Anda di halaman 1dari 2

sudah 68 tahun sejak pertama kali dideklarasikan lewat pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945,

Pancasila sebagai ideologi bangsa seharusnya tetap merupakan tolak ukur dalam proses
pembangunan. Baik dari sisi edukasi, perekonomian, maupun dari berbagai aspek lainnya.

Lima butir yang tercantum didalam Pancasila bukanlah semata-mata murni landasan negara,
tetapi merupakan representasi dari apa yang diharapkan oleh para tokoh-tokoh yang telah
berjuang habis-habisan untuk memperjuangkan kemerdekaan negara ini.

Namun, apa saat ini apa yang diharapkan para pejuang kemerdekaan masih terlaksana ? Apa
Negara Kesatuan Republik Indonesia masih berpegang teguh pada Pancasila ? Ataukah
Pancasila kini hanya sebagai pajangan di setiap kantor pemerintahan dan sekolah-sekolah ?

Mari coba diulas setiap butirnya.

Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa).

Rasanya kita sedikit tergelitik dengan kondisi saat ini. Sepertinya yang berlaku saat ini adalah
"Keuangan yang Maha Esa". Alasanya jelas, terjadi praktek korupsi dimana-mana. Hampir
disetiap instansi pemerintahan tidak terlepas dari tindakan tidak terpuji itu. Bahkan pada
sentral-sentral negara pun ikut terjaring. Kementrian Agama misalnya, tempat dimana
seharusnya "Ketuhanan" adalah landasan utamanya justru tercoreng dengan kasus
perampasan terhadap uang yang mestinya digunakan untuk pengadaan kitab suci agama.

Sila kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)

Tingkat kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan yang terus meningkat bukanlah sebuah
cerminan dari sila kedua ini. Hampir setiap saat kita selalu disajikan dengan berita tentang
pemerkosaan ataupun tindak kekerasan.

Perdagangan anak kandung dengan alasan ekonomi, pemerkosaan terhadap anak dibawah
umur bahkan berlaku pada anak kandung selalu menjadi topik-topik hangat yang
diperbincangkan. Kemudian, ketika sebagian besar para TKI menjadi santapan empuk untuk
disiksa majikannya diluar negeri, ternyata masih ada buruh pabrik yang jadi budak dinegara
sendiri. Contoh kasusnya seperti yang terjadi di Tangerang beberapa waktu lalu.

Sila Ketiga (Persatuan Indonesia)

Bhinneka Tunggal Ika kini hanyalah sebuah kiasan belaka. Berbeda-beda tetapi tetap satu
sudah tidak terlihat hadir ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Begitu banyak
konflik yang terjadi atas latar belakang SARA. Begitu juga dengan pertikaian-pertikaian
antar suku yang marak terjadi belakangan ini.

Kelompok minoritas kini hanya bisa meratap bila melihat fakta terhadap pembatasan-
pembatasan yang mereka terima. Tragis.

Sila keempat (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan)

Kepentingan rakyat bukan lagi menjadi hal utama dimata para pejabat perwakilan rakyat.
Padahal semboyan demokrasi adalah "Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Numun
realita justru sebaliknya, "Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kepentingan pribadi".

Kemudian ketika kita berpindah pada konteks kebijaksanaan, apakah kebijakan-kebijakan


yang diambil masih untuk kepentingan rakyat ? Kebijakan-kebijakan penguasa kini lebih
berpihak pada partai yang dibelanya. Kasus korupsi yang belakangan sering terjadi sungguh
tidak berlandaskan pada kebijakan yang pro terhadap rakyat. Apa itu yang namanya bijaksana
dalam menjalankan roda pemerintahan ?

Ketika terjadi perebutan lahan dimana-mana oleh oknum tertentu. Juga ada kasus-kasus
dimana konflik antar oknum aparatur negara dan masyarakat. Jelas terlihat bahwa musyawah
mufakat adalah hal kedua. Setelah bentrokan terjadi barulah ada musyawarah mufakat. Hal
ini mencerminkan bahwa musyawarah tidak lagi dikedepankan seperti makna yang
terkandung dalam sila ke-4 ini.

Sila kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Pemerataan hak dan kewajiban dalam golongan masyarakat belum sepenuhnya terlaksana.
Masih Banyak Terjadi diskriminasi bagi kalangan kalangan tertentu. Ketika suatu
kepercayaan dilarang menjalankan Ibadah atau diusir dari satu wilayah, itukah yang namanya
keadilan ? Begitu juga dengan pelanggaran HAM yang terjadi dimana-mana.

Disamping itu, tingkat kemiskinan di negara ini masih menjadi hal yang memprihatinkan.
Ketika kebijakan-kebijakan pemerintah yang mereka bilang pro rakyat kecil, ternyata
faktanya bahwa banyak sekali kaum pinggiran yang hidup penuh sengsara dibawah kolom
jembatan dan ditengah jalan raya. Banyak juga yang digusur akibat terkendala perizinan.

***

Pada prinsipnya, Pancasila sebagai Ideologi Bangsa harusnya tetap diamalkan. Menjaga
setiap nilai yang terkandung didalamnya akan lebih menciptakan kerukunan dan kehidupan
bermasyarakat. Sebab, sudah menjadi hak dasar setiap manusia untuk memilih dan
menentukan hidupnya sendiri.

Pemerintah dalam hal ini harus lebih peka terhadap setiap kejadian yang berhubungan dengan
pengamalan pancasila. Berawal dari kebijakan-kebijakan yang lebih terstruktur dan
terlaksana, maka dari sanalah cita-cita sejati Pancasila tercipta. kita juga sebagai masyarakat
juga seharusnya lebih sadar dan patuh pada nilai-nilai dsar pancasila ini

Perlu diingat bahwa kita semua terikat dalam sebuah semboyan yang sudah terjalin selama
puluhan tahun. Bhinneka Tunggal Ika. Kita terlahir dari bangsa yang dilatari beragam suku,
budaya dan agama. kita merdeka karena bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Apa
yang kita rasakan sekarang bukan hanya dari hasil keringat satu suku ataupun satu agama.
Kita semua satu Bangsa, Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai