“TUGAS PRAKTEK”
Disusun oleh:
Ahmad Fauzan Dainiza (P2.31.33.1.17.002)
Arina Da Selva (P2.31.33.1.17.007)
Hasti Amalia (P2.31.33.1.17.016)
Ria Shania (P2.31.33.1.17.030)
KELOMPOK 10
I D-IV A
Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
A. Berdasarkan Perjalanannya Penyakit
1. Akut
Menurut KBBI, AKUT artinya adalah sesuatu yang timbul
secara mendadak dan cepat memburuk. Secara medis artinya adalah
penyakit yang timbul secara mendadak dengan kondisi yang cepat
memburuk. Jadi tidak hanya mendadak, namun juga kondisinya
memburuk dengan cepat.
Penyakit akut merupakan jenis-jenis penyakit yang terjadi
secara mendadak atau secara tiba-tiba dan terkadang membutuhkan
pertolongan segera seperti pendarahan akut Atau penyakit lain nya.
Tetapi sebagian penyakit akut ini juga ada yang tidak memerlukan
penangan secara darurat dan dan frekuensi resikonya pun lemah.
timbul secara mendadak dan cepat memburuk (tentang penyakit)
memerlukan pemecahan segera; mendesak (tentang keadaan atau
hal); gawat: penyediaan air bersih menjadi masalah yang —
kurang dari 90˚ (tentang sudut):sudut —
2. Kronis
2. Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah
suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan
dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan
tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena pola hidup yang
kurang sehat seperti merokok, faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia,
dan gangguan kejiwaan. Contohnya : sariawan, batuk, sakit perut,
demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi, RA,
keracunan, dsb.
Penyakit tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent
(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor
predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of
agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit
kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit
degeneratif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih
merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan
morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban
ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
PTM mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya :
a. Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu
b. Masa inkubasi yang panjang dan latent
c. Penyakit berlangsung lama
d. Sulit untuk didiagnosa
e. Biaya pencegahan dan pengobatannya yang cukup tinggi
f. Mempunyai variasi yang cukup luas
g. Multifaktor
Hingga saat ini hepatitis virus A, B dan C masih menjadi masalah kesehatan dunia
yang serius karena berpotensi menimbulkan dampak morbiditas dan mortalitas.
Hepatitis Virus A (HVA) merupakan self limiting disease tetapi dapat menimbulkan
dampak epidemiologis dan klinis. Di Indonesia infeksi HVA banyak mengenai anak
usia < 5 tahun dan biasanya tanpa gejala. Anak-anak ini merupakan sumber penularan
bagi orang dewasa di sekitarnya dengan risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
berat. Walau bukan penyebab kematian langsung, namun penyakit hepatitits
menimbulkan masalah pada usia produktif, pada saat seharusnya mereka menjadi
sumber daya pembangunan. Karena itu Indonesia mengusulkan resolusi Hepatitis
Virus diangkat menjadi isu dunia, dan telah diterima. Tantangan yang serius ini perlu
mendapat perhatian kita semua. Oleh karena itu perlu segera mengumpulkan data dan
informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dijadikan dasar perumusan
kebijakan, guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam daftar prioritas
yang lebih tinggi. Di samping itu, para pakar dan praktisi kedokteran dan kesehatan
yang berkecimpung di bidang hepatologi klinik, serta para pengelola pengendalian
penyakit menular perlu bekerjasama bahu-membahu dalam merumuskan langkah-
langkah untuk menangani masalah ini. Baik dari aspek diagnostik, pencegahan,
pengobatan, maupun promosi kesehatan. Perhatian tidak hanya perlu diberikan di
tingkat lokal dan nasional melainkan juga di tingkat regional dan global (Dinas
Kesehatan Indonesia 2007). Penyakit ini dapat membawa konsekuensi ekonomi dan
sosial yang signifikan di masyarakat. Proses penyembuhan penyakit hepatitis A ini
memerlukan waktu dalam hitungan minggu atau bulan bagi seseorang agar dapat
kembali bekerja, sekolah, dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dari segi
ekonomi, dampaknya terhadap perusahaan makanan yaitu penurunan produktivitas
lokal pada umumnya dan dapat menjadi masalah substansial. Penyakit hepatitis A ini
merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
sehingga dapat menimbulkan wabah (Djoko Widodo, 2007). Hal ini disebabkan oleh
kesehatan lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak
memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat (Harrison,
2005). Menurut WHO (Deinhart F, dkk, 1982) prevalensi Hepatitis dibagi dalarn tiga
kategori, yaitu sebagai berikut : · Tinggi: di negara-negara berkembang dengan
sanitasi yang sangat buruk dan perilaku personal hygiene yang kurang baik, risiko
infeksi lebih besar dari 90%. Sebagian besar infeksi terjadi pada anak usia dini dan
mereka yang terinfeksi tidak memiliki gejala nyata. Wabah jarang karena anak-anak
yang lebih tua dan orang dewasa umumnya kebal. Prevalensi penyakit di daerah
seperti ini tergolong rendah dan jarang terjadi wabah. · Menengah: Di negara-negara
berkembang, negara dengan ekonomi di daerah transisi di mana kondisi sanitasi
sangat bervariasi. Ada daerah yang memiliki sistem sanitasi yang sudah memadai,
namun juga ada yang masih kurang. Ironisnya, kondisi ekonomi yang terus membaik
dan kesehatan dapat menyebabkan tingkat lebih tinggi dari penyakit, seperti infeksi
terjadi pada kelompok usia lebih tua, dan wabah besar dapat terjadi (kejadian luar
biasa). · Rendah: di negara maju dengan sanitasi yang baik dan kebersihan di tingkat
infeksi rendah. Penyakit ini dapat terjadi pada remaja dan orang dewasa di kelompok
berisiko tinggi seperti pengguna narkoba suntik, pria gay, orang yang bepergian ke
daerah risiko tinggi dan populasi terisolasi, misalnya ditutup komunitas agama. Dari
berbagai hasil penelitian nampak jelas bahwa Indonesia termasuk Intermediate
Prevalence, bahkan pada daerah tertentu termasuk dalam kategori High Prevalence
(Suwignjo, 1985). Hal ini dikarenakan ada sebagian provinsi di Indonesia, khususnya
di jawa, yang memiliki sistem sanitasi bervariasi, dan dengan kepadatan penduduk
yang tinggi (memungkinkan untuk terjadinya wabah hepatitis A). Namun, di daerah
lain, khususnya Indonesia timur, sistem sanitasi cenderung kurang baik, sementara
kepadatan penduduknya rendah (wabah kepatitis A jarang terjadi). Dari segi
kesehatan masyarakat, tingginya prevalensi Hepatitis virus ini merupakan indikasi
bahwa sebetulnya ini merupakan masalah kesehatan masyarakat. Namun belum
mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama di daerah-daerah, karena jarang
menyebabkan kematian langsung. Hal ini mudah dilihat dari kurang tersedianya rekap
data infeksi virus hepatitis A baik di tingkat puskesmas, rumah sakit, dan dinas
kesehatan daerah dari tahun ke tahun.
3. Secara rinci, riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
2. Tahap Patogenesis
Virus Hepatiti A disebarkan melalui kotoran atau tinja penderita Penyebarannya
disebut fecal-oral (tinja ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja
menyentuh benda bekas terkena tinja (misal di kamar mandi) dan kemudian
digunakan untuk makan, dapat juga melalui tranfusi darah, alat-alat tidak steril,
tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang kurang, juga bisa melalui kontak seksual
dengan penderita. Virus yang masuk ke dalam tubuh juga dapat menimbulkan
penyakit Hepatitis. Kuman ini masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau
air yang tercemar. Di dalam saluran penceranakan kuman tersebut dapat
berkembangbiak dengan cepat, kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam
hati, dimana tinggal di dalam kapiler-kapiler darah dan menyerang jaringan-jaringan
sekitarnya sehingga menyebabkan radang hati.
a. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease).
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala
penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda.
Masa inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya
seperti kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
Berikut informasi tentang masa inkubasi berbagai macam penyakit:
Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti
kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing
yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus,
tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
4. pencegahan penyakit
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, sementara hepatitis yang berlangsung lebih
dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus
hepatitis A yang umumnya menyerang anak dan kaum dewasa muda. Penyakit ini
juga dikenal dengan sebutan penyakit kuning (jaudince). Penyebarannya melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja penderita yang mengandung virus
hepatitis A, fecel-oral. Orang yang beresiko tinggi terinfeksi virus ini adalah mereka
yang tinggal di negara berkembang dengan sistem sanitasi belum memadai dan
bervariasi. Kepadatan penduduk di negara berkembang juga menjadi penyebab utama
penyakit menular ini mewabah dan bersifat endemik. Selain sanitasi dan kepadatan
penduduk, penyakit ini juga erat kaitannya dengan kebiasaan prilaku bersih seseorang
(personal hygiene). Hepatitis A memang telah menjadi isu kesehatan masyarakat di
Indonesia dan dunia. Namun karena penyakit ini tidak menyebabkan kematian secara
langsung, sistem kesehatan di Indonesia kurang memperhatikan penyakit infeksi
menular ini. Data hepatitis A yang tercover di Indonesia tidak sebaik dibandingkan
dengan negara lain sudah lebih maju. Prevalensi hepatitis A di Indonesia tidak
terexpose dan terekap dengan baik di berbagai media dan instansi kesehatan yang
terkait, sehingga pembuat kebijakan cenderung tidak memikirkan dampak negatif dari
penyakit ini, seperti penurunan produktivitas. Tantangan yang serius ini perlu
mendapat perhatian kita semua. Oleh karena itu perlu segera mengumpulkan data dan
informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dijadikan dasar perumusan
kebijakan, guna menempatkan pengendalian penyakit hepatitis dalam daftar prioritas
yang lebih tinggi. Pencegahan hepatitis A dilakukan melalui vaksinasi, peningkatan
kualitas sanitasi lingkungan, dan mencerdaskan masyarakat untuk lebih menjaga
personal hygiene.
DAFTAR PUSTAKA
http://epidemiologiunsri.blogspot.co.id/2011/11/hepatitis-sthevani-eka-
purnama.html