Anda di halaman 1dari 15

NIFAS

A. Pengertian

Periode enam minggu pasca persalinan disebut juga masa involusi (periode dimana
sistem reproduksi wanita post partum kembali kepada keadaannya seperti sebelum hamil).
Menurut Manuaba (1998), puerperium (nifas) adalah kala puerperium berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan normal.

Sedangkan menurut Ibrahim (1998) masa nifas adalah masa setelah seorang ibu
melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang
umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. Masa nifas atau masa puerperium menurut
Mansjoer (1999) yaitu masa setelah partus selesai dan berakhir setelah enam minggu.
Mochtar (1998) mengemukakan bahwa nifas adalah masa pulihnya kembali mulai dari partus
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil yang lamanya 6-8 minggu.

B. Klasifikasi

Menurut Mochtar (1995) nifas dibagi dalam tiga periode yaitu :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berjalan-jalan. Dalam
agama Islam ibu dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8
minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan dan tahunan.

C. Perubahan-perubahan yang terjadi selama nifas

1. Perubahan fisiologis
1. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan


atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya :

a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali
dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh
darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.

b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak
berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran
darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan
sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.

c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

a. Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Involusi TFU Berat Diameter Keadaan


Bekas Cervix
Uterus
Melekat
Plasenta
Setelah plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
lahir
Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm Dapat
1 minggu symphisis dilalui 2
350 gr 5 cm
jari
2 minggu Tak teraba
50 gr 2,5 cm
Dapat
6 minggu Sebesar hamil 2
dimasuki 1
30 gr
minggu
jari
8 minggu
Normal

Sumber: Rustam muchtar, 1998

b. Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga
sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman 1983).

c. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

d. Perubahan pada cervix dan vagina


Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan
karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang
sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal.
Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.

e. Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi
rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.

2. Lochea

Lochea merupakan suatu sekret atau cairan yang keluar dari kavum vagina dalam masa
nifas (Mansjoer 1999).

Macam-macam lochea antara lain :

a. Lochea rubra atau lochea kruenta

Berwarna merah; terdiri atas darah segar, sisa selaput ketuban, sel desidua; vernik
kaseosa, lanugo dan mekonium; terjadi selama dua hari post partum.

b. Lochea sanguilenta

Berwarna merah kekuningan, berisi cairan dan lendir, terjadi pada hari ke 3-7 post
partum.

c. Lochea serosa

Berwarna kuning, kadang tidak berwarna, terjadi pada hari ke 7-14 post partum.

d. Lochea alba

Cairan berwarna putih, terjadi pada lebih dari 6 minggu post partum.
e. Lochea purulenta

Keluar cairan seperti nanah, berbau busuk, menunjukkan adanya infeksi.

f. Lochea statis

Lochea yang tidak lancar keluar.

3. Laktasi

Laktasi menurut Mansjoer (1999) merupakan proses pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu (ASI). Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas masih sama dengan
keadaan kehamilan pada waktu buah dada mengandung susu.

Pada dua hari pertama nifas yang dikeluarkan melalui memijit atau masase areola
mamae, pada lebih kurang 8 hari post partum buah dada menjadi besar, kasar dan nyeri.
Hal ini menandai permulaan sekresi air susu dan areola mamae dipijat sehingga
mengeluarkan cairan putih dari puting susu

2. Perubahan psikologis

Emosi ibu ketika saat melahirkan mencapai kegembiraan pada tingkat klimaks.
Seringkali emosi yang tinggi menurun pada tingkat kelahiran bayi, ada yang merasa tertekan
dan menangis. Depresi ini disebut post partum blues.

Menurut Hamilton (1995) parenting merupakan proses penyesuaian menjadi orang tua.
Hal ini terjadi dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap I (ketergantungan)

Tahap pertama ini terjadi pada 1-2 hari post partum. Rubin (1961) dalam buku
Hamilton (1995) menjelaskan bahwa tahap tersebut merupakan fase taking in. Ibu
butuh perlindungan dan pelayanan, selalu membicarakan pengalaman melahirkan
berulang-ulang.
2. Tahap II (ketergantungan-ketidakketergantungan)

Tahap ketergantungan-ketidakketergantungan dimulai pada hari ke 3-5 post partum.


Rubin (1961) dalam buku Hamilton (1995) menyebutkan fase taking hold sampai hari
ke 3. Ibu siap menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal baru. Selama fase
ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang sangat membutuhkan
sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga dapat istirahat dengan baik.

3. Tahap III (saling ketergantungan)

Tahap saling ketergantungan dimulai hari ke 5-6 post partum dimana sistem keluarga
telah menyelesaikan dengan anggota keluarganya yang baru. Secara fisik ibu mampu
menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit.

D. Penatalaksanaan spesifik pada post partum

Menurut Saifuddin (2002) penatalaksanaan spesifik pada post partum meliputi :

1. Kebersihan diri

a. Anjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari ke
belakang, baru kemudian membersihkan vulva setiap kali selesai buang air besar atau
kecil.

b. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau diseterika.

c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.

d. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh luka.
2. Istirahat

a. Anjurkan ibu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

b. Sarankan kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga perlahan-lahan, tidur siang, istirahat


selagi bayi tidur

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses involusi,


memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.

3. Latihan

Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Jelaskan bahwa
latihan tertentu beberapa menit sehari sangat membantu seperti :

a. Dengan tidur terlentang, dengan lengan disamping, menarik otot perut, selagi menarik
nafas tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima
hitungan, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b. Latihan Kegel untuk memperkuat tonus otot jalan lahir

c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat, pinggul sampai lima
hitungan, kendurkan dan ulangi sampai lima kali.

4. Gizi

Gizi ibu menyusui harus meliputi antara lain :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang
cukup

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, anjurkan minum untuk setiap menyusui
d. Pil zat besi harus diminum selama 40 hari pasca partum.

5. Menyusui

Meningkatkan suplai ASI untuk :

a. Bayi

1) Menyusui setiap 2 jam, siang dan malam hari, lama menyusui kurang lebih 10-15
menit setiap payudara

2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah
selama menyusui

3) Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik

4) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman.

b. Ibu

1) Ibu harus meningkatkan istirahat dan tidur

2) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya.

6. Perawatan payudara

a. Menjaga tetap kering dan bersih, terutama puting susu

b. Menggunakan bra yang menyokong payudara

c. Apabila puting lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu
setiap selesai menyusui dan tetap menyusui dimulai puting yang tidak lecet

d. Bila lecet berat, istirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan
sendok
e. Penanganan payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan breast care.

7. Keluarga berencana.

Keluarga berencana merupakan waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada
ibu yang menyusui, persalinan yaitu metode amenore laktasi. Sebaiknya dimulai pada 6
minggu post partum dengan metode amenore laktasi, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), tubektomi, pantang berkala, kondom dan spermatisida serta kontrasepsi
progestin, sedangkan pada periode 6 bulan post partum menggunakan alat kontrasepsi
AKDR, tubektomi, kondom, hormon, kalender dan pil.

E. Pemeriksaan Fisik

Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini,Bidan harus mengumpulkan data untuk
memastikan apakah klien dalam keadaan normal atau tidak.
Bagian dari pengkajian data objektif yaitu:

1) Keadaan Umum Ibu


Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan sebagian besar wanita
mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.Keadaan ini akan kembali
normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan
adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan
petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada
masa nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu
bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat sampai
sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.Padaibu yang
nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
d. Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin
karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
3) Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran kelenjar,dan
bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu
ada bernanah atau tidak

4) Uterus
1. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri
2. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
3. Apakah konsistensinya lunak atau keras
4. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan
tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak
baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan
mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan
berkurang dan uterus menjadi keras
5. Diastasis Rectie
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukkan kedua
jari kita yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari
kita masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai
berarti abnormal.Cara penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan
(tometock)
5) Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih
dalam 6 jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke
vulva dan perineum ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa
berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih
dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.
6) Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada:Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan atau panas
pada beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di
lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan
tindakan tersebut,tanda Homan (+).
7) Genitalia
 Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya
 Hematom vulva (gumpalan darah)
 Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks
dengan cermat
 Lihat kebersihan pada genitalia ibu
 Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu
sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
8) Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua
tungkai dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:
 Jahitan laserasinya
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada

bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat

tampak lebih jelas

 Oedema atau tidak


 Hemoroid pada anus
 Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
9) Lochea
Mengalami perubuhan karena proses involusi yaitu lochea rubra,serosa dan alba

F.Pengkajian Psikologis Pada Ibu Nifas


Pada saat masa nifas ini,wanita banyak mengalami perubahan emosional/ psikologis, sementara
itu ibu harus bisa menyesuaikan dirinya menjadi seorang ibu.Penyebab salah satu dari perubahan
emosional ibu adalah karna perubahan hormonal yang cepat dan emosi yang labil yang
disebabkan oleh ketidaknyamanan fisik ibu seperti karna jahitan atau kurang ibu kurang tidur.

Adapun factor penyebab yang paling mempengaruhi perubahan emosi dan psikososial ibu adalah
:

 Kekecewaan emosional
 Rasa sakit pada tahap nifas awal
 Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada bayinya
 Ketakutan akan penampilan dari dirinya yang tidak menarik lagi bagi suami
G. Persiapan Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas
1) Persiapan alat dan bahan
Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas:

1. Baki beralas, berisi:


 Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
 Jam tangan
 Buku catatan dan alat tulis
1. Kapas DTT dalam kom
2. Bak instrumen berisi hands scoen
3. Larutan klorin 0,5%
4. Air bersih dalam waskom
5. Kain, pembalut dan pakaian dalam ibu yang bersih
H. Langkah Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
1. Pemeriksaan Psikososial Ibu
1. Menyambut ibu dan Memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2. Menanyakan keluhan dan apa yang dirasakan ibu
3. Menanyakan keluhan-keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui
4. Menanyakan tentang riwayat persalinannya :
 Siapa yang menolong ibu tersebut saat persalinan
 Dimana ia melahirkan
 pakah ada komplikasi selama kehamilan,persalinan dan sesudah bersalin
 Jenis persalinan (spontan,vacuum,section cesarea)
 Robekan jalan lahir
5. Menanyakan tentang makan dan minum ibu
6. Menanyakan tentang istirahat ibu
7. Menanyakan tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dan lamanya
2. Keadaan Umum Ibu
a. Observasi tingkat energi dan keadaan emosi ibu pada waktu kunjungan

b. Jelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan di lakukan

c. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan lembut dan sempurna

d. kemudian keringkan dengan handuk yang bersih

 Periksaa Tanda-Tanda Vital

 Tekanan Darah
 Nadi
 Suhu
 Pernafasan
 Melakukan pemeriksaan payudara :

 Ibu tidur terlentang dengan lengan kiri diatas kepala,secara sistematis lakukan
perabaan/raba payudara sampai axila bagian kiri,perhatikan apakah ada
benjolan,pembesaran kelenjar
 Kemudian ulangi prosedur yang sama pada payudara sampai axial bagian kanan
 Inspeksi putting susu apakah menonjol,datar,terbenam atau ada nanah
 Melakukan pemeriksaan abdomen

 Lihat apakah ada luka bekas operasi


 Palapasi untuk menilai Tinggi fundus uteri,kontaksi dan konsistensi uterus
 Palpasi untuk menentukan distasis rectie
 Melakukan pemeriksaan Kandung kemih

Pemeriksaan kandung kemih kita palpasi di suprapubis,kandung kemih harus


dikosongkang.karena kalau kandung kemih tidak dikosongkan maka tidak ada kontraksi
sehingga bisa menyebabkan terjadinya perdarahan.

 Melakukan pemeriksaan pada kaki

 Apakah ada varises


 Ada warna kemerahan pada betis
 Pada tulang kering kaki untuk melihat apakah ada odema
 Lakukan pemeriksaan(metode Homan) kedua kaki diluruskan,lakukan dorongan
pada telapak kaki untuk melihat adanya nyeri betis
 Kemudian tekukkan kaki secara bergantian ke arah perut untuk menilai adanya
nyeri pada pangkal paha
 Melakukan pemeriksaan Genetalia/perineum

 Beritahu ibu tentang prosedur pemeriksaan


 Membantu ibu mengatur posisi untuk pemeriksaan perineum
 Mengenakan sarung tangan pemeriksaan yang perineum
 Memeriksa perineum,pemeriksaan perineum 6 jam yaitu ibu dalam posisi dorsal
recumbent,perhatikan warna,bau lokhea,konsistensi,hematom vulva dan

kebersihan

 Lakukan vulva Hygiene,perhatikan perdarahan dan sumber darah (menilai luka


laserasi atau jahitan perineum)
e. Meletakkan sarung tangan pada tempat yang telah disediakan atau larutan chlorine 0,5%

f. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan

g. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai