Anda di halaman 1dari 3

Babad Leuweung Datar

Sabtu, 10 Juli 2010

Latar Belakang terjadinya Leuweung Datar


a. Geologi
a.1. Tentang Gunung Sunda dan Zona Bandung
Gunung Sunda adalah sebuah gunung purba yang pernah ada di Jawa Barat, keberadaan gunung
Sunda untuk saat ini hadir bersama dengan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Manglayang,
Gunung Burangrang dan Gunun Bukit Tunggul, yang merupakan anak dari Gunung Sunda yang
pernah meletus pada jaman pra sejarah ( pre- historic ). Menurut Van Bemmelen Gunung-Gunung
tersebut diatas dialah disebut Zona Bandung, adalah sebuah busur dari pegunungan busur tersebut
secara umum mempunyai lebar + 25 50 km sedikit cembung keutara terletak antara Zona Bogor
dan pegunungan selatan. Zona Bandung secara struktur terletak di puncak geantiklin pulau jawa
yang tersesarkan setelah terjadi pembusuran pada akhir tersier. Sumbu sabuknya adalah bekas
letusan dimasa lalu ( Vulkanisma kuarter ) sehingga sabuk ini membentang dari teluk Pelabuhan
Ratu di barat kemudian melewati lembah Cimandiri dan Sukabumi, dataran Cianjur, Garut, Lembah
Citanduy dan Tasikmalaya ditimur, berakhir di Sagara Anakan pesisir selatan pulau Jawa. Bagian
tengah Zona Bandung ditempati dataran tinggi Bandung dan Garut secara fisiografi Zona Bandung (
Jawa Barat ) adalah sama dengan Zona Solo di Jawa Timur, hubungan antara keduanya adalah
bagian dari Jawa Tengah dan rangkaian serta pegunungan Progo di Barat.
Menurut para ahli geologi mengatakan bahwa satuan morfologinya Gunung Api Zona Bandung dapat
dibagi menjadi tiga satuan morfologi utamanya yaitu ; kerucut strato aktif, lereng tengah dan kaki.
Kerucut strato aktif menempati bagian tengah kaldera ( Pulau ) Sunda kawah Gunung Api ini
membentang dengan arah barat ke timur, beberapa kawah terletak di daerah puncak dan beberapa
kawah lainnya terletk di lereng timur . kerucut strato aktif ini tersusun dari selang seling lava
piroklastik dan dibagian endapan freatik. Pola radier dengan bentuk lembah V dan beberapa air
terjun yang sangat umum ditemukan pada satuan morfologi ini.
Morfologi lereng tengah meliputi lereng timur laut , selatan dan tenggara gunung api ini, batuannya
terdiri dari endapak piroklastik yang sagat tebal dan lava yang biasanya tersingkap di lembah-
lembah sungai yang dalam dengan pola aliran sungai paralel dan semi memancar ( semi radier ).
Sedangkan lereng selatan dan tenggara terpotong oleh sesar Lembang yang berarah dari timur ke
barat.
Kaki selatan menempati bagian lereng tenggara dan selatan yang terletak pada ketinggian antara
1200 m hingga 800 m, dan antara 1000 m hingga 600 m diatas permukaan laut ( dpl ). Lereng timur
laut mempunyai pusat-pusat erupsi parasit seperti ; Gunung Malang, Gunung Cinta dan Gunung
Palasari. Aliran aliran lava dan skoria bewarna kemerahan yang menempati sebagian besar daerah
kaki barat daya Gunung Tangkuban Parahu dan dataran rendah Purwakarta serta Subang, di
beberapa daerah terumbu koral ini sebagian teralihkan menjadi marmer karena kontak dengan lava
kemudian lapisan ini diintrusi ( diterobos ) oleh batuan vulkanik yang berumur pliosen ( sangat tua )
terdiri dari batuan andesit. Lereng selatan terletak antara sesar Lembang dan dataran tinggi Bandung
di wilayah selatan, bagian terbesar daerah ini dibentuk oleh batuan piroklastik dan endapan lahar.

a.2. Tentang Sesar Lembang


Sesar Lembang adalah sebuah dataran yang terbesar melintang dari barat ketimur, sesar Lembang
terletak kira kira 10 km sebelah utara dari Kota Bandung. Sesar Lembang adalah sebuah sesar aktif
dengan tebing yag sangat jelas menghadap ke utara, sesar ini panjang seluruhnya kira-kira 22 km
dapat kita amati sebagai garis lurus dari Gunung Palasari timur di timur dan ke barat dekat Cisarua.
Menurut data observasi terdahulu telah menghubungkan bahwa sesar Lembang adalah sesar (
patahan ) normal terjadi setelah letusan besar Gunung Sunda yang berlangsung pada zaman Kuarter
tua ( Pliosen ).
Dewasa ini sesar Lembang menjadi sebuah Kota Kecamatan yang memiliki 14 ( empat belas ) desa,
yang diantaranya ialah Desa Cibodas dan Sunteunjaya atau menurut peta pada zaman dahulu di
sebut Leuweung Datar.

a.3. Tentang Leuweung Datar


Pada saat ini keberadaan Leuweung Datar hadir bersama dengan dua Desa yaitu ; Desa Cibodas dan
Suntenjaya, Leuweung Datar ( bhs Sunda ) mengandung arti kata Leuweung ( hutan ) dan Datar (
Rata ) atau bisa juga diterjemahkan secara harafiah hutan yang memiliki dataran yang berpermukaan
tanah yang rata ( tidak berbukit terjal ), Leuweung Datar adalah sebuah hutan dataran tinggi berada di
kaki lembah Gunung Bukit tunggul. Setelah terjadi peradaban di Leuweung Datar sekitar pertengahan
abad ke 18 nama Leuweung Datar berubah menjadi Desa Cibodas pada tahun 1876 menurut arsip
yang disimpan di Kabupaten Bandung. Kemudian pada tahun 1980an Desa Cibodas dimekarkan
menjadi dua Desa sehingga lahirlah Desa Sunteunjaya.
Merunut pada data tersebut diatas menunjukan adanya indikasi bahwa Leuweung Datar adalah
sebagai cikal bakal lahirnya Desa Cibodas dan Sunteunjaya. Adapun berkenaan dengan asal usul
nama Cibodas berasal dari sebuah mata air Cibodas, yang hingga saat ini masih di abadikan menjadi
sebuah Kampung Cibodas yang berada di wilayah pemerintahan Desa Suntenjaya. Berkenaan
dengan asal usul nama Desa Sunteunjaya menurut bapak Winta wiratmana ( mantan kades Desa
Cibodas ) mengatakan bahwa nama Desa Sunteunjaya diambil dari sebuah petilasan kuno yaitu
Geger Sunten, yang berada di kampung kontrak dekat dengan perkebunan kina.
Dua Desa yang memiliki karakter yag berbeda tetapi terlahir dari biji benih yang sama yaitu Leuweung
Datar, kemudian tumbuh dan berkembang searah dengan lajunya roda kehidupan dari zaman
kerajaan sunda, Kolonial, Hindia Belanda, Jepang dan dibawah panji kebesaran Sang Saka Merah
Putih. Desa Cibodas dan Sunteunjaya adalah dua Desa yang terpencil kira kira sekitar 7 km dari
kota Lembang setelah melewati taman wisata alam Maribaya, akan tetapi memiliki torehan sejarah
yang sangat panjang hingga sekarang. Seandainya sejarahnya ditulis oleh seorang pujangga, maka
tentunya akan sangat panjang dan bertutur bahasa yang menawan.

Surawisesa Raja Wangi di 06.05

Berbagi 0

1 komentar:

Mang Aping 4 Maret 2015 03.53


Leuweung Datar,, Babad Pasundan nu nga-hyang ku jaman,, nu Tunggul-an na Sunan Ambu (Dhang Hyang
Sumbi),, Nuturkeun galur na Ibu Ratu ti Laut Kidul,, Pacalangan na Eyang Lada Dikusumah ti Tebing Karaton,,
Balas
Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Google) Keluar

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Beranda
Lihat versi web

Mengenai Saya
Surawisesa Raja Wangi
gemuk dan menjengkelkan
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai