Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan formulasi pakan buatan berbahan
baku tepung ikan, tepung jagung, dedak halus dan ampas tahu yang dapat memberikan
pertumbuhan yang baik pada ikan nila (Oreochromis sp.). Metode yang digunakan
adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari
enam perlakuan formulasi pakan berbahan baku tepung ikan, tepung jagung, dedak
halus, ampas tahu dan vitamin mix yaitu berturut-turut pakan A (20%, 10%, 39%, 30%,
1%), pakan B (25%, 25%, 24%, 25%, 1%), pakan C (30%, 24%, 20%, 25%,1%), D
(35%, 25%, 15%, 24%, 1%), E (40%, 24%, 10%, 25%, 1%) dan pakan komersial sebagai
pembanding, setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Ikan nila yang digunakan
berukuran ±6,6 g dan dipelihara selama 30 hari dengan menggunakan sistim resirkulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan komposisi pakan mempengaruhi
pertumbuhan ikan nila tetapi tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, kualitas
air, konversi dan efisiensi pakan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan
bahan baku lokal yaitu tepung ikan 40%, tepung jagung 24%, dedak halus 10% dan
ampas tahu 25% serta penambahan vitamin 1% pada pakan ikan nila memberikan
pertumbuhan yang cenderung lebih baik dibandingkan formulasi pakan A, B, C dan D,
tetapi secara keseluruhan pakan komersial memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Kata Kunci : Ikan Nila, Bahan Baku Pakan, Formulasi Pakan, Pertumbuhan.
36
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
memproduksi ikan nila adalah bagi ikan, karena mengandung
tingginya harga pakan. Penyebab karbohidrat yang cukup tinggi yaitu
utama tingginya harga pakan ikan 34,73% untuk dedak padi dan 73,7%
adalah terjadinya peningkatan harga untuk jagung (Kordi 2007).
bahan baku pakan. Bahan baku seperti Penggunaan dedak dalam pakan untuk
tepung ikan, tepung daging dan tepung ikan karnivora dapat mencapai 15%
kedelai merupakan sumber protein sedangkan untuk ikan omnívora atau
utama pakan ikan komersial dan masih herbivora dapat mencapai 35%.
mengandalkan pasokan dari import. Penggunaan tepung biji jagung pada
Konstribusi sumber protein tepung ikan pakan ikan karnivora dapat mencapai
dan tepung kedelai dalam pakan ikan 20% sedangkan pada pakan ikan
menentukan harga pakan, diperkirakan omnívora atau herbivora dapat
sekitar 60% dari biaya produksi adalah mencapai 35% (Nur & Zainal 2004).
pakan (Basry 2009). Ampas tahu merupakan hasil
Salah satu cara untuk mengurangi sampingan dari proses pembuatan tahu
ketergantungan terhadap tepung ikan yang banyak terdapat di Indonesia,
impor yang relatif mahal dan tepung khususnya di Pulau Lombok Nusa
kedelai adalah dengan memanfaatkan Tenggara Barat. Menurut Wirianto
bahan baku alternatif yang mudah (1985) dalam Lestari (2001), ampas
diperoleh, harganya terjangkau, dan tahu mengandung gizi yang baik dan
ketersediaannya berkesinambungan dapat digunakan sebagai pakan ternak
seperti penggunaan tepung ikan lokal, besar dan kecil. Menurut Handajani &
tepung jagung, dedak, dan ampas tahu. Widodo (2010), ampas tahu memiliki
Bahan baku tersebut ketersediaannya kandungan protein sebesar 43%.
cukup melimpah di Pulau Lombok, Penggunaan ampas tahu pada pakan
Nusa Tenggara Barat. Selain itu, ikan berkisar 27% (Prabowo 1983
masing-masing bahan baku tersebut dalam Haetami 2006).
mengandung nutrisi yang berbeda, Formulasi pakan adalah
apabila digunakan secara terpisah akan perhitungan jumlah bahan baku yang
menghasilkan pakan yang tidak efektif akan digunakan untuk membuat pakan
sehingga perlu dikombinasikan dengan ikan. Dalam penyusunan formulasi
bahan baku yang sesuai dengan pakan ikan, perlu diketahui beberapa
kebutuhan ikan. kandungan zat gizi yang dibutuhkan
Tepung ikan merupakan bahan ikan yaitu protein berkisar 20-60%,
baku paling umum dalam pembuatan lemak 4-18%, karbohidrat terdiri dari
pakan ikan dan merupakan sumber serat kasar kurang dari 8% dan BETN
protein utama yang belum tergantikan 20-30%, vitamin dan mineral berkisar
(Kordi 2007). Umumnya tepung ikan antara 2-5%. Jumlah keseluruhan
mengandung protein berkisar 60% bahan baku dalam menyusun formulasi
(Handajani & Widodo 2010). pakan ikan adalah 100% (Maynard
Penggunaan tepung ikan mencapai 1979).
28%-50% (Webster & Lim 2002). Berdasarkan uraian diatas, maka
Menurut Handajani & Widodo (2010), telah dilakukan penelitian pembuatan
jagung dan dedak dapat digunakan pakan dengan menggunakan formulasi
sebagai bahan baku alternatif karena yang memanfaatkan bahan baku tepung
tingkat ketersediaannya tinggi dan ikan, tepung jagung, dedak halus dan
harganya relatif murah. Jagung dan ampas tahu dengan harapan pakan yang
dedak padi merupakan sumber energi terbentuk dapat mengoptimalkan
37
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp.).
METODOLOGI PENELITIAN pakan dengan enam aras pada Tabel 1.
Penelitian ini menggunakan Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga
metode eksperimental dengan kali sehingga terdapat 18 unit
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang percobaan.
terdiri dari satu faktor yaitu formulasi
38
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
dalam waktu tertentu, untuk Data hasil Penelitian dianalisis
menghitung pertumbuhan diperlukan dengan menggunakan analisis sidik
data panjang atau berat dan umur atau ragam atau Analysis of Variance
waktu. (ANOVA) pada taraf nyata 5%.
LPM = Wt - Wo ………(3.2) Kemudian dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf nyata
Keterangan: 5%.
LPM = Laju Pertumbuhan Mutlak (g)
Wo = Bobot awal benih (g)
Wt = Bobot akhir benih (g) HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata Pertambahan Bobot,
Untuk mengetahui efisiensi Tingkat Kelangsungan Hidup,
pemanfaatan pakan pada percobaan, Konversi dan Efisiensi Pakan
maka dilakukan perhitungan konversi
pakan, menurut NRC (1977) : Hasil analisis ragam tentang
K= ……………(3.3) pertambahan bobot, tingkat
kelangsungan hidup, konversi dan
Keterangan : efisiensi pakan ikan Nila selama
K = Konversi pakan pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel
Wt = Bobot ikan pada akhir 2.
penelitian (g)
D = Bobot ikan yang mati selama Hasil analisis varian menunjukan
penelitian (g) bahwa perbedaan komposisi pakan
Wo = Bobot ikan pada awal penelitian hanya berpengaruh (p<0,05) terhadap
(g) pertambahan bobot ikan nila.
F = Jumlah pakan yang diberikan Pemberian pakan komersial
selama pemeliharaan (g) menghasilkan pertumbuhan yang lebih
Efisiensi pakan dihitung berdasarkan tinggi (P<0,05) dengan rata-rata
rumus (NRC, 1983): pertambahan bobot 7,69 g
% EP = x 100..........(3.4) dibandingkan dengan pakan A, B, C
dan D dengan rata-rata pertambahan
Keterangan :
bobot berturut-turut 2,41 g, 2,85 g, 2,82
Wt = Bobot ikan rata-rata pada akhir
g dan 3,02 g. Pemberian pakan
penelitian (g)
komersial cenderung lebih tinggi dari
Wo = Bobot ikan rata-rata pada awal
pakan E (5,49 g) meskipun hasilnya
penelitian (g)
tidak berbeda nyata (P>0,05),
D = Bobot ikan mati selama
sedangkan pakan E cenderung lebih
pemeliharaan (g)
tinggi dari pakan A, B, C dan D
F = Jumlah pakanyang diberikan (g)
meskipun hasilnya tidak berbeda nyata
(P>0,05).
Parameter pendukung yang
Berdasarkan hasil analisis,
diukur adalah oksigen terlarut (DO),
perbedaan komposisi pakan tidak
derajat keasaman (pH) dan suhu.
berpengaruh (p>0,05) terhadap tingkat
Pengukuran kualitas air tersebut
kelangsungan hidup ikan nila.
dilakukan setiap tujuh hari sekali pada
Kelangsungan hidup ikan nila selama
jam 09.00 yang diamati pada masing-
pemeliharaan berkisar 60-73,33%.
masing unit percobaan.
Perbedaan komposisi pakan juga tidak
berpengaruh (p>0,05) terhadap nilai
39
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
konversi dan efisiensi pakan ikan nila nilai efisiensi pakan berkisar 31,81-
selama pemeliharaan. Nilai konversi 47,15 %.
pakan berkisar 2,80-3,78 dan untuk
Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Bobot, Tingkat Kelangsungan Hidup,
Konversi dan Efisiensi Pakan
Jenis Pakan
Parameter
A B C D E Komersial
Rata-rata
pertambahan 2,41±1,06b 2,85±1,30b 2,82±0,64b 3,02±0,44b 5,49±0,91ab 7,69±1,56a
Bobot (g)
Tingkat
kelangsungan 63,33 ±9,42 63,33±4,71 73,33±4,71 60±8,16 63,33±4,71 66,67±12,47
hidup (%) ns
Konversi
3,78 ± 0,39 2,95 ± 0,35 3,45 ± 0,61 2,80 ± 0,93 3,28 ± 1,03 3,53 ± 1,36
pakan ns
Efisiensi
pakan 31,81±3,17 40,83±5,01 34,10±5,50 47,15±14,16 37,86±9,89 39,61±21,29
(%) ns
ns
Keterangan : = non signifikan (P>0,05); angka setelah adalah nilai standar error; huruf
superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan
yang berbeda nyata (P<0,05).
Tabel 3. Rata-rata Nilai Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Nila Selama
30 Hari
Jenis Pakan
Parameter Pengukuran
A B C D E Komersial
ns
1 27,2±0,85 27,1±0,80 27,2±0,92 26,96±0,77 27,2±0,92 27,3±0,95
o ns
Suhu ( C) 2 27,3±0,92 27,2±0,87 27,2±0,88 27,16±0,83 27,6±1,37 27,2±0,89
ns
3 27,27±0,90 27,3±0,94 27,4±1,03 27,26±0,89 27,2±0,87 27,2±0,87
ns
1 7,98±0,12 7,99±0,57 8,26±0,34 7,99±0,21 8,26±0,40 8,15±0,12
DO ns
2 7,97±0,82 7,96±0,24 7,95±0,60 8±0,60 7,91±0,26 7,92±0,29
(mg/L) ns
3 7,8±0,04 7,86±0,08 7,86±0,17 7,84±0,09 7,88±0,31 7,81±0,09
ns
1 5,26±0,01 5,9±0,02 5,67±0,37 5,36±0,02 5,26±0,38 5,43±0,25
ns
pH 2 9,36±0,09 9,3±0,03 9,1±0,04 9,56±0,02 8,83±0,01 9,03±0,01
3ns 7,43±0,04 7,6±0,03 7,6±0,04 7,4±0,03 7,56±0,11 7,46±0,02
Keterangan : ns = non signifikan (P>0,05); angka setelah adalah nilai standar error.
40
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
ikan nila akan terlihat baik apabila akhir penelitian. Semakin tinggi nilai
diberi pakan dengan formulasi yang pertumbuhan mutlak, maka ikan
seimbang, dimana didalamnya tersebut dikatakan dapat tumbuh
terkandung bahan-bahan seperti dengan baik pula. Berdasarkan hasil
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, analisis pertumbuhan mutlak selama
mineral dan serat (Prihartono & pemeliharan (30 hari) menunjukkan
Sucipto 2007). Pakan yang tidak layak bahwa pakan komersial menghasilkan
atau kurang baik kualitasnya jika pertumbuhan yang cenderung lebih
dikonsumsi oleh ikan, maka ikan tidak tinggi dibandingkan dengan pakan A,
tumbuh dan dapat menyebabkan B, C dan D. Hal ini disebabkan karena
kematian (Cho et al. 1985). Adanya kualitas nutrisi yang ada dalam pakan
peningkatan bobot rata-rata individu komersial lebih bagus untuk
menunjukan bahwa semua pakan yang pertumbuhan ikan nila.
diujikan dapat dimanfaatkan oleh ikan Kandungan protein pakan
untuk pertumbuhan. Hal ini komersial (Tabel 4) mencapai 25%,
diakibatkan karena adanya alokasi sedangkan pakan A, B, C dan D
energi yang berasal dari pakan untuk memiliki kandungan protein dibawah
pertumbuhan setelah kebutuhan energi 25%. Suyanto (2003), pembesaran ikan
untuk pemeliharaan terpenuhi. nila dengan ukuran benih gelondongan
Pertumbuhan mutlak besar membutuhkan kandungan protein
menunjukkan selisih antara bobot pada sebesar 25-26%.
awal pemeliharaan dan bobot pada
Tabel 4. Nilai Kandungan Nutrisi Pakan yang Disusun dalam Berat Kering
(%)
Pakan Protein Lemak Serat Abu Air BETN Energi Ep
A 18.8099 6.3254 23.2913 18.4729 11.0034 33.1002 300.5061 15.9759
B 20.3579 5.7721 18.4664 17.5280 10.4406 37.8754 323.5516 15.8931
C 22.2582 5.7383 17.5449 18.2697 10.3035 36.1886 326.9605 14.6894
D 24.0837 5.6321 16.0848 18.8673 10.122 35.3318 332.6723 13.8131
E 26.0656 5.6186 15.2983 19.4313 9.9617 33.5860 336.4857 12.9091
Komersial 25-27 Min 5 Max 7 Max 13 Max 12 - - -
41
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
pakan yang mengandung kadar abu yang hampir sama dengan pakan
9,45-13,36% melebihi dari kadar abu komersial. Meskipun demikian pakan
optimal yang dibutuhkan ikan. komersial cenderung lebih tinggi dari
Winarno (1997), kadar abu pada pakan pakan E.
mewakili kadar mineral pakan, kadar Tingginya kandungan abu dan
yang sesuai untuk ikan adalah 3-7%. serat yang terdapat dalam pakan uji
Pakan E menghasilkan karena bahan baku lokal (di pulau
pertumbuhan yang tidak berbeda Lombok) yang digunakan pada pakan
dengan pakan komersial. Hal ini diduga uji mengandung serat maupun abu
karena pakan E mengandung protein yang tinggi.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Pakan dalam Berat Kering (%)
Kandungan Nutrisi
Bahan Baku
Protein Lemak Serat Abu BETN
Tepung ikan 46.87261 5.087466 3.546703 33.92955 10.56367
Tepung jagung 9.148406 3.667009 5.835318 6.218732 75.13054
Dedak halus 8.797641 6.285163 26.01293 22.31397 36.59029
Ampas tahu 16.96508 8.300177 39.51149 4.54244 30.68081
pertumbuhan yang mendekati sama
Tabel 5 menunjukan kandungan dengan pakan komersial.
nutrisi bahan baku lokal yang Selain sama dengan pakan
digunakan masih sangat rendah. Salah komersial, pertumbuhan pakan E juga
satu bahan baku berkualitas rendah tidak berbeda dengan pakan A, B, C
yang digunakan dalam komposisi dan D, meskipun demikian dari
pakan adalah tepung ikan. Tepung ikan keempat pakan tersebut masih
merupakan bahan baku yang dianggap cenderung lebih tinggi pakan E. Hal ini
penghasil protein paling tinggi, dikarenakan pakan E memiliki
kandungan protein yang diperoleh dari kandungan protein yang lebih tinggi
tepung ikan (Tabel 5) hanya mampu dari pakan A, B, C dan D.
berada pada tingkat paling rendah yaitu Penggunaan dedak halus dan
dengan kandungan protein kurang dari ampas tahu pada pakan A melebihi
55%. Menurut Murtidjo (2001) standar maksimal penggunaan yaitu
berdasarkan kualitasnya, tepung ikan 35% untuk dedak halus dan 27% untuk
dibagi menjadi 4 kelas yaitu tepung ampas tahu. Namun penggunaan dedak
ikan yang mengandung kadar protein halus sebesar 39% dan ampas tahu 30%
60%, 58%, 55%, dan kurang dari 55%. pada pakan A tidak memberikan
Selain kandungan protein yang rendah, pengaruh pada pakan karena
tepung ikan juga mengandung kadar pertumbuhan yang dihasilkan tidak
abu yang cukup tinggi. Kandungan abu jauh berbeda dengan penggunaan
yang tinggi dalam bahan merupakan bahan baku pada pakan B, C, D dan E.
indikator yang sangat kuat bahwa
bahan tersebut potensi bahayanya Kelangsungan Hidup
sangat tinggi (Winarno, 1997). Perbedaan komposisi pakan tidak
Meskipun demikian, pakan yang mempengaruhi kelangsungan hidup
disusun dengan menggunakan bahan ikan. Hal ini disebabkan karena bahan
baku lokal mampu menghasilkan baku lokal baik tepung ikan, tepung
jagung, dedak halus dan ampas tahu
42
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
yang digunakan dalam semua diperoleh dari hasil penelitian ini lebih
komposisi pakan sesuai dengan standar tinggi dari nilai optimal. Menurut Card
minimal penggunaan bahan baku. & Neisheim (1972) nilai konversi
Webster & Lim (2002), penggunaan pakan yang tinggi menunjukkan jumlah
tepung ikan maksimal 50%, pakan yang dibutuhkan untuk
penggunaan tepung jagung dan dedak menaikkan bobot badan semakin
halus menurut Nur & Zaenal (2004) meningkat dan efisiensi pakan semakin
maksimal 35%, sedangkan penggunaan rendah.
ampas tahu menurut Prabowo (1983) Hasil pertumbuhan yang berbeda
dalam Haetami (2006) mencapai 27%. dan nilai rasio konversi pakan yang
Tingkat kelangsungan hidup ikan nila sama diduga disebabkan karena jumlah
(Oreochromis sp.) selama 30 hari konsumsi pakan pada masing-masing
pemeliharaan berkisar antara 60- perlakuan berbeda. Hal ini diduga
73,33%. Hasil tersebut tidak jauh karena tingkat ketertarikan ikan
berbeda dengan hasil penelitian terhadap pakan yang diberikan berbeda
Febriany (2011) pada ikan nila dengan pada setiap pakan.
pemanfaatan tepung azolla sebagai Hasil analisis ragam efisiensi
bahan pakan alternative selama 28 hari pakan rata-rata menunjukan bahwa
yang menghasilkan tingkat pakan yang dicobakan berbeda tidak
kelangsungan hidup 69-75%. Menurut nyata. Artinya komposisi pakan yang
Chumaidi (2005), kelangsungan hidup berbeda belum mampu memberikan
ikan di bawah 50% tergolong rendah. perbedaan pada rasio efisiensi
pakannya. Rata-rata tingkat efisiensi
Konversi dan Efisiensi Pakan pakan berkisar 31,81%-47,15%. Nilai
Nilai konversi dan efisiensi tersebut relatif tinggi dan dapat
pakan ikan nila selama 30 hari adalah menggambarkan kualitas pakan cukup
sama pada setiap pakan. Hal ini baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan
menunjukan bahwa penggunaan pakan umum dibidang perikanan, bahwa nilai
dengan bahan baku lokal mampu efisiensi pakan yang baik yaitu lebih
memberikan hasil konversi maupun dari 25% (Zulkifli, 2004). Tingkat
efisiensi pakan yang sama dengan efisiensi penggunaan pakan ikan nila
pakan komersial. Nilai konversi pakan ditentukan oleh pertumbuhan dan
berkisar 2,80-3,78. Konversi pakan jumlah pakan yang diberikan. Menurut
menunjukkan tingkat efisiensi Uktolseja (2008), keefisienan
penggunaan pakan oleh ikan serta penggunaan pakan menunjukan nilai
menentukan nilai ekonomis setiap pakan yang dapat merubah menjadi
penggunaan pakan. Amrullah (2003) pertambahan berat badan ikan.
menyatakan bahwa konversi pakan Efisiensi pakan dapat dilihat dari
yang baik berkisar antara 1,75-2,00. beberapa faktor dimana salah satunya
Semakin rendah angka konversi pakan adalah rasio konversi pakan. Menurut
berarti kualitas pakan semakin baik. Hariati (1989) dalam Handajani
Lebih lanjut dikatakan bahwa selain (2011), tingkat efisiensi penggunaan
kualitas pakan, konversi pakan juga pakan yang terbaik akan dicapai pada
dipengaruhi oleh teknik pemberian nilai konversi pakan terendah, dimana
pakan. Teknik pemberian pakan yang hal ini didapat apabila kondisi kualitas
baik dapat menekan angka konversi pakan baik. Kondisi kualitas pakan
pakan sehingga keuntungan banyak yang baik akan mengakibatkan energi
bertambah. Nilai konversi pakan yang yang diperoleh ikan nila lebih banyak
43
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
untuk pertumbuhan, sehingga dengan menggunakan bahan baku lokal dapat
pemberian pakan yang sedikit meminimalisir sekitar 24,19% dari
diharapkan dapat memberikan harga pakan komersial atau sebesar Rp
pertumbuhan yang tinggi. 5.124,4 dari biaya yang dkeluarkan
Apabila dilihat dari segi harga pakan komersial. Selisih harga antara
dan biaya yang dikeluarkan untuk pakan komersia dengan pakan
mendapatkan 1 kg daging ikan (Tabel berbahan baku lokal adalah sebesar Rp
6), pakan yang dibuat dengan 1.105,-.
44
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
Cho, C.Y., C.B., Wanatabe. 1983. Handajani, H. 2011. Optimalisasi
Finfish Nutrition in Asia. Tepung Azolla Terfermentasi
Methodelogical Approach to pada Pakan Ikan untuk
Research and Development. 154 Meningkatkan Produktivitas Ikan
pp. Nila Gift. Jurusan Perikanan
Chumaidi. 2005. Pengaruh Perbedaan Universitas Muhammadiyah
Waktu Pemberian Berbagai Malang. Malang.
Pakan AlamiTerhadap Sintasan Handajani, H., Widodo, W. 2010.
Larva Ikan Neon Tetra Nutrisi Ikan. Universitas
(Paracheirodon innesi Myers). Muhammadiah Malang. Malang.
Prosiding Seminar Nasional Ismunadji, I.dan C. Novary. 2010.
Biologi dan Akuakultur Peraturan Perundangan dan
Berkelanjutan. Purwokerto. Pengembangan Pakan Ikan atau
DKP. 2008. Revitalisasi Perikanan Udang Dengan Penekanan pada
Budidaya. Departemen Kelautan Penggunaan Bahan Baku Local.
dan Perikanan, Jakarta. Disajikan dalam semi-loka
Nutrisi dan teknologi pakan ikan.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Kerjasama BRKP dan ISPIKANI
Perikanan. Yayasan Dewi Sri. di Bogor, 26 oktober 2010: 18
Bogor. hal.
. 1997. Biologi Perikanan. Kordi, K. 2007. Meramu Pakan untuk
Yayasan Pustaka Nusatama. Ikan Karnivor. CV Aneka Ilmu.
Yogyakarta. Semarang.
Febriany, F. (2011). Pemanfaatan Lestari, S. 2001. Pengaruh Kadar
Tepung Azolla (Azolla pinnata) Ampas Tahu yang Difermentasi
sebagai Bahan Pakan Alternatif Terhadap Efisiensi Pakan dan
pada Pertumbuhan Benih Ikan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprus
Nila Gift (Oreochromis sp.). scorpio). [Skripsi, Unpublished].
Jurusan Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Fakultas Sains dan Teknik Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Universitas Jenderal Sudirman. Indonesia.
Purwokerto.
Maynard, et al. 1979. Animal Nutrition.
Haetami, K., Susangka, I., Maulida, I. Sevent Edition MCGraw-Hill
2006. Suplementasi Asam Amino Book Compani, Philippine.
pada Pelet yang Mengandung Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman
Silase Ampas Tahu dan Meramu Pakan Ikan. Kanisius.
Implikasinya Terhadap Yogyakarta.
Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Gift (Oreochromis niloticus). NRC. 1977. Nutrient Requirements of
http://pustaka. Warmwater Fishes. Revised
unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2 Edition. National Academic
009/04/suplementasi_asam_amin Press. Washington, D.C. 248p.
o_pada_pelet_yang_mengandung . 1983. Nutrient Requirements of
_silase.pdf. [4 April 2012]. Warmwater Fishes and
Shellfishes. Revised Edition.
45
Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907-9931
National Academy Press. dua taraf lisin dan lemak. Jurnal
Washington. penelitian perikanan.
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila. Webster, C.D., Lim, C. 2002. Nutrien
Yogyakarta. Konisius. Requirement and Feeding of
Sucipto, A. Priartono, R. 2007. Finfish for Aquaculture. CABI
Pembesaran Ikan Nila Merah Publishing. New York, USA.
Bangkok. Penebar Swadaya. Winarno. 1997. Kimia Pangan dan
Jakarta. Gizi. Gramedia Pustaka.
Suyanto, R . 2003. Nila. Penebar Zulkifli. 2004. Pembenihan Ikan Mas
Swadaya. Jakarta. yang Efektif dan Efisiensi. Balai
Uktolseja, J.L.A. 2008. Deposisi nutrisi Pengkajian dan Teknologi
ikan lele dumbo (Clarias Pertanian Sulawesi Utara.
gariepinus) sebagai akibat Sulawesi Utara.
penambahan L-Karnitin pada
46