Anda di halaman 1dari 5

ZAMAN KOFUN (ABAD KE-3 SAMPAI ABAD KE-6 M)

DAN
ZAMAN ASUKA (593-710 M)
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur
Semester VI
Dosen Nyai Kartika,SS.,M.Hum

Oleh :

Fandy Hutari

HIC 02005

JURUSAN ILMU SEJARAH


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
ZAMAN KOFUN
(ABAD KE-3 SAMPAI ABAD KE-6 M)
DAN
ZAMAN ASUKA (593-710 M)

Zaman Kofun

Zaman Kofun merupakan kelanjutan dari Zaman Yayoi yang berlangsung dari
abad ke 3 hingga akhir abad ke 6 Masehi. Pada masa ini masyarakat Jepang
telah mengenal upacara pemakaman bagi mereka yang telah meninggal dunia.
Kebudayaan upacara penguburan ini dikenal oleh masyarakat Jepang kuno
melalui suku bangsa yang masuk ke Jepang, yaitu orang-orang Mongoloid. Ke
Jepang mereka membawa masuk pedang lempang, yang terbuat dari besi, dari
Asia Utara.

Masyarakat jepang ketika itu mengikuti pola upacara bangsa nomadis itu, yaitu
menguburkan pemimpin-pemimpin mereka dalam makam-makam besar.
Pemakaman tersebut berdasarkan status sosial dalam masyarakatnya. Suku-
suku Mongoloid yang masuk ke Jepang dengan kebudayaan perunggu dan besi
ini sebelumnya telah mendapat kontak dengan kebudayaan yang lebih tinggi
peradabannya di Tiongkok.

Suku ini lebih tinggi peradabannya ketimbang bangsa yang menghuni kepulauan
Jepang pada waktu itu. Ketika itu suku yang menempati wilayah Jepang adalah
Suku Ainu. Kemudian Suku Ainu ini diusir oleh suku bangsa yang peradabannya
jauh lebih tinggi dari suku bangsa Aiunu tersebut, lalumereka mendirikan satu
Negara yang kuat disana, yang disebut Yamato.
Yamatolah asal mula kerajaan Jepang.Pemimpin pertama Kerajaan Yamato
dinamakan Hatsukunishirasu Sumeramikoto. Mereka menyembah dewa tertinggi
mereka, yaitu Dewi Matahari atau Amaterasu.

Kira-kira pada abad ke 3, Bangsa Yamato mulai berhubungan dengan Korea


bagian barat dan selatan. Bangsa Yamato diminta bantuannya untuk membantu
Korea dalam peperangan. Disini hubungan antara Yamato dengan “dunia luar”
mulai terbuka.

Masyarakat Jepang turut berkenalan dengan kebudayaan Tiongkok yang lebih


maju lewat perantara orang-orang Korea. Pada zaman ini telah berkembang
suatu kebudayaan baru di Jepang, mulai dari upacara-upacara pemakaman,
dikenalnya peralatan-peralatan perunggu sampai bidang kemilliteran.

Secara garis besar, Zaman Kofun terbagi kedalam tiga periode, yaitu periode
awal, pertengahan dan akhir. Periode awal dimulai dari abad ke 3 M, ketika
pusara-pusara dan kuburan mulai muncul, melalui adanya periode
perubahandan masuk abad ke 4, berhenti sekitar bagian akhir dari abad
tersebut.

Masa awal ini adalah suatu periode dimana tradisi Yayoi masih jelas kelihatan.
Periode pertengahan dari Zaman Kofun merupakan periode yang tersingkat,
yaitu akhir dari abad ke 4 hingga awal abad ke 5. Pada periode ini terjadi
perubahan besar pada barang-barang pemakaman, mulai dari cermin-cermin,
perhiasan, pedang-pedang upacara dan tradisi mistis semenjak Zaman Yayoi
sampai senjata-senjata biasa ataupun kemiliteran maupun perhiasan-perhiasan
kuda hingga pada tiruan-tiruan batu dari perkakas sehari-hari.

Perubahan ini diperkirakan karena adanya elemen-elemen asing tertentu yang


masuk dan meluas di Jepang, membawa perubahan-perubahan kebudayaan dari
sifat upacara ke sifat kemiliteran. Periode akhir adalah periode yang cukup
panjang, mulai dari pertengahan abad ke 5 sampai pada Zaman Asuka akhir
abad ke 6, ini merupakan periode yang dikenal dalam sejarah, karena
didirikannya Kerajaan Yamato.

Zaman Asuka

Zaman Asuka terjadi pada tahun 593 sampai 710 M. Ciri utama dari Zaman
Asuka adalah munculnya agama-agama baru, seperti Buddhisme,
Konfusionisme, dan Taoisme selain kepercayaan dari bangsa Yamato sendiri,
yaitu Shinto, juga mulainya pengaruh Cina terhadap tata hukum dan
pemerintahan.

Dengan mulai terbukanya hubungan dengan dunia luar (Tiongkok dan Korea),
masyarakat Jepang ketika itu semakin terbuka juga dalam beberapa hal,
terutama teologis atau kepercayaan. Pada awal Zaman Asuka, Raja yamato
diberi hadiah oleh Raja Korea berupa arca Buddha dan beberapa buah naskah
Buddha, dan dikirim beberapa rahib Buddha untuk mengajarkan agama itu di
Jepang.
Sejak saat itu mengalirlah selama satu abad, ahli ilmu pengetahuan, seniman,
guru agama, dan orang pelarian dari Korea ke Jepang. Pada masa itu Jepang
terdiri dari beberapa suku yang bersekutu, tiap suku mempunyai kepala
sukunya masing-masing, kepala suku yang terpenting kedudukannya adalah
kaisar dari suku Yamato.

Agama orang Jepang ketika itu masih bersifat tradisonal, yaitu penyembahan
terhadap Dewi Matahari, atau disebut agama Shinto. Pada akhir abad ke 6
orang-orang dari kalangan bangsawan dan orang-orang istana kemudian
menganut agama Buddha, tetapi rakyat Jepang secara keseluruhan masih
memegang agama Shinto. Pada tahun 600 M, Raja Syotoku Taisji yang menjadi
Raja Yamato, memegang agama Buddha. Sampai pada zaman itu peradaban
dan kebudayaan Tiongkok masuk ke Jepang melalui Korea.

Kemudian pada akhirnya Raja Syotoku mengirim beberapa utusan untuk


mempelajari kebudayaan Tiongkok ke Negeri Tiongkok.Pada masa itu naskah
karangan konfusius, karangan Tiongkok klasik mendapat pengaruh yang besar di
Jepang.

Selain dalam bidang keagamaan, pengaruh Tiongkok terjadi juga di bidang


susunan pemerintahan. Susunan pemerintahan di Jepang diatur menurut contoh
susunan pemerintahan di Tiongkok. Kekuasaan kepala suku yang mempunyai
kemerdekaan dikurangi. Golongan bangsawan dibagi dalam sepuluh tingkatan,
golongan itu diberi tugas memerintah rakyat atas nama kaisar.
Pemerintahannya menjadi terpusat di Ibukota Negara.Pemerintahan pusat itu
terdiri dari delapan kementerian dan seratus kantor.Banyak orang-orang
Jepang yang mempelajari kesenian dan kesusastraan Tiongkok.

Demikianlah gambaran secara umum mengenai Zaman Kofun dan Zaman Asuka
yang merupakan awal dari Negara Jepang dan berkembangnya Jepang karena
pengaruh dari Korea dan Tiongkok.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, van Den.1952. Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia. Djakarta:
J.B.Wolters.

Ishida, Eiichiro. 1986. Manusia dan Kebudayaan Jepang. Tokyo: Center For
Japanese Studies.

Lan, Nio Joe. 1962. Djepang Sepandjang Masa. Jakarta: Kinta.

Anda mungkin juga menyukai