Anda di halaman 1dari 23

Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

KONSEP DASAR MEDIS

Bayi Post Matur

 Defenisi

Bayi postmatur adalah bayi yang lahir setelah minggu ke 42 dari usia

gestasi, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L. Wong 2004)

Bayi postmatur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari

42 minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan pengkajian usia

gestasi). (Donna L. wong 2009)

Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia

kehamilan melebihi 42 minggu. Ketika usia kehamilan memasuki 40 minggu,

plasenta mulai mengecil dan fungsinya menurun. Karena kemampuan

plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang, maka janin

menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber

energi. Akibatnya, laju pertumbuhan janin menjadi lambat.

Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama

persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap

cedera otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar

pada seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut,

banyak dokter yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah

lebih 42 minggu. Kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, antara

lain kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan

pascamaturitas.

Page | 1
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

Bayi postterm adalah bayi yang lahir setelah kehamilan lebih dari 42

minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir tanpa memperdulikan berat

badan bayi pada waktu lahir. Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang

umur kehamilannya melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap.

Postmatur adalah istilah yang seharusnya digunakan untuk

mendeskripsikan janin dengan ciri-ciri klinis nyata yang menunjukkan

kehamilan yang memanjang patologis. Kehamilan postterm atau memanjang

adalah pernyataan yang lebih disukai untuk kehamilan-kehamilan yang lewat

waktu dan postmatur dikhususkan untuk sebuah sindrom klinis spesifik. Perlu

diperhatikan, hanya sedikit bayi yang lahir dari kehamilan yang memanjang

ini yang postmatur, dan penggunaan istilah ini secara tidak pandang bulu

dapat salah mengesankan kehamilan yang memanjang patologis. Jadi, tidak

semua kehamilan postterm malahirkan bayi postmatur, tetapi bayi yang

postmatur sudah pasti berasal dari kahamilan postterm.

 Etiologi

Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah

hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan

telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang

(Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada

darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga

diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.

Page | 2
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar

estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta.

Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan

tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai

50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi.

Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin.

Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi :

o 30% prepartum

o 55% intrapartum

o 15% postpartum

Disamping itu, etiologi postmatur yaitu karena perbedaan dalam

menentukan usia kehamilan, ibu lupa akan tanggal haid terakhir, kesalahan

perhitungan. Serta ada yang mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat

waktu yang tidak diketahui akibat masa proliferasi yang pendek. Kini dengan

adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat

terutama bila pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 6-11 minggu

sehingga penyimpangan hanya 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi

kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali lebih besar dibandingkan

kehamilan aterm.

Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan

oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin tetapi yang paling

menjatuhkan adalah adanya produksi prostaglandin yang menyebabkan his

Page | 3
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

yang kuat. Prostaglandin dibuktikan berperan paling penting dalam

menimbulkan kontraksi uterus. Perbedaan dalam kadar kortisol pada darah

bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan tidak

timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta

(plasenta tidak bekerja dengan baik).

Masalah Perinatal

Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada usia kehamilan 38

minggu dan kemudian mulai menurun setelah 40 minggu, ini dibuktikan

dengan penurunan kadar esrliol dan plasenta laktogen. Rendahnya fungsi

plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadiaan gawat janin dengan resiko

3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pemasukan plasanta dan

oksigen akan menurun disamping adanya stasme arteri spiralis (penyempitan

arteri secara mendadak dan sebentar). Sirkulasi uteroplasenter akan

berkurang dari 50% menjadi 250-1/ menit jumlah air ketuban yang berkurang

mengakibatkan perubahan abnormal jantung bayi.

Masalah-masalah pada janin disebabkan oleh :

1) Kelainan pertumbuhan janin

a) Janin besar dapat menyebabkan distosia bahu, fraktur klavikula

b) Pertumbuhan janin terhambat

2) Oligohidramnion, kelainan amnion ini menyebabkan :

a) Gawat janin

Page | 4
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

b) Tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin

mendadak.

Masalah pada ibu antara lain :

1. Servik yang belum matang (70% kasus)

2. Kecemasan ibu

3. Persalinan traumatis akibat janin besar (20%)

4. Angka kejadian SC meningkat karena gawat janin, distosia bahu, dan

disproporsi sefalopelviks

5. Meningkatkan perdarahan pasca persalinan karena penggunaan oksitosin

untuk akselerasi/induksi.

 Patofisiologi

Deskripsi Clifford (1954) tentang bayi postmatur didasarkan pada 37

kelahiran yang secara tipikal terjadi 300 hari atau lebih setelah menstruasi

terakhir. Ia membagi postmatur menjadi 3 tahapan : pada stadium I cairan

amnion jernih, pada stadium II kulit berwarna hijau, dan stadium III kulit menjadi

berwarna kuning hijau.

Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Gambaran

ini berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukkan

pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut bermata terbuka,

tampak luar biasa siaga, tua dan cemas. Kulit keriput dapat amat mencolok di

telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Kebanyakan

Page | 5
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

bayi postmatur seperti itu tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat

lahirnya jarang turun di bawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya. Namun,

dapat terjadi hambatan pertumbuhan berat, yang logisnya harus sudah lebih

dahulu terjadi sebelum 42 minggu lengkap. Banyak bayi postmatur Clifford mati

dan banyak yang sakit berat akibat asifiksia lahir dan aspirasi mekonium.

Beberapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.

 Prognosis

Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari

41 minggu karena angka morbiditas dan mortalitas neonatus meningkat setelah

usia 40 minggu. Namun kurang lebih 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41

minggu hingga 7% akan menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan

kriteria yang digunakan. Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur

diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam

menentukan usia kehamilan. Jika Tp telah ditentukan pada trimester terakhir

atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan. Data yang terkumpul sering

menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan

lebih dari 40 minggu. Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga

tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah

kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007)

Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%.

Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4%.

(Mochtar,Rustam,1998)

Pengaruh terhadap Ibu dan Janin

Page | 6
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

 Terhadap Ibu :

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena :

(a) aksi uterus tidak terkoordinir

(b) janin besar

(c) moulding kepala kurang.

Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia

bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka morbiditas dan

mortalitas.

 Terhadap janin :

Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari

kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.

Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi : berat badan janin dapat

bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42

minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

 Gejala Klinik

Tanda dan gejala bayi post matur adalah :

- kurus, nampak seperti orang tua, karena kulit yang keriput

- verniks kaseosa dan lanugo berkurang atau menghilang

- tali pusat layu dan berwarna kekuningan

- kulit agak pucat dengan deskuamasi

- kadang disertai asfiksia.

Page | 7
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

Gambaran fisik bayi post-matur:

- panjangnya cukup umur, tetapi berat badannya rendah sehingga

tampak kurus

- matang, berada dalam keadaan siaga

- lemak di bawah kulitnya sedikit sehingga kulit pada lengan dan

tungkainya tampak menggelambir

- kulitnya kering dan mengelupas

- kuku jari kaki dan kuku jari tangannya panjang

- kuku jari kaki, kuku jari tangan dan pusarnya berwana kehijauan atau

kecoklatan karena mekonium (tinja pertama bayi).

 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus

Negell setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila masih

ragu maka pengukuran TFU serial dengan senti meter akan memberikan

informasi mengenai gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang memungkinkan

yaitu:

1. Air ketuban yang kurang

Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan

janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung dan

mengan dung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.

Page | 8
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

2. Gerakan janin yang jarang

Gerakn janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali /20

menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20

menit) dan dapat pula dengan USG.

 Penilaian Klinik

Penilaian klinik pada kehamilan psotmatur, yaitu :

1. Menentukan taksiran persalinan

Ini merupakan bagian terpenting dari perawatan antenatal karena akan

berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Menentukan saat persalinan lebih

tepat dan dapat dipercaya bila dilakukan pada kehamilan dini. Kemampuan

ini perlu ditekankan sejak kehamilan 41 minggu (di tingkat masyarakat dan

puskesmas) bila sudah masuk 42 minggu perlu dirujuk kerumah sakit

kabupaten.

2. Penilaian janin

Bila kehamilan posterm direncanakan untuk tidak segera dilahirkan

pastikan bahwa janin dapat hidup terus di dalam intra uterin. Keadaan yang

mendukung bahwa janin masih baik memungkinkan untuk mengambil

keputusan :

a. Menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa

ditekan 3 hari sekali

b. Melakukan induksi partus

Page | 9
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

 Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia

Bayi Post Matur

Berlebihnya waktu/masa kehamilan normal

Plasenta mengecil Kesalahan Hormonal


penafsiran HPHT

Insufisiensi plasenta Progesteron Estrogen dan laktogen


tidak cepat plasenta ↓
turun
Spasme arteri spiralis
plasenta ↓

Janin berada dalam Glukosa ke


kandungan dalam janin ↓
waktu yang lama
Nutrisi ke janin ↓ O₂ ke janin ↓ (lewat bulan)
bersama air Hypoglikemia
ketuban
Janin Paru-paru tidak
menggunakan memperoleh
persedian lemak suplay O₂ yang
Maserasi kulit janin
dan karbohidrat cukup
sendiri

Gangguan
intergritas kulit
O₂ dalam udara
Laju pernapasan ↓
pertumbuhan (asfiksia)
janin lambat

Bayi tampak
kurus/kecil Hypoxia Hypercapnia

Sindrom gawat napas Kerusakan / gangguan SSP

Page | 10
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

 Penatalaksanaan

Penanganan postmatur menurut saifuddin, 2006 yaitu pengelolaan kehamilan

posterm diawali dengan umur kehamilan 41 minggu, karena meningkatnya pengaruh

buruk pada keadaan perinatal setelah umur kehamilan 40 minggu dan meningkatnya

insidensi janin besar. Bila kehamilan >40 minggu, ibu hamil dianjurkan menghitung

gerak janin selama 24 jam (tidak boleh < 10 kali) atau menghitung jumlah gerakan

janin persatuan waktu dan dibandingkan (mengalami penurunan atau tidak).

Pengelolaan persalinan pada penanganan postmature yaitu sebagai berikut :

1. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung

dari derajad kematangan servik.

2. Bila servik matang

a. Dilakukan induksi persalinan bila tidak ada janin besar, jika janin >4000

gram, dilakukan secsio cesarea.

b. Pemantauan intra partum dengan mempergunakan KTG

(kardiotokografi) dan dokter spesialis anak apalagi jika ditemukan

mekonium mutlak.

3. Bila servik belum matang perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila

kehamilan tidak diakhiri

a. NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal,

kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu

dua kali.

Page | 11
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

b. Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertikan atau

indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variable pada NST,

maka dilakukan induksi persalinan.

c. Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dengan

kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif, janin perlu dilahirkan,

sedangkan bila CST negative kehamilan dibiarkan berlangsung dan

penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.

d. Keadaan servik (sekor bishop) harus dinilai ulang setiap kunjungan

pasien, dan kehamilan yharus diakhiri bila servik matang.

Kehamilan > 42 minggu diupayakan diakhiri. Pasien dengan

kehamilan lewat waktu dengan komplikasi diabetes mellitus, pre-eklamsi,

PJB (penyakit jantung bawaan), kehamilannya harus diakhiri tanpa

memandang keadaan servik. Tentu saja kehamilan dengan resiko ini tidak

boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu. Pengelolaan intrapartum

pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pasien tidur miring sebelah kiri.

b. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin.

c. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.

d. Perhatikan jalannya persalinan.

e. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan

hipoglikemi, hipofolemi, hipotermi dan polisitemi.

Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekonium harus

segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :

Page | 12
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

a. Penghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum

janin lahir.

b. Bila mekonium tampak pada pita suara, pemberian ventilasi dengan

tekanan positif ditangguhkan sampai trachea telah diintubasi dan

penghisapan yang cukup.

c. Inkubasi trachea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekonium yang

tebal.

 Pencegahan

Pencegahan postmatur menurut saifuddin, 2006 yaitu dilakukanya

konseling antenatal yang baik, evaluasi ulang umur kehamilan bila ada

tanda-tanda berat badan tidak naik, oligohidramnion, gerak anak menurun.

Bila ragu periksa untuk konfirmasi umur kehamilan dan mencegah

komplikasi.

Page | 13
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Bayi Post Matur

A. Pengkajian

1. Riwayat kehamilan

2. Status bayi baru lahir

3. Pemeriksaan fisik secara head to toe meliputi :

 Kardiovaskular

 Gastrointestinal

 Integumen

 Muskuloskeletal

 Neurologik

 Pulmonary

 Renal

 Reproduksi

4. Data penunjang

 X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas

 Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ

 Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa

 Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia

 Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur

lebih peka terhadap hiperbilirubinemia)

Page | 14
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

 Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah,

urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya.

B. Diagnosa

1. Sindrom gawat napas b/d gangguan suplai O₂

2. Gangguan SSP b/d asfiksia

3. Hypoglikemia b/d gangguan nutrisi

4. Gangguan integritas kulit b/d maserasi

C. Intervensi

No. Diagnosa Intervensi Rasional

1 Sindrom 1.Kaji upaya pernapasan. 1.Distres pernapasan dan

gawat napas Perhatikan adanya pucat hipoksia mempengaruhi

b/d atau sianosis. fungsi serebral dan dapat

gangguan merusak atau melemahkan

suplai O₂ dinding pembuluh darah

serebral, meningkatkan resiko

ruptur. Bila tidak teratasi,

hipoksia dapat

mengakibatkan kerusakan

permanen.

2.Berikan suplemen oksigen. 2.Hipoksemia meningkatkan

Page | 15
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

risiko kelemahan atau

kerusakan SSP yang

permanen.

2 Gangguan 1.Observasi bayi terhadap 1.Trauma kelahiran, kapiler

SSP b/d perubahan fungsi SSP rapuh, dan kerusakan proses

asfiksia dimanifestasikan oleh koagulasimembuat bayi

perubahan perilaku, letargi, berisiko terhadap IVH.

hipotonia, penonjolan atau

ketegangan kontanel, mata

terbalik, atau aktifitas kejang.

Selidiki penyimpangan

keadaan yang ditandai oleh

menangis nada tinggi,

parnapasan yang sulit dan

sianosis yang diikuti dengan

apnea flaksit wadriparese,

tidak berespon, hipotensi,

posturtonik, dan arefleksia.

3 Hypoglikemia 1.Pantau kadar dextrostix, 1.Karena kebutuhannya

b/d dan observasi adanya terhadap glukosa, otakdapat

gangguan perilaku yang menandakan menderita kerusakan yang

nutrisi hipokalsemia atau tidak dapat pulih bila kadar

hipokalsemia pada bayi glukosa serum lebih rendah

Page | 16
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

(misalkan kacau mental, dari 30-40 mg/dl.

kedutan, kejang mioklonik, Hipokalsemia (kadar kalsium

atau mata terbalik) serum < 7 mg/dl)sering

menyertai hipoklasemia dan

dapat mengakibatkan apnea

dan kejang.

4 Gangguan 1.Inspeksi kulit, perhatikan 1.Mengidentifikasi area

integritas area kemerahan atau potensial kerusakan dermal,

kulit b/d tekanan. yang dapat mengakibatkan

maserasi sepsis.

2.Berikan perawatan mulut 2.Membantu mencegah

dengan menggunakan salin kekeringan dan pecah pada

atau gliserin swab. Berikan bibir berkenaan dengan tidak

jeli petolium pada bibir. adanya masukan oral dan

efek kering dari terapi

oksigen.

3.Hindari penggunaan agen 3.Membantu mencegah

topikal keras ; cuci dengan kerusakan kulit dan

hati-hati larutan povidon-iodin kehilangan barier pelindung

setelah prosedur. epidermal.

4.Berikan latihan rentang 4.Membantu mencegah

gerak, perubahan posisi rutin, kemungkinan nekrosis

dan bantal bulu domba atau berhubungan dengan edema

Page | 17
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

terbuat dari bahan yang dermis atau kurangnya lemak

lembut. subkutan di atas tonjolan

tulang.

5.Minimalkan penggunaan 5.Melepaskan plester dapat

plester untuk mengamankan juga melepas lapisan

selang, elektroda, dan epidermal, karena kohesi

kantung urin, jalur IV, dsb. antara plester dan korneum

stratum lebih kuat daripada

antara dermis dan epidermis.

6.Mandikan bayi dengan 6.Setelah 4 hari, kulit

menggunakan air steril dan mengalami bebrapa sifat

sabun ringan. Cuci hanya bakteri sidal karena pH asam.

pada bagian tubuh yang Mandi sering menggunakan

benar-benar kotor. sabun alkalin atau pelembab

Minimalkan manipulasi kulit dapat meningkatkan pH kulit,

bayi. menurunkan flora normal dan

mekanisme pertahanan

alamiah yang melindungi

patogen invasif.

7.Ganti elektroda bila hanya 7.Penggantian yang sering

bila perlu dapat memperberat

kerusakan kulit.

8.Berikan salep antibiotik 8.Meningkatkan pemuluhan

Page | 18
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

pada hidung, mulut, dan bibir pecah-pecah dan iritasi

bila pecah atau teriritasi. berkenaan dengan pemberian

oksigen; dapat membantu

mencegah infeksi.

D. Impementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

1.Sindrom 1.Mengkaji upaya pernapasan. S : Orang tua klien

gawat napas Memperhatikan adanya pucat atau mengatakan kulit klien

b/d gangguan sianosis. tidak pucat lagi.

suplai O₂ Hasil : kulit tampak agak pucat dan O : Kulit klien tidak

sianosis. tampak pucat lagi.

2.Memberi suplemen oksigen. A : Masalah teratasi.

Hasil : kulit tidak tampak pucat. P : Pertahankan

intervensi.

2.Gangguan 1.Mengobservasi bayi terhadap S : Orang tua klien

SSP b/d perubahan fungsi SSP mengatakan klien

asfiksia dimanifestasikan oleh perubahan sudah seperti bayi

perilaku, letargi, hipotonia, penonjolan pada umumnya.

atau ketegangan kontanel, mata O : Klien mulai berefleks

terbalik, atau aktifitas kejang. dengan baik, nada

Page | 19
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

Hasil : fungsi SSP membaik. tangisan klien

2.Menyelidiki penyimpangan keadaan membaik, klien

yang ditandai oleh menangis nada bernapas dengan baik.

tinggi, parnapasan yang sulit dan A : Masalah teratasi.

sianosis yang diikuti dengan apnea P : Pertahankan

flaksit wadriparese, tidak berespon, intervensi.

hipotensi, posturtonik, dan arefleksia.

Hasil : refleks klien membaik.

3.Hypoglikemia 1.Memantau kadar dextrostix, dan S : Orang tua klien

b/d gangguan observasi adanya perilaku yang mengatakan asupan

nutrisi menandakan hipokalsemia atau nutrisi klien terpenuhi.

hipokalsemia pada bayi (misalkan O : Klien dapat bergerak

kacau mental, kedutan, kejang dengan baik dan tidak

mioklonik, atau mata terbalik). terlihat adanya

Hasil : klien tidak kejang lagi. kekakuan karena

2.Menganjurkan orang tua klien untuk kurang energi.

memberi asupan nutrisi yang baik A : Masalah teratasi.

pada klien. P : Pertahankan

Hasil : Kebutuhan nutrisi klien intervensi.

terpenuhi.

4.Gangguan 1.Menginspeksi kulit, memperhatikan S : Orang tua klien

integritas kulit area kemerahan atau tekanan. mengatakan kulit

b/d maserasi Hasil : kulit tidak tampak kemerahan hidung, mulut, dan

Page | 20
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

lagi. bibir klien tidak

2.Memberi perawatan mulut dengan berkerut lagi.

menggunakan salin atau gliserin O : Kulit klien tampak

swab. Memberi jeli petolium pada kencang.

bibir. A : Masalah teratasi.

Hasil : kulit bibir yampak licin. P : Pertahankan

3.Berikan salep antibiotik pada hidung, intervensi.

mulut, dan bibir.

Hasil : Kulit hidung, mulut, dan bibir

tampak cerah dan kencang.

1.Mencuci dengan hati-hati larutan S : Orang tua klien

povidon-iodin setelah prosedur. mengatakan kulit klien

Hasil : kulit tidak mengalami menjadi aman.

gangguan. O : Tidak terdapat

2.Memberi latihan rentang gerak, gangguan pada kulit

perubahan posisi rutin, dan bantal klien.

bulu domba atau terbuat dari bahan A : Masalah teratasi.

yang lembut. P : Pertahankan

Hasil : tubuh dan kulit klien menjadi intervensi.

aman.

3.Meminimalkan penggunaan plester

untuk mengamankan selang,

Page | 21
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

elektroda, dan kantung urin, jalur IV,

dsb.

Hasil : kulit tidak mengalami

gangguan.

4.Mengganti elektroda, hanya bila

perlu. S : Orangtua klien

Hasil : kulit tampak tidak terdapat mengatakan klien

gangguan bersih.

O : Kulit tubuh klien

1.Memandikan bayi dengan tampak bersih.

menggunakan air steril dan sabun A : Masalah teratasi.

ringan. Mencuci hanya pada bagian P : Pertahankan

tubuh yang benar-benar kotor. intervensi.

Meminimalkan manipulasi kulit bayi.

Hasil : kulit tampak tidak terdapat

gangguan.

Page | 22
Keperawatan Anak - Bayi Risiko Tinggi, Post Matur

Kelas A, Kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak vol 1. Jakarta : penerbit Buku

Kedokteran EGC

Cunningham, F. Gary. 2006. Obstetric Williams edisi 21. Jakarta : penerbit Buku

Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk

Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Keperawatan pediatrik vol 1. Jakarta : penerbit Buku

Kedokteran EGC

Page | 23

Anda mungkin juga menyukai