Anda di halaman 1dari 41

GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK

Pembimbing :
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ
dr. Alif Mardijana, Sp. KJ
Tidur didefinisikan sebagai kondisi tidak sadar dimana seseorang yang
berada dalam kondisi tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang
sensorik atau rangsang lain.
Tidur harus dibedakan dari koma, yaitu suatu kondisi tidak sadar dimana
seseorang yang berada dalam kondisi tersebut tidak dapat dibangunkan
(Guyton, 2010).
FISIOLOGI TIDUR
NON REM
REM
Gangguan tidur nonorganik
• Kelompok bagian ini termasuk:
a.Dyssomnia= kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
adalah jumlah, kualitas, kualitas, atau waktu tidur yang disebabkan
oleh hal-hal emosional misalnya insomnia, hiperinsomnia, gangguan
jadwal tidur-jaga.

b.Parasomnia= peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur


(pada anak-anak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak,
sedangkan pada dewasa terutama karena psikogenik) misalnya:
somnambulisme (sleep walking), teror tidur (night terror ), mimpi
buruk (nightmares).
• Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari
gangguan lainnya, baik mental maupun fisik. Walaupun gangguan
tidur yang spesifik terlihat secara klinis berdiri sendiri, sejumlah faktor
psikiatrik dan atau fisik yang terkait memberikan kontribusi pada
kejadiannya. Secara umum adalah lebih baik membuat diagnosis
gangguan tidur yang spesifik bersamaan dengan diagnosis lain yang
relevan untuk menjelaskan secara adekuat pasikopatologi dan atau
patofisiologinya.
Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur
atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya
satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan
atau gangguan dalam fungsi individu.
EPIDEMIOLOGI
• 20-50% orang dewasa
• 17% mengalami gangguan tidur yang serius
• 20-50% lebih tinggi kejadiannya pada wanita
dibandingkan pada pria
KRITERIA DIAGNOSTIK
• Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk menbuat diagnosis
pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur atau kualitas tidur yang buruk.
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam satu minggu selama
minimal satu bulan.
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleepless-ness)
dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya kepada malam
hari dan sepanjang siang hari.
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
• Adanya gejala gangguan jiwa seperti depresi, anxietas, atau
obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
Semua ko-morbiditas harus dicantumkan kerena
membutuhkan terapi tersendiri.
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk
menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi
individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di
atas (seperti pada “transient insomnia”) tidak didiagnosis
disini, dapat dimasukkan dalam Reaksi Stres Akut (F43.0)
atau ganggua penyesuaian (F43.2).
TATALAKSANA
• NON FARMAKOLOGI

• FARMAKOLOGI
Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Suatu keadaan kecendrungan tidur yang berlebihan, sulit
mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, rasa
mengantuk disiang hari yang berlebihan, berkepanjangan
tidur malam hari, atau kadang kedua-duanya, yang terjadi
secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat, dan
menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.
EPIDEMIOLOGI
• 1 : 800 di Amerika Serikat
• 0,3 % - 4,0 % orang dewasa
• 5% - 10% dewasa muda
• 20%- 30% lanjut usia
KRITERIA DIAGNOSIS
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti :
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya
serangan tidur/sleep attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur
yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai
bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness).
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
c) Tidak ada gejala tambahan narcolepsy (cataplexy, sleep
paralysis, hynagogic hallucination) atau bukti klinis untuk sleep
apnoe (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring
sound, etc).
d) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan
gejala rasa kantuk pada siang hari.
• Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari
gangguan jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis
harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis
hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia
merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan
gangguan jiwa lainnya.
TATALAKSANA

• NON FARMAKOLOGI
Pendekatan hubungan pasien dan dokter untuk mencari
penyebab dan menentukan pengobatan yang adekuat

• FARMAKOLOGI
Berdasar gangguan yang menyertai
Gangguan jadwal tidur-jaga melibatkan pergeseran tidur dari
periode sirkadian yang diinginkan. Pasien lazimnya tidak
dapat tidur ketika mereka ingin tidur, meskipun mereka bisa
tidur pada waktu lain. Demikian juga, mereka tidak dapat
benar-benar bangun ketika mereka ingin benar-benar
bangun, tetapi mereka dapat bangun di waktu lain.
KRITERIA DIAGNOSIS
• Gangguan klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti:
a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony)
dengan pola tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat;
b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada
waktu kebanyakan orang jaga, yang dialami hamper setiap hari
untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang
lebih pendek.
c. Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam social dan pekerjaan.
• Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti ansietas, depresi,
hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan
jadwal tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasai
gambaran klinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala
gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat
diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah.
TATALAKSANA
• Kegagalan entrainment dibantu dengan rutinitas dan penanda
modalitas sensorik lain.
• Sindrom fase tidur tertunda dibantu dengn menganjurkan
pasien memajukan waktu tidur sebentar tiap 24 jam.
• Jika tidak berhasil, konsultasi tentang perubahan rutinitas,
pekerjaan, dll
Tidur berjalan ditandai dengan keadaan kesadaran
yang tidak biasa di mana mempengaruhi perilaku
motorik yang kompleks, termasuk berjalan-jalan,
terjadi selama tidur.Selama berjalan dalam tidur,
individu memiliki wajah yang menatap kosong dan
relatif tidak respon terhadap upaya komunikatif orang
lain dan sulit untuk membangunkan
EPIDEMIOLOGI
• Terutama terjadi di usia 4-8 tahun dengan prevalensi 15-30%
• Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %.
• Angka rasio pria: wanita sebesar 1:1 menunjukkan bahwa
somnambulisme tidak memandang jenis kelamin.
KRITERIA DIAGNOSIS
• Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti :
a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari
tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan
terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah)
b. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong
(blank, staringface), relatif tidak memberi respon terhadap
upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaaan atau untuk
berkomunikasi dengan penderita dan hanya daoat
disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
c. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok
paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi
d. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari
episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun
dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam
waktu singkat.
e. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik

• Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi


Psikomotor dan Fugue Disosiatif (F44.1).
TATALAKSANA
• NON FARMAKOLOGI
• FARMAKOLOGI
Benzodiazepin, antidepresan trisiklik, dan serotonin reuptake
inhibitor telah terbukti berguna . Clonazepam dalam dosis rendah
sebelum tidur dan dilanjutkan selama 3-6 minggu biasanya
efektif. Obat sering dapat dihentikan setelah 3-5 minggu tanpa
kambuhnya gejala.
Teror tidur atau night terror merupakan jenis
gangguan tidur yang biasanya terjadi pada masa
anak-anak dan berkurang atau menghilang saat
dewasa. Apabila teror mimpi terjadi pada masa
remaja atau dewasa , maka biasanya disertai
gangguan psikiatrik lainnya.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi pada orang dewasa berkisar antara 1%-4% pada
populasi umum orang dewasa
ETIOLOGI
• Penyebab teror mimpi belum diketahui secara pasti, tetapi
gangguan ini sering terjadi bersamaan dengan gangguan tidur
somnambulisme.
• Teror tidur dan mimpi buruk berbeda secara klinis dan
fenomena fisiologis. Mimpi buruk timbul saat fase REM tidur,
sedangkan teror tidur terjadi selama NREM. Mimpi buruk terjadi
pada akhir tidur, teror mimpi terjadi di sepertiga awal tidur.
Orang-orang dengan teror tidur tidak sepenuhnya kembali sadar
setelah suatu episode, dan biasanya tidak mempunyai ingatan
yang mendetail tentang kejadian yang terjadi.
KRITERIA DIAGNOSIS
1.Ganbaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti
• Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangundari tidur, mulai
dari berterak karena panik, disertai anxyetas hebat, seluruh tubuh
bergetar, dan hiperaktivitas otonomik seperti jantung , berdebar-
debar, napas cepat, pupil melebar, dan berkeringat.
• Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1-10
menit dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam
• Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain
untuk mempengaruhi keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam
beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi
dangerakan-gerakan yang berulang.
• Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal(
biasanya terbatas pada satu atau dua bayangan-bayangan yang
terpilah-pilah
• Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
2. Teror tidur harus dibedakan dengan mimpi buruk yang
biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah dibangunkan, dan
teringat dengan jelas kejadiannya.
3. Teror tidur dan somnambulise sangat berhubungan erat,
keduanya mempunyai karakter klinis dan patofisiologi yang sama.
TATALAKSANA
Teror mimpi merupakan fenomena fisiologis yang tidak
memerlukan pengobatan Tetapi adakalanya teror mimpi
mengganggu kenikmatan tidur. Obat yang diberikan bertujuan
untuk memperdalam tidur. Efek ini dapat didpatkan dari obat sir.
Chlorali hydratis.
Gangguan mimpi buruk adalah suatu kegelisahan
atau ketakutan yang amat sangat pada waktu malam,
dan mimpi semacam ini akan selalu diingat oleh
pasien sebagai sesuatu yang sangat mencekam
Gangguan mimpi buruk juga bisa menjadi
predisposisi insomnia, kantuk di siang hari, dan
kelelahan
EPIDEMIOLOGI
• Gangguan mimpi buruk umum terjadi, mempengaruhi sekitar
4% dari populasi orang dewasa dengan proporsi yang lebih
tinggi mempengaruhi anak-anak dan remaja.
ETIOLOGI
• Mimpi buruk mungkin bersifat idiopatik (tanpa tanda klinis
psikopatologi) atau terkait dengan kelainan lainnya termasuk
PTSD (Posttraumatic Stress Disorder), penyalahgunaan zat, stres
dan kecemasan,, dan penyakit kejiwaan lainnya seperti
gangguan spektrum skizofrenia
• Juga sering dihubungkan dengan penyakit demam dan delirium,
terutama pada usia lanjut dan pada orang-orang yang
menderita penyakit kronis
ETIOLOGI
• Gejala putus obat, seperti benzodiazepin, akan juga
menyebabkan mimpi buruk. Peningkatan REM tidur setelah
gejala putus obat barbiturat atau alkohol sering dihubungkan
dengan meningkatnya intensitas bermimpi dan mimpi buruk
• Mimpi buruk juga dapat diinduksi dengan penggunaan obat
neurotransmiter serotonin dan dopamin.
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti
• Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan
mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan
rinci dan jelas, biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup,
keamanan, atau harga diri, terbangunnya dapat terjadi kapan
saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh
kedua masa tidur
• Setekah terbangun dari mimpi yang menakutkan, idividu segera
sadar penuh dan mampu mengnali lingkugannya
KRITERIA DIAGNOSIS
• Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu.
2. Sangat penting untuk membedakan mimi buruk dan teror
mimpi, dengan memperhatikan gambaran klinis khas untuk
masing-masing gangguan.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan mimpi buruk bila berat dengan psikoterapi 
Cognitiv Behavioral Therahy (CBT).
CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang berfokus pada
distorsi pikiran dan emosi disfungsional, emosi, dan perilaku
melalui prosedur berorientasi tujuan, terstruktur dan waktu
terbatas. CBT sering digunakan sebagai istilah yang luas untuk
sejumlah teknik psikoterapi dan perilaku yang disesuaikan untuk
mengungkap, mengubah, dan mengkoreksi distorsi kognisi dan
perilaku pada individu.
•GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK LAINNYA
•GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK YTT

Anda mungkin juga menyukai