Anda di halaman 1dari 21

Cintya Ristimawarni 1102013064 1.

Tinkat 1 , plasenta previa letak rendah (pada pembukaan 4 cm ujung


jari dapat meraba tepi plasenta)
1. MM perdarahan kehamilan lanjutan
2. Tingkat II, plsenta previa marginalis, tepi plasenta berimpitan dengan
Perdarahan pada kehamilan tua adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan > tepi pembukaan, dulu digunakan pembukaan 4 cm.
20 minggu. Penyebab kondisi ini antara lain : 3. Tingkat III, plasenta previa parsialis, plasenta menutupi sebagian
pembukaan 4 cm.
1. Plasenta previa 4. Tingkat IV, plasenta previa totalis, seluruh ostium uteri internum
tertutup oleh plasenta, pada pembukaan 4 cm.
Definisi
Plasenta yang terimplantasi dekat atau pada ostium serviks interna. Ada beberapa letak Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya
plasenta previa : jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
 Plasenta previa total : ostium serviks interna tertutup seluruhnyaa a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
oleh plasenta. internum.
 Plasenta previa parsial : ostium serviks interna tertutup sebagian b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium
oleh plasenta uteri internum.
 Plasenta previa marginalis : ujung plasenta berada pada tepi c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya
ostium serviks interna dan menutupi sebagian ostium uteri internum.

Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan
implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).
Gambar 1. Klasifikasi plasenta previa
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa
Klasifikasi
berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
Pembagian plasenta previa menurut tingkatannya :

1
a. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta  Pada keadaan malnutrisi.
menutupi seluruh ostium. 4. Kebiasaan merokok
b. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian
faktor Risiko Plasenta Previa
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa
a. Faktor predisposisi
lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang,
Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan
plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan
kejadian plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur
plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara,
yang ditutupi plasenta.
endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau
manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip,
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat
plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta
implantasi yang lebih subur, serta bekas persalianan berulang dengan
previa parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai
jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun. Menurut Mochtar
dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
(1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan
paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia,
Faktor resiko
plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil.
1. Usia penderita
 Umur muda karena endometrium masih belum sempurna
Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda
 Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang
dimana
kurang subur.
endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat
2. Paritas
Endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
bekas persalinan berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun),
endometrium belum sempat tumbuh.
bekas operasi, kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi
3. Endometrium yang cacat
lambat, karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3)
 Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.
 Bekas operasi, bekas kuretase atau plasenta manual
 Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
b. Faktor pendukung

2
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga
plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
previa, diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi
seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
bagian bedah Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Tumor- pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak
tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut Sastrawinata plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari
(2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada
yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa
multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001). uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
c. Faktor pendorong seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan
perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida
akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama Manifestasi klinis
pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,(2005).  Perdarahan tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya jarang dalam jumlah
banyak melainkan terus berkurang. Sesekali perdarahan juga berulang.
Patofisiologi Bisa pada saat tidur atau sedang melakukan aktivitas.
Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan  Plasenta previa biasanya berasosiasi dengan implantasi plasenta yang
mengganggu proses persalinan dengan terjadi perdarahan. Implantasi plasenta di segmen abnormal :
bawah Rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima 1. Plasenta akreta : vili-vili plasenta menempel pada myometrium
implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu 2. Plasenta inkreta : vili-vili plasenta menginvasi miometrum
memberikan nutrisi janin, villi korealis pada korion leave yang persisten.

3
3. Plasenta perkreta : vili-vili plasenta menembus melewati  Pada pemeriksaan dapat dijumpai : tekanan darah, tekanan
myometrium nadi, pernafasan dalam batas normal. Tekanan darah turun,
Adanya plasenta akreta, inkreta, atau perkreta akan menyebabkan perdarahan nadi dan pernafasan meningkat, tampak anemis.
yang lebih hebat. Kemungkinan infeksi makin tinggi sampai perforasi uterus. 4. Pemeriksaan khusus kebidanan
 Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan  Pemeriksaan palpasi abdomen (janin belum cukup bulan,
penyulit pada janin maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan. Karena
anemia sampai syok. Sedangkan pada janin dapat menimbulkan plasenta di segmen bawah Rahim, maka dapat dijumpai
asfiksia sampai kematian janin dalam Rahim. kelainan letak janin di dalam Rahim dan bagian terendah
 Implantasi plasenta di segmen bawah Rahim menyebabkan bagian masih tinggi).
terendah tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan  Pemeriksaan denyut jantung janin bervariasi dari normal
kelainan letak janin dalam Rahim. sampai asfiksia dan kematian dalam Rahim.
 Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap
Diagnosis dan diagosis banding
untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan
1. Anamnesis plasenta previa
dalam : untuk menegakkan diagnosis pasti, mempersiapkan
 Terjadi perdarahan dari uterus pada kehamilan sekitar > 20
tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
minggu
memecahkan ketuban. Hasil pemeriksaan dalam teraba
 Sifat perdarahan (tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba,
plasenta sekitar ostium uteri internum.
tanpa sebab yang jelas, dapat berulang, perdarahan
 Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan ultrasonografi,
menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim)
mengurangi pemriksaan dalam, menegakkan diagnosis)
2. Pada inspeksi dijumpai :
Pemeriksaan standar baku untuk plasenta previa adalah
 Perdarahan pervaginam cair sampai menggumpal
dengan USG, baik USG transabdominal, trasvaginal maupun
 Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis
transperineal.
3. Pemeriksaan fisik ibu
USG transvaginal dan transperineal dapat membantu
 Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai
diagnosis plasenta previa yang letaknya posterior.
syok.
 Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai
koma.

4
Diagnosis banding vaginal *Partus lama atau intraabdominal
Gejala dan tanda Faktor predisposisi Penyulit lain Diagnosis * Nyeri hebat sebelum kasep *Hilangnya gerak atau
* Perdarahan tanpa nyeri, * multipara * Syok Plasenta perdarahan dan syok, yg *Disproporsi denyut jantung janin
usia gestasi >28 minggu * mioma uteri * perdarahan setelah previa kemudian hilang setelah kepala /fetopelvik *Bentuk uterus
* Darah segar * usia lanjut koitus terjadi regangan hebat *Kelainan abnormal atau
*Perdarahan dapat terjadi *kuretase berulang * Tidak ada kontraksi pada perut bawah (kondisi letak/presentasi konturnya tidak jelas.
setelah miksi atau * bekas SC uterus ini tidak khas) *Persalinan * Nyeri raba/tekan
defekasi, aktivitas fisik, * merokok * Bagian terendah traumatik dinding perut dan
kontraksi braxton hicks janin tidak masuk bagian2 janin mudah
atau koitus PAP dipalpasi
*Bisa terjadi gawat *Perdarahan berwarna * solusio plasenta * perdarahan gusi Gangguan
janin merah segar. * janin mati dalam * gambaran memar pembekuan
* Perdarahan dengan nyeri * Hipertensi * Syok yang tidak Solusio * Uji pembekuan darah rahim bawah kulit darah
intermitten atau menetap * versi luar sesuai dengan jumlah plasenta tidak menunjukkan adanya * eklamsia * perdarahan dari
* Warna darah kehitaman *Trauma abdomen darah (tersembunyi) bekuan darah setelah 7 * emboli air tempat suntikan jarum
dan cair, tapi mungkin ada * Polihidramnion * anemia berat menit ketuban infus
bekuan jika solusio relatif * gemelli * Melemah atau * Rendahnya faktor
baru * defisiensi gizi hilangnya denyut pembekuan darah,
* Jika ostium terbuka, jantung janin fibrinogen, trombosit,
terjadi perdarahan * gawat janin atau fragmentasi sel darah
berwarna merah segar. hilangnya denyut
jantung janin Tatalaksana
* Uterus tegang dan 1. Semua pasien dengan kecurigaan plasenta previa dirujuk ke spesialis
nyeri obstetric dan ginekologi untuk diagnosis serta tata laksana. Pilihan tata
* Perdarahan * Riwayat seksio *Syok atau takikardia Ruptur uteri laksana bergantung pada usia kehamilan :
intraabdominal dan/atau sesarea *Adanya cairan bebas

5
 Apabila perdarahan terjadi pada masa kehamilan lebih awal, Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan
biasanya diberikan transfuse dan tokolitik sampai usia pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan, sedapat mungkin diantar oleh petugas,
kehamilan 32-34 minggu. dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
 Pada usia 34 minggu, dipertimbangkan antara resiko Pertolongan persalinan secsio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
perdarahan dalam maturasi kandungan. dilakukan, bentuk operasinya adalah :
 Waktu kelahiran biasanya ditentukan tingkat kematangan 1. Cunam Willet Gausz,
paru janin. Maturasi paru dilakukan dengan pemberian Menjepit kulit kepala bayi pada plasenta previa yang ketubannya telah
deksametason 2X12 mg IM dalam jarak 24 jam atau dipecahkan, memberikan pemberat pembukaan dipercepat, diharapkan
deksametason 4X6 mg per oral selama 2 hari. persalinan spontan, sebagian besar dilakukan pada janin yang telah
meninggal.
Pilihan cara kelahiran :
2. Versi Braxton Hicks
 Seksio sesarea merupakan cara kelahiran terpilih pada kasus
Dilakukan versi letak sungsang, satu kaki dikeluarkan sebagai tampon
plasenta previa.
dan diberikan pemberat untuk mempercepat pembukaan dan
 Kelahiran per vaginam dapat dilakukan pada kasus plasenta menghentikan perdarahan, diharapkan persalinan spontan, janin
previa marginalis dengan presentasi kepala. Pada cara ini, sebagian besar akan meninggal.
selaput ketuban biasanya dipecahkan terlebih dahulu untuk Versi bipolar menurut Braxton Hicks adalah teknik lama yang
merangsang kelahiran. digunakan untuk menghentikan perdarahanpada plasenta previa

Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah : parsialis dengan cara memecahkan ketuban, menurunkan satu kaki

1. Segera lakuka operasi persalinan untuk menyelamatkan ibu dan anak dengan tujuan untuk tamponade perdrahan akibat plasenta previa

atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian. dengan menggunakan bokong bayi.

2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan Bayo baru akan lahir setelah pembukaan lengkap dan mati karena

untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut. dikorbankan untuk menyelamatkan ibu dari kematian akibat perdarahan

3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil kaki yang telah diturunkan diberikan pemberat sehingga makin mampu

sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai bertindak sebagai tampon plasenta untuk menghentikan perdarahannya.

fasilitas yang cukup. 3. Pemasangan kantong karet Metreurynter.


Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan
mempercepat pembukaan sehingga persalinan dapat segera

6
berlangsung. Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, narkosa, Terapi
pemberian transfuse dan cairan maka tata laksana pertolongan Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan di tempat
perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk memecahkan ketuban, praktik. Pada kasus perdarahan yang banyak, pengobatan syok adalah dengan
melakukan seksio sesarea, untuk bidan segera melakukan rujukan infuse Macrodex, Periston, Haemaccel, Plasmagel, Plasmafudin. Pada kasus
sehingga mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. pasien gelisah, diberikan 10 mg valium (diazepam) IM atau IV secara perlahan.
Tindakan pada plasenta previa :
a. Tindakan dasar umum. Memantau tekanan darah, nadi, dan
hemoglobin, memberi oksigen, memasang infuse, member
ekspander plasma atau serum yang diawetkan. Usahakan pemberian
darah lengkap yang telah diawetkan dalam jumlah mencukupi.
b. Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesarea segera
dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.
c. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta
previa totalis atau parsialis, segera lakukan seksio sesaria; karena
plasenta letak rendah (plasenta tidak terlihat jika lebar mulut serviks
sekitar 4-5 cm), pecahkan selaput ketuban dan berikan infuse
oksitosin; jika perdarahan tidak berhenti, lakukan persalinan
pervagina dengan forsep atau ekstraksi vakum; jika perdarahan
tidak berhenti lakukan seksio sesaria. Komplikasi
d. Tindakan setelah melahirkan.  Maternal : perdarahan, syok, kematian, infeksi, emboli, solusio plasenta
1) Cegah syok (syok hemoragik)  Fetus : premature, kematian, perdarahan janin
2) Pantau urin dengan kateter menetap
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa, adalah :
3) Pantau sistem koagulasi (koagulopati).
a. Perdarahan dan syok.
4) Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit.
b. Infeksi.
c. Laserasi serviks.
d. Prematuritas atau lahir mati

7
Prognosis 1. Dapat mengeluarkan darah dari ostium uteri kehamilan
Prognosis maternal biasanya baik. Prognosis bayo bergantung pada usia 2. Tertutup karena perdarahan hanya pada retroplasentar
kehamilan. Pada kasus premature, plasenta previa menjadi penyebab utama 3. Gabungan sebagian perdarahan akan Nampak dan sebagian
kematian perinatal. retroplasentar
2. SOLUSIO PLASENTA
Faktor resiko
Definisi  Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan  Hipertensi pada kehamilan
trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan akumulasi darah  Usia ibu yang tua dan multiparitas
antara plasenta dan dinding Rahim yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan penyulit  Distensi uterus (gestasi multipel, hidramnion)
terhadap ibu maupun janin.  Penyakit vascular (diabetes mellitus, lupus eritematosus sistemik)
Pada solusio plasenta, darah tersimpan dalam kavum uteri. Hal ini disebabkan oleh  Merokok, konsumsi alcohol dan penggunaaan kokain
lepasnya plasenta. Plasenta dapat terlepas secra komplit (20 % kasus) maupun inkomplit  Bersamaan dengan preeklamsia dan eklamsia
(80% kasus). Apabila plasenta terlepas secara ainkomplit, darah mengalir melalui serviks.
 Tekanan vena cava inferior yang tinggi
Komplikasi pada kasus inkomplit lebih sedikit dan ringan dibandingkan plasenta yang lepas
 Kekurangan asam folat
secara komplit.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi Etiologi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir . 1. Trauma langsung terhadap uterus hamil
Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur  Terjatuh terutama telungkup
plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir (2). Jika separasi ini  Tendangan anak yang sedang digendong
terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin akan didiagnosis sebagai abortus 2. Trauma kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan
(5). kebidanan yang dilakukan :
imminens Sedangkan Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya mendefinisikan solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir,  Setelah versi luar
dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat  Setelah memecahkan ketuban
janin di atas 500 gram .  Persalinan anak kedua hamil kembar
Klasifikasi 3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yan pendek.
Derajat solusio plasenta :

8
Patofisiologi uterus. Sebagian darah akan menyeludup di bawah selaput ketuban keluar dari
Berbagai mekanisme dipikirkan menjadi pencetus lepasnya plasenta. vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
Mekanisme pertama adalah jejas pada pembuluh darah yang menyebabkan rupture mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
pembuluh darah desidua basalis. Hematoma menyebabkan robekan pada pembuluh darah Apabila ektravasasinya berlangsung hebat,maka seluruh permukaan
sekitarnya sehingga memperbanyak perdarahan dan memperluas area yang terpisah. uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini di sebut uterus Couvelaire (Perut
Mekanisme selanjutnya adalah tekanan vena yang meningkat dengan cepat diteruskan ke terasa sangat tegang dan nyeri). Akibat kerusakan jaringan miometrium dan
ruang intervili sehingga terjadi pelebaran pada vena-vena dan terjadilah pemisahan plasenta pembekuan retroplasenter,maka banyak trombosit akan masuk ke dalam
Mekanisme lainnya adalah factor mekanik seperti trauma, atau traksi tali pusat yang peredaran darah ibu,sehinga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana,yang
pendek.Pada solusio plasenta, darah tertahan dibelakang tepi plasenta, dibelakang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya terjadi
membrane yang melekat ke dinding uterus, atau dibelakang dekat presentasi janin. Darah hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya
dapat bocor melewati membrane atau plasnta dan memperoleh aksen ke cairan amnion. di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Concealed hemorrhage biasanya terjadi pada lepasnya plasenta secara komplit. Pada kasus Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
yang lebih parah, dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata karena deplesi dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,akan terjadi
fibrinogen, trombosit dan factor pembekuan yang lain. Sang ibu dapat mengalami gejala anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
seperti petekie generalisata, perdarahan aktif, syok hipovolemik dan gagalnya mekanisme terlepas,mungkin tidak berpengaruh sama sekali,atau juga akan mengakibatkan
pembekuan darah. gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnyaa gangguan pembekuan
1) Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang darah,kelainan ginjal,dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta
membentuk hematoma pada desidua,sehingga plasenta terdesak dan akhirnya sampai persalinan selesai,umumnya makin hebat komplikasinya.
terlepas. Apabila perdarahan sedikit,hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta,pedarahan darah antara uterus dan plasenta belum 2) Pada solusio plasenta,darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar
terganggu,dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga
plasenta lahir,yang pada pemeriksaan di dapatkan cekungan pada permukaan terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak
maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman. keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih tersembunyi.
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda
akan bertambah besar,sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding yang lebih khas karena seluruh perdarahan tertahan di dalam dan menambah

9
volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar fibrinogen makin berkurang dan
tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada solusio plasenta terutama memudahkan terjadinya
berasal dari ibu,namun dapat juga berasal dari anak. perdarahan (hipofibrinogenemia)
5. Dapat timbul perdarahan paska
Perdarahan keluar Perdarahan partum setelah persalinan karena
tersembunyi atonia uteri atau gangguan
1. Keadaan umum penderita 1. Keadaan penderita jauh lebih pembekuan darah
relative lebih baik. jelek. 6. Dapat timbul gangguan fungsi
2. Plasenta terlepas sebagian atau ginjal dan terjadi emboli yang
inkomplit. 2. Plasenta terlepas luas, uterus menimbulkan komplikasi sekunder
3. Jarang berhubungan dengan keras/tegang. 7. Timbunan darah yang meningkat
hipertensi. 3. Sering berkaitan dengan dibelakang plasenta dapat
hipertensi. menyebabkan uterus menjadi
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan keras, padat dan kaku.
dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
Manifestasi klinik
Penyulit terhadap ibu Penyulit terhadap janin 1. Solusio plasenta ringan
1. Berkurangnya darah dalam 1. Tergantung pada luasnya  Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
sirkulasi darah umum plasenta yang lepas dapat  Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
2. Terjadi penurunan tekanan darah, menimbulkan asfiksia ringan  Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
peningkatan nadi dan pernapasan sampai kematian dalam uterus.  Persalinan berjalan dengan lancer per vagina
3. Ibu tampak anemis 2. Solusio plasenta sedang
4. Dapat timbul gangguan  Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ tetapi belum mencapai 2/3 bagian
pembekuan darah, karena terjadi  Dapat menimbulkan gejala klinis : perdarahan dengan rasa sakit, perut
pembekuan intravaskuler diikuti terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba,
hemolysis darah sehingga auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang pada

10
pemeriksaan dalam ketuban menonjol, dapat terjadi gangguan 1. Anamnesis : terdapat perdarahan disertai rasa nyeri, terjadi spontan atau karena
pembekuan darah. trauma, perut terasa nyeri diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin
dalam Rahim. Perdarahan pervaginam, kontraksi uterus dan nyeri abdomen
3. Solusio plasenta berat 2. Pemeriksaan :
 Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian  Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum penderita tidak sesuai
 Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri dengan jumlah perdarahan, tekanan darah menurun, nadi dan
 Penyulit pada ibu : pernapasan meningkat, penderita tampak anemis.
a. Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan  Pemeriksaan khusus : palpasi abdomen (perut tegang terus-menerus,
pernafasan meningkat. tersa nyeri saat dipalpasi, bagian janin sukar ditentukan), auskultasi
b. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah (denyut jantung janin sangat bervariasi dari asfiksia ringan sampai
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai turunnya tekanan darah berat), pemeriksaan dalam (terdapat pembekuan, ketuban tegang dan
sampai syok, tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita menonol).
tampak anemis 3. Pemeriksaan penunjang : dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara
d. Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, plasenta dan dinding abdomen
dinding perut terasa sakit dan janin telah meninggal dalam
Diagnosis banding
Rahim
Solusio plasenta Plasenta previa
e. Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
Kejadian Hamil tua in partu Hamil tua
f. Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi
Anamnesis Mendadak Perlahan tanpa disadari
gangguan kontraksi dan atonia uteri.
Terdapat trauma Tanpa trauma
Temuan klinis : Perdarahan dengan nyeri Perdarahan tanpa nyeri
 Nyeri abdomen Keadaan umum Tidak sesuai dengan Sesuai dengan perdarahaan
 Perdarahan vagina pada 80 % pasien perdarahan yang tampak
 Kontraksi abnormal pada 1/3 pasien Anemis, tekanan darah,
 Terdapat bagian janin yang tidak dapat teraba nadi, pernapasan tidak
sesuai dengan perdarahan
Diagnosis

11
Dapat disertai pre-  Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
eklamsia/eklamsia  Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
Palpasi abdomen Tegang, nyeri Lembek – tanpa rasa nyeri  Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk
Bagian janin sulit diraba Bagian janin mudah diraba memberikan pertolongan pertama
Pemeriksaan dalam Ketuban tegang menonjol Jaringanplasenta
Pilihan metode kelahiran pada kasus ini bergantung kepada kondisi ibu serta
Denyut jantung janin Asfiksia sampai mati Asfiksia
janin, partus pervaginam dapat dilakukan pada kondisi :
bergantung pada lepasnya Meninggal bila Hb < 5 g%
 Derajat pemisahan plasenta sedikit serta hasil CTG reassuring
plasenta
 Derajat pemisahan plasenta luas tetapi janin sudah meninggal

Tatalaksana Pengecualian partus pervaginam adalah apabila perdarahan tidak dapat dikontrol
1. Solusio plasenta ringan dan operasi memerlukan waktu lebih lama untuk menyelamatkan nyawa ibu atau
Dengan tanda perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak, keadaan bayi.
janin masih baik, dapat dilakukan penanganan secara konservatif. Bila Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala
perdarahan berlangsung terus, ketegangan makin meningkat, dengan janin yang klinis, yaitu:
masih baik dilakukan seksio sesaria. Penanganan perdarahan yang berhenti dan a. Solusio plasenta ringan
keadaan yang baik pada kehamilan premature dilakukan dirumah sakit. - Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
2. Solusio plasenta sedang dan berat perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
Penanganannya dilakukan dirumah sakit karena dapat membahayakan jiwa hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
penderita. Tatalaksananya adalah pemasangan infus dan transfuse darah, spontan.
memecahkan ketuban, induksi persalinan atau seksio sesarea. Oleh karena itu, - Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
penanganan solusio plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta
dengan fasilitas yang mencukupi. bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat : oksitosin untuk mempercepat persalinan.
 Pemasangan infus, b. Solusio plasenta sedang dan berat
 Tanpa melakukan pemeriksaan dalam

12
- Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, - Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan
penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus pengamatan pembekuan darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas
oksitosin dan jika perlu seksio sesaria. dari bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya
- Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan pada penderita yang sangat memerlukan, dan bukan pengobatan rutin.
telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat
segera diberikan. mencegah kelainan pembekuan darah.
- Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan - Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio
intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan
dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke dalam amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan
sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan persalinan adalah seksio sesaria.
dari hematom subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler - Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi
dimana-mana. Persalinan juga dapat dipercepat dengan memberikan infus histerektomi. Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah
oksitosin yang bertujuan untuk memperbaiki kontraksi uterus yang dilakukan seksio sesaria maka tindakan histerektomi perlu dilakukan
mungkin saja telah mengalami gangguan. Komplikasi
- Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang  Koagulasi konsumtif
terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat  Nekrosis tubulus dan korteks ginjal
tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosis  Atonia uterus yang menyebabkan perdarahan postpartum
korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap oliguria, keadaan
Penyulit solusio plasenta dapat terjadi pada ibu dan janin
umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat
1. Penyulit pada ibu
diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara
 Perdarahan dapat menimbulkan :
rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi
a. Variasi turunnya tekanan darah sampai syok
yang disertai hipertensi menahun dan preeklamsia.
b. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis
sampai syok
Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang,
c. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
pemberantasan infeksi yang mungkin terjadi, mengatasi hipovolemia,
menyelesaikan persalinan secepat mungkin dan mengatasi kelainan  Gangguan pembekuan darah

pembekuan darah.

13
a. Masuknya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan
menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
hemolysis perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan
b. Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan
mengganggu pembekuan darah jumlah perdarahan yang terlihat. Titik akhir dari hipotensi yang persisten
c. Gangguan pembekuan darah. Masuknya tromboplastin ke adalah asfiksia, karena itu pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume
dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler secepat mungkin. Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi
intravascular dan disertai hemolysis, terjadi penurunan terjadi pada solusio plasenta berat. Meskipun kematian dapat terjadi akibat
fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok
pembekuan darah. perdarahan dan penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak
d. Oligouria, terjadi sumbatan glomerulus ginjal dan dapat merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat
menimbulkan produksi urin makin berkurang perdarahan akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan
e. Perdarahan postpartum. Pada solusio plasenta sedang sampai bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan
berat terjadi infiltrasi darah ke otot Rahim, sehingga koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah
atonia uteri, kegagalan pembekuan darah menambah beratnya juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan .
perdarahan b. Gagal ginjal
2. Penyulit pada janin Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
Perdarahan yang tertimbun di belakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena
kea rah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
kematian dalam Rahim. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
Rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya di baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler.
fundus uteri. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks
(2,5).
Komplikasi yang dapat terjadi pada Ibu: ginjal mendadak Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan
a. Syok perdarahan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila

14
hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat Perdarahan terjadi pada saat pembukaan serviks, pada saat ini selaput ketuban pecah
mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah. sehingga pembuluh darah janin ikut terputus sehingga terjadi perdarahan. Biasanya vasa
c. Kelainan pembekuan darah previa dimungkinkan pada dua situasi : insertion velamentosa dan plasenta suksenteriata.
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di pembuluh darah yang berjalan dalam selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 di daerah oestium uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi
kasus solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada janin karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah dapat ikut
wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%. robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika perdarahan banyak kehamilan harus
Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi segera di akhiri.
gangguan pembekuan darah. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya belum diketahui secara pasti, perdarahan pada insersi velamentosa ini
3. VASA PREVIA terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan
karena perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
Definisi
Bisa juga menyebabkan bayi itu meninggal.
Kondisi pembuluh darah janin berada dalam selaput ketuban dan melewati ostium uteri
Satu-satunya cara mengetahui adanya insersi velamentosa ini sebelum terjadinya
internum untuk mencapai insersinya di tali pusat. Vasa previa jarang terjadi.
perdarahan adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya pada ibu dengan kehamilan gemeli
Vasa praevia adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala
berada di dekat ostium uteri internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut berada
kemungkinan penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.
didalam selaput ketuban ( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga
Diagnosis
akan pecah bila selaput ketuban pecah.
Pada pemeriksaan digital, akan teraba pembuluh darah janin. Jika pembuluh darah ini
Etiologi
ditekan, maka akan terjadi bradikardia pada janin. Selain itu, dapat digunakan pemeriksaan
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli, karena pada
USG Doppler transvaginal untuk memastikan diagnosis
kehamilan ganda sumber makanan yang ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh
 Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal
janin, sehingga dengan adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali
dengan Coolor Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput
pusat/ insersi.
ketuban didepan ostium uteri internum.
Patofisiologi

15
 Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa dari tepi jaringan parut atau dari perluasan robekan yang mencapai bagian uterus
yang tadinya tidak apa-apa. Sebaliknya, pada dehisensi jaringan parut bekas
kedalam 1 mL darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran seksio sesarea, selaput ketuban tidak pecah dan janin tidak mengalami ekstruksi
akan tetap berwarna merah. Jika darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan ke dalam kavum peritoneum. Ciri khas dari dehisensi adalah pemisahan tersebut
tidak mengenai seluruh jaringan parut yang sudah ada sebelumnya pada uterus,
segera pecah dan campuran berubah warna menjadi coklat. sehingga peritoneum yang melapisi defek masih utuh dan perdarahan minimal
 Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan atau tidak ada.

plasenta
II. ETIOLOGI
 Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat bahwa
sedikit perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin A. Ruptur jaringan parut uterus

Tatalaksana
1. Jaringan parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)
Penderita dengan kecurigaan vasa previa dirujuk ke spesialis obstetric dan ginekologi.
Kelahiran pada kasus vasa previa dilakukan dengan seksio sesaria. 2. Riwayat kuretase atau perforasi uterus
Hanya melakukan diagnosa dan bila dicurigai bahwa ibu hamil mengalami kehamilan
3. Trauma abdomen
ganda segera lakukan USG. Dan apabila mengetahui ibu positif mengalami insersio
velamentosa, lakukan rujukan pada Rumah Sakit (Seksio Sesarea) . B. Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik

C. Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan


4. Ruptur Uteri

1. Pematangan serviks ( Misoprostol atau Dinoprostone)


I. DEFINISI

2. Penggunaan kokain pada masa kehamilan


Ruptura uteri digolongkan menjadi ruptura uteri lengkap dan ruptura uteri
tidak lengkap, tergantung apakah laserasi tersebut berhubungan dengan kavum
peritonei (lengkap) atau dipisahkan dari kavum tersebut oleh peritoneum viseralis D. Faktor-faktor lain
uterus atau oleh ligamentum kardinale (tidak lengkap). Ruptura uteri yang tidak
lengkap bisa berubah menjadi lengkap. 1. Peregangan uterus yang berlebihan

Harus juga dibedakan antara ruptura jaringan parut bekas seksio sesarea 2. Neoplasia Trofoblastik Gestasional
dan dehisensi jaringan parut bekas seksio sesarea. Ruptura paling tidak berarti
pelepasan atau pemisahan luka insisi lama di sepanjang uterus dengan robeknya
3. Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubungan langsung dengan kavum
peritoneum. Pada keadaan ini seluruh atau sebagian janin mengalami ekstrusi ke
dalam kavum peritoneum. Disamping itu, biasanya terjadi perdarahan yang masif E. Penemuan yang tidak berhubungan dengan ruptura uteri

16
1. Infus oksitosin dengan dosis berlebihan Ruptura uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan
seperti tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang bisa terjadi pada setiap saat
2. Kontraksi 5x atau lebih dalam 10 menit dalam kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma
dari luar. Yang lebih sering terjadi ialah ruptura uteri yang dinamakan ruptura uteri
violenta. Di sini karena distosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha
3. Kontraksi tetanik selama lebih dari 90 detik vaginal untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptura uteri. Hal ini misalnya
terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan dengan syarat-
syarat untuk tindakan tersebut. Kemungkinan besar yang lain ialah ketika melakukan
embriotomi. Berhubungan dengan itu, setelah tindakan-tindakan tersebut di atas dan juga
III. KLASIFIKASI RUPTURA UTERI setelah ekstraksi dengan cunam yang sukar, perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri
dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi ruptura uteri. Gejala-gejala ruptura uteri
violenta tidak berbeda dengan ruptura uteri spontan.
RUPTURA UTERI TANPA JARINGAN PARUT
RUPTURA JARINGAN PARUT SEKSIO SESAREA
Ruptur Spontan
Pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea, ruptura dapat terjadi di tempat parut
Yang dimaksudkan ialah ruptura uteri yang terjadi secara spontan pada uterus yang utuh luka lama. Banyak studi melaporkan bahwa wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea
(tanpa parut). Faktor pokok di sini ialah bahwa persalinan tidak maju karena rintangan, satu kali dengan insisi low-horizontal, risiko terjadinya ruptura adalah 0.5 sampai 1.%.
misalnya panggul sempit, hidrosefalus, janin dalam letak lintang, dan sebagainya, sehingga Wanita dengan riwayat seksio sesarea lebih dari satu kali memiliki risiko ruptura yang
segmen bawah uterus makin lama makin diregangan. Pada suatu regangan yang terus sedikit lebih besar.
bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium sehingga terjadilah ruptura
uteri.
Risk of Uterine Rupture with Low Transverse Uterine Scars* Revised 10/14/2002
Successful Perinatal
Faktor yang merupakan predisposisi terhadap terjadinya ruptura uteri ialah Number of Previous Cesareans Rupture Rate
VBACs Mortality
multiparitas; di sini di tengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang 10,880 Planned VBACs with one prior
menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan lebih mudah 83% 0.6% 0.018%
scar
menimbulkan robekan. Banyak juga dilaporkan bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh 1,586 Planned VBACs with two prior
dukun-dukun memudahkan terjadinya ruptura uteri. Pada persalinan yang kurang lancar, 76% 1.8% 0.063%
scars
dukun-dukun itu biasanya melakukan tekanan keras ke bawah terus menerus pada fundus 241 Planned VBACs with three prior
uteri; hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang regang dan 79% 1.2% 0
scars
mengakibatkan terjadinya ruptura uteri. Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau Source: Miller, D. A., F. G. Diaz, and R. H. Paul.1994. Obstet Gynecol 84 (2): 255-258
tinggi dan/atau atas indikasi yang tidak tepat, bisa pula menyebabkan ruptura uteri.
Diantara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang telah terjadi sesudah seksio sesarea
klasik lebih sering menimbulkan ruptura uteri daripada parut bekas seksio sesarea
profunda. Perbandingannya ialah 4:1. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen
RUPTURA UTERI TRAUMATIK bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dapat masa nifas dapat
sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptura uteri pada bekas parut seksio
sesaria klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai,

17
sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesaria profunda umumnya terjadi pada H = His kuat (tenaga)
waktu persalinan. Ruptura uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan gejala-gejala
seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak O = Obstruksi (halangan)
menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan yang mendadak,
melainkan lambat laun jaringan di sekitar bekas luka menipis untuk akhirnya terpisah sama
sekali dan terjadilah ruptura uteri. Di sini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga Pada waktu in partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif dan
terdapat ruptura uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteri besar terbuka serviks menjadi lembek (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak
dan timbul perdarahan yang untuk sebagian berkumpul di ligamentum latum dan untuk dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat),
sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih maka SBR yang pasif akan tertarik ke atas menjadi bertambah regang dan tipis- lingkaran
ada. Bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR tadi- Ruptura
Uteri.
Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempat
bekas luka. Jika arteri besar terluka, gejala-gejala perdarahan dengan anemia dan syok; V. GEJALA RUPTURA UTERI
janin dalam uterus meninggal pula.
Gejala Ruptura Uteri Iminens
Williams (1921) beranggapan bahwa uterus sembuh melalu regenerasi serat-serat
otot dan bukan oleh pembentukan jaringan parut. Schwarz dkk. (1938) menyimpulkan 1. Partus telah lama berlangsung
bahwa penyembuhan terjadi terutama melalui proliferasi fibroblas. 2. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri di perut.
3. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan
bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
5. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut
IV. MEKANISME TERJADINYA RUPTURA UTERI kering, lidah kering dan haus, badan panas (demam).
6. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
Mekanisme utama dari ruptura uteri disebabkan oleh peregangan berlebihan dari 7. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras,
uterus yang kadang disertai pembentukan cincin retraksi patologis pada ruptura uteri. Bila terutama sebelah kiri atau keduanya.
disproporsi yang terjadi sedemikian besar maka uterus menjadi sangat teregang dan 8. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Walaupun jarang, dapat timbul konstriksi atau teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
cincin lokal uterus pada persalinan yang berkeapanjangan. Yang paling sering 9. Di antara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang
adalah cincin retraksi patologis Bandl. yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis
dan teregang. Sering lingkaran Bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang
Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologik bila dijumpai 2-3 jari di atas simfisis, bila penuh, untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan
meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya ruptura uteri iminens tipisnya SBR terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa,
(RUI). misalnya terjadi pada asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun
belakang.
10. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang
Rumus mekanisme terjadinya Ruptura Uteri: ke atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada
kateterisasi ada hematuri.
R=H+O dimana R = Ruptura 11. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).

18
12. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai tanda-tanda obstruksi seperti edema D. Pemeriksaan Dalam.
porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
1. Kepala janin yang tadinya sudah turun ke bawah, dengan mudah dapat didorong
Bila ruptura uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu saat akan terjadilah ke atas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak.
ruptura uteri. 2. Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan
kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus,
Penemuan Klinis Ruptura Uteri omentum, dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang di dalam kita
temukan dengan jari luar, maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis
sekali dari dinding perut, juga dapat diraba fundus uteri.
A . Anamnesis dan Inspeksi
E. Kateterisasi.
1. Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar
biasa, menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah,
takut, pucat, keluar keringat dingin sampai kolaps. Hematuri hebat menandakan adanya robekan kandung kemih.
2. Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
3. Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum. VI. DIAGNOSA BANDING
4. Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur .
5. Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih 1. Solusio plasenta
kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun, dan menyumbat jalan lahir. 2. Plasenta Previa
6. Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan di bahu.
7. Kontraksi uterus biasanya hilang.
8. Terdapat defans muskuler dan kemudian menjadi kembung dan meteorismus. Klinis Ruptura Uteri Solutio Plasenta Plasenta Previa
Terjadinya Lebih sering inpartu Sewaktu hamil dan Sewaktu hamil
inpartu
B . Palpasi Cara mulainya Dimulai dengan RUI Tiba-tiba Perlahan-lahan
Perdarahan Bergantung pada Non-recurrent Recurrent
1. Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan pembuluh darah yang
2. Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul. pecah
3. Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut maka teraba
bagian-bagian janin langsung di bawah kulit perut, dan di sampingnya kadang- Warna darah Merah terang Merah kehitaman Merah terang
kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
4. Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.
Preeklamsi/eklamsi Bisa Ada – –
C. Auskultasi .
Nyeri perut +di SBR – –
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah
ruptura, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut. Palpasi Defans muskuler Uteri in-bois Biasa dan floating

His Hilang Kuat Biasa

19
DJJ – – + seperti pada ruptura parut bekas seksio sesaria, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Pengobatan untuk memerangi syok dan infeksi sangat penting dalam penanganan penderita
VT Robekan Ketuban tegang Jaringan plasenta dengan ruptura uteri.

Plasenta Biasa Tipis, cekung Robek di pinggir Pada kasus-kasus yang perdarahannya hebat, tindakan kompresi aorta dapat
membantu mengurangi perdarahan. Pemberian oksitosin intravena dapat mencetuskan
kontraksi miometrium, dan selanjutnya vasokonstriksi sehingga mengurangi perdarahan.
VII. KOMPLIKASI
X. PROGNOSIS
1. Infeksi post operasi
2. Kerusakan ureter
3. Emboli cairan amnion Ruptura uteri merupakan peristiwa yang gawat bagi ibu dan lebih-lebih bagi
4. DIC janin. Angka mortalitas yang ditemukan dalam berbagai penelitian berkisar dari 50%
5. Kematian maternal hingga 75%. Janin umumnya meninggal pada ruptura uteri. Tetapi, jika janin masih hidup
6. Kematian perinatal pada saat peristiwa tersebut terjadi, satu-satunya harapan untuk mempertahankan jiwa janin
adalah dengan persalinan segera, yang paling sering dilakukan adalh laparatomi. Kalau
tidak, keadaan hipoksia baik sebagai akibat terlepasnya plasenta maupun hipovolemia
IX. PENATALAKSANAAN maternal tidak akan terhindari. Jika tidak diambil tindakan, kebanyakan wanita akan
meninggal karena perdarahan atau mungkin pula karena infeksi yang terjadi kemudian,
Pada kasus ruptura uteri harus dilakukan tindakan segera. Jiwa wanita yang kendati penyembuhan dapat terjadi spontan pernah pula terjadi pada kasus yang luar biasa.
mengalami ruptura uteri paling sering tergantung dari kecepatan dan efisiensi dalam
mengoreksi keadaan hipovolemia dan mengendalikan perdarahan. Perlu ditekankan bahwa Diagnosis cepat, tindakan operasi cepat, ketersediaan darah dalam jumlah besar dan
syok hipovolemik mungkin tidak bisa dipulihkan kembali dengan cepat sebelum terapi antibiotik sudah menghasilkan perbaikan prognosis yang sangat besar bagi wanita
perdarahan arteri dapat dikendalikan, karena itu, dengan adanya alasan ini, keterlambatan dengan ruptura uteri yang hamil.
dalam tindakan pembedahan tidak bisa diterima. Sebaliknya, darah harus ditransfusi
dengan cepat dan seksio sesarea atau laparatomi segera dimulai. Malahan penderita
hendaknya dirawat 3 minggu sebelum jadwal persalinan. Dapat dipertimbangkan pula
untuk melakukan seksio sesarea sebelum jadwal persalinan dimulai, asal kehamilannya
benar-benar lebih dari 37 minggu.

Apabila sudah terjadi ruptura uteri, tindakan yang terbaik adalah laparatomi. Janin
dikeluarkan lebih dahulu dengan atau tanpa pembukaan uterus (hal yang terakhir ini jika
janin sudah tidak di dalam uterus lagi), kemudian dilakukan histerektomi. Janin tidak
dilahirkan pervaginam, kecuali janin masih terdapat seluruhnya dalam uterus dengan kepala
sudah turun jauh dalam jalan lahir dan ada keragu-raguan terhadap diagnosis ruptura uteri.
Dalam hal ini, setelah janin dilahirkan, perlu diperiksa dengan satu tangan dalam uterus
apakah ada ruptura uteri. Pada umumnya pada ruptura uteri tidak dilakukan penjahitan luka
dalam usaha untuk mempertahankan uterus. Hanya dalam keadaan yang sangat istimewa
hal itu dilakukan; dua syarat dalam hal ini harus dipenuhi, yakni pinggir luka harus rata

20
21

Anda mungkin juga menyukai