Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit batu saluran kemih (BSK) adalah terbentuknya batu yang disebabkan
oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. Batu
saluran kemih sudah diderita manusia sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan
dengan adanya batu saluran kemih pada mummi Mesir yang berasal dari 4800 tahun
sebelum Masehi. Hippocrates yang merupakan bapak ilmu kedokteran menulis 4
abad sebelum Masehi tentang penyakit batu ginjal disertai abses ginjal dan penyakit
Gout (Menon et al., 2002). Meskipun penyakit batu saluran kemih ini telah lama
dikenal sejak zaman Babilonia dan pada zaman Mesir kuno, namun hingga saat ini
masih banyak aspek yang dipersoalkan karena pembahasan tentang diagnosis,
etiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan hingga pada aspek pencegahan
masih belum tuntas (Purnomo, 2011).
Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi, tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Kejadian BSK di Amerika Serikat dilaporkan 0,1-
0,3 per tahun dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah
menderita penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa bagian Selatan di
sekitar laut tengah 6-9%. Di Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%. Pada tahun 2000,
penyakit BSK merupakan penyakit peringkat kedua di bagian urologi di seluruh
rumah rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi, dengan proporsi BSK
28,74% (AUA, 2007). Sedangkan di Indonesia BSK merupakan penyakit yang
paling sering terjadi di klinik urologi. Angka kejadian BSK di Indonesia tahun 2002
berdasarkan data yang dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia adalah
37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah
pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378 penderita
(Depkes RI, 2002).
Angka kekambuhan batu saluran kemih dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun
50%, 10 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila penyakit ini kambuh
maka dapat terjadi peningkatan mortalitas dan peningkatan biaya pengobatan.
Manifestasi BSK dapat berbentuk rasa sakit yang ringan sampai berat dan

1
komplikasi seperti urosepsis dan gagal ginjal (William, 1990). Batu saluran kemih
dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam system kolektivus dan
dapat menyebabkan kelainan pada kolektivus ginjal atau infeksi dalam sumbatan
saluran kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena dilatasi sistem
sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter atau
dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan pelepasan mediator sakit. Sekitar 60-
70% batu yang turun spontan sering disertai dengan serangan kolik ulangan (Menon
et al., 2002). Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan
fungsi ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan
tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal
ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap
tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian
(Pahira & Razack, 2001).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)
merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi, prevalensi serta
tingkat morbiditas. Biaya perawatan penderita PGK mahal dengan outcome yang
buruk (Stevens et al, 2006). PGK merupakan suatu keadaan dimana terdapat
penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan parenkim ginjal yang bersifat
kronik dan ireversibel. Penurunan fungsi ginjal yang progresif dapat berakhir
dengan gagal ginjal terminal dan berlanjut dengan kematian karena mahalnya biaya
pengobatan untuk hemodialisis (Pradeep, 2010). Pada tahun 1995 secara nasional
terdapat 2.131 pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis dengan beban
biaya yang ditanggung oleh Askes besarnya adalah Rp12,6 milyar. Pada tahun 2000
terdapat sebanyak 2.617 pasien dengan hemodialisis dengan beban biaya yang
ditanggung oleh Askes sebesar Rp32,4 milyar dan pada tahun 2004 menjadi 6.314
kasus dengan biaya Rp67,2 milyar (Bakri, 2005).
Di banyak negara termasuk di Indonesia angka kematian akibat PGK terutama
pada end stage renal disease (ESRD) terus meningkat (Stevens et al, 2006). Hasil
survey di Amerika Serikat, PGK pada orang dewasa mengalami peningkatan dari
jumlah awal 10% selama periode tahun 1988 hingga 1994 menjadi 13% selama
periode tahun 1999 hingga 2004 (Pradeep, 2010). Dari data di beberapa pusat

2
nefrologi di Indonesia memperkirakan insidensi PGK berkisar antara 100-150/1 juta
penduduk. Jumlah pasien dengan ESRD atau gagal ginjal terminal diprediksi terus
meningkat dari 340.000 pada tahun 1999 dan mencapai 651.000 pada tahun 2010
(Suwitra, 2009).
Penyakit batu saluran kemih sebelumnya telah diusulkan sebagai faktor risiko
potensial untuk penyakit ginjal kronik (PGK). Meskipun penelitian telah
menunjukkan bahwa penyakit batu saluran kemih berkaitan dengan PGK,
mekanisme asosiasi ini belum sepenuhnya dijelaskan. Data penelitian di Amerika
Serikat pada tahun 2001-2005 menunjukkan bahwa dari semua pasien yang
menjalani dialisis pada waktu itu, 0,2% memiliki batu saluran kemih yang kemudian
diidentifikasi sebagai penyebab ESRD pada usia rata-rata 65 tahun. Analisis pada
tahun 1996 mengungkapkan bahwa 20 % pasien dengan batu staghorn menunjukkan
bukti menyebabkan progresifitas penyakit ginjal setelah pengobatan. Kegagalan
untuk membebaskan batu staghorn dari pasien pasca operasi meningkatkan risiko
PGK dan hal ini lebih sering terjadi apabila batu mengandung struvite. Penyakit
batu saluran kemih yang berat dan berulang, terutama dari gangguan genetik yang
langka, misalnya hyperoxaluria primer dan cystinuria juga diperkirakan
meningkatkan risiko PGK. Akan tetapi, faktor-faktor risiko potensial untuk PGK di
antara pasien batu saluran kemih masih kurang jelas (Saucier et al., 2010). Dari latar
belakang di atas maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian mengenai
hubungan batu saluran kemih dengan penyakit ginjal kronik.

B. Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada :
1. Apa yang dimaksud dengan BSK ?
2. Apa etiologi dari BSK ?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada BSK ?
4. Bagaimana patofisiologi pada BSK ?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada BSK ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada BSK ?
7. Apa saja yang menyebabkan komplikasi pada BSK ?

3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana konsep penyakit pada
penyakit Batu Saluran Kemih ( BSK ).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi BSK
b. Untuk mengetahui etiologi dari BSK
c. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada penyakit BSK
d. Unuk mengetahui patofisiologi pada BSK
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada BSK
f. Untuk penatalaksanaan pada BSK
g. Untuk mengetahui yang menyebabkan komplikasi pada BSK

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Batu Saluran Kemih (BSK)

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa


keras seperti batuyang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra),
yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan
infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan
garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur.
Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya
dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran
kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air
kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga
daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya
respon ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.
B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliranurine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaanlain yang masih belum terungkap (idiopatik).
1. Faktor intrinsik
Herediter (keturunan) Studi menunjukkan bahwa penyakit batu
diwariskan. Untuk jenis batu umum penyakit, individu
dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki risiko duakali lipat lebih
tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkinkarena
kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yangsama

5
(misalnya,diet). Meskipun beberapa faktor genetik telah
jelas berhubungan dengan bentuk yang jarang dari nefrolisiasis, ( misalnya,
cysti ) , informasi masih terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap risiko
bentuk umum dari penyakit batu.
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk
pria,insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun.
Untukwanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia
50,sisa yang relatif konstan selama beberapa dekade berikutnya.
C. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih) (Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua
ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin
dikumpulkan, dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi,
2010).

6
Gambar Anatomi Sistem Perkemihan
1. Anatomi Saluran Kemihan
a. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk
ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
karena adanya lobus hepatis dextra yang besar.
b. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
c. . Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari: a) fascia (fascia renalis), b) jaringan
lemakperirenal, dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi
dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal.
d. Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010). Hilum adalah pinggir medial
ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh
limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima
urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang
merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam
setiap ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle,
tubulus distal dan tubulus urinarius (Panahi, 2010).

7
e. Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin
1. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang
terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke
tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus.
2. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus
distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan
tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues,
2008).
f. Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri
interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen
glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan
gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
g. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011).
h. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter

8
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Lapisan
dinding ureter terdiri dari:
a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
i. Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet.
j. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira
13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a) Uretra pars prostatika
b) Uretra pars membranosa
c) Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
k. Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ±1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.

b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan


sebagainya.

d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

e. Berat jenis 1,015-1,020.

9
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
daripada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member
reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:


a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
c. . Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e. Toksin.
f. Hormon (Velho, 2013).
l. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini
akan mencetuskan tahap ke-2.
b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak
dan spinal cord (tulang belakang). Sebagian besar pengosongan
diluar kendali tetapi pengontrolan dapat dipelajari “latih”. Sistem
saraf simpatis : impuls menghambat vesika urinaria dan gerak
spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna
konstriksi. Sistem saraf parasimpatis : impuls menyebabkan otot
detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi mikturisi
(Roehrborn, 2009).
m. Ciri-ciri urin normal.
a. Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
b. Warnanya bening tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.

10
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6
(Velho, 2013).

Fisiologis Sistem Perkemihan

a. Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)


Gejala saluran kemih bawah dapat dibagi menjadi dua yaitu : gejala
berkemihan dan gejala penyimpanan, dan laki-laki mungkin hadir dengan
kombinasi dua kelompok gejala tersebut. Gejala berkemih mencakup aliran urin
yang lemah, keraguan, dan tidak lengkap mengosongkan atau mengejan dan
biasanya karena pembesaran kelenjar prostat. Gejala penyimpanan meliputi
frekuensi, urgensi dan nokturia dan mungkin karena aktivitas yang berlebihan
otot detrusor. Pada pria lansia yang hadir dengan gejala saluran kemih bawah,
indikasi untuk rujukan awal untuk ahli urologi termasuk hematuria infeksi
berulang, batu kandung kemih, retensi urin dan gangguan ginjal. Dalam kasus
tanpa komplikasi, medis terapi dapat dilembagakan dalam pengaturan perawatan
pertama. Pilihan untuk terapi medis termasuk alpha blocker untuk
mengendurkan otot polos prostat, inhibitor 5 alfa reduktase untuk mengecilkan
prostat, dan antimuscarinik untuk mengendurkan kandung kemih.
International Prostate Score Symptom (IPSS) adalah bermanfaat dalam
menilai gejala dan respon terhadap pengobatan. Jika gejala kemajuan meskipun
dengan terapi medis atau pasien tidak dapat mentoleransi terapi medis, rujukan
urologi dibenarkan (Arianayagam et al, 2011).

11
Penurunan keadaan umum termasuk menurunnya fungsi persarafan pada
usia tua proses ini akan merangsang timbulnya LUTS. Timbulnya LUTS
didasari oleh 2 keadaan :
1. Perubahan fungsi buli-buli yang menyebabkan instabilitas otot detrusor ataU
penurunan pemenuhan buli-buli sehingga terjadi gangguan pada proses
pengisian. Secara klinis menunjukkan gejala : frekuensi, urgensi dan
nokturia.
2. Pada tahap lanjut menyebabkan gangguan kontraktilitas otot detrusor
sehingga terjadi gangguan pada proses pengosongan. Secara klinis
menunjukkan gejala: penurunan kekuatan pancaran miksi, hesitensi,
intermitensi dan bertambahnya residu urin.
Dari uraian di atas diasumsikan terdapat hubungan yang jelas antara LUTS
dengan pembesaran prostat dan BOO, namun bukti statistik menyatakan LUTS
dengan kedua komponen BPH lainnya mempunyai hubungan yang lemah atau
bahkan tidak ada hubungan yang signifikan, sehingga masih ada ahli yang
berpendapat proses BPH masih belum banyak diketahui (Nugroho, 2002).
D. Manifestasi Klinis
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga
menimbulkankontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik).
Nyeri ini dapatmenjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah,
daerah inguinal, dansampai ke kemaluan.Batu yang terletak di sebelah distal
ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri padasaat kencing atau sering kencing.
Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) padaumumnya dapat keluar spontan
sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada diureter dan menyebabkan
reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkanobstruksi kronik berupa
hidroureter/hidronefrosis.
E. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa
kelainan fisiksampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan
penyulit yangditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syokPemeriksan
fisik khusus urologi

12
1. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal
2. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
3. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
F. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin rutin untuk melihat eritrosituri, lekosituria, bakteriuria
(nitrit), pHurin dan kultur urin. Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, lekosit,
ureum dankreatinin.
Urinalysis : pH > 7.5 : lithiasis karena infeksi
pH < 5.5 : lithiasis karena asam urat
G. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliranurine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar.
1. untuk batu kalsium :
a. Diuretikatiazid
b. Diet rendah kalsium
c. Diet rendah purind.
d. Diet rendah oksalat
e. Diet rendah lemak dan kolestiramin
2. untuk batu infeksi : antibiotika
3. untuk batu urat :
a. urin alkali (Na bikarbonat,
b. alopurinol, diamok
c. diet rendah purin.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
1. Batu saluran kemih dengan diameter 5-30 mm.
2. Fungsi ginjal masih baik.
3. Batu terletak di ginjal dan ureter
Kontraindikasi :

13
Alat ESWL adalah pemecah batu yang di kenalkan pertama kali oleh
caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal ,batu ureter
proksimal atau batu buli-buli tanpamelalui tindakan invasif atau
pembiusan. Batu di pecah tanpa fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
di keluarkan melalui saliran kemih. Indikasi ESWL melalui :
1. Pasien dengan hipertensi yang tidak dikontrol.
2. Pasien dengan gangguan pembekuan darah.
3. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat.
4. Wanita hamil dan anak-anak.
Keuntungan ESWL :
1. Dapat menghindari operasi terbuka
2. Lebih aman
3. Lebih akurat dan efektif, dan`
4. Biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang sederhana
sehinggatidak memerlukan perlakuan berkali-kali.
Treatment ESWL, pasien dibaringkan di atas tempat tidur khusus
dimanagenerator shock wave telah terpasang di bagian bawahnya Sebelum
proses penembakan dimulai, dilakukan pendeteksian lokasi batu ginjal
menggunakan imaging probe (dengan ultrasound atau fluoroscopy)
agar shockwave yang ditembakan tepat mengenai sasaran.
Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-
shotdevice yang memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu,
sehinggaalat ini memiliki tingkat keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada
saat bersamaan dapat meminimalkan terjadinya luka pada ginjal akibat salah
tembak.Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu
ginjal sampaihancur dengan ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat
dikeluarkan secaraalamiah dengan urinasi. (Gambar 10)

14
Gambar 10. Ilustrasi ESWL. A) sebelum penembakan; B) gelombang kejut
yangdifokuskan pada ginjal; C) tembakan dihentikan hingga serpihan batu cukup
keciluntuk dibuang secara natural bersama urine.
H. Komplikasi
Hidronefrosis, pielonefrosis, uremia dan gagal ginjal.
I. Sistem Kemih
Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak di
pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter), dan
saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).
Gambar sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar
berikut:

15
Sumber: www.detikhealth.com

Gambar 1. Sistem Saluran Kemih Pada Manusia


a. Batu Saluran Kemih Atas
a. Ginjal
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan
organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar
12,5 cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan
tangan).23 Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang
terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum
melekat langsung pada dinding belakang abdomen.
Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis
renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke
dalam kandung kemih.23 Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.21 Selama
24 jam dapat menyaring darah 170 liter.20 Fungsi yang lainnya adalah ginjal
dapat menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air
dari darah, membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan
Kalsium.
Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu
proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan

16
sekresi. Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma
darah terbentuk. Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal
berfungsi mengabsorpsi dari substansi-substansi yang berguna bagi
metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian memelihara homeostatis
lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk hidup terutama manusia
mengatur air, cairan intraseluler, dan keseimbangan osmostiknya.
Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan
infeksi sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
pada traktus urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal
akibat kerusakan dari paremkim ginjal.
b. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal
dengan kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang ± 25-30 cm,
dengan penampang ± 0,5 cm.20 Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu
di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis,
dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut
dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik
ureter).
Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan
sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinearia).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu
sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat
membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat
menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut
mengalir dari ureter akan di tampung dan terkumpul di dalam kandung
kemih.
J. Saluran Kemih Bawah
a. Kandung Kemih

17
Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya
dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya
sebagai tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal melalui
ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah. Dalam
menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal yaitu
untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml.
Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan
mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak
pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih
akan berada pada abdomen di atas pubis.22 Dimana ukurannya secara
bertahap membesar ketika sedang menampung jumlah air kemih yang secara
teratur bertambah. Apabila kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim
sinyal ke otak dan menyampaikan pesan untuk berkemih. Selama berkemih,
sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan
membuka dan akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu, secara
bersamaan dinding kandung kemih berkontrasksi yang menyebabkan
terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air kemih keluar
menuju uretra.
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki
uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis
panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostatika,
uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika merupakan
saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang
bagian tengahnya lebih luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian
bergabung dengan uretra membranosa. Uretra membranosa merupakan
saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa
merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm.
Pada wanita, uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak

18
di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek dari pada uretra
laki-laki.
K. Penyebab Pembentukan Batu Saluran Kemih
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak
faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu :

a. Teori Fisiko Kimiawi


Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia,
fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa
terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di
saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu,
yaitu :
a) Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu
merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan.
Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka
terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada
akhirnya akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi
dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK
yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air
kemih.
b) Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di
sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari
protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang

19
menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks
tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
c) Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor
organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya
batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan
yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor
yang paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah
terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium
oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan
tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa
pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain
tidak, meskipun sama-sama terjadi supersanturasi.
d) Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat
yang ada.
e) Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran
dari beberapa teori yang ada.
f) Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi
sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah
urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

20
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana
penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter
50-200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini
tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding
pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal
karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat
akan menempel yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa
90% penderita BSK mengandung nano bakteria.

b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK, yaitu :
a) Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180˚ dan
aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita
hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion
kalsium papilla (Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu.
b) Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).
Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni
supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun
batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine
dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi,
natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion
kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk

21
campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang
memadai akan membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan
merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.
L. Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih
dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui
adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan
sistin.
a. Batu Kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu
sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di jumpai
dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan
batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur
tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium
yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium
terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:
1. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna
cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada
air kemih.
2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat)
yaitu batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
3. Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi
asam urat. Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat
dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol,
dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita
penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan
ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai
ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu
asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-
obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

22
4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau
urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah
urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya
adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20%
pada penderita BSK
Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-
laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air
kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan
menurunkan supersaturasi dari fosfat.
5. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan
frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan
faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang
sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang
memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena
imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin
menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam
air kemih.
M. Epidemiologi Batu Saluran Kemih
a. Distribusi Dan Frekuensi
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000,
insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi,

23
tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi.
Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih
atas adalah pada jenis kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan
pada perempuan 51 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur
berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada kelompok umur
75-84 tahun 18 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-
74 tahun 11 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin
berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah jenis kelamin laki-laki
4,6 per-100.000 populasi sedangkan pada perempuan 0,7 per-100.000 populasi.
Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Amerika Serikat pada
tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat
23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan
jenis batu kalsium 86,2%, batu asam urat 11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu
cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di Australia Selatan
pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat
73%, batu asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%.
Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-
60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di
RS dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi
tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.12 Di
RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah pasien rawat inap BSK 113
orang, berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah kelompok umur
46-60 tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis
kelamin laki-laki 80,5%, dan berdasarkan jenis batu proporsi yang tertinggi
adalah jenis batu kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%, dan Cystine 66,4%.
b. Determinan
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.

24
a) Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat
keluarga.
1. Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-50
tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.
Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya
perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2 Berdasarkan penelitian
Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia, proporsi BSK 69% pada kelompok
umur 20-49 tahun. Menurut Basuki (2011), penyakit BSK paling sering
didapatkan pada usia 30-50 tahun.
2. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-
laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya
kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-
laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air
kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada
air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki
hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati,
serta adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi
garam kalsium. 3 Insiden BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-
300 per 100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000
populasi.
3. Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya
penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan
tersebut sampai sekarang belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian
Latvan, dkk (2005) di RS. Sedney Australia berdasarkan keturunan proporsi
BSK pada laki-laki 16,8% dan pada perempuan 22,7%.
b) Faktor Ekstrinsik

25
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1. Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi
oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral
seperti phospor, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Letak geografi
menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya.
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi
predoposisi kejadian BSK.
2. Faktor Iklim dan Cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya
banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.
Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal
air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih
berisiko menderita penyakit BSK.
3. Jumlah Air yang di Minum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang terdapat dalam air minum tersebut.
Bila jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan konsentrasi air
kemih, sehingga mempermudah pembentukan BSK.

4. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya
adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan risiko
terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama
protein hewani dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam
urat dalam darah akan naik, konsumsi protein hewani yang tinggi juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi.

26
5. Jenis Pekerjaan
Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk
dalam melakukan pekerjaannya.
6. Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang
disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis
batu struvit.
N. Gejala-gejala Batu Sauran Kemih
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine,
terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya
disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada
gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional
(nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah,
maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter
dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit
urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien
tersebut mengalami kolik ureter.

b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini
disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah
di kulit.

27
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan
air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit
BSK.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit batu saluran kemih sudah sejak lama dikenal. Penyakit ini dapat
menyerang penduduk di seluruh dunia.. Timbulnya batu saluran kemih dipengaruhi
oleh faktor-faktor intrinsik ( keadaan yang berasal dari tubuh pasien ) dan faktor
ekstrinsik ( pengaruh dari lingkungan ).

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

a. umur Penyakit batu saluran kemih paling sering didapatkan pada usia 30 -
50 tahun.
b. hereditair (keturunan) Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
c. jenis kelamin. Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding
dengan pasien perempuan.
d. Sedangkan faktor ekstrinsiknya antara lain adalah:
e. asupan air
f. Diet
g. iklim dan temperatur
h. pekerjaan · istirahat
i. geografi

Selain itu disebutkan pula terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan - keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).

Perlu sekali untuk mengetahui data - data / kenyataan tentang penyakit


batu saluran kemih sebagai penunjang penegakan diagnosa dan untuk
pencegahan terbentuknya atau kambuhnya penyakit batu di saluran kemih.Batu
saluran kemih dapat terletak di ginjal, pielum, ureter, buli-buli, ataupun uretra.

29
B. Saran

Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada


pasien dan keluarga tentang proses terjadinya batu dan pencegahannya, sehingga
pasien dan keluarga dapat mengerti dan bekerja sama untuk mendapatkan
kesembuhan yang maksimal.

30

Anda mungkin juga menyukai