Anda di halaman 1dari 6

A.

Latar Belakang
Pernahkah kalian mendengar tentang Dinar Dirham? Pasti jika kita mendengar tentang
Dinar dan Dirham selalu dikaitkan dengan investasi emas. Tetapi sesungguhnya Dinar Dirham
bukanlah alat investasi melainkan fungsi aslinya adalah sebagai alat pembayaran.
Dinar emas dan Dirham perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal
oleh dunia. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari
oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan
makanan pokok, dahulu harga seekor ayam pada masa Rasulullah adalah satu Dirham, dan saat
ini, 1.400 tahun kemudian, harga seekor ayam tetaplah satu Dirham. Selama 1.400 tahun nilai
inflasinya adalah nol. Dapatkah kita melihat hal yang sama terhadap Dollar atau mata uang
lainnya selama 25 tahun terakhir ini?

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah uang dinar dan dirham?


2. Bagaimana dinar dan dirham sebagai alat tukar perdagangan Negara Negara islam?
3. Apa pendapat para ulama’ jika dinar dan dirham sebagai alat tukar?
4. Bagaimana perkembangan dinar dan dirham di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah uang dinar dan dirham


Para ahli ekonomi modern setuju bahwa penciptaan mata uang merupakan peristiwa
sangat signifikan dalam sejaarah ekonomi umat manusia.. Dalam pandangan ahli ekonomi,
fungsi sebagai media pertukaran merupakan yang paling penting. Sebagaimana pernyataan
Crowther lagi : “uang harus difungsikan sebagai alat pengukur nilai, medium pertukaran dan
simpanan kekayaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi uang adalah pertama sebagai alat
tukar/sehingga dengan uang bisa ditentukan nilai dari suatu transaksi.
Ibnu Taimiyyah mengatakan : fungsi uang adalah athman (jamaknya thaman adalah harga atau
sesuatu yang dibayarkan sebagai pengganti harga). Dimaksudkan sebagai alat tukar dari nilai
suatu benda.
Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation, seorang
ulama bernama Abu Hamid al-Ghazali telah membahas fungsi uang dalam perekonomian. Beliau
menjelaskan fungsi uang adalah sebagai alat untuk melancarkan pertukaran dan menetapkan nilai
wajar dari pertukaran tersebut. Uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi
dapat merefleksikan semua warna.
Sejak zaman Nabi SAW hingga Dinasti Ustmaniyah, hanya dikenal uang emas dan perak, uang
kertas tidak dikenal sama sekali. Sebenarnya mata uang ini dibentuk dan dicetak oleh kekaisaran
Romawi, kata dinar berasal dari kata “Denarius” (Bahasa Romawi Timur), dan dirham berasal
dari kata “Drachma” (Bahasa Persia).(Leicester, 1990). Kemudian bangsa Arab mengadopsinya
untuk dijadikan system mata uang mereka. Dan sepanjang kehidupannya Nabi SAW tidak
pernahmerekomendasikan perubahan apapun terhadap mata uang, artinya Nabi SAW dan para
sahabat yang menjadi khalifah sesudahnya membenarkan praktek ini.

B. dinar dirham sebagai alat tukar perdagangan Negara Negara islam


Seperti halnya Negara-negara Uni Eropa, yang telah berkomitmen dengan Treaty of
Maastricht untuk berpindah ke system mata uang tunggal yang dinamakan Euro, sehingga pada
saat ini mereka tidak lagi memerlukan dolar AS. Saat inilah menjadi momen penting bagi
negara-negara Islam, khususnya yang tergabung dalam Organisasi Konverensi Islam (OKI)
untuk berkomitmen bersama dalam melakukan transaksi perdagangan, dengan menggunakan
emas (dinar dan dirham) sebagai satuan standar mata uang. Malaysia sendiri telah memulai
langkah sukses menerapkan system ekonomi bebas IMF dalam menanggulangi krisisnya,
berlanjut pada pencetusan dan penerapan gagasan blok perdagangan Negara-negara Islam. Ide ini
disambut dengan baik oleh beberapa Negara seperti Iran, Bahrain, Sudan dan Maroko. Saat ini
ada dua system yang bisa diterapkan untuk mewujudkan hal itu. Pertama, yang diajukan oleh
Pemerintah Malaysia, yaitu Billateral Payment Arrangement dan Multilateral Payment
Arrangement. Kedua, perusahaan swasta yang melakukan pembayaran mata uang emas secara
elektronik seperti E-Dinar dan E-Gold, untuk system BPALC dan MPA hanya menggunakan
mata uang emas untuk perdagangan internasional.
Jika penerapan system ini disetujui oleh 57 negara OKI niscaya akan menjadi suatu sukses
besar. Namun, hal ini masih memerlukan waktu yang panjang untuk proses pengenalan, adaptasi
dan pembentukan infrastrukturnya. Karena pasti akan berhadapan dengan beberapa faktor
penghalang, di antaranya adalah kesenjangan ekonomi yang besar antara Negara-negara OKI,
sehingga penerapannya harus secara bertahap.
Keistimewaan Konsep Dinar dan Dirham
 Ia mempunyai nilai intrinsik, sehingga bisa dipakai dimanapun.
 Nilainya universal, tersedia secara meluas dan disejajarkan sebagai barang berharga di
manapun
 Nilainya stabil, kebal terhadap inflasi dan deflasi
 Tidak boleh dimanipulasi oleh spekulasi
 Tidak bergantung kepada penawaran dan permintaan
 Kenaikan/penurunan nilainya spesifik untuk kawasan tertentu
 Mata uang dinar dan dirham mustahil dipalsukan dan sukar dimusnahkan
 Membantu mengelakkan kezaliman, penipuan dan penjajahan, serta menjadi alat utama
melaksanakan beberapa hukum syariat

C. Beberapa pendapat ulama’ mengenai dinar dirham sebagai alat tukar

Walaupun tidak ada pendapatnya yang menjelaskan tentang keharusan menggunakan


dinar dan dirham sebagai alat tukar dalam transaksi, tetapi Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa
untuk mencetak mata koin haruslah dengan nilai sebenarnya atau sesuai dengan nilai
intrinsiknya, agar tidak terjadi kezaliman.Karena dengan adanya satuan tukar yang tidak sesuai
dengan nilai intrinsiknya, kadang-kadang pemerintah bisa membatalkan mata uang koin tertentu
dan mencetak jenis mata uang lain untuk penduduk, itu akan merugikan orang-orang yan
memiliki uangkarena jatuhnya nilai mata uang lama.
Al- Ghazali juga berpendapat, bahwa beliau membolehkan peredaran uang yang sama sekali
tidak mengandung emas dan perak asalkan pemerintah menyatakannya sebagai alat bayar resmi.
Sejalan dengan pendapat al-Ghazali, Ibnu Khaldun juga mengatakan bahwa uang tidak perlu
mengandung emas dan peraka, tetapi emas dan perak menjadi standar nilai uang. Uang yang
tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah menetapkan nilainya. Karena
itu pemerintah tidak boleh mengubahnya. Pemerintah wajib menjaga nilai uang yang dicetaknya
karena masyarakat menerimanya tidak lagi berdasarkan berapa kandungan emas perak di
dalamnya., Ibnu Khaldun selain menyarankan digunakannya uang standar emas/perak, beliau
juga menyarankan konstannya harga emas dan perak. Dalam keadaan nilai uang yang tidak
berubah, kenaikan harga atau penurunan harga semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran
dan permintaan. Setiap barang akan mempunyai harga keseimbangannya.
Dari pendapat ketiga ulama di atas, bahwa gambaran umum dari mereka memang tidak
ada yang mengharuskan adanya ketetapan untuk menjadikan satuan mata uang dinar dan dirham
untuk dijadikan sebagai alat tukar, tetapi standar dari nilai uang haruslah didasarkan pada standar
emas dan perak, sehingga nilai uang itu tidak berubah.

D. Dinar dirham dan lintas perkembangannya di Indonesia


sebagian besar dari kita mungkin juga tak pernah tahu kalau Dinar dan Dirham pernah
dibuat dan berlaku di Indonesia sebagai mata uang resmi. Ya, sejak abad ke-14 nenek moyang
kita telah akrab dengan kedua jenis mata uang ini. Dinar dan Dirham pernah mendominasi pasar-
pasar di sebagian besar Nusantara, antara lain di Pasai, Malaka, Banten, Cirebon, Demak, Tuban,
Gresik, Gowa, dan Kepulauan Maluku.
Lalu bagaimanakah Dinar Dirham itu? Dinar adalah koin emas berkadar 22 karat
(91,70%) dengan berat 4,25 gram. Sedangkan Dirham perak adalah koin perak murni (99.95%)
dengan berat 2,975 gram. Standar Dinar dan Dirham ini telah ditetapkan oleh Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wa sallam pada tahun 1 Hijriyah, dan kemudian ditegakkan oleh Khalifah
Umar ibn Khattab, pada tahun 18 Hijriyah, saat untuk pertama kalinya Khalifah Umar ibn
Khattab mencetak koin Dirham. Sedangkan orang yang pertama kali mencetak Dinar emas Islam
adalah Khalifah Malik ibn Arwan pada tahun 70 Hijriah, dengan tetap mengacu kepada
ketentuan dari Rasul maupun Umar ibn Khattab, yaitu dalam rasio berat 7/10 (7 Dinar
berbanding 10 Dirham).
Akibatnya berbagai macam ketentuan dalam syariat Islam, seperti kewajiban berzakat,
ketentuan tentang diyat dan hudud, serta sunnah seperti pembayaran mahar, sedekah, maupun
ketentuan dalam muamalat (shirkat, qirad, dsb) tidak dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.Akibat lain dari hilangnya Dinar dan Dirham adalah masyarakat terus-menerus
menanggung akibat dari merosotnya nilai alat tukar modern yang diberlakukan saat ini yaitu
uang kertas. Kemiskinan menjadi fenomena umum akibat inflasi yang tiada berhenti. Berkali-
kali, sepanjang zaman modern di abad ke-20 sampai memasuki abad ke-21 ini, kita dihadapkan
dengan apa yang disebut sebagai ”Krisis Moneter”, yang tak lain akibat dari sistem uang kertas,
yang sepenuhnya berbasis pada riba.

Nilai stabil sepanjang masa


Nilai Dinar dan Dirham selalu naik dari waktu ke waktu. Secara praktis dalam kehidupan
sehari-hari Dinar dan Dirham, demikian halnya dengan Fulus yang meskipun terbuat dari
tembaga tapi karena nilainya diikat dengan Dirham perak, memberikan keuntungan karena bebas
inflasi. Dalam semua mata uang kertas kurs Dinar dan Dinar naik dari tahun ke tahun. Untuk
mengambil contoh kita bandingkan kurs Dinar emas dalam dolar AS dalam kurun satu dekade
terakhir. Nilai 1 Dinar emas pada 2000 adalah 38 USD dan pada 2011 Januari adalah 190 USD.
Berarti ada kenaikan 150 USD atau 395%/11 tahun atau rata-rata 36%/tahun.
Implikasi dari kenaikan nilai yang terus menerus tersebut adalah biaya-biaya dan harga barang
dan jasa dalam Dinar emas akan sangat stabil, bahkan turun. Sekadar mengambil satu contoh
pada harga semen (di Jakarta). Pada tahun 2000 nilai tukar 1 Dinar emas adalah sekitar Rp
400.000, harga satu zak semen sekitar Rp 20.000/zak, maka 1 Dinar emas dapat dibelikan 20 zak
semen. Pada tahun 2011 (Januari) harga satu zak semen yang sama menjadi sekitar Rp
50.000/zak, sedangkan nilai tukar Dinar emas adalah Rp 1.690.000. Maka satu Dinar emas pada
awal 2011 dapat dibelikan 32 zak semen. Dengan kata lain harga semen/zak dalam kurun 2000-
2010 dalam rupiah mengalami kenaikan sebesar 150%, tetapi dalam Dinar emas justru
mengalami penurunan sebesar (-) 40%!. Contoh lain yang penting bagi umat Islam Indonesia bila
Dinar dan Dirham digunakan adalah pada biaya ibadah haji, yang terus menerus naik dalam
rupiah, tetapi justru turun kalau dinilai dengan Dinar emas.
Abu Bakr ibn Abi Maryam meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallalahu‘alaihi
wasallam, berkata: “Akan datang masa ketika tak ada lagi yang dapat dibelanjakan kecuali
Dinar dan Dirham. Simpanlah Dinar dan Dirham.” (HR. Ahmad bin Hambal)
Untuk standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah,”Timbangan
adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR.
Abu Daud). Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan
pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan
perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.

Kembali lagi
Sejak tahun 1992, kalangan cendekia telah mengupayakan pemakaian kembali Dinar
emas dan Dirham perak, bersama-sama dengan fulus, baik untuk keperluan pembayaran zakat
maupun bermuamalat. Sejak 2002 Dinar emas dan Dirham perak juga telah mulai beredar dan
digunakan oleh kaum Muslim di Indonesia. Meski masih dalam skala terbatas penerapan kembali
Dinar emas dan Dirham perak telah membuka pintu-pintu bagi pengamalan kembali berbagai
sunnah Nabi yang dalam waktu satu abad terakhir ini telah hilang.
Di Indonesia saat ini Dinar dan Dirham hanya diproduksi oleh Logam Mulia – PT. Aneka
Tambang Tbk. Hanya perusahaan tersebut yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu
memproduksi Dinar dan Dirham dengan kadar dan berat sesuai dengan standar Dinar dan
Dirham Rasulullah. Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia
internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association(LBMA).
Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya, bukan pada
tulisan atau jumlah/ukuran/bentuk keeping, maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat
dan kadar perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat
untuk kita sebut sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang. Pergerakkannya dapat
dilihat langsung di www.wakalanusantara.com dan www.geraidinar.com
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah, dinar dirham sebagai
alat tukar yang di gunakan untuk bermuamalah pada zaman rasululloh dan sampai saat ini dinar
dirham juga di gunakan sebagai standar nilai dengan emas dan perak adalah istilah yang kita
kenal saat ini.dengan tujuan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksidalam
rangkapenetapan harga.

B. SARAN
Makalah yang saya susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang dinar
dirham serta prakteknya dalam kehidupan manusia. Mohon permakluman dari semuanya jika
dalam makalah saya ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman.
Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.

DAFTAR PUSTAKA
http://zonaekis.com/ekonomi/
http://zonaekis.com/dinar-dan-dirham-sebagai-alat-tukar-menurut-beberapa-pendapat-ulama/
http://zonaekis.com/dinar-dan-dirham-sebagai-alat-tukar-perdagangan-negara-negara-islam/
http://zonaekis.com/sejarah-uang-dinar-dan-dirham/
http://zonaekis.com/?s=dinar+dirham+dan+lintas+perkembangannya+di+indonesia&submit=Search

Anda mungkin juga menyukai