ASSESMEN
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Kesimpulan :
Dihadapkan pada pasien dengan umur 61 tahun yang datang dengan keluhan utama nyeri dada. Pasien
didiagnosa Unstable Angina Pectoris Non STEMI, Hipertensi I, DM2NO. Pasien walaupun sudah mengetahui
bahwa dirinya menderita DM namun belum menerapkan diit yang tepat bagi penderita DM dan penderita
gangguan jantung. Penurunan berat badan dapat dirasakan pasien selama 2 tahun terakhir dikarenakan pasien
merasa nafsu makannya sudah jauh berkurang.
B. ANTROPOMETRI
TB/PB Berat badan (recall) LLA (cm)
151 cm 150 49 24
Kesimpulan :
Pada saat kasus, tidak dapat dilakukan pengukuran antropometri TB dan BB pada pasien karena kondisi
pasien yang tidak memungkinkan. Namun, berdasarkan BB recall kepada pasien, dapat diketahui bahwa status
gizi pasien baik dengan nilai IMT= 21,8 kg/m2.
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Jenis pemeriksaan Nilai normal Awal Kasus Keterangan
Total protein 6,4-8,3 g/dl 6,27 Rendah
Albumin 3,5-5 g/dl 3,41 Rendah
Ca 2,1-2,5 mmol/L 2,09 Rendah
Na 136-145 mmol/L 126 Rendah
K 3-4,5 mmol/L 2,9 Rendah
Cl 98-107 mmol/L 87 Rendah
CKMB 0-10 U/L 2,6 Normal
GDN <200 mg/dl 234 Tinggi
GD2JPP 80-144 mg/dl 236 Tinggi
BUN 7-18 mg/dl 9,7 Normal
Asam Urat 5,9 Normal
Cholesterol 0-200 mg/dl 168 Normal
HDL 4,5-66,7 mg/dl 45,3 Normal
LDL 0-130 mg/dl 104 Normal
TG 0-200 mg/dl 71 Normal
HbA1C 8,5% Tinggi
Pasien mengalami hipoalbuminemia, hiponatremia, hipokalemia, hiperglikemia, dan total protein yang menurun.
Selain itu pemeriksaan HbA 1 c yang tinggi menunjukkan bahwa pasien tidak menjalani terapi yang sudah
dianjurkan.
2
D. PEMERIKSAAN FISIK
1.Kesan umum : sedang, CM
2.Vital sign :
a. Tensi : 125/70 mmHg
b. Respirasi : 20 kali/menit
c. Nadi : 80 kali/menit
d. Suhu : 36,5ºC
3.Kepala : CA (-/-), SI (-/-);
4.Abdomen : supel, peristaltic N, NTE (-), H/L ttb;
5.ekstremitas : akral hangat;
6.balance cairan= -1120
Kesimpulan : berdasarkan pemeriksaan fisik klinis, vital sign dalam batas normal.
Kesimpulan :
Asupan makan pasien selama dirawat cukup. Pasien dapat menghabiskan lebih dari separuh porsi yang
diberikan rumah sakit.
F. TERAPI MEDIS
Tabel 7. Terapi medis yang diberikan RS
Jenis Obat/Tindakan Fungsi Efek samping
O2 3 Lpm
Inf. NaCl 0,9%
Pengobatan dan pencegahan angina Ulkus peptikum, gangguan GI
Aspilet 1x80 g
pectoris dan infark miokardium
Heparin Anti penjendalan darah
Laxadin Mengatasi kesulitan defekasi
Simvastin Menurunkan kadar kolesterol dan LDL
Mengurangi kejadian arterisklerosis yang
Plavix
disebabkan oleh infark miokard
3
BAGIAN 2. DIAGNOSA GIZI
1. Pembatasan karbohidrat sederhana berkaitan dengan gangguan tolerasnsi glukosa ditandai dengan GDN
(234 mg/dl) dan GD2JPP tinggi (236 mg/dl) (NI 54)
2. Penurunan kebutuhan energy berkaitan dengan unstable angina pectoris ditandai dengan nyeri dada (NI 54)
3. Resiko dislipidemia berkaitan dengan riwayat pola makan bersantan dan goreng-gorengan.
A. PLANNING
1. Terapi diet : DM 1500 R Cholesterol
Bentuk makanan : lunak (tim)
Cara pemberian : per oral
2. Tujuan diet :
a. Meringankan beban kerja jantung
b.Menormalkan kadar gula darah pasien
c. Mengendalikan kadar profil lipid pasien agar tetap normal.
4. Syarat / prinsip diet :
a. Energi cukup sesuai kebutuhan
b. Protein 15 % dari TEE
c. Lemak cukup, 25% dari TEE
d. KH cukup, sisa dari kebutuhan energy total
e. Cholesterol <250 mg/hari.
4
6. Rencana monitoring dan evaluasi
B. IMPLEMENTASI
1.Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
Jenis Diet/Bentuk Makanan/Cara Pemberian : DM 1500 Rchol / lunak / per oral
Nilai Gizi :
Tabel 9. Kajian nilai gizi terapi diet RS
5
Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Standar diet RS 1587 52,2 47,1 267
Infus
Kebutuhan (planning) 1470 55,13 40,83 220,5
% standar/kebutuhan 107,9 94,69 115,4 121,09
Pembahasan diet RS :
Standar diet DM 1500 Rendah cholesterol dalam bentuk lunak yang diberikan oleh rumah sakit
sudah mencukupi kebutuhan pasien dalam hal energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Oleh karena itu,
tidak diperlukan adanya rekomendasi diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
6
BAGIAN 4. MONITORING DAN EVALUASI
8
BAGIAN 5. TINJAUAN PUSTAKA
a) Pengertian
Acute Myocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis
berupa perasaan tidak enak di dada atau gejala – gejala lain sbg akibat iskemia miokard. Sindrom koroner
akut mencakup antara lain angina pektoris tak stabil, ima tanpa elevasi st dan infark miokard akut ( ima )
dengan elevasi segmen st (stemi=st elevation myocardial infarction) (Ahmad, 2008).
b) Etiologi
Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan
terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya
aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati. Kemampuan
memompa jantung setelah suatu serangan jantung secara langsung berhubungan dengan luas dan lokasi
kerusakan jaringan (infark). Jika lebih dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung
tidak dapat berfungsi dan kemungkinan terjadi kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung
tidak mampu memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau syok. Jantung yang mengalami
kerusakan bisa membesar, dan sebagian merupakan usaha jantung untuk mengkompensasi kemampuan
memompanya yang menurun (karena jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih kuat). Jantung yang
membesar juga merupakan gambaran dari kerusakan otot jantungnya sendiri. Pembesaran jantung setelah
suatu serangan jantung memberikan prognosis yang lebih buruk (Anonim, 2008).
Penyebab lain dari serangan jantung adalah suatu bekuan dari bagian jantungnya sendiri. Kadang
suatu bekuan (embolus) terbentuk di dalam jantung, lalu pecah dan tersangkut di arteri koroner. Kejang
pada arteri koroner yang menyebabkan terhentinya aliran darah. Kejang ini bisa disebabkan oleh obat
(seperti kokain) atau karena merokok, tetapi kadang penyebabnya tidak diketahui (Anonim, 2008).
c) Patofisiologi
Stemi umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus
pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stemi terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injury vaskuler, dimana injury ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid. Pada kondisi yang jarang, stemi dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang
disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi
sistemik (Ahmad, 2008).
d) Diagnosis stemi
Nyeri dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi st ≥ 2 mm, minimal pada 2 sandapan pre
kordial yg berdampingan atau ≥ 1mm pada 2 sandapan ekstremitas
Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin t yang meningkat
Pemeriksaan CK-MB ( creatine kinase – myocardial band )
9
Pasien yang datang dengan nyeri dada perlu anamnesis cermat apakah nyeri berasal dari dalam atau
luar jantung
Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat ima seblmnya serta faktor – faktor resiko seperti hipertensi,
dm, dislipidemia, merokok, stress serta riwayat jantung koroner pada keluarga
Nyeri dada
Nyeri dada tipikal ( angina ) merupakan gejala kardinal pasien infark miokard akut dengan sifat nyeri dada
sebagai berikut :
Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial
Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa
diperas dan dipelintir
Penjalaran ; biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher ,rahang bawah, gigi, punggung, perut dan
dapat juga ke lengan kanan
Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat
Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin dan sesudah makan
Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas dan lemas
e) Terapi
Tirah baring di ruang rawat intensif jantung ( iccu )
Pasang infus iv dengan nacl 0,9 % atau dextrosa 5 %
Oksigenasi dimulai dengan 2 liter/menit 2 – 3 jam, dilanjutkan bila saturasi oksigen arteri rendah ( < 90
%)
Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung
Pasang monitor ekg secara kontinu
BAGIAN 6. PEMBAHASAN
A. ASESMENT
1. Data subjektif
Berdasarkan hasil analisa data, dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya serangan
jantung pada pasien adalah riwayat penyakit pasien tekanan darah tinggi. Selain itu pasien juga menderita
diabetes mellitus yang disebabkan riwayat DM, namun pasien tidak menjalankan diet apapun.
Berdasarkan wawancara, kebiasaan makan pasien belum baik, pasien masih sering mengkonsumsi
makanan tinggi lemak garam, dan makanan tinggi karbohidrat sederhana.
2. Data objektif
10
Berdasarkan hasil analisa data objektif antropometri dapat diketahui bahwa pasien memiliki status
gizi baik yang ditunjukkan dengan IMT= 21 Berdasarkan data biokimia, pasien menderita masalah gizi
yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan kadar gula darah sewaktu dan gula darah 2 jam setelah
puasa. Ketidaknormalan nilai tersebut dipengaruhi oleh penyakit yang diderita yang mengakibatkan
perubahan metabolisme tubuh serta riwayat pola makan yang kurang baik baik jumlah maupun jenisnya.
Berdasarkan data fisik klinis, pasien menderita masalah gizi yang ditinjukkan adanya peningkatan
tekanan darah. Sedangkan berdasarkan data dietary, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
kurang dari 80%. Hal ini menjelaskan bahwa asupan energi, lemak, dan karbohidrat belum sesuai dengan
AKG pasien. Namun asupan protein pasien sudah sesuai dengan AKG.
B. DIAGNOSA GIZI
Masalah diagnosa gizi yang diangkat dalam kasus ini adalah penurunan kebutuhan energi,karbohidrat
sederhana. Penurunan energi disebabkan karena adanya gangguan suplai oksigen ke jantung dan untuk
mengurangi beban kerja jantung. Penurunan karbohidrat sederhana disebabkan karena adanya gangguan
toleransi glukosa karena kebiasaan makan pasien yang kurang baik. Kebiasaan makan pasien yang buruk
ini dikhawatirkan menyebabkan pasien mengalami dislipidemia.
C. INTERVENSI
Intervensi yang diberikan adalah dengan memberikan diet DM 1500 R chol dalam bentuk Tim nasi.
Selain dengan terapi diet, intervensi juga diberikan dalam bentuk konseling gizi kepada keluarga pasien
yaitu dengan menekankan pada tujuan dan syarat diit. Materi yang disampaikan adalah menjelaskan tentang
pemilihan bahan makanan yang sesuai dan cara pengolahnnya seperti dengan mengurangi gorengan,
sebaiknya makanan (lauk pauk) tidak digoreng tapi direbus, dikukus, dipanggang, atau ditumis dengan
sayuran. Misalnya mengurangi lemak dan kolesterol, meningkatkan asupan serat, ikan dan antioksidan serta
vitamin B. Selain itu pemilihan bahan makanan yang berindeks glikemik rendah, dan penekanan pada
prinsip Jam, Jumlah, dan Jenis nya.
b. Biokimia
Pemeriksaan biokimia selama monitoring dilakukan pengecekan kadar GDN dan berangsur membaik,
dan menjadi normal.
11
Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis, tekanan darah pasien bersifat fluktuatif selama monitoring dan
cenderung meningkat.
d. Dietary
Asupan zat gizi pasien selama monitoring bersifat fluktuatif meskipun pasien selalu menghabiskan
makanan yang diberikan. Hal ini dikarenakan kandungan nilai gizi makanan yang disajikan berbeda-
beda dengan standar diit yang berbeda-beda pula
Kesimpulan
Saran
Disarankan kepada pasien dan keluarga penunggu pasien agar memperhatikan pola konsumsi makanan
yang sehat dan memperhatikan pemilihan jenis bahan makanan yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rofiq. 2008. Acute Miocard Infark. Didownload dari www.wikipedia.org pada tanggal 19 April 2009
Anonim. 2008. Acute Miocard Infark. Didownload dari www.wikipedia.org pada tanggal 19 April 2009
Sutedjo. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books
Zimmermann, Michael. 2001. Micronutrient In Health and Disease. New York : Stuttgart
12
13