NIM : 1403621024
Prodi : Pendidikan Sejarah – 2021
PERTANYAAN
1. Apa fungsi lain dari Gunung Penanggungan selain dijadikan sebagai strategi perang bagi
kerajaan-kerajaan?
Jawab: Fungsi lain Gunung Penanggungan adalah sebagai tempat memuliakan tokoh-tokoh
kerajaan. Sebagai contoh, di lerengnya terdapat makam Erlangga, Makam Mpu Sindok di
Betra, dan juga makam Ayah Erlangga di Jalatunda.
2. Sebutkan faktor lain penyebab mundurnya Majapahit sebagai penguasa perairan Nusantara?
Jawab: faktor lain penyebab mundurnya Majapahit sebagai penguasa perairan nusantara dapat
juga dihubungkan dengan mundurnya fungsi dari delta sungai Brantas. Jika dikaitkan dengan
faktor kealamian alam dapat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi
delta sungai Brantas, yaitu:
1. Rusaknya tanggul-tanggul sungai Brantas di dekat wilayah wringinsapta
2. Bencana yang terdapat dalam buku pararaton disebut ‘bayu pindah’ (tahun 1256).
3. Bencana ‘panggung anyar’ yang disebutkan dalam pararaton (tahun 1296).
PERADABAN MAJAPAHIT
4. Malaka
Seuman di Malaka Utara: Dungun, Kelantan di Malaka Timur, Trengganu di Malaka Timur;
Hujung Tanah, ujung Tenggara jazirah Malaka, Singapura, Sungai Ujung Semujung
(Sanghyang Hujun), Kelang, Malaka Barat, Kedah, Malaka Barat, Jaring (Jere) dan
Kanjapiniran,
5. Sumatera
Palembang, Jambi, Tebo (Teba) di Jambi bagian atas, Pulau Punjung dan Siguntur, daerah
Batanghari, Kandis, sebelah kanan sungai Sunamar di nagari Lubukjantan, Kawai, antara
Kandi dan negari Tanjung, di seberang Bukitmara palam, Minangkabau, Daerah sekitar sungai
Kampar, Rokan dan Siak: Panai, dekat Siantar, dll.
E. IBU KOTA MAJAPAHIT: LOKASI DAN BENCANA ALAM
Lokasi pusat Kerajaan Majapahit ada di dekat Trowulan yang letaknya kurang lebih 10 km
di sebelah Barat Daya Kota Mojokerto sekarang. Dugaan ini dilandaskan pada banyaknya
penemuan di desa-desa di situ berupa fondasi bangunan, candi, gapura, resorvoar air dan umpak-
umpak rumah. Hasil penemuan barang-barang pakai, perhiasan dan patung-patung kini masih
dapat dilihat di museum arkeologi Trowulan.
Pusat Kerajaan Majapahit berada pada ujung bawah suatu kipas aluvial pada ketinggian 30-
40 m di atas permukaan laut. Di sebelah Utaranya terhampar dataran banjir Kali Brantas sedang
di sebelah Selatan dan Tenggaranya sejauh kurang lebih 2 km menjulang tinggi kompleks Gunung
Anjasmoro, Arjuna dan Welirang dengan ketinggian antara 2000 dan 3000 m.
Penelitian geologis oleh pihak Institut Teknologi Bandung pada tahun 1980 menghasilkan
suatu teori bahwa hancurnya Majapahit itu karena ledakan gunung api yang disertai dengan banjir
besar. Kemungkinan besar adalah Gunung welirang atau Anjasmoro; kemungkinan kedua adalah
aliran lahar dan piroklastik yang berasal dari Gunung Welirang.
F. PENELITIAN FOTOGRAMETRIS
Penemuan jaringan saluran air yang terdapat di sekitar pusat kerajaan berlangsung secara
tidak sengaja pada tahun 1973. Pada tahun tersebut wilayah Jawa Timur dipotret dari udara dengan
memakai film hitam-putih, yakni pankhromatik. Nampak di sekitar Trowulan menurut tafsiran
fotogrametrisnya itu ada garis-garis lurus yang saling memotong. Mulai tahun 1980 pemotretan
diulangi akan tetapi dengan memakai alat multispektral foto dan fales colour infra red. Jaringan
garis-garis gelap menjadi makin nyata sehingga diadakan penelitian lanjut setempat.
Hasilnya ternyata menakjubkan: lebar jaringan air antara 20-30 m dengan kedalaman sekitar
4m. Dengan penemuan ini maka segala tafsiran dan usaha rekonstruksi mengenai kraton Majapahit
berdasarkan kitab Negarakertagama harus diperbaiki. Anggapan semula bahwa kraton menghadap
ke arah utara harus diganti. Berdasarkan letak dermaga di bagian Barat dan asumsi bahwa para
tamu kerajaan, pedagang serta warga masyarakat lain datangnya lewat jalan air, maka disimpulkan
bahwa kraton haruslah menghadap ke arah barat.
Hasil penelitian memastikan bahwa ibukota Majapahit dikelilingi oleh jaringan air yang
lebar dan dalam serta mempunyai jalan keluar ke arah Barat menuju ke Kali Brantas. Adapun
sumber airnya berasal dari sungai-sungai yang ada di sebelah Selatan Ibukota. Demikian itu
keterangan Sunarso Simun geograf peneliti dari Universitas Gajah Mada yang dalam tata kerjanya
menggunakan geolistrik dan geomagnetik.
PERTANYAAN
1. Apa dasar pemikiran Prof. Slametmuljana, menulis bahwa boleh saja garis-garis yang nampak
foto udara itu dianggap sebagai parit.
Jawab: Dasar pemikiran Slametmuljana adalah buku Negarakertagama dan naskah Pararaton
yang usianya lebih muda; di situ pun tidak disebut adanya parit. Sebagai penguat lain
disebutnya sumber dari negeri Cina yakni catatan perjalanan seorang ulama Ma Huan yang
pada tahun 1416 pernah berkunjung ke Ibukota Majapahit.