Pembimbing :
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ
dr. Alif Mardijana, Sp. KJ
Tidur didefinisikan sebagai kondisi tidak sadar dimana seseorang yang
berada dalam kondisi tersebut dapat dibangunkan dengan rangsang
sensorik atau rangsang lain.
Tidur harus dibedakan dari koma, yaitu suatu kondisi tidak sadar dimana
seseorang yang berada dalam kondisi tersebut tidak dapat dibangunkan
(Guyton, 2010).
FISIOLOGI TIDUR
NON REM
REM
Gangguan tidur nonorganik
• Kelompok bagian ini termasuk:
a.Dyssomnia= kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
adalah jumlah, kualitas, kualitas, atau waktu tidur yang disebabkan
oleh hal-hal emosional misalnya insomnia, hiperinsomnia, gangguan
jadwal tidur-jaga.
• FARMAKOLOGI
Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Suatu keadaan kecendrungan tidur yang berlebihan, sulit
mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, rasa
mengantuk disiang hari yang berlebihan, berkepanjangan
tidur malam hari, atau kadang kedua-duanya, yang terjadi
secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat, dan
menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.
EPIDEMIOLOGI
• 1 : 800 di Amerika Serikat
• 0,3 % - 4,0 % orang dewasa
• 5% - 10% dewasa muda
• 20%- 30% lanjut usia
KRITERIA DIAGNOSIS
• Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti :
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya
serangan tidur/sleep attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur
yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai
bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness).
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
c) Tidak ada gejala tambahan narcolepsy (cataplexy, sleep
paralysis, hynagogic hallucination) atau bukti klinis untuk sleep
apnoe (nocturnal breath cessation, typical intermittent snoring
sound, etc).
d) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan
gejala rasa kantuk pada siang hari.
• Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari
gangguan jiwa lain, misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis
harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis
hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia
merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan
gangguan jiwa lainnya.
TATALAKSANA
• NON FARMAKOLOGI
Pendekatan hubungan pasien dan dokter untuk mencari
penyebab dan menentukan pengobatan yang adekuat
• FARMAKOLOGI
Berdasar gangguan yang menyertai
Gangguan jadwal tidur-jaga melibatkan pergeseran tidur dari
periode sirkadian yang diinginkan. Pasien lazimnya tidak
dapat tidur ketika mereka ingin tidur, meskipun mereka bisa
tidur pada waktu lain. Demikian juga, mereka tidak dapat
benar-benar bangun ketika mereka ingin benar-benar
bangun, tetapi mereka dapat bangun di waktu lain.
KRITERIA DIAGNOSIS
• Gangguan klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti:
a. Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony)
dengan pola tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat;
b. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada
waktu kebanyakan orang jaga, yang dialami hamper setiap hari
untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang
lebih pendek.
c. Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam social dan pekerjaan.
• Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti ansietas, depresi,
hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan
jadwal tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasai
gambaran klinis gangguan ini pada penderita. Apabila gejala
gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat
diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah.
TATALAKSANA
• Kegagalan entrainment dibantu dengan rutinitas dan penanda
modalitas sensorik lain.
• Sindrom fase tidur tertunda dibantu dengn menganjurkan
pasien memajukan waktu tidur sebentar tiap 24 jam.
• Jika tidak berhasil, konsultasi tentang perubahan rutinitas,
pekerjaan, dll
Tidur berjalan ditandai dengan keadaan kesadaran
yang tidak biasa di mana mempengaruhi perilaku
motorik yang kompleks, termasuk berjalan-jalan,
terjadi selama tidur.Selama berjalan dalam tidur,
individu memiliki wajah yang menatap kosong dan
relatif tidak respon terhadap upaya komunikatif orang
lain dan sulit untuk membangunkan
EPIDEMIOLOGI
• Terutama terjadi di usia 4-8 tahun dengan prevalensi 15-30%
• Di usia dewasa, prevalensinya 1-4 %.
• Angka rasio pria: wanita sebesar 1:1 menunjukkan bahwa
somnambulisme tidak memandang jenis kelamin.
KRITERIA DIAGNOSIS
• Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti :
a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari
tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan
terus berjalan-jalan; (kesadaran berubah)
b. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong
(blank, staringface), relatif tidak memberi respon terhadap
upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaaan atau untuk
berkomunikasi dengan penderita dan hanya daoat
disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah.
c. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok
paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi
d. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari
episode tersebut, tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun
dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam
waktu singkat.
e. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik