Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena tuntutan atau kebutuhan hidup yang semakin
meningkat seperti pemenuhan kebutuhan ekonomi sandang, pangan,
papan, pemenuhan rasa sayang, rasa aman dan aktualisasi diri dapat
mengakibatkan tingginya tingkat stress dikalangan masyarakat juga
individu kurang atau tidak mampu dalam menggunakan mekanisme
koping dan gagal dalam beradaptasi maka individu mengalami berbagai
penyakit baik fisik maupun mental. Akibat-akibat stress terhadap
seseorang dapt bermacam-macam dan hal ini tergantung pola kekuatan
konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi
seseorang terhadap stres, tetapi meskipun
demikian fleksibelitas dan adaptasibilitas juga diperlukan agar seseorang
dapat menghadapi stresnya dengan baik. (Rasmun,2004,p.1)
Kecenderungan (trend) gangguan mental psikiatri akan semakin
meningkat seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik ke
arah tidak menentu,prevalensi bukan saja pada kalangan menegah ke
atas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan
individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial.
Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa tidak berdaya,
frustasi, depresi, dan menjadi korban. Orang tersebut akan sangat rentan
terhadap tekanan akibat stress, sementara mereka yang memiliki harga
diri tinggi akan memperlihatkan keyakinan diri dan antusias serta dapat
mengatasi rasa frustasi dengan baik karena perasaan harga diri ini sangat
penting untuk mengurangi stres secara efektif. (Nation Safety Council,
2003,p.14)
Masalah gangguan konsep diri; harga diri rendah akan memberikan
dampak negatif pada klien diantaranya klien akan merasa malu, minder

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 1
akan keadaan dirinya dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial.
Kemudian dengan adanya frustasi, depresi dan rasa tidak mampu,atau
tidak berdaya akan mempengaruhi kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya, misalnya klien menjadi tidak mampu dalam hal
perawatan diri, dan kebutuhan spiritualnyapun akan terganggu bahkan
timbul waham agama.
Dengan adanya krisis multi dimensi, gaya hidup dan persaingan hidup
yang berat banyak individu yang tidak mampu bertahan sehingga
menyebabkan individu tersebut mengalami gangguan fisik maupun mental
yang berat. Maka dari itu dengan banyaknya prevalensi orang yang
terkena ganguan jiwa khususnya harga diri rendah maka penulis tertarik
untuk mengangkat studi khusus tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan ganguan konsep diri; harga diri rendah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari harga di rendah ?
2. Apa tanda dan gejala dari harga diri rendah ?
3. Bagaimana psikodinamika dari harga diri rendah ?
4. Bagaimana rentang respon dari harga diri rendah ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan harga diri
rendah ?
6. Apa terapi aktifitas kelompok pada harga diri rendah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari HDR
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HDR
3. Untuk mengetahui psikodinamika dari HDR
4. Untuk mengetahui rentang respon dari HDR
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan HDR
6. Untuk mengetahui terapi aktifitas kelompok pada HDR

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 2
D. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan tentang ruang lingkup dan asuhan
keperawatan harga diri rendah.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harga Diri Rendah


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, Gail, W, 1998)
Konsep diri rendah adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam hubungan
dengan orang lain (Suliswati, 2005).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, dapat seara langsung atau tidak langsung
diekspresikan ( Town, send, Maryc, 1998).
Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
atau beresiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan diri
(Carpenito, 2000).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri negative yang mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama (Lynda wall, edisi 8, 2001).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentng nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri ( Keliat, Budi, Anna, 2005)

B. Tanda dan gejala


1. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat
terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena
rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit
kronis seperti kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya
tidak ke RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 4
3. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau
bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
5. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang
suram mungin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Menurut Struart & Sundden (1998) perilaku klien HDR ditunjukkan
tanda – tanda sebagai berikut :
1. Produktivitas menurun.
2. Mengukur diri sendiri dan orang lain.
3. Destructif pada orang lain.
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
8. Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.
9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10. Pandangan hidup yang pesimis.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang bertentangan.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menolak diri secara sosial.
16. Penyalahgunaan obat.
17. Menarik diri dan realitas.
18. Khawatir.
Menurut Budi Anna Keliat, 1999. Tanda dan Gejala HDR antara lain :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 5
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri
kehidupannya.
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku
yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3. Perasaan tidak mampu
4. Rasa bersalah
5. Sikap negatif pada diri sendiri
6. Sikap pesimis pada kehidupan
7. Keluhan sakit fisik
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi
9. Menolak kemampuan diri sendiri
10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
11. cemas dan takut
12. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
13. Mengungkapkan kegagalan pribadi
14. Ketidak mampuan menentukan tujuan
15. Produktivitas menurun
16. Perilaku destruktif pada diri sendiri
17. Perilaku destruktif pada orang lain
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari hubungan sosial
20. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
21. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
22. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 6
C. Psikodinamika
1. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara:
a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, diceraikan suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuau terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
1) Pada klien yang dirawat dapat terjadi HDR, karena privacy
yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemeriksaan alat yang tidak sopan
(pencukuran kumis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal).
2) Harapan akan sturktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat atau sakit atau penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,
misalnya berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat, klien ini mempunyai
cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya.
2. Proses perjalanan penyakit
Konsep diri dipelajari melalui kontak social dan pengalaman
pribadi individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan
dunia luar dirinya, konsep diri berkembang terus mulai dari bayi
hingga lanjut usia. Konsep diri belum ada saat saat bayi dilahirakan,
tetapi mulai berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal
dan membedakan dirinya dengan orang lain dan mempunyai
pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan
ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbicara individu,
pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 7
diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu dan tidak
mampu. Perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga individu
mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi perilaku orang lain
dan mempunyai penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku
dan nilai.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita / harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga.
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi
bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa
harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai
atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
meningkatkanya usia dan terancam pada masa pubertas.
Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen menyatakan ada 4 hal
yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:
a. Memberi kesempatan untuk berhasil;
b. Menanamkan idealisme;
c. Mendukung aspirasi atau ide;
d. Membantu membentuk koping.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
3. Komplikasi
a. Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
b. Isolasi sosial.
c. Waham.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 8
C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga Kerancauan Depersonalisasi


Diri positif Diri Rendah Identitas

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan
orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek
utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 9
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis
transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga
dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk
peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan
kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan
kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di
rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama.

D. Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga,

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 10
dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses
keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasikan, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi citra tubuh:Kehilangan/ kerusakan
bagian tubuh (anatomi dan fisiologi);
a) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat
penyakit;
b) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan
fungsi tubuh;
c) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
2) Faktor yang mempengaruhi harga diri:
a) Penolakan;
b) Kurang penghargaan;
c) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu
dituruti, terlalu dituntut;
d) Persaingan antar saudara;
e) Kesalahan dan kegagalan berulang;
f) Tidak mampu mencapai standar.
3) Faktor yang mempengaruhi peran:
a) Sterotifik peran seks;
b) Tuntutan peran kerja;
c) Harapan peran cultural.
4) Faktor yang mempengaruhi identitas:
a) Ketidak percayaan orang tua;
b) Tekanan dari “peer group”;
c) Perubahan struktur social.
b. Faktor Presipitasi

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 11
1) Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang
membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada
masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa
tidak mampu melakukan peran yang bertentangan dengan
hatinya atau tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya.
Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik
peran, keraguan peran, dan terlalu banyak peran. Konflik
peran terjadi saat individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran
terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
c. Manifestasi klinis
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut
jadi botak setelah mendapatkan terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan
terjadi jika saya segera kerumah sakit), menyalahkan,
mengejek, dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 12
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas
dan meliputi usaha pemecahan masalah langsung.
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
kritis, misalnya: kerja keras, nonton, dll.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya: ikut kegiatan social, politik, agama,
dll.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan
diri, misalnya: kompetisi pencapaian akademik.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk
membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam
kehidupan, misalnya: penyalahgunaan obat.
2) Pertahanan jangka panjang
a) Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, potensi diri individu.
b) Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima
oleh nilai-nilai harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego
a) Fantasi;
b) Dissosiasi;
c) Isolasi;
d) Proyeksi;
e) Displacement;
f) Marah atau amuk pada diri sendiri.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 13
e. Sumber koping
Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang.
1) Individu;
2) Keluarga;
3) Teman bermain;
4) Masyarakat.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) MMPI (Minnesota Multiphasie Personality Inventory)
Yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
atau profil kepribadian kondisi patologi seseorang dan untuk
mengetahui potensi atau bakat yang ada pada seseorang
dengan menggunakan sebuah buku yang berisi pertanyaan,
lembar jawaban, dan isi serta satu lembar hasil tes.
2) EEG (Electro Enchefatograf)
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya
dugaan mental organic, kejang, dan gangguan tidur.
3) CT (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Yaitu gambaran yang dapat menunjukan struktur otak serta
menggambarkan penggunaan volume otak.
g. Pohon masalah
Resiko isolasi sosial: menarik diri Masalah akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core problem

Berduka disfungsional Masalah penyebab


2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Isolasi social
c. Gangguan citra tubuh

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 14
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
a. Tujuan umum
Klien memiliki konsep diri yang positif.
b. Tujuan khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien menunjukan ekspresi wajah
bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,
klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukan sikap empati dan menerikam klien apa adanya.
g) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien menyebutkan:
1) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien.
2) Aspek positif keluarga.
3) Aspek positif lingkungan klien.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 15
Rencana Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien tentang:
a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
b) Kemampuan yang dimiliki klien.
2) Bersama klien buat daftar tentang:
a) Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
b) Kemampuan yang dimiliki klien.
3) Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian
negative.
TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang
dapat dilaksanakan.
Rencana Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien membuat rencana kegiatan harian.
Rencana Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan klien.
a) Kegiatan mandiri.
b) Kegiatan dengan bantuan.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 16
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang
dibuat.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadwal
yang dibuat.
Rencana Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
3) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
4) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria Evaluasi:
Setelah … kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung
yang ada di keluarga.
Rencana Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Anna Issacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara
medis yaitu terapi somatic antara lain:
1) Psikofarmakologi
a) Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya di
dalam otak, mengubah emosi dan mempengaruhi
perilaku.
b) Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang
membawa penghambat atau penstimulasi dari satu

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 17
neuron ke neuron lain melintasi ruang (sinaps) diantara
mereka.
c) Terapi elektrokonvulsif (ECT)
2) Antipsikotik (neuroleptik)
Secara teori pelaksanaan medis khusus klien Tn. K dengan
harga diri rendah tidak ada, namun secara medis klien Tn. K
yang didiagnosa medis skizofrenia paranoid diberi terapi
sebagai berikut:
1) Chlorpromazine (CPZ)
Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat
dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan, dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam kehidupan
sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan sosial, dan
melakukan kegiatan rutin.
Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,
kelainan jantung, dan ketergantungan obat.
Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada reseptor
pasca sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.
Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, mata kabur,
kesulitan dalam buang air kecil, hidung tersumbat,
gangguan irama jantung), metabolic (jaundice).
2) Haloperidol (HR/ Resperidone)
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi,
kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 18
Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak
khususnya system ekstra pyramidal.
Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan
otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut kering, kesulitan
buang air kecil dan buang air besar, hidung tersumbat,
mata kabur)
3) T rihexyphenidyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk
pasca ansefalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat
obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl,
psikosis berat, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran
cerna.
Mekanisme kerja : Sinergis dengan kinidine, obat anti
depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.
Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi,
retensi urine.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Ann Isaacs, (2005) terapi modalitas pengobatan secara
keperawatan yaitu terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga. Terapi
aktivitas kelompok meliputi:
1) Dinamika kelompok adalah kekuatan yang bekerja untuk
menghasilkan pola perilaku dalam kelompok.
2) Proses kelompok adalah makna interaksi verbal dan non verbal
didalam kelompok meliputi isi komunikasi, hubungan anatar anggota,
pengaturan tempat duduk, pola atau nada bicara, bahasa dan sikap
tubuh serta tema kelompok untuk stimulasi persepsi: harga diri rendah
yaitu identifikasi hal positif pada diri dan melatih positif pada diri.
Sedangkan untuk terapi keluarga meliputi:

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 19
1) Terapi keluarga adalah membantu individu dalam keluarga agar tidak
didominasi oleh reaktivitas emosi dan untuk mencapai tingkat
diferensiasi diri yang lebih tinggi.
2) Terapi structural adalah mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi keluarga untuk memodifikasi posisi setiap anggota keluarga
di dalam kelompok.
3) Terapi interaksional adalah mengidentifikasi hukum yang tidak terlihat
dan tidak terucap yang mengatur hubungan keluarga dan
menggunakan teori komunikasi untuk meningkatkan parbaikan
hubungan.
4) Peran perawat pada terapi keluarga adalah mengajarkan pada
keluarga tentang penyakit, sumber daya dan program pengobatan
menggunakan teknik komunikasi terapeutik dan berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain untuk meningkatkan fungsi keluarga.

5. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Budi Anna, Keliat, (2005) implementasi keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata,
implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat
perlu mamvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai
dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai
diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan
teknikal yang diperlukan untuk kelaksanakan tindakan. Perawat juga
menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Pada saat akan
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan
klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta
ynag diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan beserta respon klien.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 20
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memnuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:
a. Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perinah dari dokter
atau tenaga ksehatan lainnya. Tipe dari aktifitas yang dilaksanakan
perawat secar independen didefinisikan berdasarkan diagnosa
keperawatan. Tindakan tersebut merupakan suatu respon dimana
perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Tipe tindakan independen dikategorikan menjadi 4
yaitu tindakan diagnostic, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan
tindakan merujuk.
b. Interdependen
Tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yangn
memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
misalnya ahli fisioterapi, ahli laboratorium, dan dokter.
c. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.
Adapun strategi pelaksanaan tindakn keperawatn untuk klien dengan
harga diri rendah yaitu:
a. SP I pasein:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 21
4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien.
5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b. SP II pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
c. SP I keluarga:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2) Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien berserta proses terjadinya.
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
d. SP II keluarga:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien harga diri rendah.
e. SP III keluarga:
1) Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk
minum obat(dischargc planning)
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan ( Nursalam 2001 hal 71 ).

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 22
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang di berikan. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk
mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Evaluasi proses formatif
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus di laksanakan segera
setelah perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu ke
efektifan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus di
laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai.
b. Evaliasi hasil sumatif
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi
ini di laksanakan pada akhir tindakan secara paripurna. Adapun
metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari interview akhir
pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien
dan keluarga. Evaluasi sumatif bisa menjadi suatu metode dalam
memonitor kualitas dan efisiensi tindakaan yang telah diberikan.
Evaluasi askep adalah penilaian respon klien semem tara/setelah
tindakan keperawatan di laksanakan metode evaluasi adalah
mengidentifikasi data subjek dan objek. Sebagai hasil respon klien setelah
tindakan keperawatan di lakukan.

E. Terapi aktivitas kelompok (TAK)


TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH

Topik : Harga diri rendah


Terapis : Mahasiswa praktikan
Sasaran :
Bangsal :

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 23
Kriteria pasien
 Klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
 Sehat secara fisik
 Kooperatif
1. Leader :
Bertugas :
 Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
 Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
 Menetapkan jalannya tata tertib
 Menjelaskan tujuan diskusi
 Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi
pada kelompok terapi diskusi tersebut .
 Kontrak waktu
 Menimpulkan hasil kegiatan
 Menutup acara
2. Co leader
Bertugas :
 Mendampingi leader jika terjadi bloking
 Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Observer
Bertugas :
 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
 Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
 Mengobservasi perilaku pasien
4. Vasilitator
Bertugas :

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 24
 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
 Mendampingi peserta TAK
 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas :
 Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
6. Operator
Bertugas : mengoperasikan alat

Uaraian seleksi kelompok


a. Hari/ tanggal :
b. Tempat pertemuan :
c. Waktu :
d. Lamanya : 45 menit
e. Kegiatan : Terapi aktivitas kelompok harga diri rendah
f. Jumlah anggota :
g. Jenis TAK : Harga diri rendah

TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA DIRI RENDAH


Sesi 1 : identifikasi Hal Positif pada Diri

Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan .
2. Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya .
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1. Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK .

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 25
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK .
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah .
b. Membuat kontrak dengan klien .
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan .
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1) Salam dan terapis pada klien .
2) perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama
).
3) menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan
nama) .
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini .
c. Kontrak
1) Terapis menjalankan tujuan kegiatan ,yaitu bercakap – cakap
tentang hal positif diri sendiri .
2) Terapis menjalaskan aturan main berikut .
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta
izin kepada terapis .
Lama kegiatan 45 menit .
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai .
3) Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan serta memakai papan nama .
b) Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien .

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 26
c) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan
d) Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e) Terapis membagikan kertas yang kedua
f) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri
sendiri : kemampuan yang dimiliki ,kegiatan yang biasa
dilakukan dirumah dan dirumah sakit
g) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang
sudah ditulis secara bergiliran sampai semua klien
mendapatkan bergiliran .
h) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti
TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertulis
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal
positif diri yaitu melatih hal positif diri yang dapat
diterapkan dirumah sakit dan dirumah .
Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja . Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK . Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi
1, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 27
yang tidak menyenagkan dan aspek positif ( kemampuan yang dimiliki ) .
Formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi 1
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
dan hal positif diri sendiri

NNama Menulis pengalaman yang Menulis hal


No klien tidak menyenangkan positif diri sendiri
1
2
3

Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri
tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien . Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi
peraepsi harga diri rendah . Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman
yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan hal positif diri . Anjurkan
klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan
reinforcement ( pujian ) .

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 28
Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri

Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan .
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih .
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih .
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih .
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih .
3. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evalauasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini .
2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien .
c. Kontrak

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 29
1) terapis menjeleskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif
pada klien .
2) terapis menjelaskan aturan main berikut .
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
lama kegiatan 45 menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) terapis meminta semua klien membaca ulang daftar
kemampuan positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk
dilatih.
b) terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis
di whiteboard .
c) terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar
whiteboard . Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil
untuk dilatih .
d) terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan
yang dipilih dengan cara berikut .
terapis memperagakan
klien memperagakan ulang
berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien .
e) Kegaiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk
kemampuan/ kegiatan yang berbeda .
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK .
terapis memberikan pujian kepada kelompok .
b) Tindak lanjut
terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah
dilatih pada jadwal kegiatan sehari - hari

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 30
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain .
Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif
selesai dilatih .
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja . Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK . untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 2
,kemampuan klien yang diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang
akan dilatih dan memperagakannya . Formulir evaluasi sebagai berikut .

Sesi 2
Stimulasi persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif

N Nama Membaca Memilih satu Memperagakan


No klien daftar hal hal positif yang kegiatan positif
positif akan dilatih

Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama .
2. untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang
daftar hal positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 31
memperagakan kegiatan positif tersebut . Beri tanda √ jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien . Contoh : klien mengikuti sesi 2,
TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah . Klien telah melatih merapikan
tempat tidur . Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta
berikan pujian .

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak
mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Faktor yang
mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri
yag tidak realistis.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan pembaca
dapat menerapkan isi dari makalah ini tentang “harga Diri Rendah”. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan untuk perbaikan makalah saya yang selanjutnya.

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 33
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:


Jakarta.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta.

Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed.


St Louis. Mosby Year Book. 2001.

Towsend, M.C. (1998) Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


PsikiatriUntuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC

Yosep, Iyus.2010.Keperawatan Jiwa(edisi revisi).PT. Rafika Aditama.

http://www.kapukonline.com/2011/09/askepasuhankeperawatanjiwaharga
dirirend.html

http://sichesse.blogspot.com/2012/04/rencana-keperawatan-harga-diri-
rendah.html

HDR/Kelompok IV/B1/STIK`NH | 34

Anda mungkin juga menyukai

  • 298 - Askep Keluarga Pemula (Baru Menikah)
    298 - Askep Keluarga Pemula (Baru Menikah)
    Dokumen31 halaman
    298 - Askep Keluarga Pemula (Baru Menikah)
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • File PDF
    File PDF
    Dokumen181 halaman
    File PDF
    Lita Yi
    Belum ada peringkat
  • SOP
    SOP
    Dokumen2 halaman
    SOP
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Kenakalan Remaja
    Kuesioner Kenakalan Remaja
    Dokumen3 halaman
    Kuesioner Kenakalan Remaja
    iravola
    100% (2)
  • PENdidikan KESehatan
    PENdidikan KESehatan
    Dokumen10 halaman
    PENdidikan KESehatan
    adi irawan
    Belum ada peringkat
  • KDK 2
    KDK 2
    Dokumen16 halaman
    KDK 2
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Kom Kelg - 2
    Kom Kelg - 2
    Dokumen33 halaman
    Kom Kelg - 2
    55121
    Belum ada peringkat
  • MOBILISASI
    MOBILISASI
    Dokumen22 halaman
    MOBILISASI
    citra lestari
    Belum ada peringkat
  • Lembar Balik KB (Keluarga Berencana)
    Lembar Balik KB (Keluarga Berencana)
    Dokumen31 halaman
    Lembar Balik KB (Keluarga Berencana)
    warbid
    75% (24)
  • Farma
    Farma
    Dokumen10 halaman
    Farma
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Lembar Balik KB (Keluarga Berencana)
    Lembar Balik KB (Keluarga Berencana)
    Dokumen31 halaman
    Lembar Balik KB (Keluarga Berencana)
    warbid
    75% (24)
  • KMB Iii
    KMB Iii
    Dokumen6 halaman
    KMB Iii
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Poster
    Poster
    Dokumen1 halaman
    Poster
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • SOP
    SOP
    Dokumen2 halaman
    SOP
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • PATO
    PATO
    Dokumen15 halaman
    PATO
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Patofisiologi
    Daftar Isi Patofisiologi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Patofisiologi
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    Rizkythiha Andhara
    Belum ada peringkat
  • Dok. Kep
    Dok. Kep
    Dokumen13 halaman
    Dok. Kep
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen16 halaman
    Gizi
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • ARTIKEL
    ARTIKEL
    Dokumen4 halaman
    ARTIKEL
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Farma
    Farma
    Dokumen9 halaman
    Farma
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • KDK
    KDK
    Dokumen2 halaman
    KDK
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Psikolog
    Psikolog
    Dokumen7 halaman
    Psikolog
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Kep Gerontik
    Kep Gerontik
    Dokumen16 halaman
    Kep Gerontik
    Dyan pratama
    Belum ada peringkat
  • Sap Movie
    Sap Movie
    Dokumen5 halaman
    Sap Movie
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Revisi KDM
    Revisi KDM
    Dokumen17 halaman
    Revisi KDM
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Farma
    Farma
    Dokumen10 halaman
    Farma
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • LP Kejang Demam
    LP Kejang Demam
    Dokumen11 halaman
    LP Kejang Demam
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • LP Kejang Demam
    LP Kejang Demam
    Dokumen11 halaman
    LP Kejang Demam
    Lenyy Sabrinaa
    Belum ada peringkat
  • Terapi Seft
    Terapi Seft
    Dokumen2 halaman
    Terapi Seft
    Rani
    Belum ada peringkat