Anda di halaman 1dari 14

KEPALA DESA ...............

KABUPATEN………

PERATURAN KEPALA DESA


NOMOR : / / KADES/ 2016

TENTANG
WARUNG TEKNOLOGI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM MENGEMBANGKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

DESA …………. KECAMATAN ……………….


KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2016

KEPALA DESA ………………..

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan perekonomian


desa ….. , serta upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan
masyarakata mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri
dan bersaing dalam masayarakat ekonomi asean ( MEA). Maka perlu
adanya suatu pengembangan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang dapat menjawab permasalahan masyarakat dan tidak
merusak lingkungan yang ada, akan tetapi penggunaannya dengan mudah
di kelola, dipelihara, dimanfaatkan oleh masyarakat. Serta masyarakat
dapat nilai tambah dasri aspek ekonomi dan lingkungan.
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
perlu penetapan peraturan kepala desa tentang Struktur Warung Teknologi
(WARTEK) Dan Keterlibatan Masyarakat Dalam Mengengbangkan
Teknologi Tepat Guna.

Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang system nasional


penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi
Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717)
5. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2094);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
9. Peraturan Bupati Garut Nomor 411 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Garut Melalui Teknologi Tepat
Guna ( Brerita Daerah Kabupaten Garut Tahun 2011 Nomor 24 )

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : WARUNG TEKNOLOGI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM


MENGEMBANGKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

BAB I
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Teknologi Tepat Guna yang selanjutnya disebut TTG adalah teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak
lingkungan, dapat dimanfaatkan dan dipelihara oleh masyarakat secara mudah, serta
menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan.

2. Warung Teknologi Tepat Guna selanjutnya disebut Wartek adalah lembaga


kemasyarakatan di desa/Desa yang memberikan pelayanan teknis, informasi dan orientasi
berbagai jenis TTG.
3. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan masyarakat melalui penciptaan
kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya
secara mandiri melalui pemberian sumberdaya, kesempatan dalam pengambilan
keputusan, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat.

4. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisionalyang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. WARTEKadalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat


setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

7. Rukun Warga (RW) adalah pembagian wilayah di Indonesia di bawah Desa atau Desa (atau
di bawah :Dusun atau Lingkungan Desa).

8. Rukun Tetangga (RT) adalah pembagian wilayah di Indonesia di bawah Rukun Warga.
Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan
pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka
pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa atau Desa.

9. APBDes adalah rencana keuangan tahunan WARTEKyang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa

BAB II
SASARAN
Pasal 2

Sasaran pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG meliputi:


a. masyarakat penganggur, putus sekolah, dan keluarga miskin;
b. masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil dan menengah;
c. Posyantek dan Wartek dan
d. Lembaga dan perkumpulan yang ada di lingkungan masyarakat desa.
BAB III
PRINSIP
Pasal 3

(1) Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG dilaksanakan berdasarkan prinsip:


a. meningkatkan usaha ekonomi;
b. mengembangkan kewirausahaan;
c. memberikan manfaat secara berkelanjutan; dan
d. sederhana.

(2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara partisipatif, keterpaduan, mempertimbangkan potensi sumber daya
lokal, berwawasan lingkungan dan memberdayakan masyarakat setempat.

BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 4

.Maksud pembentukan WARTEK adalah untuk mempercepat pemanfaatan TTG oleh masyarakat,
meningkatkan kemampuan keuangan Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa,
serta meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat berbasis TTG.
Pasal 5
Tujuan Pembentukan dan Pengembangan Wartek desa adalah untuk :
a. Memperdayakan masyarakat melalui peningkatan kapasitas perencanaan dan
pengelolaan TTG;
b. Mewujudkan kelembagaan TTG masyarakat yang tangguh dan mandiri untuk
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat;
c. menciptakan kesempatan berusaha dan mengurangi angka pengangguran di desa;
d. Menjembatani masyarakat pemanfaat/pengguna TTG dengan sumber TTG;
e. Memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan teknis,
pelayanan informasi dan promosi TTG;
f. Meningkatkan kerjasama dan kordinasi terpadu berbagai pemangku kepentingan yang
ada mulai dari tingkat RT, RW dan lembaga yang ada di desa guna tercapainya
pemanfaatan TTG.

BAB V
MEKANISME
Bagian Kesatu
Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 7

WARTEK dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG dapat


bekerjasama dengan pihak ketiga dengan terlebih dahulu berkonsultasi berjenjang mulai dari
Pendamping Desa dan Pihak Kecamatan serta Kepala Bidang TTG dan Tenaga Ahli
Pendamping Desa Bidang TTG.

Pasal 8

(1) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dilaksanakan berdasarkan prinsip:


a. efisiensi;
b. efektivitas;
c. sinergi;
d. saling menguntungkan;
e. kesepakatan bersama;
f. itikad baik;
g. mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
h. persamaan kedudukan;
i. transparansi;
j. keadilan; dan
k. kepastian hukum.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam Perjanjian Kerjasama yang
memuat paling sedikit:
a. subjek kerja sama;
b. objek kerja sama;
c. ruang lingkup kerja sama;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. jangka waktu kerja sama;
f. pengakhiran kerja sama;
g. keadaan memaksa; dan
h. penyelesaian perselisihan.

(3) Dalam perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat pengalihan TTG
dari sumber teknologi kepada masyarakat.
Bagian Kedua
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Paragraf 1
Umum
Pasal 9

Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG dilakukan melalui:


a. pemetaan kebutuhan;
b. pengkajian;
c. pengembangan;
d. pemasyarakatan; dan
e. penerapan.
Paragraf 2
Pemetaan Kebutuhan
Pasal 10

(1) Pemetaan kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, antara lain dilakukan
melalui pengumpulan data dan informasi jenis TTG, jenis usaha, sosial budaya dan potensi
sumber daya lokal.

(2) Hasil pemetaan kebutuhan TTG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk perencanaan
pemanfaatan dan pengembangan TTG.
Paragraf 3
Pengkajian
Pasal 11
Pengkajian TTG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan dengan
menganalisis hasil pemetaan untuk pemanfaatan dan pengembangan TTG.

Paragraf 4
Pengembangan
Pasal 12

(1) Pengembangan TTG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, antara lain dilakukan
melalui inovasi TTG dan uji coba TTG.

(2) Hasil pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk penerapan TTG di
masyarakat.

Pasal 13

(1) WARTEK melakukan fasilitasi perlindungan hukum terhadap inovasi TTG sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12.

(2) Fasilitasi perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mengupayakan sertifikat paten terhadap inovasi TTG.

Pasal 14

WARTEK memfasilitasi inovasi TTG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, untuk dapat di
usulkan di kecamatan, agar mengikuti lomba TTG baik tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat.
Paragraf 5
Pemasyarakatan
Pasal 15

(1) Pemasyarakatan TTG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d, dilakukan melalui
kegiatan antara lain:
a. gelar/pameran TTG;
b. lokakarya TTG;
c. temu informasi TTG;
d. pelatihan;
e. pendampingan;
f. magang;
g. komunikasi informasi dan edukasi TTG; atau
h. media massa.

(2) Pemasyarakatan TTG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk mengkomunikasikan
penerapan TTG.
Paragraf 6
Penerapan
Pasal 16

(1) Penerapan TTG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e, dilakukan oleh masyarakat.

(2) Dalam rangka penerapan TTG oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui:
a. pelatihan;
b. pemberian bantuan langsung; dan
c. pendampingan.

Pasal 17

Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a, dapat berbentuk:
a. pelatihan teknis;
b. pelatihan managemen;
c. studi banding; dan
d. pemagangan.
Pasal 18

(1) Pemberian bantuan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b,
dapat berupa bantuan hibah dan bantuan sosial yang diberikan dalam bentuk uang dan/atau
barang kepada kelompok masyarakat.

(2) Pemberian bantuan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk memberdayakan
masyarakat dalam memanfaatkan TTG.

(3) Pemberian bantuan langsung harus di kordinasikan secara berjenjang.

Pasal 19
Pendampingan di tingkat desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf c dapat
meminta bantuan kepada Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa, dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat dalam penerapan TTG.

BAB V I
LEMBAGA PELAYANAN TTG

Pasal 20

(1) Lembaga Pelayanan TTG di sebut Wartek yang berkedudukan di desa/Desa.

(2) Lembaga pelayanan TTG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga
kemasyarakatan.

Pasal 21

Lembaga pelayanan TTG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 mempunyai tugas:


a. menyusun program dan rencana kerja penyelenggaan posyantekdes;
b. memberikan pelayanan teknis, informasi dan promosi jenis/spesifikasi
TTG;
c. memfasilitasi pemetaan kebutuhan dan pengkajian TTG;
d. menjembatani masyarakat sebagai pengguna TTG dengan sumber TTG;
e. memotivasi penerapan TTG di masyarakat;
f. memberikan layanan konsultasi dan pendampingan kepada
masyarakat dalam penerapan TTG;
g. memfasilitasi penerapan TTG; dan
h. menyusun laporan penyelenggaraan posyantekdes/kel.

Pasal 22
(1) Lembaga Teknologi Tepat Guna berhak mengelola pemasukan yang didapat dan
membagi hasil usaha keuntungan yang didapat dengantujuan untuk kemajuan desa dan
masyarakat.
(2) Bagi hasil usaha merupakan pendapatan WARTEK yang diperoleh dalam 1 (satu)
tahun buku dikurangi dengan penyusutan dan kewajiban termasuk pajak dalam tahun
yang bersangkutan.
(3) Pembagian hasil usaha adalah sebagai berikut :
a. penambahan modal usaha : …………………………….. 20 %
b. pendapatan asli desa : …………………………….. 20%
c. penelitian TTG : …………………………….. 15 %
d. pengembangan TTG : ……………………………. 15 %
e. pelaksana operasional : ……………………………. 15 %
f. pendidikan dan social : …………………………… 10 %
g. Cadangan : ……………………………. 5%
Pasal 23

(1) Pengurus Wartek berdasarkan hasil musyawarah Desa, sebagaimana diatur dalam
Pereturan Mentri Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tentang
Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa, dengan
syarat sebagai berikut :

a. mewakili unsur masyarakat;

b. memahami adat istiadat setempat;

c. berdomisili didesa lokasi WARTEK;

d. aktif, kreatif dan inovatif;

e. memiliki komitment yang kuat untuk menembangkan TTG;

f. berpengalaman dalam mengelola dana dari berbagi sumber;

g. umur minimal 25 tahun dan umur maksimal 50 tahun;

h. pendidikan minimal SMA/SLTA;

i. Berpengalaman dalam menjalin kerjasama dengan lembaga terkait;

j. bukan perangkat desa, BPD dan lembaga Kemasyarakatan Desa.

(2) Susunan dan jumlah pengurus Wartek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kebutuhan;

(3) Pengangkatan, hak dan kewajiban pengurus Wartek ditetapkan dalam AD/ART.

Pasal 24

(1) Hubungan kerja antara Pemerintahan Desa dengan Wartek bersifat Pembina.
(2) Hubungan kerja antara Wartek dengan lembaga kemasyarakatan lainnya di Desa bersifat
koordinatif dan konsultatif.

(3) Hubungan kerja antara Wartek dengan pihak ketiga di desa bersifat kemitraan.

BAB VII
PEMBINAAN

Pasal 25

Kepala Desa melakukan pembinaan pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan WARTEK


di desa.

Pasal 26

Pembinaan Kepala Desa dilaksanakan melalui:


a. supervisi pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG; dan
b. monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan TTG.

BAB VII
PELAPORAN

Pasal 32

(1) Pengurus WARTEK membuat laporan setiap 3 (tiga) bulan kepada Kepala Desa;

(2) Pengurus WARTEK membuat laporan kepada masyarakat melalui BPD setiap 1 (satu) tahun
anggaran.

Pasal 33

Sistem pelaporan dibuat berdasarkan jenis usaha dengan sistematika sebagai berikut

a. pendahuluan; memuat latar belakang, maksud dan tujuan TTG;

b. kegiatan TTG; memuat materi pelaksana atau tenaga kerja, produksi, penjualan dan/atau
pemasaran serta keuntungan ; dan

c. permasalahan atau hambatan.


BAB VIII
PENDANAAN

Pasal 34

(1) Pendanaan WARTEK didanai dari dan atas beban APBDes, Sumber-sumber lain yang
sah dan tidak mengikat;

(2) Pendanaan berasal dari APB Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
bersumber dari :

a. bantuan Pemerintah;

b. bantuan pemerintah daerah; dan

c. asset Desa yang diserahkan kepada APB Desa.

d. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga
donor yang disalurkan melalui mekanisme APBDes;

(3) Bantuan Pemerintah dan pemerintah daerah kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dan b disalurkan melalui mekanisme APB Desa.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal di undangankan.

Ditetapkan di ......................
pada tanggal Juli 2016

KEPALA DESA ……(NAMA DESA)


KECAMATAN …………………..
KABUPATEN GARUT,
( ……………………… )

Diundangkan di…
Pada Tanggal …..
SEKERTARIS DESA …. (NAMA DESA)

TTD
NAMA

LEMBARAN DESA (NAMA DESA) TAHUN .. NOMOR..

Anda mungkin juga menyukai