Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“TUGAS PRAKTEK”

Disusun oleh:
Ahmad Fauzan Dainiza (P2.31.33.1.17.002)
Arina Da Selva (P2.31.33.1.17.007)
Hasti Amalia (P2.31.33.1.17.016)
Ria Shania (P2.31.33.1.17.030)
KELOMPOK 10

Dosen pembimbing: Sri Ani, SKM, MKM

I D-IV A

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II

Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
A. Berdasarkan Perjalanannya Penyakit
1. Akut
Menurut KBBI, AKUT artinya adalah sesuatu yang timbul
secara mendadak dan cepat memburuk. Secara medis artinya adalah
penyakit yang timbul secara mendadak dengan kondisi yang cepat
memburuk. Jadi tidak hanya mendadak, namun juga kondisinya
memburuk dengan cepat.
Penyakit akut merupakan jenis-jenis penyakit yang terjadi
secara mendadak atau secara tiba-tiba dan terkadang membutuhkan
pertolongan segera seperti pendarahan akut Atau penyakit lain nya.
Tetapi sebagian penyakit akut ini juga ada yang tidak memerlukan
penangan secara darurat dan dan frekuensi resikonya pun lemah.
 timbul secara mendadak dan cepat memburuk (tentang penyakit)
 memerlukan pemecahan segera; mendesak (tentang keadaan atau
hal); gawat: penyediaan air bersih menjadi masalah yang —
 kurang dari 90˚ (tentang sudut):sudut —

Contoh Penyakit : Gagal Ginjal, Jantung, dll.

2. Kronis

Menurut KBBI, KRONIS artinya adalah berlangsung dalam


waktu lama/terus menerus. Secara medis dapat diartikan adalah
kondisi (penyakit) yang berlangsung dalam waktu lama dan secara
terus menerus.
Penyakit kronis adalah penyakit yang terjadi secara menahun
atau status riwayat penyakit yang telah berlangsung lama pengobatan
yang dilakukan pun membutuhkan waktu yang panjang. Ada
berminggu minggu berbulan bulan bahkan ada yang diderita seumur
hidup.
 terus-menerus berlangsung; tahan dalam waktu yang lama (tentang
keadaan)
 berjangkit terus dalam waktu yang lama; menahun (tentang
penyakit yang tidak sembuh-sembuh)

Contoh Penyakit : Diabetes, Hipertensi, Psoriasis, dll.

B. Berdasarkan Sifat Penularannya


1. Menular
Penyakit menular atau penyakitinfeksi adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh sebuah agen biologi seperti virus, bakteri,
maupun parasit, bukan disebbakan karena faktor fisik, seperti luka
bakar atau kimia seperti keracunan.
Oleh sebab itu, mengapa penyakit ini disebut penyakit infeksi karena
penyakit ini ditularkan penderita melalui infeksi virus, bakteri maupun
parasit yang ditularkan oleh penderita, penularan penyakit ini dapat
ditularkan melalui udara, jarum suntik, transfusi darah, serta tempat
makan atau minum bekas penderita yang masih kurang bersih saat
dicuci, hubungan seksual, dll. Namun bukan berarti penyakit ini tidak
bisa dihindari, pola hidup sehat dan lingkungan dapat mennghindari
dari penyakit ini.
Penyakit ini adalah penyakit yang paling menakutkan
dibandingkan dengan penyakit tidak menular karena penyakit ini
masih sulit dalam pengobatannya dan dapat mengakibatkan kematian
jika tidak segera ditangani.
Ada beberapa jenis penyakit menular, dibawah ini di contohkan 6
penyakit menular, antara lain :
a. Penyakit kulit
Ini adalah salah satu jenis penyakit menular yang banyak sekali
jenisnya, dan mudah menular dari satu orang ke orang lain.
Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak
langsung atau kita menggunakan barang yang juga dipakai oleh
penderita, contohnya handuk, baju, dll.
Contoh : cacar air, kudis, panu, dll.
Cacar air (Chicken Pox)
Penyakit ini masih sering menjadi wabah di Indonesia,
penyakit ini dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia.
Penyebab penyakit ini adalah karena adanya virus Varisella-
Zoster, virus ini hanya terdapat pada manusia dan primata
(simian) saja, struktur partikel virus (virrion) berukuran 120 -
300 nm yang terdiri dari (glikoprotein, kapsid, amplop
(selubung) virus, dan nukleokapsid yang melindungi bagian
inti berisi DNA genom utas ganda,nukleokapsid berbentuk
ikosahedral, berdiameter 100 – 110 nm dan terdiri dari 162
protein yang disebut kapsomer ), genom virus ini berukuran
125 kb (kilo basa), dan mengandung sedikitnya 69 daerah pada
gen – gen tertentu. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada
suhu 56 – 60o C dan menjadi tidak berbahaya aapabila bagian
amplop (selubung) dari virus ini rusak. Penyebaran virus ini
dapat terjadi melalui pernapasan. Virus ini menyerang
kekebalan tubuh.
Gejala dari cacar air sendiri adalah badan cepat lemah, lesu,
badan terasa tidak enak, pusing/sakit kepala, nyeri sendi dan
demam. Sehari sampai tiga hari muncul bintik – bintik merah
yang berukuran kecil yang membentuk papula (menonjol) dan
berisi cairan, biasanya bintik – bintik ini bermula pada bagian
dada, perut atau punggung, setelah itu baru menyebar ke
bagian tubuh lain dan terasa gatal. Bintik ini lama kelamaan
akan pecah dan membentuk lepuhan, lepuhan ini akan
mengering dan akan hilang bekasnya, asal tidak digaruk.
Pengobatan dan pencegahan, untuk pengobatan dapat
diberikan salep yang mengandung Asiklovir 5% (Anti virus),
dan hanya di oleskan pada bagian lepuhan yang sudah pecah
saja. Penderita cacar air disarankan untuk tetap mandi seperti
biasa. Imunisasi vaksin varisella bisa diberikan mulai umur 12
bulan.
b. Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena
penularannya yang sangat cepat seperti halnya penyakit menular
lewat pernapasan lainnya. Pada umumnya penyakit ini terjadi
oleh infeksi virus parainfluenza saja gejalanya hanya
ringan atau subklinis. Terdapat empat virus yang terdapat dalam
keluarga parainfluenza, yang ditandai dengan tipe 1-4 yaitu virus
mempunyai genom RNA helai-tunggal, tidak bersegmen dengan
pembungkus mengandung lipid yang berasal dari pertunasan
melalui membran sel. Bagian antigenik utama adalah tonjolan –
tonjolan protein pembungkus yang menunjukkan sifat – sifat
hemaglutinasi (protein HN) dan fusi sel ( protein F).
Virus parainfluenza menyebar dari saluran pernapasan oleh
sekresi yang teraerosol atau kontak tangan langsung denga
sekresi. Pada umur 3th anak – anak biasanya mengalami infeksi
tipe 1-3, tipe 3 bersifat endemik dan dapat menyebabkan
penyakit pada bayi sebelum umur 6 bulan, dan dapat
mengganggu sistem imun. Sedangkan pada tipe 1&2 lebih
musiman dan terjadi pada musim panas dan musim gugur, tipe 4
lebih sukar tumbuh. Virus parainfluenza bereplikasi dalm epitel
pernapasan tanpa bukti adanya penyebaran sistemik,
kecenderungan menimbulkan penyakit pada jalan napas lebih
besar pada laring, trakhea, bronkus, . Penghancuran sel pada
jalan napas atas dapat menyebbakan invasi bakteri dan
menimbulkan trakeitis bakteri. Obstruksi tuba eustachii dapat
menyebabkan invasi bakteri sekunder ruang telinga tengah dan
otitis media akut.
c. Demam Berdarah
Cara penularannya melalui virus yang terdapat pada nyamuk
Aighes Aygepti yang menghisap darah organ.
d. Penyakit Kelamin
Cara penularannya melalui hubungan sex yang tidak sehat dan
sering berganti pasangan. Penyakit yang timbul bukan hanya
menyerang alat kelamin saja tetapi dapat menjalar ke organ lain.
e. HIV/AIDS
Virus yang berasl dari simpanse ini dapat merusak sistem
imunitas, tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian. Tapi jika
virus HIV mengenai penyakit lain seperti menyerang organ vital
bias menimbulkan kematian. Apabila sistem imun pada tubuh
telah rusak resiko berbagai virus akan masuk ke tubuhpun sangat
besar dan tubuh akan rentan terhadap penyakit.
f. TBC
Tuberculosis (TBC, MTB, TB) adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri“mycobacterium tuberculosis”. Yang
menyerang pada organ paru – paru, dan juga dapat menyerang
pada organ lain. Bakteri yang sekeluarga dengan bakteri
mycobacterium tuberculosis ini juga dapat menimbulkan infeksi
dan memunculkan gejala yang mirip.
Bakteri ini ditularkan melalui udara (airborne), yaitu ketika
penderita bersin atau batuk dan bakteri akan keluar dan terhirup
oleh orang sehat. Biasanya penderita TBC akan diisolasi
dikarenakan mudahnya penyebatran penyakit TBC.

2. Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah
suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan
dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan
tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena pola hidup yang
kurang sehat seperti merokok, faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia,
dan gangguan kejiwaan. Contohnya : sariawan, batuk, sakit perut,
demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi, RA,
keracunan, dsb.
Penyakit tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent
(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor
predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of
agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit
kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit
degeneratif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih
merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan
morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban
ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
PTM mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya :
a. Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu
b. Masa inkubasi yang panjang dan latent
c. Penyakit berlangsung lama
d. Sulit untuk didiagnosa
e. Biaya pencegahan dan pengobatannya yang cukup tinggi
f. Mempunyai variasi yang cukup luas
g. Multifaktor

Dibawah ini adalah beberapa penyakit tidak menular yang bersifat


kronis, yaitu :
1. Penyakit yang dapat menyebabkan kematian, yaitu :
a. Penyakit jantung iskemik
b. Kanker
c. CHF
d. DM
e. Cerebrovasculer disease
f. Chronic obstructive pulmonary disease
g. Cirrhosis
2. Penyakit yang termasuk dalam special-interest, banyak
menyebabkan masalah kesehatan tetapi frekuensinya kurang,
antara lain :
a. Osteoporosis
b. Gagal ginjal kronis
c. Mental retardasi
d. Epilepsi
e. Lupus erithematosus
f. Collitis ulcerative
3. Penyakit yang akan menjadi perhatian di masa yang akan datang,
antara lain :
a. Defesiensi nutrisi
b. Alkoholisme
c. Ketagihan obat
d. Penyakit – penyakit mental
e. Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
C. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

1. Etiologi Penyakit Hepatitis


Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati
(liver).Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-
obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A,
hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (
hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian
menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).
Radang hati – hepatitis – mempunyai beberapa penyebab, termasuk :
· Racun dan zat kimia seperti alkohol berlebihan;
· Penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat
dalam tubuh, yang disebut sebagai penyakit autoimun; dan
· Mikroorganisme, termasuk virus.
Ada lima virus yang diketahui mempengaruhi hati dan menyebabkan
hepatitis: HAV, HBV, HCV, virus hepatis delta (HDV, yang hanya menyebabkan
masalah pada orang yang terinfeksi HBV), dan virus hepatitis E (HEV). Tidak ada
virus hepatitis F. Virus hepatitis G (HGV) pada awal diperkirakan dapat
menyebabkan kerusakan pada hati, tetapi ternyata diketahui sebagai virus yang tidak
menyebabkan masalah kesehatan, dan virus ini sekarang diberi nama baru sebagai
virus GB-C (GBV-C).

2. URGENSI PENYAKIT HEPATITIS A

Hingga saat ini hepatitis virus A, B dan C masih menjadi masalah kesehatan dunia
yang serius karena berpotensi menimbulkan dampak morbiditas dan mortalitas.
Hepatitis Virus A (HVA) merupakan self limiting disease tetapi dapat menimbulkan
dampak epidemiologis dan klinis. Di Indonesia infeksi HVA banyak mengenai anak
usia < 5 tahun dan biasanya tanpa gejala. Anak-anak ini merupakan sumber penularan
bagi orang dewasa di sekitarnya dengan risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
berat. Walau bukan penyebab kematian langsung, namun penyakit hepatitits
menimbulkan masalah pada usia produktif, pada saat seharusnya mereka menjadi
sumber daya pembangunan. Karena itu Indonesia mengusulkan resolusi Hepatitis
Virus diangkat menjadi isu dunia, dan telah diterima. Tantangan yang serius ini perlu
mendapat perhatian kita semua. Oleh karena itu perlu segera mengumpulkan data dan
informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dijadikan dasar perumusan
kebijakan, guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam daftar prioritas
yang lebih tinggi. Di samping itu, para pakar dan praktisi kedokteran dan kesehatan
yang berkecimpung di bidang hepatologi klinik, serta para pengelola pengendalian
penyakit menular perlu bekerjasama bahu-membahu dalam merumuskan langkah-
langkah untuk menangani masalah ini. Baik dari aspek diagnostik, pencegahan,
pengobatan, maupun promosi kesehatan. Perhatian tidak hanya perlu diberikan di
tingkat lokal dan nasional melainkan juga di tingkat regional dan global (Dinas
Kesehatan Indonesia 2007). Penyakit ini dapat membawa konsekuensi ekonomi dan
sosial yang signifikan di masyarakat. Proses penyembuhan penyakit hepatitis A ini
memerlukan waktu dalam hitungan minggu atau bulan bagi seseorang agar dapat
kembali bekerja, sekolah, dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dari segi
ekonomi, dampaknya terhadap perusahaan makanan yaitu penurunan produktivitas
lokal pada umumnya dan dapat menjadi masalah substansial. Penyakit hepatitis A ini
merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
sehingga dapat menimbulkan wabah (Djoko Widodo, 2007). Hal ini disebabkan oleh
kesehatan lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak
memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat (Harrison,
2005). Menurut WHO (Deinhart F, dkk, 1982) prevalensi Hepatitis dibagi dalarn tiga
kategori, yaitu sebagai berikut : · Tinggi: di negara-negara berkembang dengan
sanitasi yang sangat buruk dan perilaku personal hygiene yang kurang baik, risiko
infeksi lebih besar dari 90%. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak usia dini dan
mereka yang terinfeksi tidak memiliki gejala nyata. Wabah jarang karena anak-anak
yang lebih tua dan orang dewasa umumnya kebal. Prevalensi penyakit di daerah
seperti ini tergolong rendah dan jarang terjadi wabah. · Menengah: Di negara-negara
berkembang, negara dengan ekonomi di daerah transisi di mana kondisi sanitasi
sangat bervariasi. Ada daerah yang memiliki sistem sanitasi yang sudah memadai,
namun juga ada yang masih kurang. Ironisnya, kondisi ekonomi yang terus membaik
dan kesehatan dapat menyebabkan tingkat lebih tinggi dari penyakit, seperti infeksi
terjadi pada kelompok usia lebih tua, dan wabah besar dapat terjadi (kejadian luar
biasa). · Rendah: di negara maju dengan sanitasi yang baik dan kebersihan di tingkat
infeksi rendah. Penyakit ini dapat terjadi pada remaja dan orang dewasa di kelompok
berisiko tinggi seperti pengguna narkoba suntik, pria gay, orang yang bepergian ke
daerah risiko tinggi dan populasi terisolasi, misalnya ditutup komunitas agama. Dari
berbagai hasil penelitian nampak jelas bahwa Indonesia termasuk Intermediate
Prevalence, bahkan pada daerah tertentu termasuk dalam kategori High Prevalence
(Suwignjo, 1985). Hal ini dikarenakan ada sebagian provinsi di Indonesia, khususnya
di jawa, yang memiliki sistem sanitasi bervariasi, dan dengan kepadatan penduduk
yang tinggi (memungkinkan untuk terjadinya wabah hepatitis A). Namun, di daerah
lain, khususnya Indonesia timur, sistem sanitasi cenderung kurang baik, sementara
kepadatan penduduknya rendah (wabah kepatitis A jarang terjadi). Dari segi
kesehatan masyarakat, tingginya prevalensi Hepatitis virus ini merupakan indikasi
bahwa sebetulnya ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Namun belum
mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama di daerah-daerah, karena jarang
menyebabkan kematian langsung. Hal ini mudah dilihat dari kurang tersedianya rekap
data infeksi virus hepatitis A baik di tingkat puskesmas, rumah sakit, dan dinas
kesehatan daerah dari tahun ke tahun.

3. Secara rinci, riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :

1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility).


Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar
tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan
adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat
menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

2. Tahap Patogenesis
Virus Hepatiti A disebarkan melalui kotoran atau tinja penderita Penyebarannya
disebut fecal-oral (tinja ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja
menyentuh benda bekas terkena tinja (misal di kamar mandi) dan kemudian
digunakan untuk makan, dapat juga melalui tranfusi darah, alat-alat tidak steril,
tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang kurang, juga bisa melalui kontak seksual
dengan penderita. Virus yang masuk ke dalam tubuh juga dapat menimbulkan
penyakit Hepatitis. Kuman ini masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau
air yang tercemar. Di dalam saluran penceranakan kuman tersebut dapat
berkembangbiak dengan cepat, kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam
hati, dimana tinggal di dalam kapiler-kapiler darah dan menyerang jaringan-jaringan
sekitarnya sehingga menyebabkan radang hati.
a. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease).
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala
penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda.
Masa inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya
seperti kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
Berikut informasi tentang masa inkubasi berbagai macam penyakit:
Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti
kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing
yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus,
tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

Tabel Masa Inkubasi Berbagai Macam Penyakit


Penyakit Pengertian Gejala Klinis
Hepatitis A Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan  Lesu
oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal –  Lelah
oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.  Kehilangan nafsu makan
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan  Mual
C). Sementara hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah  Muntah
dan aktivitas seksual dan lebih berbahaya dibanding Hepatitis A.  Sakit kepala

b. Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease).


Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap
ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas
sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa
bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti
gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
c. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani
serta tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka
penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi
melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang
intensif.
3. Pasca Patognesis (Tahap penyakit akhir.)
sTahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti
keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit). ikterus berangsur berkurang dan hilang
dalam 2-6 minggu,demikian pula anorksia, lemas badan dan hepatomegali.
Penyembuhan sempurna sebagian besar terjadi dalam 3-4 bulan (PDT Ilmu Penyakit
Dalam divisi Gasteroenterologi-Hepatologi)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi
kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan
sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak
tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada
suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali.
Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya
terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit
(human reservoir).
d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan.
Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,
sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan
ini bukanlah keadaan yang diinginkan.

4. pencegahan penyakit

PENCEGAHAN HEPATITIS A Hepatitis A dicegah dengan pemberian


vaksin hepatitis virus A. Namun, kebijakan yang ada pada tahun 2006 vaksin ini
hanya dianjurkan akibatnya banyak orang tidak divaksinasi. Mulai tahun 2006, vaksin
hepatitis diberikan untuk semua anak usia 12-23 bulan. Vaksin ini juga dianjurkan
untuk kelompok berikut : · Wisatawan yang berkunjung ke daerah-daerah yang
memiliki tingkat prevalensi hepatitis A lebih tinggi dibanding daerah asal · Pria yang
berhubungan seks dengan pria · Pengguna narkoba (baik suntik dan non suntik) ·
Penderita Hemofilia · Mereka dengan penyakit hati kronis · Pekerja di tempat yang
memiliki risiko tertular (misalnya rumah sakit dan petugas laboratorium) · Anggota
keluarga yang memiliki anak adopsi yang berasal dari daerah tinggi infeksi hepatitis
A Transmisi Hepatitis masih mungkin terjadi walaupun seseorang telah divaksinasi
sehingga teknik pencegahan lainnya masih penting. Teknik lain yang perlu
dikembangkan adalah peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal masyarakat
dengan risiko tinggi dan mencerdaskan masyarakat untuk lebih memikirkan personal
hygiene mereka. Seperti, penjamah makanan harus selalu mencuci tangan setelah
menggunakan kamar mandi atau mengganti popok dan sebelum menyiapkan
makanan, menjaga kebersihan air dan sebagainya. Pencegahan Hepatitis Akut Setelah
Infeksi Setelah seseorang telah terkena Hepatitis A, perlu diberikan suntikkan
immune globulin (IG). Menurut penelitian, IG memberikan keefektifan dalam
mencegah hepatitis klinis 80 sampai 90 persen ketika disuntikkan dalam waktu dua
minggu setelah terpapar.

5. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A


Setelah gejala untuk hepatitis A muncul, tidak ada pengobatan langsung untuk virus.
Pasien harus beristirahat sesuai dengan bagaimana mereka merasa lelah, dan harus
menerima nutrisi yang cukup baik dengan makan atau melalui cairan, karena penyakit
ini dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan. Pengobatan untuk Hepatitis
fulminan A Pengobatan untuk komplikasi ini akan bervariasi tergantung pada kasus
individu seseorang. Dalam kasus kegagalan hati lanjut, transplantasi hati mungkin
menjadi pilihan hanya tersedia untuk menghindari kematian. Hasil penelitian
menyatakan, vaksin lebih efektif pada lebih dari 90% orang. Efek sampingan tidak
ada kecuali rasa sakit pada bagian yang terkena suntikan. Hanya sekitar 10% yang
merasa kurang enak badan setelah disuntik. Anak-anak antara usia 1-18 tahun diberi
dosis initial dsn booster antara usia 6-12 bulan. Orang dewasa diberi satu initial dosis
kemudian booster dalam waktu 6-12 bulan. Efek proteksi baru terjadi paling tidak dua
minggu setelah suntikan. Namun, belum diketahui berapa lama suntikan ini dapat
memberikan proteksi terhadap virus hepatitis A.
KESIMPULAN

Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, sementara hepatitis yang berlangsung lebih
dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus
hepatitis A yang umumnya menyerang anak dan kaum dewasa muda. Penyakit ini
juga dikenal dengan sebutan penyakit kuning (jaudince). Penyebarannya melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja penderita yang mengandung virus
hepatitis A, fecel-oral. Orang yang beresiko tinggi terinfeksi virus ini adalah mereka
yang tinggal di negara berkembang dengan sistem sanitasi belum memadai dan
bervariasi. Kepadatan penduduk di negara berkembang juga menjadi penyebab utama
penyakit menular ini mewabah dan bersifat endemik. Selain sanitasi dan kepadatan
penduduk, penyakit ini juga erat kaitannya dengan kebiasaan prilaku bersih seseorang
(personal hygiene). Hepatitis A memang telah menjadi isu kesehatan masyarakat di
Indonesia dan dunia. Namun karena penyakit ini tidak menyebabkan kematian secara
langsung, sistem kesehatan di Indonesia kurang memperhatikan penyakit infeksi
menular ini. Data hepatitis A yang tercover di Indonesia tidak sebaik dibandingkan
dengan negara lain sudah lebih maju. Prevalensi hepatitis A di Indonesia tidak
terexpose dan terekap dengan baik di berbagai media dan instansi kesehatan yang
terkait, sehingga pembuat kebijakan cenderung tidak memikirkan dampak negatif dari
penyakit ini, seperti penurunan produktivitas. Tantangan yang serius ini perlu
mendapat perhatian kita semua. Oleh karena itu perlu segera mengumpulkan data dan
informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dijadikan dasar perumusan
kebijakan, guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam daftar prioritas
yang lebih tinggi. Pencegahan hepatitis A dilakukan melalui vaksinasi, peningkatan
kualitas sanitasi lingkungan, dan mencerdaskan masyarakat untuk lebih menjaga
personal hygiene.
DAFTAR PUSTAKA

http://epidemiologiunsri.blogspot.co.id/2011/11/hepatitis-sthevani-eka-
purnama.html

Anda mungkin juga menyukai