Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODE EKSTRAKSI
AQUEOUS ALCOHOLIC EXTRACTION BY FERMENTATION

Ditulis guna memenuhi tugas Fitofarmasi

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas A

1. Nandan Gilang Cempaka (122210101001)


2. Lintang Nur Anggraeni (132210101040)
3. Syamsu Dhuha (122210101108)
4. Nurlaila Velayati (152210101005)
5. Diana Hanifiyah Sucipto (152210101012)
6. Livia Pimarahayu (152210101020)
7. Fauzia Ken Nastiti (152210101031)
8. Riska Fauriyah (152210101040)
9. Ita Husnul Chotimah (152210101044)
10. Husniya Faradisa (152210101054)

Dosen Pengampu : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1. Ayurveda .................................................................................................. 3
2.2. Prinsip Aqueous Alcoholic Extraction by Fermentation .......................... 3
2.3. Metode ekstraksi “aqueous alcoholic extraction by fermentation” .......... 4
2.4. Faktor yang mempengaruhi Ekstraksi ...................................................... 6
2.5. Keuntungan metode Aqueous Alcoholic Extraction by Fermentation ..... 9
BAB 3. PENUTUP .......................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2. Kritik dan Saran ...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman obat adalah sumber obat-obatan terkaya untuk pengobatan
tradisional, obat modern, nutraceutical, suplemen makanan, dan entitas kimia
untuk obat-obatan sintetis. Langkah pertama dalam peningkatan tanaman
sobat adalah penyiapan produksi obat herbal (contohnya ekstrak),
menggunakan berbagai metode mulai dari metode tradisional yang sederhana
hingga teknik ekstraksi lebih lanjut. Ekstraksi adalah pemisahan senyawa
aktif dari jaringan tumbuhan (dan hewan) menggunakan pelarut selektif
melalui prosedur standar. Teknik ekstraksi bekerja dengan cara memisahkan
metabolit tumbuhan yang larut dan meninggalkan sel yang tidak larut. Produk
yang diperoleh dari tumbuhan berupa campuran metabolit yang relatif
kompleks, dalam bentuk cair atau semisolid atau (setelah pelarut dikeluarkan)
dalam bentuk bubuk kering, dan ditujukan untuk penggunaan oral atau
eksternal. Yang termasuk kedalam metode ekstraksi antara lain dekok, infus,
ekstrak cair, tingtur, ekstrak pilular (semipadat) atau ekstrak bubuk.

Tujuan prosedur ekstraksi standar untuk obat-obatan kasar (bagian


tanaman obat) adalah untuk mencapai terapi yang diinginkan bagian dan
untuk menghilangkan bahan yang tidak diinginkan dengan pengobatan
dengan selektif pelarut yang dikenal sebagai menstruum. Ekstrak yang
diperoleh, setelah standarisasi, dapat digunakan sebagai agen obat seperti
dalam bentuk tincture atau cairan ekstrak atau diproses lebih lanjut untuk
dimasukkan dalam bentuk sediaan seperti tablet dan kapsul. Semua produk
ini mengandung campuran kompleks metabolit tumbuhan obat, seperti
alkaloid, glikosida, terpenoid, flavonoids dan lignan. Untuk digunakan
sebagai obat, ekstrak bias diproses lebih lanjut melalui berbagai teknik
fraksinasi untuk mengisolasi senyawa kimia tunggal seperti vincristine,
vinblastine, hyoscyamine, hyoscine, pilocarpine, forskolin dan kodein.

1
Tujuan prosedur ekstraksi standar untuk bahan obat-obatan (bagian
tanaman obat) adalah untuk mencapai terapi yang diinginkan dari bagian
bagian tanaman dan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan
untuk pengobatan menggunakan pelarut selektif yang dikenal sebagai
menstruum. Ekstrak yang diperoleh setelah standarisasi dapat digunakan
sebagai agen obat contohnya dalam bentuk tincture atau cairan ekstrak atau
dapat diproses lebih lanjut untuk dimasukkan dalam bentuk sediaan seperti
tablet dan kapsul. Semua produk ini mengandung campuran kompleks dari
berbagai macam metabolit tanaman obat, seperti alkaloid, glikosida,
terpenoid, flavonoids dan lignan. Untuk digunakan sebagai obat, ekstrak
dapat diproses lebih lanjut melalui berbagai teknik fraksinasi untuk
mengisolasi senyawa kimia tunggal seperti vincristine, vinblastine,
hyoscyamine, hyoscine, pilocarpine, forskolin dan kodein.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah prinsip kerja dari aqueous alcoholic ectraction by
fermentation?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi?

3. apa sajakah keuntungan yang terdapat pada metode ekstraksi?

1.3. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini :
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari aqueous alcoholic ectraction by
fermentation
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi

3. Untuk mengetahui keuntungan yang terdapat pada metode ekstraksi

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayurveda
Fermentasi diresepkan sebagai metode untuk pembuatan obat di
Ayuverda dan tidak ada sistem pembuatan obat lain yang menggunakan
fermentasi seperti di Ayuverda. Pembuatan fermentasi yang belum sempurna
mungkin dilakukan pada pembuatan suatu obat menurut sistem pengobatan
Sidha dan Unani. Ayurveda merupakan suatu ilmu kesehatan kuno yang telah
diketahui oleh manusia selama lebih dari 5000 tahun sebagai penyembuhan,
pengobatan, dan memperpanjang usia. Ayurveda secara luas menggunakan
tumbuhan-tumbuhan yang ditambahkan degan mineral dan produk hewani
tertentu. Banyak hasil dari penelitian-penelitian telah memasukkan obat-obat
ini dalam farmakopeia (Das, Chandan; Ghosh, Goutam; Das, Debajyoti.
2016).
Pengobatan sistem ayurveda terdiri dari berbagai macam bentuk
sediaan yang berbeda. Contohnya adalah teh-teh herbal, infusi, dekokta,
tingtur, kapsul dan serbuk, minyak terinfusi, salep, krim, lotion, arishta
(dekokta terfermentasi) dan asava (infusa terfermentasi). Arishta (dekokta
terfermentasi) dan asava (infusa terfermentasi) merupakan bentuk sediaan
yang paling umum dikarenakan memercepat aksi terapetik dan meningkatkan
konsentrasi obat. Akan tetapi, disebutkan oleh Susruta(Susruta, 44th Chapter)
tentang arishta yang menyebutkan bahwa arista memiliki kandungan dan
fungsi yang lebih baik dari bentuk sediaan lain karena kombinasi dari
berbagai bahan obat dan transformasinya yang berbeda (Sabu, Abdulhameed;
Haridas, Madhathilkovilakathu, 2015).
2.2. Prinsip Aqueous Alcoholic Extraction by Fermentation
Prinsip dari metode ekstraksi ini mengadopsi dari prinsip ekstraksi
obat-obat tradisional Ayurveda yaitu Asava dan Arista. Arista berarti hasil
fermentasi dari dekokta dan Asava berarti hasil fermentasi dari serbuk
simplisia. Ekstraksi dilakukan dengan merendam simplisia tumbuhan, baik
dalam bentuk dekok atau serbuk, selama beberapa waktu tertentu, yang

3
melibatkan fermentasi atau pembentukan senyawa alkohol. Alkohol yang
dihasilkan akan membantu ekstraksi dari senyawa aktif di dalam simplisia
tumbuhan tersebut dan juga berperan sebagai pengawet bagi produk hasil
ekstraksi (Varma, 2016). Proses fermentasi juga akan membantu pecahnya sel
dan mengeluarkan senyawa aktif yang terdapat dalam sel tumbuhan tersebut.
Proses fermentasi juga akan menciptakan kondisi hipotonik dilingkungan
sekitar sel sehingga akan terjadi transport aktif oleh senyawa keluar dari sel
(Sabu, 2015).

Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan ekstrak dengan


tiga komponen utama yaitu tepung, gula merah dan madu. Ketiga komponen
utama tersebut dapat difermentasi melalui dua kali proses(ketiga komponen
utama difermentasi secara terpisah) atau satu kali proses(ketiga komponen
utama difermentasi bersama). Tepung, gula merah dan madu akan membantu
aktivitas dari mikrooraganisme yang berperan selama proses fermentasi
(Sekar, 2007). Pada teknik fermentasi modern, ekstrak bisa ditambah dengan
ragi untuk mempercepat proses fermentasi. Selain itu ragi juga berperan
sebagai pembersih alami dengan mengikat logam-logam berat dan pestisida.
Proses fermentasi tradisional(tanpa ragi) membutuhkan waktu lebih dari
sebulan sedangkan proses fermentasi moderrn(dengan ragi) membutuhkan
waktu kurang dari seminggu (Sabu, 2015). Proses fermentasi dapat dilakukan
pada wadah dari tanah liat. Pada proses fermentasi skala besar, tong kayu,
toples porselen dan wadah dari metal dapat digunakan untuk menggantikan
wadah dari tanah liat (Varma, 2016).

2.3. Metode ekstraksi “aqueous alcoholic extraction by fermentation”


Preparasi melibatkan proses yang rumit dengan faktor-faktor penting berikut
ini:
• Bahan/material dan rasionya
• Proses
• Pot
• Musim

4
• Tempat
Ekstraksi dalam bentuk dekok atau infus dingin dari beberapa bahan alam
dilakukan dan sejumlah kecil jaggery (jus kering tebu) ditambahkan bersama
dengan bunga dari Woodfordia fruticosa yang digunakan sebagai inokulum
untuk memulai fermentasi. Kemudian disimpan selama sekitar empat minggu
untuk fermentasi dengan metode anaerob untuk mendapatkan tingkatan
tertentu alkohol yang dihasilkan. Produknya kemudian disimpan selama
beberapa waktu untuk pematangan. Rempah-rempah seperti kapulaga dan
kayu manis ditambahkan sebagai agen perasa. Preparasi metode ekstraksi
ditunjukkan pada Gambar 1.

Bahan alam/tanaman

Ekstraksi :
Infus/dekok

Preparasi medium
fermentasi
Madu dan/atau jus kering
tebu
Penghalusan (menjadi
Penghalusan rempah
bentuk serbuk) bunga
Woodfordia fruticosa

Fermentasi

Gambar 1 : Proses preparasi tanaman dengan metode ekstraksi “aqueous alcoholic extraction
by fermentation”
Kelebihan Proses
Prahst telah menyebutkan beberapa manfaat dari produk herbal yang
difermentasi seperti di bawah ini:

5
• Fermentasi menghilangkan sebagian besar gula yang tidak diinginkan dari
bahan tanaman, membuat produk lebih bioavailabel dan menghilangkan efek
samping seperti gas dan kembung.
• Fermentasi mengekstrak berbagai bahan aktif dari ramuan/herbal daripada
metode ekstraksi apapun yang mana menstruum mengalami gradien
peningkatan kadar alkohol.
• Dinding sel ragi/yeast secara alami mengikat logam berat dan pestisida residu
dan oleh karena itu, ia bertindak sebagai sistem pembersihan alami.
• fermentasi tidak hanya menghilangkan kontaminan, itu juga bisa menurunkan
toksisitas beberapa komponen beracun dalam tanaman.
• Fermentasi secara aktif memecah sel-sel herbal, kontak langsung dengan
menstruum dan bakteri memiliki enzim yang memecah dinding sel untuk
lebih membantu dalam proses pencucian. Fermentasi juga menghasilkan
sistem transportasi aktif yang memindahkan konstituen terlarut dari materi
bahan alam pada menstruum.

2.4. Faktor yang mempengaruhi Ekstraksi


1. Pengaruh suhu
Suhu mempengaruhi proses fermentasi Formulasi Asavarista. Dalam
formulasi Draksharishta, jaggery ditambahkan ke ramuan ramuan herbal,
diaduk dengan baik dan direbus selama dua menit di batch pertama, dan
dalam batch kedua jaggery ditambahkan saat rebusan didinginkan pada
suhu 40 ° C. Lalu semua persiapannya disimpan dalam wadah porselen
dan disimpan untuk difermentasi. Arista Dingin menunjukkan kandungan
alkohol 7,64% sedangkan tidak ada alcohol pada Arista panas pada hari
penyaringan. Isi Tannin ditemukan sama pada kedua formulasi. Hasil ini
menyimpulkan bahwa sel-sel ragi hancur pada formulasi panas
sedangkan pada formulasi dingin tidak karena suhu tinggi, Suhu
optimum dalam rentang 20-35 ° C cocok untuk inisiasi fermentasi
2. Waktu Fermentasi

6
Lama waktu fermentasi berbeda dari setiap musim. Menurut literatur,
pada musim gugur dan musim panas fermentasi terjadi selama 6 hari,
pada musim salju selama 10 hari dan pada musim hujan dan musim
gugur selama 8 hari. Pada umumnya, pada iklim tropis fermentasi terjadi
selama 7-10 hari dan pada suhu dingin terjadi selama 30 hari. Lama
waktu dari fermentasi memiliki rentang dari 7-180 hari dengan formulasi
yang berbeda.
3. Penggunaan berbagai wadah dan kondisi persiapan
Pot tanah liat dan beberapa bejana lain digunakan untuk persiapan
Formulasi berbeda dari Asavarista yang meliputi kaca, aluminium,
kaleng tembaga, stainless steel, jar porselen, bejana emas. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa bejana dari tembaga kaleng adalah pilihan yang
lebih baik untuk proses fermentasi daripada aluminium. Wadah kayu
memiliki batasan tertentu seperti pot tanah dapat pecah, sementara
kontainer kayu membutuhkan pra-perawatan dan mungkin ada
kemungkinan kontaminasi. Oleh karena itu, dengan kemajuan teknologi
farmasi pot-pot ini digantikan oleh plastik dan baja kontainer.
Draksharishta dan Drakshasava yang dipreparasi dalam bejana kaca dan
pot tanah liat tidak menunjukkan produksi alkohol. Persiapan dalam pot
kaca menunjukkan lebih asam dari yang dipreparasi dari pot tanah.
Disana ada tidaknya perubahan diamati pada TLC dan analitis nilai-nilai.
Diamati bahwa pot tanah menyebabkan penguapan karena sifatnya yang
berpori yang menyebabkan kelarutan senyawa terbatas. Perubahan pH ini
dapat mempengaruhi kinerja organisme.
4. Proporsi karbohidrat (Madhura Dravya)
Tingkat fermentasi dipengaruhi oleh alam dan konsentrasi karbohidrat.
Mikroorganisme dalam Formulasi asavarista membutuhkan air, bahan
yang bernutrisi sebagai promotor pertumbuhan dan sumber energi untuk
mereka aktivitas fermentasi. Karbohidrat bertindak sebagai sumber
utama nutrisi. Viskositas media meningkat dengan peningkatan
konsentrasi karbohidrat.

7
5. Signifikansi Sandhana Dravya (Fermentor)
Fermentor adalah mikroorganisme, yang memulai proses fermentasi.
Dhataki pushpa diperkenalkan oleh Acharya Vagbhata sebagai fermentor
di bidang manufaktur Asavarista. Selain itu Dhataki mendorong beberapa
obat lain juga digunakan di Sandhana Kalpana yang termasuk Madhuka
pushpa (Kutajarishta) dan Surabeeja / Kinva (Sura). Sebuah penelitian
dilakukan untuk mengetahui efek penambahan ragi (Saccharomyces
cerevisiae) dan Dhataki pushpa pada media yang akan difermentasi.
Hasilnya mengungkapkan bahwa sampel mengandung ragi menunjukkan
onset dan penyelesaian proses fermentasi dimulai pada hari kedua dan
selesai dalam satu bulan. Sedangkan sampel yang mengandung Dhataki
puspa, fermentasi dimulai pada hari kelima dan selesai pada bulan kedua.
Dalam studi lain baik Dhataki puspa dan strain Saccharomyces yang
terisolasi cerevisiae dari bunga yang sama digunakan sebagai inokulum
untuk fermentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa bunga Dhataki mampu
memulai fermentasi alkohol sebagai biasanya dicapai dengan
menggunakan kultur ragi murni. Bunga puspa Dhataki ditemukan
mengandung persentase tanin tinggi (22%). Selama fermentasi anaerobik,
Senyawa fenolik ini membawa enzimatik konversi menjadi fenol dan
alkohol sederhana. Ini mungkin membenarkan penggunaan ekstensif W.
fruticosa dalam persiapan Arista untuk menghasilkan alkohol.
6. Manfaat dari Sandhana Kalpana (Fermentasi Biomedis)
Gula yang tidak diinginkan dikeluarkan dari bahan tanaman dengan
proses fermentasi dan membuat produk lebih banyak bio-availability
dengan menghilangkan efek samping seperti gas dan kembung. Saat
proses fermentasi berlangsung peningkatan gradien tingkat alkohol, itu
mengekstrak lebar berbagai bahan aktif dari ramuan dari yang lain
metode ekstraksi. Ragi bertindak sebagai pembersihan alami sistem
karena pengikatan alami dinding sel ragi dengan logam berat dan residu
pestisida. Fermentasi tidak hanya menghilangkan kontaminasi tetapi juga
mengurangi toksisitas beberapa komponen beracun pada tumbuhan.

8
Herba Sel-sel pecah oleh proses fermentasi dan terpapar secara terbuka
untuk menstruum di mana dinding sel rusak turun oleh enzim bakteri
yang selanjutnya membantu dalam proses pencucian. Proses fermentasi
menciptakan aktif sistem transportasi yang menghilangkan konstituen
dari bahan herbal untuk menstruasi
2.5. Keuntungan metode Aqueous Alcoholic Extraction by Fermentation
Beberapa obat persiapan Ayurveda (seperti asava dan arista)
mengadopsi teknik fermentasi untuk mengekstrak prinsip aktif. Itu prosedur
ekstraksi melibatkan perendaman obat mentah, dalam bentuk bubuk atau
rebusan (kasaya), untuk jangka waktu tertentu, selama itu mengalami
fermentasi dan menghasilkan alkohol in situ; ini memfasilitasi ekstraksi dari
konstituen aktif yang terkandung dalam bahan tanaman. Alkohol sehingga
dihasilkan juga berfungsi sebagai pengawet. Jika fermentasi adalah
dilakukan di dalam bejana tanah, seharusnya tidak baru: air harus terlebih
dahulu direbus dalam bejana. Dalam pembuatan skala besar, tong kayu,
porselen guci atau bejana logam digunakan sebagai pengganti bejana tanah
liat. Beberapa contoh persiapan tersebut adalah karpurasava, kanakasava,
dasmularista. Di Ayurveda, metode ini belum distandarisasi tetapi, dengan
tingkat kemajuan luar biasa dalam teknologi fermentasi, seharusnya tidak
sulit dan ekstraksi ini untuk produksi ekstrak obat herbal.

Proses fermentasi membantu dalam memecahkan sel-sel herbal dan


memaparkan isinya ke biotransformasi. Fermentasi juga menciptakan sistem
transportasi aktif dengan konstituen terlarut dari bahan herbal (Sharma
&Dash 2001). Ada klaim bahwa dinding sel ragi alami mengikat logam
berat dan residu pestisida dan bertindak sebagai sistem pembersihan alami,
membuat fermentasi herbal produk lebih aman daripada bubuk atau tincture.
Fermentasi juga menciptakan sistem transportasi aktif yang bergerak
melarut konstituen dari bahan herbal ke pelarut (Katiyar 2008). Studi di atas
memberikan validasi dari manfaat spekulasi dari tincture herbal sebagai
dijelaskan dalam klasik Ayurvedic.

9
Keuntungan dari Aqueous Alcoholic Extraction by Fermentation:
1. Dihasilkan alkohol yang dapat bertindak sebagai pengawet
2. Membantu dalam memecahkan sel-sel herbal dan memaparkan isinya
ke biotransformasi
3. Dapat menciptakan sistem transportasi aktif
4. Tingkat kemajuan yang luar biasa dan proses tidak begitu sulit

10
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ekstraksi adalah pemisahan senyawa aktif dari jaringan tumbuhan (dan
hewan) yang menggunakan pelarut selektif melalui prosedur standar.
Metode ekstraksi yang digunakan bisa berupa Aqueous Alcoholic
Extraction by Fermentation. Prinsip dari metode ekstraksi ini mengadopsi
dari prinsip ekstraksi obat-obat tradisional Ayurveda yaitu Asava dan
Arista. Arista berarti hasil fermentasi dari dekokta dan Asava berarti hasil
fermentasi dari serbuk simplisia. Sedangkan faktor yang mempengaruhi
metode ekstraksi yakni pengaruh suhu, waktu fermentasi, penggunaan
berbagai wadah dan kondisi persiapan, proporsi karbohidrat (madhura
dravya), signifikansi sandhana dravya (fermentor), manfaat dari sandhana
kalpana (fermentasi biomedis). Metode ekstraksi Aqueous Alcoholic
Extraction by Fermentation memiliki beberapa keuntungan diantaranya
menghasilkan alkohol yang dapat bertindak sebagai pengawet, membantu
dalam memecahkan sel-sel herbal dan memaparkan isinya ke
biotransformasi, dapat menciptakan sistem transportasi aktif , dan tingkat
kemajuan yang luar biasa dan proses yang tidak begitu sulit.

3.2. Kritik dan Saran


Diharapkan kepada para pembaca dapat memberikan kritik dan saran dalam
pembuatan makalah ini. Supaya dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat
lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Das, Chandan; Ghosh, Goutam; Das, Debajyoti. 2016. Ayurdevic Liquid Dosage
from Asava and Arista: An Overview. Odisha: School of Pharmaceutical
Sciences, Department of Pharmacognosy, Siksha ‘O’ Anusandhan
University
Katiyar CK. 2008. Aqueous alcoholic extraction of medicinal and aromatic plants
by fermentation. In: Handa SS, Khanuja SS, Longo G, Rakesh DD, editors.
Extraction technologies for medicinal and aromatic plants. Trieste:
International Centre for Science and High Technology; p. 107–112.

Sabu, Abdulhameed; Haridas, Madhathilkovilakathu. 2015. Fermentation in


Ancient Ayurveda: Its Present Implication. Kerala: Inter University Centre
for Bioscience, Department of Biotechnology and Microbiology, Kannur
University
Sekar, S. (2007). Traditional Alcoholic Beverages from Ayurveda and Their Role
on Human Health. Indian Journal of Traditional Knowledge , 144-149.

Sharma RK, Dash B. 2001. Charak Samhita, vol. I-VI. Varanasi, India:
haukhambha Sanskrit Series.

Varma, N. (2016). Phytoconstituents and Their Mode of Extraction: An


Overview. Res J. Che. Environ. Sci , 08-15.

12

Anda mungkin juga menyukai