Oleh :
10800111133
Ak-7
Jurusan Akuntansi
2014
BAB I
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ingin menjelaskan teori Tam (Technologi Acceptance
Model) yang mengemukakan tingkat penerimaan suatu individu terhadap suatu
teknologi baru dan ini menyangkut mengenai penerimaan auditor dalam
melakukan proses audit yang berbantuan komputer dan berlandaskan teknologi
informasi terkait dengan implementasi E-Audit pada BPK-RI. Selain itu
penelitian ini ingin mengetahui peran pengendalian internal untuk menentukan
Risiko Bawaan (Inherent Risk).
Dengan tingkat pemahaman dan penerimaan auditor terhadap suatu sistem
autaupun teknologi baru dan juga tingkat pengendalian internal yang baik maka
diharapkan mereka dapat mengetahui dan menentukan Risiko Bawaan (Inherent
Risk) yang timbul dari penggunaan teknologi informasi di dalam proses audit,
dan peran penegendalian internal agar mereka dapat merancang prosedur audit
dengan baik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana seorang auditor
menilai risiko bawaan yang timbul dari dampak penggunaan teknologi
informasi sebagai dasar informasi audit dalam pengaplikasian E-Audit di
BPK RI dan peran pengendalian internal dientitas tersebut.
Technologi Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori
yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang bertujuan untuk menjelaskan
faktor-faktor eksternal dari perilaku pengguna teknologi informasi
terhadap penerimaan penggunaan teknologi infromasi itu sendiri. TAM
menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya teknologi
informasi oleh pengguna (lucyanda : 2010).
Selain itu auditor juga dituntut untuk mempunyai keahlian dan
juga pengetahuan terhadap teknologi informasi agar mereka dapat
mengetahui apa saja kelebihan dan juga kekurangan dalam melakukan
proses audit dengan menggunakan bantuan teknologi dan komputer.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk para auditor
dalam menemukan celah dan kekurangan dari penggunaan teknologi
selama melakukan proses audit yang menggunakan teknologi informasi
sebagai landasannya. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan untuk
para pembuat sistem agar dapat membuat suatu hal yang dapat
meminimalisir kekurangan sebuah teknologi khususnya terkait dengan
sistem E-Audit. Selain itu diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan
untuk meningkatkan pengendalian internal untuk meminimalisir
kecurangan yang mungkin dapat terjadi disettiap entitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini melakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian yang dijadikan sebagai refrensi.
Penelitian yang dijadikan refrensi pada tinjauan pustaka ini diambil dari dua
penelitian. Tinjauan pustaka ini dugunakan untuk menjadi bahan refrensi dalam
melakukan penelitian ini.
Tinjauan pustaka yang pertama berasal dari jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. VII No.2 Juli-Desember 2013 yang berjudul “Pemeriksaan
Keuangan Negara Berbasis Teknologi Informasi: Implementasi E-Audit Pada
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia” ini merupakan karya dari Arie
Pratama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data melalui data kepustakaan dan studi lapangan.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu
deskriptif dalam memberikan gambaran mengenai konsep dan cara kerja sistem
E-Audit yang baru diterapkan oleh BPK-RI. Serta memberikan contoh
pelaksanaan sistem secara simulasi tertulis dan bergambar. Analitis dalam
mengkaji bagaimana penggunaan teknologi informasi dalam sistem E-Audit
dapat meningkatkan keefisienan dan keefektifan BPK dalam melakukan proses
auditnya.
Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa E-Audit merupakan suatu
teknik pemeriksaan BPK dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, sehingga dapat mengefisienkan dan mengefektifkan proses
pemeriksaan keuangan negara. Selain itu E-Audit juga merupakan salah satu
progran kerja BPK Sinergi, yaitu mensinergikan kerja BPK melalui kerjasama
perolehan data dengan pihak yang diaudit (auditee).
Refrensi penelitian selanjutnya berasal dari jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol.6 No.1, Mei 2004: 10-28 yang berjudul “Analisa Penerimaan
Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Dengan Menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-
RI)” penelitian ini merupakan karya dari Natalia Tangke. Penelitian ini lebih
cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data langsung denan cara membagi kuesioner secara langsung
kepada para sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan menggunakan pendekatan
deskriptif analitis. Deskriptif yaitu penelitian ini ingin menguji teori TAM
terhadap Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) yang dilakukan pada
BPK – RI. Analitis yaitu penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi penerimaan penerapan TABK di BPK – RI ditinjau dengan
menggunakan Technologi Acceptance Model (TAM).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) persepsi pengguna tentang
kemudahan dalam mengunakan teknik audit berbantuan komputer (TABK)
(PEOU) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi pengguna
tentang kegunaan TABK (PU). (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK
(PU) tidak terbukti memberikan pengaruh yang signfikan terhadap sikap
pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (3) persepsi pengguna tentang
kemudahan dalam menggunakan TABK (PEOU) terbukti memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT). (4)
sikap pengguna tentang penggunaan TABK (ATT) tidak terbukti memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK (ACC). (5)
meskipun hanya dapat menjelaskan perubahan kurang dari 1% tetapi persepsi
pengguna tentang kegunaan TABK (PU) tetap terbukti memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengaruh pengguna akan TABK (ACC).
Dalam konsep yang diperkenalkan Davis (1989) terdapat dua faktor yang
pertama yaitu manfaat yang dirasakan (Perceived Usefulness) dan yang kedua
yaitu kemudahan dalam penggunaan (Perceived Ease of Use). Kedua faktor ini
juga berhubungan dengan sikap pengguna (Attitude of Use) dan kecenderungan
tingkah laku pengguna (Behavior Intention of Use) yang berujung pada
pemakaian sistem aktual (Actual System Use). Vankatesh dan Davis (2000) dalam
Lucyanda (2010) mengatakan bahwa teori TAM merupakan keinginan perilaku
individual untuk menggunakan suatu sistem ditentukan oleh dua keyakinan yaitu:
(1) Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dan (2) manfaat yang
dirasakan (perceived usefulness).
E. Risiko Audit
Risiko audit yaitu dimana seorang auditor tidak dapat menemukan salah
saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat oleh manajemen
(Tuanakota 2011: 141).
Risiko Audit menyebabkan terjadinya Risiko Bisnis dan Risiko
Kecurangan. salah satu contoh dari Risiko Bisnis yaitu sistem akuntansi ataupun
sistem dan penggunaan sebuah teknologi informasi yang dipakai di dalam
akuntansi dan auditing. Salah saji material bisa terjadi karena adanya kesalahan
(error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja
(unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang disengaja
(Wondabio : 2006).
Resiko audit didefinisikan sebagai probabilitas dikeluarkannya pendapat
yang tidak tepat terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang
materil yang tidak dapat diketemukan dalam pemeriksaan (Nasution: 2004)
Definisi ini dapat juga diperluas sehingga mencakup kemungkinan-
kemungkinan:
- Pemberian laporan tanpa pendapat (disclaimer opinion)
- Pendapat setuju dengan pengecualian (qualified opinion)
- Pendapat tidak setuju (adverse opinion)
Menurut PSA No. 25 Seksi 312, Risiko audit dan materialitas
mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk
baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta
dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut (Rachmawati dkk : 2013).
Risiko Bawaan merupakan suatu kerentanan suatu asersi terhadap salah
saji yang material dengan asumsi tidak adanya pengendalian internal terkait
dengan salah saji tesebut (Tuanakota 2011: 139).
Menurut tuanakota (2011) ada tiga hal penting dalam makna Risiko
Bawaan (Inherent Risk) yaitu:
1. Inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau transaksi
yang bersangkutan karena sifat bisnis.
2. Inherent risk juga bisa terjadi pada suatu transaksi yang secara umum
ada sistem pengendalian internalnya tetapi untuk hal khusus yang
menjadi bagian dari transaksi itu belum ada pengaturannya.
3. Auditor tidak dapat memengaruhi risiko ini, tidak ada prosedur audit
yang dapat mengurangi inherent risk, namun auditor harus menilai
seberapa besar inherent risk agar ia dapat merencanakan prosedur
auditnya dengan baik.
F. Pengendalian Internal
Menurut (Utomo: 2006) pengendalian internal dalam sistem yang
terkomputerisasi dibagi menjadi dua yaitu pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi, berikut beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk megurangi risiko-
risiko dalam implementasi E-Audit.
Pengendalian Umum: pada pengendlian umum seorang auditor harus
mengevaluasi pengendalian umum perusahaan secara keseluruhan untuk
memastikan sistem berjalan sesuai tugasnya, pengendalian yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap seluruh sistem dalam aspek TI termasuk pengaturan TI,
pemisahan tugas TI, pengembangan sistem, pengamanan fisik, dan online
terhadap akses pada perangkat lunak, perangkat keras, dan data perusahaan.
Pengendalian umum terbagi lagi dalam beberapa bagian sebagai berikut:
a. Pengendalian top manajemen: dimana seorang manajemen dalam suatu
perusahaan harus memastikan dan bertanggungjawab apakah sistem
dalam perusahaan tersebut sudah berjalan dengan baik.
b. Pengendalian manajemen sistem informasi: manajemen sistem
informasi mempunyai tugas untuk merencanakan dan melakukan
pengendalian terhadap semua aktivitas sistem informasi.
c. Pengendalian manajemen pengembangan sistem: divisi ini
bertanggungjawab terhadap desain, iplementasi, dan pemeliharaan
sistem.
d. Pengendalian manajemen program: bertanggung jawab untuk membuat
program baru, memelihara program yang lama dan menyediakan
software umum yang mendukung sistem informasi di perusahaan
tersebut.
e. Pengendalian data administrator: divisi ini memastikan pengembangan,
implementasi pengoprasian dan pemeliharaan sistem baru yang sesuai
dengan standar.
f. Pengendalian manajemen keamanan: divisi ini bertanggungjawab dalam
melakukan pengendalian terhadap akses dan keamanan fisik dari fungsi
sistem informasi.
g. Pengendalian manajemen operasi: divisi ini yang langsung mengawasi
dan melakukan control terhadap kinerja sistem operasional setiap hari.
Pengendalian Aplikasi: di pengendalian aplikasi auditor melakukan
evaluasi pengendalian aplikasi untuk setiap kelompok transaksi atau akun-akun di
mana auditor merencanakan untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian,
karena pengendalian TI akan berbeda di setiap transaksi dan akun. Pengendalian
aplikasi ini memproses transaki-transaksi dalam perusahaan seperti pengendalian
pemrosesan penjualan ataupun penerimaan kas. Pengendalian aplikasi dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Pengendalian batasan: dalam pengendalian ini terdiri dari seluruh
komponen yang membentuk suatu hubungan antara sistem dan
penggunanya (user).
b. Pengendalian input: merupakan bagian dimana data di masukan
kedalam sebuah sistem informasi.
c. Pengendalian proses: dalam pengendalian ini pengambilan keputusan,
perhitungan, pengklasifikasian dilakukan untuk memeriksa data yang
masuk ke sistem.
d. Pengendalian output: data yang masuk telah diolah dan mengasilkan
sebuah informasi di pengendalian ini merupakan kegiatan untuk
menyajikan data dalam bentuk yang baik sehingga menghasilkan
informasi yang akurat.
e. Pengendalian komunikasi: dalam pengendalian ini merupakan
pengendalian dalam pengiriman data antara subsitem yang ada dalam
sistem perusahaan.
Kedua pengendalian ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam
hal pengolahan data secara elektronis. Adapun tujuan yang perlu diketahui
seorang auditor dari pengendalian internal dari sebuah sistem yaitu:
a. Melindungi aktiva-aktiva perusahaan
b. Memberikan kepastian dan akurasi terhadap data dan informasi
c. Efisiensi
d. Pengukuran sesuai dengan kebijakan perusahaan
e. Pengukuran sesuai dengan peraturan dalam perusahaan
f. Pengendalian dari hal-hal negative seperti kriminal, pelanggaran, dan
lain sebagainya.
G. Kerangka Fikir
BPK – RI memanfaatkan penggunaan teknologi informasi untuk
meningkatkan keefektifan dan keefisienan dalam melakukan proses auditnya
dengan membuat sistem yang disebut dengan E-Audit. Sistem ini berubungan
langsung dengan entitas yang diaudit atau di sebut auditee yang memudahkan
BPK mendapatkan data-data yang diperlukan untuk melakukan audit.
Didalam setiap audit selalu muncul sebuah risiko. Dimana risiko ini
dinamakan risiko audit. Dan setiap risiko audit tidak dapat dihilangkan karena
setiap entitas yang diaudit selalu mempunyai risiko bawaan (inherent risk). Pada
penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah risiko bawaan yang muncul dari
dampak penggunaan teknologi informasi, dan upaya apa yang harus dilakukan
untuk meminimalisir risiko bawaan tersebut. Peneliti menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM), sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan para auditor dalam menerima, menggunakan, dan memanfaatkan
suatu teknologi yang baru sehingga dapat meminimalkan risiko bawaan (Inherent
risk).
Teknologi Pengendalian
informasi Internal
Risko Bawaan
(Inherent Risk)
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenology yang mengangkat pada fenomena yang terjadi saat ini. Dengan
menggunakan pendekatan fenomenology peneliti ingin menjelaskan dan
menggambarkan fenomena yang terjadi pada saat ini didalam penelitiannya.
Dengan adanya fenomena yang terjadi maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai
objek penelitian.
Metode penulisan kualitatif yang digunakan didalam penelitian ini untuk
memahami fenomena mengenai “dampak penggunaan teknologi informasi dan
pengendalian internal dalam menentukan risiko bawaan (Inherent Risk)
implementasi E-Audit pada BPK- RI” peneliti menggukan jenis penelitian
kualitatif studi kasus dengan menggunakan fenomena penggunaan teknologi pada
proses audit (E-Audit) di BPK-RI. Data yang dikumpulkan berasal dari BPK-RI
dan beberapa sumber lain yang mendukung penelitian, dan peneliti sebagai
instrumen utama dalam menganalisis data.
3. Studi Dokumentasi
Merupakan studi yang diperoleh dari sumber-sumber seperti jurnal,
buku, ataupun hasil rekaman wawancara dari informan yang terkait.
Data primer dari penelitian ini bersal dari studi kepustakaan yang
mengambil beberapa hasil penelitian dari jurnal dan penelitian
terdahulu kemudian didukung dengan data primer yang berasal dari
hasil wawancara informan yang terkait dengan kasus ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif merupakan peneliti itu
sendiri. Peneliti harus berperan aktif dan terlibat langsung dengan penelitiannya.
Selain itu instrumen penelitian yang dipakai untuk memperoleh data dilapangan
adalah, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Putra, Putu S.S. dan Noviari Naniek. 2013, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Kepercayaan, dan Kompetensi Pada Penerapan Teknik Audit Sekitar
Komputer, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.3 (2013): 640-654.