Anda di halaman 1dari 36

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: HIPERTENSI


DLAAM KEHAMILAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas-I

Dosen :

Disusun oleh :

Silvia Gisty Almarona (191FK03076)

Kelas : 2-F

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2021
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan
sistolik maupun diastolik > 140/90 mmHg (Sugiarti, Kurniawati, & Susanti,
2021).
B. Klasifikasi Hipertensi
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
biasanya berkaitan dengan genetik (Sianturi & Sibuea, 2021).
Etiologi:

2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit atau
obat-obatan tertentu (Manangkot & Suindrayasa, 2020). Hipertensi sekunder
berhubungan dengan gangguan sekresi hormone dan fungsi ginjal
(Rahmatika, 2021).

3) Hipertensi Pada Kehamilan


Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umum terjadi pada saat
kehamilan (Bachtiar, 2020):
a) Eklampsia
Hipertensi ini disebut juga hipertensi yang diakibatkan kehamilan atau
keracunan kehamilan (selain tekanan darah tinggi, juga didapatkan
kelainan pada air kencingnya). Kejang yang tidak dapat di jelaskan
penyebabnya pada wanita dengan preeklamsia, hipertensi kronis
superimpose preeklamsia. Wanita hipertensi dengan proteiuria lebih dari
300mg/24 jam yang baru muncul dan tidak didapatkan sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau peningkatan mendadak pada proteiuria dan
tekanan darah atau jumlah trombosit lebih dari 100.000/µl pada wanita
dengan hipertensi dan protein uria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
b) Hipertensi kronik
Hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.
Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolik
lebih dari 90mmHg didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum 20
minggu usia kehamilan dan tidak termasuk penyakit tromboplastik
gestasional. Tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg atau tekanan
darah diastolik lebih dari 90mmHg didapatkan pada usia kehamilan lebih
20 minggu menetap atau 12 minggu post partum. Diagnosis sulit
ditegakkan pada trimester pertama kehamilan dan umumnya didapatkan
pada beberapa bulan setelah melahirkan.
c) Pre Eklampsia
Gabungan pre eklampsia dengan hipertensi kronik. Tekanan darah
sistolik lebih dari 140mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari
90mmHg pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Disertai proteinuria
lebih dari 300mg/24 jam atau lebih dari positif satu pada pemeriksaan
urin sesaat dengan urin dipstik atau rasio protein : kreatinin urin lebih
dari 0,3.
d) Hipertensi Gestasional
Hipertensi sesaat. Hipertensi terjadi setelah 20 minggu kehamilan tanpa
adanya proteinuria. Kelahiran dapat berjalan normal walaupun tekanan
darahnya tinggi.
C. Etiologi Hipertensi
1) Hipertensi Primer
Penyebab hipertensi primer adalah faktor genetik, hiperaktvitas sistem saraf
simpatis, gangguan fungsi ginjal dalam hal retensi garam dan air, komposisi
elektrolit intraseluler dan ekstraseluler cairan, serta gangguan humoral
seperti mekanisme renin-angiotensin-aldosteron, yang aktif mengatur
mekanisme hemodinamik yang mengontrol tekanan darah (Susetyowati,
Huriyati, Kandarina, & Faza, 2019).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi
renovaskuler), gangguan korteks adrenal, pheochromocytoma, dan coartation
aorta. Beberapa penyakit pun dapat menyebabkan hipertensi seperti
gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh
darah (Susetyowati, Huriyati, Kandarina, & Faza, 2019).
3) Hipertensi Gestasional
a) Hamil untuk pertama kalinya.
b) Hamil dibawah usia 20-40 tahun.
c) Hamil lebih dari satu bayi, seperti kembar dua atau tiga
d) Menderita DM
e) Menderita penyakit ginjal
f) Menderita hipertensi sebelum hamil.
4) Hipertensi Kronis
a) Penyakit parenkim ginjal
b) Penyakit vascular ginjal
c) Gangguan endokrin
d) Koarktasio aorta
e) Penggunaan kontrasepsi oral
5) Pre Eklampsia
Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui, namun teori yang
umumnya digunakan untuk menjelaskan penyebab preeklampsia adalah teori
“ischemia placenta” (Karlina, Budiana, Surya, & Manuaba, 2020). Adapun
diakibatkan oleh kalainan pembuluh darah, faktor diet, faktor keturunan, dll
(Mufarokhah, 2019).
6) Eklampsia
Penyebab eklamsia diduga karena memiliki riwayat menderita preeklamsia
pada kehamilan sebelumnya, sedang menjalani kehamilan pertama atau
memiliki jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (<2 tahun), memiliki
riwayat hipertensi kronis atau hipertensi dalam kehamilan, Hamil pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mengalami kondisi dan
penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, anemia sel sabit, obesitas,
serta penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid (APS),
kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari satu janin
atau hamil dengan program bayi tabung (IVF).
D. Faktor Risiko
Faktor risiko hipertensi adalah (Bachtiar, 2020):
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Usia
Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam
tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat adanya perubahan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan mengalami
penyempitan dan menjadi kaku. Selain itu, ketika usia bertambah terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivtas simpatik serta kurangnya
sensitivitas baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
b) Jenis Kelamin
Wanita yang menopause rentan terkena hipertensi. Wanita sebelum
menopause dilindungi oleh hormone esterogen yang berperan dalam
meningkatkan LDL.
c) Genetik
Seringkali berhubungan dengan peningkatan kadar sodium. Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua kali.
2) Faktor yang dapat diubah
a) Aktivitas Fisik
Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot
jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan darah yang
membebankan pada dinding arteri sehingga tahanan perifer yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
b) Obesitas
c) Merokok
d) Kafein
e) Stress
Hormon adrenalin akan meningkat mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
3) Preeklampsia dan eklapsia memiliki faktor risiko:
a) Usia
b) Paritas
c) Pre-eklampsia sebelunya
d) Riwayat keluarga
e) Kehamilan Ganda
f) Kondisi medis sebelumnya (DM Tipe1)
g) Obesitas
h) Resistensi insulin
i) Hipertensi kronis
j) Penyakit ginjal
k) Autoimun
l) Merokok
m) Peningkatan BMI, TD, dan proteinuria
n) Primipaternitas
o) Kehamilan sprerma donor
p) Nulliparity
E. Manifestasi Klinis
1) Hipertensi
Tanda gejala hipertensi yang sering muncul adalah (Bachtiar, 2020):
a) Mengeluh sakit kepala, pusing;
b) Lemas, kelelahan;
c) Sesak napas;
d) Gelisah;
e) Mual;
f) Muntah;
g) Epitaksis;
h) Kesadaran Menurun.
2) Hipertensi kronis
a) Waktu onset <20 minggu;
b) Tidak ada proteinuria, hemokonsentrasi, trombositopenia, disfungsi hati,
kreatinin serum >1.2 mg/dL. peningkatan asam urat serum.
3) Hipertensi Gestasional
a) Waktu onset pertengahan kehamilan (20 minggu);
b) Tekanan darah tinggi pada usia kandungan diatas 20 minggu;
c) Tidak ada protein dalam urine , hemokonsentrasi, trombositopenia,
disfungsi hati, kreatinin serum >1.2 mg/dL. peningkatan asam urat
serum.;
c) Sakit kepala;
d) Pusing;
e) Edema;
f) BB naik tidak wajar;
g) Penglihatan kabur atau buram
h) Mual muntah berlebih
4) Pre Eklampsia
Tanda gejala pre-eklampsia antara lain (Kurniati, Trisyani, & Theresia,
2018).
a) Peningkatan tekanan darah (>140/90 mmHg);
b) Proteinuria;
c) Oliguria;
d) Edema wajah, tangan, dan sacrum;
e) Berat badan naik 2pounds/ 0.9 kg atau lebih perminggu;
f) Sindrom HELLP;
g) Perubahan penglihatan;
h) Pusing;
i) Mual;
j) Nyeri epigastrium atau pada kuadran kanan atas.

Preeklampsia ringan memiliki gejala:


a) Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg tau lebih, kenaikan sistolik
30 mmHg, atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 1 jam, namun sebaiknya 6 jam.
b) Edema umum, kaki, jari tangan, muka, atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu.
c) Proteinuria kwantitatif 0.3 gr atau lebih per liter, kwalitatif +! atau +2
pada urin kateter atau midstream

Pre-eklampsia dikatakan berat jika,


a) Tekanan darah >160/110 mmHg;
b) Protein urine >2 g/ 24 jam;
c) Serum kreatinin >1.2 mg/dL;
d) Trombosit > 100.000;
e) Peningakatan LDH sebagai bukti adanya hemolisis;
f) Peninkatan ALT atau AST;
g) Nyeri kepala persisten;
h) Nyeri epigastric persisten/ terus menerus;
i) Oliguria <500 mL/24 jam;
j) Edema pulmo;
k) Gangguan fungsi hati dari etiologi kurang jelas;
l) Pertumbuhan janin terhambat;
m) Oligohidramnion (kekurangan cairan amnion);
n) Eklampsia.
5) Eklampsia
Gejala eklampsia terdiri dari:
a) Gejala pre eclampsia
b) Kejang terkait dengan periode postical berdurasi 15-20 menit.
c) Peningkatan tekanna darah secara signifikan (>140/90 mmHg)
d) Penurunan HR janin, khusunya selama kejang.
F. Patofisiologi
1) Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistemsimpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan
emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yanng mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan
pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah
menjadi angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mengakibatkan keadaan hipertensi.
2) Hipertensi Gestasional
Faktor-faktor yang berperan penting pada patogenesis hipertensi meliputi
faktor genetik, aktivasi sistem neurohormonal (seperti sistem saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin-aldosteron), obesitas, dan asupan diet tinggi
garam.
Terdapat beberapa teori tentang penyebab hipertensi dalam kehamilan di
antaranya: kelainan vaskularisasi plasenta, disfungsi endotel, intoleransi
imunologis antara ibu dan janin, stres oksidatif, dan defisiensi gizi.
Hipertensi kronik dapat berupa hipertensi esensial ataupun hipertensi
sekunder yang sudah terjadi sebelum hamil. Hipertensi gestasional dapat
merupakan pertanda kondisi hipertensi kronik yang akan diderita di masa
depan. Sekitar 20-25% penderita hipertensi kronik akan mengalami
preeklampsia saat hamil dan sepertiga penderita hipertensi gestasional
selanjutnya akan mengalami preeklampsia.
Disfungsi endotelial memiliki peran yang penting dalam patogenesis
terjadinya preeklampsia. Penyebab utama disfungsi endotel adalah
ketidakseimbangan faktor proangiogenik dan antiangiogenik yang dihasilkan
oleh plasenta. Angiogenesis merupakan proses yang sangat penting untuk
keberhasilan proses plasentasi dan interaksi antara tropoblas dan endotelium.
Faktor proangiogenik yang dihasilkan oleh plasenta yakni VEGF (vascular
endothelial growth factor) dan PIGF (placental growth factor) sementara
faktor antiangiogenik yang dihasilkan yakni sFlt-1 (soluble fms-like tyrosine
kinase I receptor)⎯juga dikenal sebagai sEng (soluble VEGF type I
receptor⎯dan soluble endoglin). Dari beberapa studi diketahui bahwa pada
pre-eklampsia, kadar faktor proangiogenik tersebut mengalami penurunan
yang signifikan sementara kadar faktor antiangiogenik mengalami
peningkatan.

3) Preeklampsi, eklampsi, hipertensi kronis

Tekanan darah

Meningkat Hamil <20 minggu Normal


(TD>140/90 mmHg

Hipertensi Kronik Superimposed Pre Hamil, >20 minggu


eklampsia
Hipertensi Kronik

Pre eklampsia Kejang (-) Kejang (+)

Vaso spasme pada Penurunan


pembuluh darah pengisian darah di Eklampsi
ventrikel kiri

Volume dan Proses 1 cardiac Kelebihan volume


tekanan darah output menurun cairan
menurun
Merangsang Sistem syaraf Keluar keringat
medulla simpatis
oblongata meningkat Kulit

Jantung HCL meningkat Paru

Kompresi saraf Peristaltik turun Penumpukan


simpatis darah
meningkat
LAEDP
Gangguan irama
meningkat
jantung

Aliran turbulensi
Kongesti vena
emboli
pulmonal

Nyeri Timbul edema


gangguan fungsi
fungsi alveoli
Konstipasi Akumulasi gas
meningkat
Gangguan
pertukaran gas
Akral dingin Defisit nutrisi

Perubahan perfusi Metabolisme


jaringan perifer turun

Vasokontriksi Pembuluh darah

G. Pencegahan
1) Hipertensi
a) Pencegahan primer
Mengatur diet agar BB tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolestrolemia, diabetes mellitus, dll. Berhenti merokok.
Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
Melakukan olahraga untuk mengendalikan berat badan.
b) Pencegahan sekunder
Pengelolaan secara menyeluruh baik dengan obat ataupun
tindakan pencegahan primer. Penjagaan tekanan darah agar tetap normal
atau stabil. Batasi aktivitas. Kontrol faktor risiko penyakit jantung
iskemik.
c) Pencegahan tersier
Pengontrolan darah secara rutin, olahraga teratur, menyusui bagi
ibu. Olahraga dengan frekuensi 3-4 hari perminggu, selama minimal 12
minggu direkomendasikan pada orang dewasa dengan hipertensi
(Fandinata & Ernawati, 2020).
2) Pre-Eklampsia
Pencegahan terhadap preeklampsia dibagi menjadi 3 tingkat:
1) Primer
Bertujuan untuk mencegah pre-eklampsia dimana penyebabnya
belum diketahui, seperti mencegah kehamilan, memperpanjang waktu
paparan dengan sperma, hamil pada usia yang tepat.
2) Sekunder
Bertujuan untuk menghentikan proses perjalanan penyakit
sebelum mencapai gejala klinis dan dilakukan bila pathogenesis telah
diketahui dengan jelas, ketersediaan metode untuk deteksi dini. Seperti
melakukan pemeriksaan C-Reactive Protein.
3) Tersier
Upaya mencegah terjadinya komplikasi akibat penyakit. Lakukan
ANC rutin untuk memberikan terapi dini dan memonitor keberhasilan
terapi (Astutik, 2017)
Beberapa strategi yang digunakan untuk mencegah atau memodifikasi
keparahan preeklampsia antara lain:
a) Antenatal Care (ANC)
Deteksi dini preeklampsia dilakukan dengan berbagai
pemeriksaaan tanda biologis, biofisik dan biokimia sebelum timbulnya
gejala klinis sindrom preeklampsi. Hal ini diupayakan dengan
mengidentifikasi kehamilan risiko tinggi dan mencegah pengobatan
dalam rangka menurunkan komplikasi penyakit dan kematian melalui
modifikasi ANC.
WHO merekomendasikan semua ibu hamil harus melakukan
kunjungan ANC minimal 8x. Yaitu kunjungan pertama dilakukan
sebelum usia kehamilan 12 minggu dan kunjungan selanjutnya di usia
kehamilan 20, 26, 30, 34, 36, 38 dan 40 minggu.
Preeklampsia tidak selalu dapat didiagnosis pasti. Jadi
berdasarkan sifat alami penyakit ini, baik American College of
Obstetricians and Gynecilogists (ACOG) maupun Kelompok Kerja
Nasional High Blood Pressure Education Programe menganjurkan
kunjungan ANC yang lebih sering, bahkan jika preeklampsia hanya
dicurigai. Pemantauan yang lebih ketat memungkinkan lebih cepatnya
identifikasi perubahan tekanan darah yang berbahaya, temuan
laboratorium yang penting, dan perkembangan tanda dan gejala yang
penting. Frekuensi kunjungan ANC bertambah sering pada trimester
ketiga, dan hal ini membantu deteksi dini preeklampsia.
b) Manipulasi Diet
1) Suplemantasi Kalsium
WHO merekomendasikan pemberian kalsium rutin sebanyak
1500-2000 mg elemen kalsium perhari, terbagi menjadi 3 dosis
(dianjurkan dikonsumsi mengikuti waktu makan). Lama konsumsi
adalah semenjak kehamilan 20 minggu hingga akhir kehamilan.
Pemberian kalsium dianjurkan untuk ibu hamil terutama dengan
risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi pada kehamilan dan daerah
dengan asupan kalsium yang rendah.
2) Suplementasi Vitamin D
Institute of Medicine (IOM) dan ACOG merekomendasikan
suplemen vitamin D 600 IU perhari untuk ibu hamil guna
mendukung metabolisme tulang ibu dan janin. Dan dosis 1000-2000
IU per hari untuk kasus defisiensi vitamin D.
Namun paparan sinar matahari mungkin lebih terkait kuat dengan
tingkat vitamin D dibandingkan dengan asupan vitamin D oral.
Bentuk aktif vitamin D secara langsung mempengaruhi absorbsi
kalsium di usus bersama dengan hormone paratiroid bekerja secara
sinergis meningkatkan reabsorbsi kalsium dari tulang.
Enzim yang bertanggung jawab untuk aktivasi vitamin D
(1αhydroxyase) dan reseptornya telah ditemukan di jaringan perifer
seperti plasenta yang menunjukkan peran yang lebih jauh
menjangkau vitamin D daripada metabolisme tulang saja. Pemberian
vitamin D sejak awal kehamilan bisa mengurangi risiko
preeklampsia.
Pada preeklampsi plasenta menunjukan respon inflamasi yang
kuat dan terjadinya peningkatan dalam aktivitas sistem immunologi.
Hal ini menyatakan bahwa Kecukupan akan pemenuhan kebutuhan
vitamin D memberikan efek imunomodulasi dan regulasi tekanan
darah.
Sinar matahari merupakan sumber utama vitamin D yang paling
baik. Intensitas UVB sinar matahari adalah rendah pada pukul 07.00
pagi, meningkat pada jam-jam berikutnya sampai dengan pukul
11.00; setelah pukul 11.00 intensitas ini relatif stabil dan tinggi
sampai dengan pukul 14.00 untuk kemudian menurun, dan pada
pukul 16.00 mencapai intensitas yang sama dengan pada pukul
07.00.
c) Antioksidan
Dua antioksidan alamiah yaitu vitamin C dan vitamin E dapat
menurunkan oksidan tersebut. Suplementasi diet diajukan sebagai
metode untuk memperbaiki kemampuan oksidatif perempuan yang
berisiko mengalami preeklampsia.
d) Agen Antitrombotik (Aspirin dosis rendah)
Dengan aspirin dosis rendah yaitu dalam dosis oral 50 hingga
150 mg/hari, aspirin secara efektif menghambat biosintesan A2 dalam
trombosit dengan efek minimal pada produksi prostlasiklin vaskuler.
(Handayani, 2019).
H. Pengobatan/Penatalaksanaan
1) Hipertensi Kronik
Obat yang dapat diberikan adalah obat anti hipertensi. Konservatif atau
dilahirkan sedapat mungkin pervagina dapat dilakukan pada kehamilan
aterm.
2) Hipertensi Gestasional
Terapi yang dapat dilakukan adalah:
1. Observasi TTV, his, DJJ;
2. Pemberian RL 20 TPM;
3. Drip MgSO4;
4. Nifedipine.
Indikasi pemberian antihipertensi adalah risiko rendah hipertensi yaitu
ibu sehat dengan tekanan darah diastolik menetap ≥100 mmHg serta dengan
disfungsi organ dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg, obat antihipertensi
yaitu pilihan pertama ialah obat antihipertensi golongan a2- agonis sentral
yaitu Methyldopa dengan dosis 0,5–3,0 g/hari, dibagi dalam 2-3 dosis,
pilihan kedua ialah obat antihipertensi golongan calsium channel blocker,
yaitu Nifedipine dengan dosis 30–120 g/hari, dalam slow-release tablet
(Nifedipine harus diberikan per oral).
3) Pre eklampsi
Tujuan : mencegah terjadinya eklampsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia
dengan skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas maternal dan perinatal.
a. Preeklampsia ringan
1. Istirahat di tempat tidur, berbaring pada sisi tubuh menyebabkan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat,
tekanan vena pada ekstremitas bawah menurun dan reabsorbsi cairan
bertambah, mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar, dan
menurunkan tekanan darah. Jika tidak membaik dan mengancam
nyawa dapat dilakukan diterminasi.
b. Preeklampsia berat
1. Obat sedative kuat untuk mencegah kejang.
2. Hentikan kehamilan jika sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah
diatasi.
3. Pemberian MgSO4 (Magnesium Sulfat) dengan dosis 4 gram secara
intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan
dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc RL atau 14
TPM.
Loading dose (Dosis awal) merupakan dosis yang dibutuhkan
guna tercapainya konsentrasi obat yang diinginkan sehingga tercapai
dosis terapeutik untuk pengobatan di dalam darah dan kemudian
dilanjutkan dengan dosis untuk perawatan. (Nuryati, 2017). Dapat
digunakan untuk memacu percepatan waktu penyampaian kadar
efektif minimum.
Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis
pasien baik, refleks patella positif, dan frekuensi pernafasan
>16x/menit. Efek obat adalah menenangkan, menurunkan TD, dan
meningkatkan diuresis.
MgSO4 diberikan untuk mencegah atau mengobati kejang
eclampsia. MgSO4 diberikan selama periode perinatal hingga dua
hari postpartum. Pemberian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
eklampsia pada 48 jam post partum (Amalia, 2020).
Selain MgSO4 dapat juga diberi klorpromazin dengan dosis 50
mg secara IM ataupun diazepam 20 mg secara IM (Nurarif &
Kusuda, 2015).
Pengontrolan tekanan darah ibu dengan antihipertensi penting
untuk menurunkan insidensi perdarahan serebral dan mencegah
terjadinya stroke maupun komplikasi serebrovaskular lain akibat
preeklampsia. Terapi antihipertensi yang direkomendasikan oleh
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia berupa nifedipin,
hidralazin, dan labetolol, sedangkan metildopa(dopamet) dan
labetolol sebagai pilihan kedua (Yani, Oktavia, & Rame, 2021)
2. Eklampsia
Tujuan: menstabilalisasi fungsi vital penderita dengan terapi
supportif ABC (airway, breath, circulation), mengendalikan kejang,
mengendalikan tekanan darah, sehingga penderita mampu
melahirkan janin dengan selamat pada kondisi optimal.
Pengendalian kejang pada eklampsia adalah dengan pemberian
MgSO4 dengan loading dose (dosis muatan) 4-6 gram IV diikuti 1,5-
2 g/jam dalam 100 ml infus ruwatan IV. Hal ini dilakukan untuk
mencapai efek terapeutik 4,808,4 mg/dl sehingga kadar magnesium
serum dapat dipertahankan dari efek toksik (Nurarif & Kusuda,
2015).
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Pre eklampsia dan eklampsia
1. Pemeriksaan dasar lengkap dengan hapusan darah
- Penurunan Hb (N=12-14 gr/dL)
- Peningkatan Ht (N= 37-43 vol%)
- Penurunan trombosit (150-450 ribu/mm3)
2. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3. Pemeriksaan fungsi hati
- Peningkatan bilirubin (N= <1 mg/dl)
- LDH meningkat
- AST >60 ul
- SGPT meningkat (N= 15-45 u/ml)
- SGOT meningkat (N= <31 u/l)
- Total protein serum menurun (N=6,4-8,7 mg/dl)
4. Tes kimia darah
- Asam urat meningkat (N=2.4-2.7 mg/dl)
5. Radiologi
- USG
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernapasan
intraukterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
- Kardiografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah (Nurarif & Kusuda,
2015).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN USIA KEHAMILAN 30
MINGGU (G4P2A1) DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR:
HIPERTENSI

Ny.H 40 tahun, G4P2A1, usia kehamilan 30 minggu, baru dipindahkan dari PONEK ke
ruang rawat inap dengan keluhan nyeri ulu hati, sakit kepala, penglihatan buram, tidak
nafsu makan, mual, konstipasi, keluaran urin sedikit. Dari hasil pemeriksaan BB
sebelum hamil 61 kg, BB saat ini 75 kg, TB 155 cm, TD 180/110 mmHg, RR 26
x/menit, HR 108 x/menit, suhu 37.4 0C, bayi presentasi atas kepala, TFU 30 cm, his (-),
DJJ 156 x/menit, edema kaki +/+, refleks patella +/+, protein urine +++, warna urine
kuning pekat, riwayat diabetes dan hipertensi sebelumnya tidak ada, riwayat keluarga
dengan DM (+), riwayat keluarga dengan hipertensi (-), riwayat keluhan yang serupa
pada kehamilan sebelumnya tidak ada. Kehamilan ini terjadi karena klien berhenti
menggunakan KB suntik karena mengira sudah tidak akan hamil lagi. Ny.H cemas dan
khawatir bila kondisi dirinya saat ini membahayakan dirinya dan menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Klien sering menanyakan
kondisi dirinya dan janinnya kepada perawat.
Hasil pemeriksaan lab darah: Hb 11 g/dL, Leukosit 14.000/ul, trombosit 150.000/mm3,
Ht 38%, SGOT 21 U/L, SGPT 23 U/L, Ureum 18 mg/dL, Kreatinin 0,7 mg/dL.
Saat ini pasien terpasang kateter dan O2, mendapatkan terapi IV RL 20 tpm, MgSO4
loading dose dan maintenance, nifedipin dan dopamet.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN USIA KEHAMILAN 30
MINGGU (G4P2A1) DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR:
HIPERTENSI DI RUANG RAWAT INAP.

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 40 tahun
Ruang : Rawat Inap
Usia Kehamilan : G4P2A1
b. Identitas Penanggung Jawab
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri ulu hati.
b) Keluhan saat masuk RS
Klien mengeluh nyeri ulu hati, sakit kepala, penglihatan
buram, tidak nafsu makan, mual, konstipasi, keluaran sedikit.
Klien mengatakan kehamilan ini terjadi setelah klien berhenti
menggunakan KB suntik karena mengira sudah tidak akan
hamil lagi.
c) Keluhan utama saat dikaji
Klien mengeluh nyeri
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ada riwayat keluhan serupa pada kehamilan sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien memiliki riwayat keluarga dengan DM. Klien tidak
memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi.
4) Genogram
Pola Aktivitas Sehari-hari
Jenis ADL Sebelum hamil Saathamil
Eliminasi Warna : kuning pekat
BAK Keluhan: keluaran urine
sedikit

d. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
2) Pemeriksaan Antropometri
sebelum hamil saat hamil
BB 61 kg 75 kg
TB 155 cm
3) Tingkat Kesadaran
Composmentis/ Sadar penuh (15).
4) Tanda-Tanda Vital
Ibu:
T = 180/100 mmHg
P = 108 x/menit
R = 26 x/menit
S = 37.4℃

Janin:

DJJ : 156 x/menit

5) Kepala
6) Wajah dan leher
7) Mata
Klien mengeluh pandangannya buram.
8) Hidung
Klien tampak terpasang O2.
9) Mulut
10) Telinga
11) Dada
12) Abdomen
Saat diinspeksi tidak ada his. Saat dipalpasi Tinggi Fundus
Uterus 30 cm, bayi presentasi atas kepala.
13) Genitalia
Saat diinspeksi terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Edema kaki +/+, refleks patella +/+.
Edema kaki yang terjadi disebabkan oleh kelebihan
volume cairan akibat vasospasme pada pembuluh darah (Nurarif
& Kusuda, 2015). Refleks patella dilakukan untuk mengetahui
kadang vitamin B1. Jika + maka normal, jika – maka kekurangan
B1. Pemeriksaan refleks patella pun berguna untuk mengetahui
apakah ibu dapat diberikan MgSO4 sebagai pengobatan atau
tidak.
Syarat pemberian MgSO4 : Refleks patella (+) kuat,
frekuensi pernapasan >16x/mnt, produksi urin >30 cc dalam 1
jam sebelumnya (Lisnawati, 2015).
e. Data Psikologis
1) Status emosi
2) Kecemasan
Ny. H mengatakan cemas dan khawatir bila kondisi dirinya saat
ini membahayakan dirinya dan menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
3) Pola Koping
4) Gaya Komunikasi
5) Konsep Diri
a) Gambaran Diri
b) Peran Diri
c) Ideal Diri
d) Harga Diri
e) Identitas Diri
f. Data sosial
g. Data Spiritual
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Normal Hasil
Hemoglobin 12-14 gr/dl 11 gr/dL

Leukosit 4400-11.000 gr/dL 14.000 gr/dL


Trombosit 150.000-450.000 150.000/mm3
/mm3
Hematokrit 32-40% 38%
SGOT 5-49 u/L 21 u/L
SGPT 7-56 u/L 23 u/L
Ureum 13.1 mg/dL 18 mg/dL
Kreatinin 0.6-1.1 mg/dL 0.7 mg/dL

2) Program dan rencana pengobatan


No. Nama Obat Dosis Cara Fungsi
1 RL 20 tpm IV Memenuhi
kebutuhan
cairan.
2 MgSO4 Loading Mencegah
dose dan dan
maintenance. mengatasi
kejang.
3 Nifedipin Menurunkan
TD.
4 Dopamet Menurunkan
TD.
5. O2 Membantu
pernapasan.
6. Kateter Membantu
mengeluarkan
urine.

B. Analisa Data
No. Data Senjang Etiologi Masalah
1. Ds: Paru Gangguan
Do: Klien tampak terpasang pertukaran gas
oksigen. Penumpukan (D.0003).
RR= 26 x/mnt darah

Perpisandahan
cairan

Gangguan fungsi
alveoli

Gangguan
Pertukaran Gas
2 Ds: Hipoksia Hipervolemia
- Klien mengatakan plasenta (D.0023)
keluaran urine sedikit
Do: Pelepasan renin
- Klien terdapat Edema
kaki +/+. Proteinuria
- Protein urine +++.
- Warna urine pekat. Tekanan onkotik
- Ureum 18 mg/dL. plasma
- Terpasang kateter.
Perpindahan
cairan
intravascule ke
intertisial

Edema

Hipervolemia
3 Ds: Kompresi saraf Nyeri akut
simpatis
- Klien mengeluh sakit (D.0077)
Meningkat
kepala.
Gangguan irama
- Klien mengeluh nyeri
jantung
ulu hati.
Aliran turbulensi
Do:
emboli
TD : 180/100 mmHg
Nyeri
4. Ds: Preeklampsi Gangguan
- Klien mengatakan Eliminasi Urine
keluaran urine sedikit Vasokontriksi (D.0040)
Do: Pembuluh darah
- Klien terdapat Edema ginjal.
kaki +/+.
- Protein urine +++. Gangguan
- Warna urine pekat. Eliminasi Urine
- Ureum 18 mg/dL.
- Terpasang kateter.
5. Ds: Penurunan cairan Perfusi Perifer
- Klien mengeluh sakit di dalam Tidak Efektif
kepala. pembuluh darah (D.0009).
- Klien mengeluh
penglihatan buram Visikositas daras
Do: meningkat
- T = 180/100 mmHg
- P = 108 x/menit Penurunan suplai
- R = 26 x/menit darah perifer
- S = 37.4℃
Perfusi Perifer
Tidak Efektif
6. Ds: HCL meningkat Defisit Nutrisi
- Klien mengatakan nyeri (D.0019).
ulu hati. Peristaltik
- Klien mengatakan tidak menurun
nafsu makan.
- Klien mengatakan mual. Akumulasi gas
- Klien mengatakan meningkat
konstipasi.
Do: Defisit nutrisi
-
7. Ds: HCL meningkat Konstipasi
- Klien mengatakan nyeri (D.0049).
ulu hati. Peristaltik
- Klien mengatakan menurun
konstipasi.
Konstipasi
8 Ds: Pre eklampsia Defisit
- Klien mengatakan cemas Pengetahuan
dan khawatir bila kondisi Paparan (D.0111)
dirinya saat ini informasi yang
membahayakan dirinya tidak adekuat
dan gangguan pada
tumbuh kembang bayi. Defisit
Do: Pengetahuan
- Klien tampak sering
menanyakan kondisi
dirinya dan janinnya
kepada perawat.
9. Ds: Spasme Risiko cedera
Do: pembuluh darah pada janin
- DJJ: 156x/menit (D.0138)
- TD : 180/100 mmHg Penurunan suplai
darah ke plasenta

Risiko cedera
pada janin

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003).
2. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi (D.0022).
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).
4. Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih
(D.0040).
5. Perfusi perifer tidak efektif b.d hipertensi (D.0015).
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019).
7. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal (D.0049).
8. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)
9. Risiko cedera janin b.d paritas banyak (D.0138).
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
(PPNI, 2016) (PPNI, 2016) (PPNI, 2018)
Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014).
pertukaran tindakan keperawatan Observasi
gas b.d selama …x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
ketidakseimb diharapkan gangguan kedalaman, dan upaya
angan pertukaran gas teratasi napas.
ventilasi- dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola napas.
perfusi Pertukaran Gas 3. Monitor saturasi oksigen.
(D.0003). (L.01003) Terapeutik
1. PCO2 membaik 1. Atur interval pemantauan
(5) respirasi sesuai kondisi.
2. PO2 Edukasi
membaik(5) 1. Jelaskan tujuan dan
3. Pusing menurun prosedur pemantauan.
(5). Terapi Oksigen (I.01026)
4. Frekuensi nafas Observasi
membaik. 1. Monitor kecepatan aliran
oksigen.
2. Monitor efektifitas terapi
oksigen.
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas.
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengunakan oksigen di
rumah.
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen.
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
b.d Agen tindakan keperawatan Observasi:
pencedera selama …x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
(D.0077) teratasi dengan kriteria frekuensi, kualitas, dan
hasil: intensitas nyeri.
Tingkat nyeri Terapeutik:
menurun (L.08065): 1. Berikan teknik
1. Keluhan nyeri nonfarmakologis untuk
menurun (5) mengurangi rasa nyeri
(Distrasksi, terapi musik)

2. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri.

Edukasi:
1. Jelaskan menggunakan
analgetik secara tepat.
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik.
Terapi Murattal (I.08249)
Observasi:
1. Identifikasi jenis terapi yang
digunakan berdasarkan
keadaan dan kemampuan
pasien (mendengarkan atau
membaca Al-Qur’an).
Terapeutik
1. Posisikan dalam posisi dan
lingkungan yang nyaman.
2. Batasi rangsangan eksternal
selama terapi dilakukan.
Edukasi
Anjurkan memusatkan
perhatian/pikiran pada lantunan
ayat Al-Qur’an.
Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
b.d gangguan tindakan keperawatan (I.03115)
mekanisme ..x 24 jam diharapkan Observasi:
regulasi hypervolemia teratasi, 1. Periksa tanda hypervolemia.
(D.0022). dengan kriteria hasil: 2. Monitor status
Keseimbangan Cairan hemodinamik.
Meningkat (L.03020): 3. Monitor intake dan output
1. Output urine cairan.
meningkat (5). Terapeutik
2. Edema menurun 1. Batasi asupan cairan dan
(5). garam.
3. Tekanan darah 2. Tinggikan kepala tempat
membaik (5). tidur 30-40 ℃.
4. Frekuensi nadi Edukasi
membaik (5). 1. Anjurkan melapor jika
haluaran urin <0.5
mL/kg/jam dalam 6 jam.
2. Ajarkan cara membatasi
cairan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik.
Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine
eliminasi urin tindakan keperawatan (I.04152)
b.d …x24 jam diharapkan Observasi
penurunan gangguan eliminasi urin 1. Monitor eliminasi urine.
Terapeutik
kapasitas , dengan kriteria hasil:
1. Catat waktu dan haluaran
kandung Eliminasi urine berkemih.
2. Batasi asupan cairan.
kemih membaik (L.04034):
Edukasi
(D.0040). 1. Sensasi 1. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine.
berkemih
Kolaborasi
meningkat (5). -
2. Berkemih tidak
tuntas menurun
(5).
Perfusi Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
perifer tidak tindakan keperawatan Observasi
efektif b.d …x24 jam diharapkan 1. Periksa sirkulasi perifer.
hipertensi perfusi perifer tidak Terapeutik
(D.0015). efektif teratasi, dengan 1. Hindari pengukuran tekanan
kriteria hasil: darah pada ekstremitas
Perfusi perifer dengan keterbatasan perfusi
meningkat (L.02011) 2. Lakukan hidrasi.
1. Edema perifer Edukasi
menurun (5). 1. Anjurkan menggunakan
2. Tekanan darah obat penurunan tekanan
membaik (5) darah.
3. Pengisian
kapiler membaik
(5).
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119):
b.d tindakan keperawatan Observasi
ketidakmamp selama …x24 jam 1. Identifikasi kebutuhan
uan mencerna diharapkan: kalori dan jenis nutrient.
makanan Status nutrisi 2. Identifikasi perlunya
(D.0019). membaik (L.03030) penggunaan selang
1. Porsi makanan nasogastrik.
yang dihabiskan Terapeutik
meningkat (5). 1. Sajikan makanan menarik
dan suhu sesuai.
Edukasi
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizin untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
Konstipasi b.d Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Fekal
penurunan tindakan keperawatan (I.04151)
motilitas selama …x24 jam Observasi
gastrointestina diharapkan konstipasi 1. Monitor buang air besar.
l (D.0049). teratasi, dengan kriteria Terapeutik
hasil: 1. Berikan air hangat setelah
Eliminasi fekal makan.
membaik (L.04033) 2. Sediakan makanan tinggi
1. Kontrol serat.
pengeluaran Edukasi
feses meningkat 1. Anjurkan pengurangan
(5). asupan makanan yang
2. Frekuensi BAB meningkatkan pembentukan
membaik (5). gas.
3. Peristaltik usus Kolaborasi
membaik (5). -
Defisit Selama …x24 jam Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetahuan diharapkan defisit Observasi
b.d kurang pengetahuan teratasi 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar dengan kriteria hasil: kemampuan menerima
informasi Tingkat Pengetahuan informasi.
(D.0111) Meningkat (L.12111) Terapeutik
1. Perilaku sesuai 1. Sediakan materi dan media
ajaran pendidikan kesehata.
meningkat (5). 2. Jadwalkan pendidikan
2. Perilaku sesuai kesehatan.
dengan 3. Berikan kesempatan untuk
pengetahuan bertanya.
meningkat(5). Edukasi
3. Persepsi yang 1. Jelaskan faktor risiko yang
keliru terhadap dapat mempengaruhi
masalah kesehatan.
menurun (5)

Risiko cedera Setelah dilakukan Pemantauan denyut jantung


janin b.d tindakan keperawatan janin (I. 02055)
paritas banyak selama…x24 jam, Obstetrik
(D.0138). dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status obstetrik.
Tingkat cedera 2. Identifikasi riwayat
menurun (L.14136) obstetrik.
1. Kejadian cedar 3. Monitor denyut jantung
menurun. janin.
4. Monitor tanda vital ibu.
Terapeutik
1. Atur posisi pasien.
2. Lakukan maneuver leopold
untuk menentukan posisi
janin.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
2. Informasikan hasil
pemantauan.
KESIMPULAN

Berdasarkan narasi kasus, dapat disimpulkan bahwa Ny. H mengalami pre-


eklampsia atau hipertensi pada kehamilan yang disertai proteinuria. Gejala yang dialami
Ny. H pun sejalan dengan tanda dan gejala pre-eklampsia seperti sakit kepala, nyeri ulu
hati, sakit kepala, penglihatan buram, tidak nafsu makan, mual, konstipasi, keluaran
urine sedikit. Tekanan darah Ny. H pun menunjukkan adanya peningkana >160/90.
Pemeriksaan urine didapat adanya protein +++, warna urine kuning pekat. Pemeriksaan
lab darah : Hb 11 g/dL, Leukosit 14.000/ul, trombosit 150.000/mm3, Ht 38%, SGOT 21
U/L, SGPT 23 U/L, Ureum 18 mg/dL, Kreatinin 0,7 mg/dL. Dilihat dari pengobatan
yang diberi tampak merupakan obat untuk pre-eklamsia seperti MgSO4, Nifedipin, dan
Dopamet.

Anda mungkin juga menyukai