T I N J A U A N P U S T A KA
2.1 Batasan/Pengertian
Adapun batasan/pengertian Asuhan Kebidanan Multi Gravida dengan Hypertensi
Kronis adalah :
2.1.1 Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan berdasarkan rumusan berbagai pakar dijelaskan sebagai
berikut :
Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh
bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/permasalahan khususnya dalam
bidang KIA/KB. (Syahlan. JH, 1993 : 3)
Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia
dan sejahtera. (Santosa. NI, 1995 : 16)
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah
kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. (Santosa. NI, 1995 : 17)
2.1.2 Multi Gravida
Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil.
(Sastrawinata. S, 1983 : 156)
Keterangan :
RBF : Aliran Darah Ginjal
GFR : Glomerular Filtration Rate
TD : Tekanan Darah
PNM : Kematian Perinatal (Winardi. B, 1991 : 10)
Tirah baring absolut tidaklah diperlukan. Dikatakan bahwa absolute bed rest
dapat meningkatkan resiko embas paru. Selain itu dari segi psikologis ibu kurang
menguntungkan. Pada hypertensi yang berat disarankan tirah baring sampai saat
persalinan.
Pemberian Obat
Pemberian phenobarbital dikatakan dapat meningkatkan keberhasilan program
tirah baring ini. Apabila tirah baring dan pemberian sedatif ringan tak
memberikan respon, perlu dipikirkan pemberian anti hypertensi. (Winardi. B,
1991: 12)
Diet
Diet yang baik diperlukan bagi pertumbuhan janin dalam rahim. Kandungan
protein minimal 90 gr setiap hari. Diet rendah garam tidak ada keuntungan, bila
didapatkan proteinuri maka suplement pengganti protein yang hilang harus
dipikirkan. Pada penderita obesitas ada baiknya menurunkan berat badan.
(Winardi. B, 1991 : 12)
2.2.8.2 Untuk mengendalikan hypertensi dan mencegah superimposed pre
eklampsia/eklampsia.
Pada hypertensi ringan terapi yang diajarkan adalah tirah baring saja dengan
pemantauan yang rutin 2x seminggu, sampai minggu ke 30, sesudahnya seminggu
sekali, bila perlu dapat diberikan phenobarbital, juga diet seimbang karbohidrat.
Sedangkan obat anti hypertensi yang sering dipakai adalah alfa metildopa, beta
blockers, hidralazin, clonidine, prazosun, antagonis kalsium, diuretikum. (Winardi. B,
1991 : 12)
2.2.8.3 Pengakhiran kehamilan bila keadaan menjelek atau terjadi gangguan
pertumbuhan janin, apabila janin mampu hidup diluar tubuh ibu.
Oleh karena disfungsi plasenta seringkali terjadi pada hypertensi esensial yang
berat, dan kematian bayi pada umur kehamilan 38 mg tidak berbeda dengan
kehamilan aterm, maka induksi persalinan dianjurkan.
Indikasi penyelesaian kehamilan dapat datang dari ibu maupun janin, indikasi
itu meliputi:
Peningkatan serum kreatinin > 50% dari pemeriksaan sebelumnya, gangguan
neurologik berat, platelet count dibawah 100x109/1, hypertensi tak terkontrol,
peningkatan serum bilirubin.
Indikasi anak : berkurangnya pertumbuhan dan pergerakan janin, maturitas paru,
kardiotokografi abnormal.
Cara penyelesaian persalinan dilakukan sesuai dengan situasi dan persyaratan
yang ada. (Winardi. B, 1991 : 19)
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Multi Gravida Dengan Hypertensi
Kronis
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktik kebidanan
dilakukan melalui proses yang disebut langkah-langkah proses manajemen
kebidanan. Langkah-langkah itu meliputi : pengkajian, analisa data, diagnosa,
masalah dan kebutuhan, intervensi, implementasi dan evaluasi hasil tindakan.
Proses manajemen kebidanan merupakan proses yang terus menerus
dilaksanakan, dan kemudian timbul masalah baru maka proses kembali ke langkah
pertama. (Santosa. NI, 1995 : 6)
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
Kegiatan yang dilakukan adalah anamnesa, pemeriksaan data obyektif yang meliputi
palpasi, auskultasi, perkusi, inspeksi serta pemeriksaan penunjang.
2.3.1.1 Anamnesa
Anamnesa ialah tanya jawab antara penderita dan petugas kesehatan tentang
data yang diperlukan.
Tujuan anamnesa meliputi : untuk mengetahui keadaan penderita, membantu
menegakkan diagnosa dan agar dapat mengambil tindakan segera bila diperlukan.
(Ibrahim. C,1996 : 80)
Hal-hal yang ditanyakan pada saat anamnesa meliputi :
ANAMNESA RASIONAL
1. Anamnesa Umum Dengan adanya biodata kita dapat
Biodata terdiri darai nama klien dan mengenal klien serta diketahui
suami, usia, suku bangsa, agama, permasalahan yang timbul sehingga lebih
pendidikan terakhir, pekerjaan dan terbuka membicarakan masalah kepada
penghasilan serta alamat.Pada petugas kesehatan. (Ibrahim. C, 1996 : 81)
penderita dengan Hipertensi Kronis,
usia biasanya lanjut atau lebih dari 35
tahun.
2. Anamnesa kesehatan keluarga Dengan menanyakan penyakit/kesehatan
Terdiri dari penyakit keluarga klien, keluarga dapat diketahui penyakit yang
apa ada yang menderita penyakit mempengaruhi kehamilan, langsung
keturunan (asma), diabetes mellitus, ataupun tak langsung. (Ibrahim. C, 1996 :
haemophili keturunan kembar dan 83)
penyakit kronis. Pada penderita
dengan Hipertensi Kronis ditanya pula
apakah dari pihak keluarga ada yang
menderita penyakit hipertensi.
3. Anamnesa kesehatan klien Dengan menanyakan gangguan subyektif
Yang perlu ditanyakan adalah sakit kepada klien dapat membantu
kepala, gangguan mata, nyeri perut menegakkan diagnosa
atas, dan apakah sebelum hamil atau
sebelum usia kehamilan 20-21 minggu
pernah menderita hipertensi .
4. Anamnesa kebidanan terdiri dari Dengan menanyakan riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ini ( keluhan sekarang diharapkan petugas kesehatan
nutrisi, pola eliminasi, astifitas, pola mengetahui keadaan kehamilannya.
istirahat/tidur, seksualitas, imunisasi) (Ibrahim. C, 1996 : 85)
Riwayat menstruasi (menarche, lama Dengan menanyakan riwayat menstruasi
haid, siklus, jumlah darah haid, untuk membantuk menegakkan diagnosa
dismenorrhae, keluhan, hari pertama (umur kelahiran) dan tafsiran persalinan
haid terakhir, fluor)
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas Dengan menanyakan riwayat kehamilan,
dan KB yang lalu, apakah pernah persalinan, nifas, KB yang lalu maka
disertai dengan hipertensi. petugas kesehatan dapat memperkirakan
kelainan pada kehamilan maupun
persalinan
2. Pemeriksaan Palpasi
Pemeriksaan palpasi ialah memeriksa klien dengan meraba. Tujuan dari
pemeriksaan palpasi meliputi usia kehamilan, posisi, letak dan presentasi janin serta
adanya kelainan.
Hal-hal yang diperiksa meliputi :
PEMERIKSAAN RASIONAL
Leher meliputi kelenjar thygroid, linfe dan Dengan pemeriksaan palpasi pada leher
vena jogularis untuk mengetahui kelainan seacara dini
Dada meliputi benjolan, nyeri tekan pada Dengan pemeriksaan dada untuk
payudara, pengeluaran coloustrum mengetahui adanya tumor payudara dan
pengeluaran coloustrum
Abdomen meliputi leopold I, II, III, IV Dengan palpasi abdomen maka dapat
diketahui usia kehamilan dan posisi janin
3. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan mendengarkan
detil jantung janting, untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup
atau mati. (Ibrahim. C,1996 : 137)
4. Pemeriksaan Perkusi
Pemeriksaan perkusi adalah memeriksa klien dengan mengetuk lutut bagian
depan menggunakan refleks hammer untuk mengetahui kemungkinnan klien
mengalami kekurangan vitamin B1. (Syahlan. JH, 1993 : 68)
2.3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan labotarium (urin dan darah)
kalau perlu rontgen, ultrasonografi dan Non Stres Test (NST). (Santosa. NI, 1996 : 6 )
2.3.2 Analisa Data, Diagnosa, Masalah, Kebutuhan
Analisa, diagnosa, masalah adalah interpretasi dan data ke dalam masalah-
masalah yang khusus atau diagnosa-diagnosa. (Varney, 1997 : 25)
Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh
bidan yang disebut diagnosa kebidanan.
Diagnosa kebidanan mencakup : kondisi klien yang terkait dengan masalah-
masalah utama dan penyebab utamanya (tingkat resiko), masalah potensial dan
prognosa (Syahlan, 1995 : 9)
Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera
diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien. (Syahlan, 1995 : 10)
Analisa data dalam rangka menentukan diagnosa atau masalah klien meliputi
pengelompokkan data sejenis, yang dapat menunjang untuk merumuskan suatu
diagnosa, masalah ataupun kebutuhan klien. Analisa data pada klien dengan
hypertensi kronis meliputi :
2.3.2.1 Diagnosa
1) Multi gravida dengan hypertensi kronis
Data pendukung : 1. Kehamilan lebih dari satu kali, 2. Tekanan darah arteri melebihi
140/90 mmHg, 3. Tidak terdapat protein dalam urine, 4. Oedema ekstremitas hanya
sedikit atau tidak ada. (Muchtar. R, 1998 : 158)
2.3.2.2 Masalah
Adapun masalah-masalah yang timbul pada ibu hamil dengan hypertensi
kronis adalah :
Gangguan rasa nyaman pusing, data pendukung : 1. Klien mengeluh kadang-kadang
kepala pusing, 2. Keadaan umum ibu baik, 3. Tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih.
2.3.2.3 Kebutuhan
Nasehat yang dapat dianjurkan pada ibu hamil dengan hypertensi kronis
adalah sebagai berikut :
1. Istirahat (tirah baring)
2. Pemberian obat anti hypertensi
3. Diet nutrisi seimbang
4. Pemantauan kahamilan
5. Pengenalan tanda-tanda persalinan
6. Pengenalan gawat janin
2.3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan tindakan meliputi :
2.3.4.1 Tindakan kebidanan apa yang dapat dikerjakan sendiri, dibantu atau
dilimpahkan kepada staf lainnya, kepala klien atau keluarga serta di rujuk
kepada tenaga lain dari team kesehatan.
2.3.4.2 Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang
dilakukan.
2.3.4.3 Mengamati hasil dari tindakan yang diberikan petugas kesehatan.
dan mengadakan konsultasi atau Mencatat jika perlu dilakukan rujukan.
(Santosa. NI, 1993 : 131-132)
2.2.4.4 Mencatat dan mengadakan konsultasi jika perlu di lakukan perujukan
(Santosa. NI, 1993 : 131-132)
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi tindakan merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan
manajemen kebidanan. Setelah dilakukan evaluasi, bidan merencanakan pada klien
yang telah dilakukan tindakan kebidanan, perlu atau tidak melakukan follow up.
Apabila perlu dilakukan follow up, harus direncanakan bentuk dan waktu follow up
terhadap klien. Sehingga klien mendapatkan asuhan kebidanan yang kompresiensif
dan berkesinambungan. (Santosa. NI, 1993 : 132).