untuk kedepannya
puisi-puisi yang Anda buat akan lebih menyentuh dan banyak diminati pembaca. Semoga
Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai