Anda di halaman 1dari 22

Dampak Penggunaan Teknologi Informasi dan Pengendalian

Internal Dalam Menentukan Risiko Bawaan (Inherent Risk):


(Implementasi E-Audit Pada BPK RI)

Oleh :

Yogi Hady Afrizal

10800111133

Ak-7

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

2014
BAB I
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan UU No 17 Tahun 2003 tentang reformasi keuangan negara


yang telah menetapkan asas pengelolaan keuangan negara yang akuntabilitas
berorentasi pada hasil, profesionalitas, proposionalitas, keterbukaan, serta
pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Jones et
al., (Dalam Pratama, 2013) menyatakan bahwa fungsi pengelolaan keuangan
negara menekankan pada prinsip stewardship (pengelolaan yang jujur dan
terbuka), serta accountability (cerminan kinerja yang baik dan
bertanggungjawab).
Mengacu dari UU tersebut maka Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI
sebagai instansi yang terkait merespon dengan mengeluarkan sebuah program
yang bernama BPK Sinergi yang ditetapkan oleh Kebijakan Pimpinan BPK
periode 2009-2014 dan menyusun Rencana Strategis BPK 2011-2015 yang salah
satu isinya menyebutkan tentang penerapan E-Audit, dimana teknologi informasi
menjadi landasan terhadap proses pelaksanaan audit. Program BPK Sinergi
sendiri merupakan proses pengsinergian data BPK dengan pihak atau entitas yang
diperiksa. Dengan cara ini BPK dapat melakukan perekaman, pengelolaan,
pertukaran, pemanfaatan maupun monitoring terhadap suatu entitas. Seluruh data
maupun informasi yang dibutuhkan dikumpulkan oleh BPK baik berupa data
keuangan maupun non keuangan kemudian data tersebut diolah dan digunakan
dalam proses pemeriksaan secara elektronis.
E- Audit adalah sebuah sistem yang memanfaatkan sinergi antara Sistem
Informasi Internal BPK-RI (e-BPK) dengan Sistem Informasi Internal milik
entitas pemeriksaan (e-Auditee) dimana sinergi ini membentuk sebuah
komunikasi data secara online antara e-BPK dengan e-Auditee yang secara
sistematis membentuk Pusat Data Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara di BPK (Pratama, 2013). Perancangan dan pemakaian E-Audit pada BPK
di maksudkan untuk mencapai keefisienan dan keefektifan serta mencegah lebih
cepat kecurangan yang mungkin terjadi.
Teknologi memang merupakan suatu hal yang canggih tetapi dibalik
kecanggihan tersebut terdapat kerentanan. Kerentanan teknologi ini dapat
menjadi sebuah risiko yang harus diperhatikan oleh auditor dalam
pengimplementasian E-Audit. Sesuai dengan definisi, audit adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 Dalam Marwanto, 2010).
Selanjutnya audit juga merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporakan derajat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, audit harus dilakukan
oleh orang yang berkompeten dan independen (Arens 2011: 4).
Teknologi merupakan sebuah sistem yang dibuat oleh manusia itu sendiri
dan sebuah sistem tidak bersifat pasif dan akan terus bergerak maju dan
mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Dalam proses pemeriksaan secara
elektronis dapat muncul berbagai macam risiko. Dan risiko yang muncul
dikarenakan kelemahan sebuah sistem teknologi tersebut menjadi Risiko Bawaan
(Inherent Risk).
Beberapa jenis risiko yang dikenal dalam auditing yaitu Risiko Deteksi
yang Direncanakan, Risiko Bawaan (Inherent Risk), Risiko Pengendalian
(Control Risk), dan Risiko Audit yang Dapat Diterima. Untuk mewaspadai
penyalahgunaan teknologi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab
maka pengendalian internal sangat berperan penting dalam hal ini.
Pengendalian internal merupakan hal utama dalam mencegah terjadinya
kecurangan dalam suatu entitas maka dari itu suatu entitas harus memaksimalkan
pengendalian internalnya. Ada beberapa tujuan diadakannya pengendalian
internal seperti melindungi data entitas, memberikan kepastian terhadap
keakuratan data informasi, efisiensi, mencegah tindakan kriminal maupun
pelanggaran. Ada beberapa komponen pengendalian internal yaitu control
environment (lingkungan pengendalian), risk assessment (penilaian risiko),
information system (sistem informasi), control activities (pengendalian), dan
monitoring (pemantauan) (Tuanakotta 2013).
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji yang
material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait dengan salah
saji tesebut (Tuanakota 2011: 139). Dalam hal ini auditor harus menilai sejauh
mana dampak dari penggunaan teknologi informasi dan juga pengendalian
internal terhadap sistem tersebut untuk dapat menentukan seberapa besar risiko
bawaan agar para auditor dapat menentukan prosedur audit dengan baik.
Ada beberapa risiko audit (Audit Risk) salah satunya yaitu Risiko Bawaan
(Inherent Risk) yang muncul akibat dari kelemahan teknologi. Arens (2011: 421)
mengatakan risiko yang muncul akibat teknologi dapat berupa risiko terhadap
perangkat keras (Hardware) dan data, berkurangnya jejak audit, kebutuhan
terhadap pengalaman di bidang TI dan Pemisahan tugas-tugas TI. Selain itu
pengendalian internal juga berperan penting dalam mengaplikasikan E-Audit
pada Badan Pemeriksa Keuangan RI.
Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara
teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti
perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan
telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem
informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam
rangka pengambilan keputusan (Maharsi, 2000).
Sistem informasi dan teknologi informasi merupakan hal fundamental
yang harus dimiliki untuk melakukan kegiatan operasional suatu organisasi atau
perusahaan (Lindawati dan irma 2012). Informasi yang dihasilkan dengan cara
menggunakan teknologi (Computer Based Information System) haruslah dapat
dipercaya agar nantinya dapat digunakan untuk menentukan kualitas kinerja suatu
perusahaan atau organisasi. Keberhasilan dalam suatu sistem informasi
bergantung pada bagaimana proses menjalankan sistem tersebut, kemudahan
penggunaan sistem bagi pemakai,dan kemampuan pemakai sistem (Putra dan
Noviari, 2013)
Fleenor (1995) Dalam Putra dan Noviari (2013) menyatakan bahwa
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat memaksa auditor untuk
mengikutinya dalam hal audit laporan keuangan. Perkembangan teknologi
memaksa auditor beralih dari sistem manual ke sistem yang terkomputerisasi
yang menyebabkan adanya perbedaan dari segi pengumpulan data dan
pengolahan data untuk membuat sebuah informasi. Dengan perkembangan
teknologi auditor diharapkan bisa lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan
proses audit. Menurut Arens (2011) audit berbantuan komputer atau (Computer
Assisted Audit Technicques) dibagi menjadi tiga pendekatan proses audit dengan
komputer yaitu audit sekitar komputer (auditing around the computer), auditing
melalui komputer (auditing through the computer), dan audit berbantuan
komputer (auditing with computer). Menurut Bodnar dan Hapwood (1995) dalam
Lucyanda (2010) mngatakan pengembangan TI memerlukan perencanaan dan
implementasi yang baik dan hati-hati untuk menghindari adanya penolakan
terhadap sistem yang dikembangkan , dan ini sangat berhubngan dengan
perubahan perilaku secara individual dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dengan adanya E-Audit yang menggunakan teknologi informasi dalam
proses audit maka kompetensi auditor dalam mengaplikasikan sistem ini juga
merupakan faktor yang berperan penting. Auditor harus mengubah kebiasaan dari
sistem manual ke sistem yang terkomputerisasi. Davis (1989) melakukan sebuah
penelitian sehingga menghasilkan sebuah teori yang dikenal dengan TAM
(Technology Acceptance Model) yang banyak digunakan untuk mengetahui
tingkat penerimaan individu terhadap penggunaan teknologi informasi.
Vankatesh dan Davis (2000) Dalam Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori
TAM merupakan keinginan perilaku individual untuk menggunakan suatu sistem
ditentukan oleh dua keyakinan yaitu: (a) manfaat yang dirasakan (perceived
usefulness), dan (b) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Arens
(2011: 423) juga menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi akan menimbulkan
kebutuhan akan pengalaman dalam bidang teknologi informasi.
B. Rumusan Masalah
Di era teknologi informasi yang berkembang pesat seperti saat ini maka
semua bidang di tuntut untuk bekerja lebih cepat, beralih dari sistem manual ke
sistem yang terkomputerisasi. E-Audit merupakan terobosan BPK RI untuk
meningkatkan kinerjanya dalam melakukan proses audit, sistem ini menggunakan
teknologi informasi sebagai landasannya dan dibalik semua kecanggihan
teknologi masih juga terdapat kekurangan yang dapat menimbulkan terjadinya
Risiko Bawaan (Inherent Risk). Dan adapun permasalahan yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja Risiko Bawaan (inherent risk) yang dapat timbul dari dampak
penggunaan teknologi informasi dalam pengimplementasian E-Audit?
2. Bagaimana pengendalian internal berperan dalam menentukan besarnya
Risiko Bawaan (Inherent Risk)?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ingin menjelaskan teori Tam (Technologi Acceptance
Model) yang mengemukakan tingkat penerimaan suatu individu terhadap suatu
teknologi baru dan ini menyangkut mengenai penerimaan auditor dalam
melakukan proses audit yang berbantuan komputer dan berlandaskan teknologi
informasi terkait dengan implementasi E-Audit pada BPK-RI. Selain itu
penelitian ini ingin mengetahui peran pengendalian internal untuk menentukan
Risiko Bawaan (Inherent Risk).
Dengan tingkat pemahaman dan penerimaan auditor terhadap suatu sistem
autaupun teknologi baru dan juga tingkat pengendalian internal yang baik maka
diharapkan mereka dapat mengetahui dan menentukan Risiko Bawaan (Inherent
Risk) yang timbul dari penggunaan teknologi informasi di dalam proses audit,
dan peran penegendalian internal agar mereka dapat merancang prosedur audit
dengan baik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana seorang auditor
menilai risiko bawaan yang timbul dari dampak penggunaan teknologi
informasi sebagai dasar informasi audit dalam pengaplikasian E-Audit di
BPK RI dan peran pengendalian internal dientitas tersebut.
Technologi Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori
yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang bertujuan untuk menjelaskan
faktor-faktor eksternal dari perilaku pengguna teknologi informasi
terhadap penerimaan penggunaan teknologi infromasi itu sendiri. TAM
menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya teknologi
informasi oleh pengguna (lucyanda : 2010).
Selain itu auditor juga dituntut untuk mempunyai keahlian dan
juga pengetahuan terhadap teknologi informasi agar mereka dapat
mengetahui apa saja kelebihan dan juga kekurangan dalam melakukan
proses audit dengan menggunakan bantuan teknologi dan komputer.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk para auditor
dalam menemukan celah dan kekurangan dari penggunaan teknologi
selama melakukan proses audit yang menggunakan teknologi informasi
sebagai landasannya. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan untuk
para pembuat sistem agar dapat membuat suatu hal yang dapat
meminimalisir kekurangan sebuah teknologi khususnya terkait dengan
sistem E-Audit. Selain itu diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan
untuk meningkatkan pengendalian internal untuk meminimalisir
kecurangan yang mungkin dapat terjadi disettiap entitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini melakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian yang dijadikan sebagai refrensi.
Penelitian yang dijadikan refrensi pada tinjauan pustaka ini diambil dari dua
penelitian. Tinjauan pustaka ini dugunakan untuk menjadi bahan refrensi dalam
melakukan penelitian ini.
Tinjauan pustaka yang pertama berasal dari jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. VII No.2 Juli-Desember 2013 yang berjudul “Pemeriksaan
Keuangan Negara Berbasis Teknologi Informasi: Implementasi E-Audit Pada
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia” ini merupakan karya dari Arie
Pratama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data melalui data kepustakaan dan studi lapangan.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu
deskriptif dalam memberikan gambaran mengenai konsep dan cara kerja sistem
E-Audit yang baru diterapkan oleh BPK-RI. Serta memberikan contoh
pelaksanaan sistem secara simulasi tertulis dan bergambar. Analitis dalam
mengkaji bagaimana penggunaan teknologi informasi dalam sistem E-Audit
dapat meningkatkan keefisienan dan keefektifan BPK dalam melakukan proses
auditnya.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa E-Audit merupakan suatu
teknik pemeriksaan BPK dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, sehingga dapat mengefisienkan dan mengefektifkan proses
pemeriksaan keuangan negara. Selain itu E-Audit juga merupakan salah satu
progran kerja BPK Sinergi, yaitu mensinergikan kerja BPK melalui kerjasama
perolehan data dengan pihak yang diaudit (auditee).
Refrensi penelitian selanjutnya berasal dari jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol.6 No.1, Mei 2004: 10-28 yang berjudul “Analisa Penerimaan
Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Dengan Menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-
RI)” penelitian ini merupakan karya dari Natalia Tangke. Penelitian ini lebih
cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data langsung denan cara membagi kuesioner secara langsung
kepada para sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan
deskriptif analitis. Deskriptif yaitu penelitian ini ingin menguji teori TAM
terhadap Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) yang dilakukan pada
BPK – RI. Analitis yaitu penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi penerimaan penerapan TABK di BPK – RI ditinjau dengan
menggunakan Technologi Acceptance Model (TAM).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) persepsi pengguna tentang
kemudahan dalam mengunakan teknik audit berbantuan komputer (TABK)
(PEOU) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi pengguna
tentang kegunaan TABK (PU). (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK
(PU) tidak terbukti memberikan pengaruh yang signfikan terhadap sikap
pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (3) persepsi pengguna tentang
kemudahan dalam menggunakan TABK (PEOU) terbukti memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (4)
sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) tidak terbukti memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK (ACC). (5)
meskipun hanya dapat menjelaskan perubahan kurang dari 1% tetapi persepsi
pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tetap terbukti memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengaruh pengguna akan TABK (ACC).

B. Technology Acceptance Model (TAM)


Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori yang
diperkenalkan oleh Fred D Davis pada tahun 1989 di Amerika Serikat. Berbagai
penelitian empiris menemukan bahwa TAM secara konsisten menjelaskan
proporsi yang substansial dalam keinginan untuk menggunakan suatu teknologi
(usage intention) dan perilaku (behavior) (lucyanda : 2010). TAM merupakan
model yang diadopsi dari model the thoery of reasoned action (TRA) yang
merupakan sebuah teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbe
dan Ajzen (Ajzen, dkk. 1975 dalam Nasution, 2004).
Tujuan TAM adalah menjelaskan faktor-faktor eksternal dari perilaku
pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi
infromasi itu sendiri. TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan
dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya
teknologi informasi oleh pengguna (user) (lucyanda : 2010). TAM berfungsi
menjelaskan tingkat penerimaan teknologi yang terdiri dari beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya sebuah teknologi informasi oleh
penggunannya.
TAM berteori bahwa niat seseorang untuk menggunakan sistem atau
teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu persepsi kemanfaatan (perceived
usefulness), adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi
akan meningkatkan kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived
ease of use), adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi
membuatnya lebih mudah menyelesaikan pekerjaan Venkatesh dan Davis (2000)
dalam Devi dan I Wayan (2014).
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan individu terhadap
suatu teknologi seperti gambar berikut,

(sumber, Davis 1989)

Dalam konsep yang diperkenalkan Davis (1989) terdapat dua faktor yang
pertama yaitu manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness) dan yang kedua
yaitu kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use). Kedua faktor ini
juga berhubungan dengan sikap pengguna (Attitude of Use) dan kecenderungan
tingkah laku pengguna (Behavior Intention of Use) yang berujung pada
pemakaian sistem aktual (Actual System Use). Vankatesh dan Davis (2000) dalam
Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan keinginan perilaku
individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh dua keyakinan yaitu:
(1) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan (2) manfaat yang
dirasakan (perceived usefulness).

C. Manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness)


Perceived Usefulness diartikan dimana manfaat ataupun fungsi
merupakan suatu tingkatan diamana seseorang akan merasa lebih yakin dan
percaya bahwa dengan menggunakan suatu subjek tertentu maka akan
mendongkrak dan meningkatkan kinerja dalam bekerja (Davis 1989). Dan
Kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dapat diketahui dari kepercayaan
pengguna teknologi informasi dalam memutuskan penerimaan teknologi
informasi, dimana kepercayaan tersebut jika penggunaan teknologi informasi
tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya (Nasution, 2004).
Menurut Chin dan Todd (1995) dalam Nasution (2004) kemanfaatan dapat dibagi
kedalam dua kategori, yaitu:
1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor:
a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)
b. Bermanfaat (usefull)
c. Menambah produktifitas (Increase productivity)
d. Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)
e. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
2. kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas).
a. Kemanfaatan meliputi dimensi :
(1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier),
(2) Bermanfaat (usefull),
(3) Menambah produktifitas (Increase productivity).
b. Efektifitas meliputi dimensi :
(1) mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness),
(2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).

D. Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of use)


(Davis, 1989) mengartikan Kemudahan penggunaan merupakan suatu
tingkatan dimana seseorang akan yakin dan percaya bahwa suatu sistem
digunakan karena sistem tersebut mudah dipahami dan digunakan, sehingga tidak
diperlukan usaha apapun (free of effort).
Selanjutnya ia juga menjelaskan beberapa indikator kemudahan
penggunan teknologi informasi adalah:
1. komputer sangat mudah dipelajari,
2. komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
3. keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan komputer
4. komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

E. Risiko Audit
Risiko audit yaitu dimana seorang auditor tidak dapat menemukan salah
saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat oleh manajemen
(Tuanakota 2011: 141).
Risiko Audit menyebabkan terjadinya Risiko Bisnis dan Risiko
Kecurangan. salah satu contoh dari Risiko Bisnis yaitu sistem akuntansi ataupun
sistem dan penggunaan sebuah teknologi informasi yang dipakai di dalam
akuntansi dan auditing. Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan
(error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja
(unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang disengaja
(Wondabio : 2006).
Resiko audit didefinisikan sebagai probabilitas dikeluarkannya pendapat
yang tidak tepat terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang
materil yang tidak dapat diketemukan dalam pemeriksaan (Nasution: 2004)
Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup kemungkinan-
kemungkinan:
- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion)
- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion)
- Pendapat tidak setuju (adverse opinion)
Menurut PSA No. 25 Seksi 312, Risiko audit dan materialitas
mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk
baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta
dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut (Rachmawati dkk : 2013).
Risiko Bawaan merupakan suatu kerentanan suatu asersi terhadap salah
saji yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait
dengan salah saji tesebut (Tuanakota 2011: 139).
Menurut tuanakota (2011) ada tiga hal penting dalam makna Risiko
Bawaan (Inherent Risk) yaitu:
1. Inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau transaksi
yang bersangkutan karena sifat bisnis.
2. Inherent risk juga bisa terjadi pada suatu transaksi yang secara umum
ada sistem pengendalian internalnya tetapi untuk hal khusus yang
menjadi bagian dari transaksi itu belum ada pengaturannya.
3. Auditor tidak dapat memengaruhi risiko ini, tidak ada prosedur audit
yang dapat mengurangi inherent risk, namun auditor harus menilai
seberapa besar inherent risk agar ia dapat merencanakan prosedur
auditnya dengan baik.

F. Pengendalian Internal
Menurut (Utomo: 2006) pengendalian internal dalam sistem yang
terkomputerisasi dibagi menjadi dua yaitu pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi, berikut beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk megurangi risiko-
risiko dalam implementasi E-Audit.
Pengendalian Umum: pada pengendlian umum seorang auditor harus
mengevaluasi pengendalian umum perusahaan secara keseluruhan untuk
memastikan sistem berjalan sesuai tugasnya, pengendalian yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap seluruh sistem dalam aspek TI termasuk pengaturan TI,
pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, pengamanan fisik, dan online
terhadap akses pada perangkat lunak, perangkat keras, dan data perusahaan.
Pengendalian umum terbagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
a. Pengendalian top manajemen: dimana seorang manajemen dalam suatu
perusahaan harus memastikan dan bertanggungjawab apakah sistem
dalam perusahaan tersebut sudah berjalan dengan baik.
b. Pengendalian manajemen sistem informasi: manajemen sistem
informasi mempunyai tugas untuk merencanakan dan melakukan
pengendalian terhadap semua aktivitas sistem informasi.
c. Pengendalian manajemen pengembangan sistem: divisi ini
bertanggungjawab terhadap desain, iplementasi, dan pemeliharaan
sistem.
d. Pengendalian manajemen program: bertanggung jawab untuk membuat
program baru, memelihara program yang lama dan menyediakan
software umum yang mendukung sistem informasi di perusahaan
tersebut.
e. Pengendalian data administrator: divisi ini memastikan pengembangan,
implementasi pengoprasian dan pemeliharaan sistem baru yang sesuai
dengan standar.
f. Pengendalian manajemen keamanan: divisi ini bertanggungjawab dalam
melakukan pengendalian terhadap akses dan keamanan fisik dari fungsi
sistem informasi.
g. Pengendalian manajemen operasi: divisi ini yang langsung mengawasi
dan melakukan control terhadap kinerja sistem operasional setiap hari.
Pengendalian Aplikasi: di pengendalian aplikasi auditor melakukan
evaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelompok transaksi atau akun-akun di
mana auditor merencanakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian,
karena pengendalian TI akan berbeda di setiap transaksi dan akun. Pengendalian
aplikasi ini memproses transaki-transaksi dalam perusahaan seperti pengendalian
pemrosesan penjualan ataupun penerimaan kas. Pengendalian aplikasi dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Pengendalian batasan: dalam pengendalian ini terdiri dari seluruh
komponen yang membentuk suatu hubungan antara sistem dan
penggunanya (user).
b. Pengendalian input: merupakan bagian dimana data di masukan
kedalam sebuah sistem informasi.
c. Pengendalian proses: dalam pengendalian ini pengambilan keputusan,
perhitungan, pengklasifikasian dilakukan untuk memeriksa data yang
masuk ke sistem.
d. Pengendalian output: data yang masuk telah diolah dan mengasilkan
sebuah informasi di pengendalian ini merupakan kegiatan untuk
menyajikan data dalam bentuk yang baik sehingga menghasilkan
informasi yang akurat.
e. Pengendalian komunikasi: dalam pengendalian ini merupakan
pengendalian dalam pengiriman data antara subsitem yang ada dalam
sistem perusahaan.
Kedua pengendalian ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam
hal pengolahan data secara elektronis. Adapun tujuan yang perlu diketahui
seorang auditor dari pengendalian internal dari sebuah sistem yaitu:
a. Melindungi aktiva-aktiva perusahaan
b. Memberikan kepastian dan akurasi terhadap data dan informasi
c. Efisiensi
d. Pengukuran sesuai dengan kebijakan perusahaan
e. Pengukuran sesuai dengan peraturan dalam perusahaan
f. Pengendalian dari hal-hal negative seperti kriminal, pelanggaran, dan
lain sebagainya.
G. Kerangka Fikir
BPK – RI memanfaatkan penggunaan teknologi informasi untuk
meningkatkan keefektifan dan keefisienan dalam melakukan proses auditnya
dengan membuat sistem yang disebut dengan E-Audit. Sistem ini berubungan
langsung dengan entitas yang diaudit atau di sebut auditee yang memudahkan
BPK mendapatkan data-data yang diperlukan untuk melakukan audit.
Didalam setiap audit selalu muncul sebuah risiko. Dimana risiko ini
dinamakan risiko audit. Dan setiap risiko audit tidak dapat dihilangkan karena
setiap entitas yang diaudit selalu mempunyai risiko bawaan (inherent risk). Pada
penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah risiko bawaan yang muncul dari
dampak penggunaan teknologi informasi, dan upaya apa yang harus dilakukan
untuk meminimalisir risiko bawaan tersebut. Peneliti menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM), sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan para auditor dalam menerima, menggunakan, dan memanfaatkan
suatu teknologi yang baru sehingga dapat meminimalkan risiko bawaan (Inherent
risk).

Teknologi Pengendalian
informasi Internal

Risko Bawaan
(Inherent Risk)

Sumber : diolah peneliti


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian


1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, metodologi
penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau perilaku yang
dapat diamati. Dengan menggunakan metode kualitatif maka penulis mencoba
untuk menjelaskan “dampak penggunaan teknologi informasi dan pengendalian
internal dalam menentukann risiko bawaan (Inherent risk), implementasi E-Audit
pada BPK-RI”. Pendekatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini mencoba
mengangkat fenomena aktual saat ini yang dikenal dengan zaman teknologi,
dimana seluruh kegiatan manusia sedikit demi sedikit mulai menggunakan
bantuan teknologi bahkan adapula kegiatan manusia yang digantikan dengan
teknologi. Hal ini perlu dikaji lebih dalam terutama dalam kasus ini, peneliti
ingin mencoba menjelaskan dampak dari penggunaan teknologi informasi
sebagai landasan dari sistem E-Audit.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitan pada penelitian ini yaitu Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI) pada provinsi Sulawesi Selatan. BPK RI menjadi
tempat pustaka yang dipilih karena sistem E-Audit yang dijadikan objek
penelitian ini merupakan sistem yang dikembangkan dan digunakan ole BPK-RI
dalam melakukan proses audit.

B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenology yang mengangkat pada fenomena yang terjadi saat ini. Dengan
menggunakan pendekatan fenomenology peneliti ingin menjelaskan dan
menggambarkan fenomena yang terjadi pada saat ini didalam penelitiannya.
Dengan adanya fenomena yang terjadi maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai
objek penelitian.
Metode penulisan kualitatif yang digunakan didalam penelitian ini untuk
memahami fenomena mengenai “dampak penggunaan teknologi informasi dan
pengendalian internal dalam menentukan risiko bawaan (Inherent Risk)
implementasi E-Audit pada BPK- RI” peneliti menggukan jenis penelitian
kualitatif studi kasus dengan menggunakan fenomena penggunaan teknologi pada
proses audit (E-Audit) di BPK-RI. Data yang dikumpulkan berasal dari BPK-RI
dan beberapa sumber lain yang mendukung penelitian, dan peneliti sebagai
instrumen utama dalam menganalisis data.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Adapun populasi pada penelitian ini yaitu karyawan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Sul-Sel.
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini akan diambil dari Auditor yang bekerjadi BPK-
RI.

D. Metode Pengumpulan Data


Adapun metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian
ini merujuk pada metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengguakan
pendekatan kualitatif yaitu dengan cara, wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung dengan memberikan beberapa pertanyaan yang terkait
dengan penelitian ini dan ditujukan langsung kepada pihak yang
berkompeten yang dapat memberikan informasi atas pengamatan dan
pengalamannya terkait dengan kasus pada penelitian ini.
2. Observasi
Observasi yaitu dengan mencatat hasil dari observasi yang dilakukan
dilapangan terkait dengan dampak pengguaan teknologi dan
pengendalian internal terhadap risiko bawaan.

3. Studi Dokumentasi
Merupakan studi yang diperoleh dari sumber-sumber seperti jurnal,
buku, ataupun hasil rekaman wawancara dari informan yang terkait.
Data primer dari penelitian ini bersal dari studi kepustakaan yang
mengambil beberapa hasil penelitian dari jurnal dan penelitian
terdahulu kemudian didukung dengan data primer yang berasal dari
hasil wawancara informan yang terkait dengan kasus ini.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif merupakan peneliti itu
sendiri. Peneliti harus berperan aktif dan terlibat langsung dengan penelitiannya.
Selain itu instrumen penelitian yang dipakai untuk memperoleh data dilapangan
adalah, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan analisis
kualitatif atau data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata
maupun gambar. Data tersebut diperole dari hasil wawancara, observasi, dan
studi dokumntasi, sehingga dapat dilakukan untuk responden yang jumlahnya
sedikit. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diambil dan diolah
dengan mengambil beberapa inti dari hasil wawancara tersebut yang didukung
oleh data-data sekunder berupa hasil penelitian terdahulu dan juga buku serta
jurnal-jurnal. Semuanya akan disatukan sehingga membetuk satu narasi yang
menjelaskan dan menggambarkan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, dkk. Jasa audit dan Assurance (Adaptasi Indonesia) Buku 1, jakarta:
Salemba Empat,2011.

Davis, Fred D., dkk. 1989, User Acceptance of Computer Technology: A


Comparison of two Teoritical Models, Management Science, Vol.
35/8August: 983-1003.

Devi, Ni Luh N S, dan I Wayan S, ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE


MODEL (TAM) TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DI
NUSA DUA BEACH HOTEL & SPA, ISSN: 2302-8556, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014):167-184.

Lindawati, Hj dan Irma Salamah, Pemanfaatan Sistem Informasi dan Teknologi


Informasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Individual Karyawan, JURNAL
AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 14, NO. 1, MEI 2012: 56-68.

Lucyanda, Jurica., (2010), Pengujian Technology Acceptance Model (TAM) dan


Theory Planned Behavior (TPB), JRAK, Vol.2 Agustus 2010. Hal.1-14.
Marwanto, 2010, Peranan teknologi Informasi Dalam Perkembangan Audit
Komputerisasi, JURNAL EKSIS, Vol 6 No.2, Agustus 2010.

Maharsi, Sri. 2000, Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap


Bidang Akuntansi Manajemen, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.
2, Nopember 2000: 127 – 137.

Nasution, Fahmi Natigor. (2004). Penggunaan Teknologi Berdasarkan Aspek


Perilaku (Behavioral Aspect). USU Digital Library: 1-10.
Nasution, M. Utama, 2004, Resiko Audit, Digitized by Universitas Sumatra Utara
(USU) digital library 2004: 1-5.

Putra, Putu S.S. dan Noviari Naniek. 2013, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Kepercayaan, dan Kompetensi Pada Penerapan Teknik Audit Sekitar
Komputer, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.3 (2013): 640-654.

Pratama Arie, (2013), Pemeriksaan Kuuangan Negara Berbasis


TeknologiInformasi: Implementasi E-Audit Pada Badan Pemeriksa
keuanganRepublik Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol.VIII No.2 Juli-Desmber 2013.

Rachmawati, Y, Urmanis, dan Usman Bakar, 2013, Pengaruh Risiko Audit,


Pengalaman Aaudit Dan Kompleksitas Dokumen Audit Terhadap
Pertimbangan Auditor (Studi pada Auditor Kantor BPK-RI Perwakilan
Aceh), Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 2, No.2,
Mei 2013, ISSN 2302-0164 Pages pp. 91- 102.

Tuanakotta, Theodorus M, Berfikir Kritis Dalam Auditing, Jakarta : Salemba


Empat, 2011.

Tuanakotta, Theodorus M, Audit Berbasi ISA (International Standars on


Auditing), Jakarta: Salemba Empat, 2013.

Utomo, Agus P, “Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Proses


Auditing dan Pengendalian Internal” Jurnal Teknologi Informasi
DINAMIKA Vol XI, No.2, Juli 2006: 66-74.

Wondabio,Ludovicus Sensi, 2006, Evaluasi Manajemen Risiko Kantor Akuntan


Publik (KAP) Dalam Keputusan Penerimaan Klien (Client Acceptance
Decisions) Berdasarkan Petimbangan Dari Risiko Klien (Client Risk),
Risiko Audit (Audit Risk) dan Risiko Bisnis KAP (Auditor’s Business Risk),
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006

Anda mungkin juga menyukai