Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini
mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut
secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja menggunakan berbagai metode dan
teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dengan hasil yang optimal
dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta ramah
lingkungan.Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari
peran reaksi kimia fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan nagian
dari proses yang melibatkan reaksi-reaksi kimia fisika.Oleh karena itu, proses
pemurnian timah untuk memperoleh hasil yang ekonomis perlu di kaji dan dipelajari dari
segi kimia fisika. Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi yaitu kurang
dari 300.000 ton per tahun, dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar 20 juta
ton per tahun.Timah digunakan dengan berbagai cara di pabrik timah, solder dan pabrik
kimia; mulai dari baju anti api, sampai dengan pembuatan stabiliser pvc, pestisida dan
pengawet kayu. Di pabrik timah digunakan untuk kemasan bersaing dengan aluminium,
namun pasar kemasan cukup besar bagi keduanya dengan masing-masing
keunggulannya. Kaleng lapis timah lebih kuat dari kaleng aluminium, sehingga menjadi
keunggulan bagi produk makanan kaleng.

Peningkatan terbesar dalam permintaan timah baru-baru ini adalah karena tekanan
lingkungan yang meminta pabrik solder memangkas kandungan lead pada solder,
sehingga membuat kandungan timah dalam solder meingkat dari 30% menjadi hampir
97% hal ini merupakan peningkatan konsumsi yang besar. Mulai tahun 1996,
perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern yaitu Global Positioning
System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktivitas eksplorasi. Hal ini
sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari pemetaan dan
pengukuran. Data dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam komputer untuk
memproduksi dan menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi keakuratannya bagi
pertambangan yang sistematis dan efisien. Perusahaan mengoperasikan armada kapal
keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai (off shore). Armada kapal keruk
mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24
cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di
bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material
setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari
100 karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang
tahun.hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk
mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk
dibawa ke Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan
lainnya selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan
peleburan yaitu minimal 70-72% Sn

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :

1. Penjelasan dasar mengenai timah ?

2. Bagaimana cara pengolahan timah ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu intuk dapat memahami proses-proses
yang dilakukan untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari pencucian,
pemisahan, pengolahan, sampai pada pencatakan.

.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Timah


Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga
tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam
lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang
terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat
jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi.
Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah
dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan
urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari
endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.

2.2. Sifat dan Bentuk Timah

2.2.1. Sifat Timah:


a. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
b. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
c. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan
terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh.
Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang
oleh asam kuat, basa, dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan
meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
d. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa
disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan
kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna putih dan bersifat
logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai konduktor.
f. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti
asam asetat asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat
seperti NaOH dan KOH.
g. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung
memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat
panas.
h. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
i. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.

2.2.2. Bentuk Timah

Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika


dipanaskan timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada
13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika
timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan berubah dari putih menjadi
abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities ) seperti
alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau
bismut.Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan
membentuk stannate salts dengan oksida.
2.3. Keberadaan Timah di Alam

Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone.
Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah
berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian
daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)
merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-
belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral
logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak
terdapat di kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan
dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak
ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak
berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar
laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir,
tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari
alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1
Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang
disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi
dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand,
Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika
Selatan, UK, dan Zimbabwe.
2.4. Senyawa Timah

• Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan
pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas.
• Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung
fluorida. Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan
asam encer SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang
mengandung ion halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK1
• Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+
dan Sn2F5 dapat dideteksi.
• Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan
adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
• Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat,
yang dapat diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.

2.5. Reaksi-reaksi Timah

Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2°C, secara
perlahan, timah putih berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut
timah abu-abu. Bila timah putih yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang
disebut timah rapuh. Timah putih dipakai sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan
tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam campuran dalam perunggu (tembaga
dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah dengan timbal). Timah lebih
mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai pelindung
besi.
• Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat
teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
• Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
• Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
• Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan
pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi
(jamur).

2.6. Proses Pengolahan Timah


Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah (
kasiterit SnO2 ). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian
proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses
fisik dan disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses
peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah
biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni
campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah
timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa
dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan
kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai
dengan penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air
atau washing dan kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan
biasanya mengandung 20 – 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral
maka kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil
penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi>60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang
berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di
dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai
dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan
pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar
tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana
butir timah dan pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat
diketahui kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.
• Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang
mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah
yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga
berarti mengandung pengotor atau gangue lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit
dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih
tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal.
Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena
kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan
memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara
mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi
lanjutan yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air
table dan multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi
seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali
bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan
vibrator listrik berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara
mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral
ikutan tersebut kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang
selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat
penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension
separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat
konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral
nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing
dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga
dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu
proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi
material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan
efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari
kerusakan pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan.
Pada tiap tanur terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single
point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint
temperature recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan ke
dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial
fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya
menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku
–bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur
terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan
teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut
ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya.
Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan
proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float
untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum
dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven
untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
- Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga
material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat
pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas
dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material
yang ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain
yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar
Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan
penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan
NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92%
(pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina
melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses
refining ulang.
- Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar
parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil.
Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada
timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan
temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada solid solution
berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn
akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan
temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi
lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini
melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining
menggunakan larutan elektrolit yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian
yang sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan
katoda –yang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan
PT.Timah menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula
starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot
timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses
pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda
yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan
tidak terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan
secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and
cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair
adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting
machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang
memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada
serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan
permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang
capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan
merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai
standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.

2.7. Kegunaan Timah


Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan &
perunggu (5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah
lingkungan, keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari
riset yang sedang dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang
dibiayai industri, banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
• Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan
sangat kuat untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan
tanpa belerang yang digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu
diantara yang lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat
dan kabel tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
• Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn
(bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga
tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam
lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang
terbentuk sebagai oksida.
• Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
1 Proses Pengolahan Mineral Timah
>Washing atau Pencucian
>Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
>Pemisahan berdasarkan berat jenis
>Pengolahan tailing
>Proses Pengeringan
>Klasifikasi timah
>Pemisahan Mineral Ikutan
2 Proses pre-smelting
3 Proses Peleburan ( Smelting )
4 Proses Refining ( Pemurnian )
>Pyrorefining
>Eutectic Refining
>Electrolitic Refining
6 Pencetakan
• Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis
dalam kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu dll.
DAFTAR PUSTAKA

http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html

Anda mungkin juga menyukai