Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“KERAJAAN MATARAM”

Anggota kelompok :
1. Adriano Abelionathan (3)
2. Icca Febita Prameswari (12)
3. Muhammad Aditya Nugroho (16)
4. Qonitah Naufal Dahbul (24)
5. Sarah Nabila Laila (33)
6. Zaidan Nur Aditama (36)
Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah
Pada pertengahan abad ke-8 di Jawa bagian tengah berdiri sebuah kerajaan baru. Kerajaan tersebut
dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Ada yang menyebutkan pusat kerajaan di Medang
dan terletak di Poh Pitu. Keberadaan lokasi kerajaan tersebut dapat diterangkan berada di sekeliling
pegunungan, dan sungai-sungai. Di sebelah utara terdapat Gunung Merapi,, Merbabu. Sumbing, dan
Sindoro, di sebelah barat terdapat Pegunungan Serayu, di sebelah timur terdapat Gunung Lawu,
serta di sebelah selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu. Sungai-sungai
yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Elo, Progo, Opak, dan Bengawan Solo. Letak Poh Pitu
mungkin di antara kedu sampai sekitar Prambanan.

Sebelum Sanjaya berkuasa, Mataram Hindu (Kuno) diperintah oleh Raja Sanna (paman Sanjaya).
Berdasarkan kitab Carita Parahyangan, masa pemerintahan Sanna dan Sanjaya dapat diketahui.
Berdasarkan Prasasti Sojomerto diketahui bahwa Sanjaya adalah keturunan Raja Syailendra yang
beragama Syiwa, tetapi menyuruh anaknya, Rakai Panangkaran, beralih ke agama Buddha (Syaila
artinya gunung tempat bersemayam dewa, indra artinya raja).

Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya. Isi utamanya adalah memperingati
didirikannya sebuah lingga (ambang Syiwa) di atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja
oleh Raja Sanjaya. Daerah ini letaknya di sebuah pulau mulia, Jawadwipa yang kaya raya
akan hasil bumi, terutama padi dan emas.
Kerajaan Mataram Kuno berkembang pesat karena didukung oleh beberapa faktor, antara
lain raja-rajanya cukup aktif dan bijaksana sihir menjadi panutan yang baik, ada
kerja sama yang baik antara raja dan para Brahmana atau biksu, wilayahnya amat subur
sehingga kehidupan rakyatnya makmur, dan ada toleransi yang tinggi antara pemeluk
agama Hindu dan Buddha sehingga rakyat hidup rukun berdampingan, serta Mataram telah menjalin
hubungan dengan kerajaan di seberang lautan, misalnya Sriwijaya Thailand), dan India. Kehidupan
sosial Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktikannya terdiri atas agama Hindu dan agama
Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap tersebut dibuktikan ketika
mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur.
Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga dan Dinasti Syailendra pada abad

ke-9. Candi tersebut terletak di antara dua bukit, tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang. Candi Borobudur yang tenetak pada garis lurus
dengan Candi Pawon dan Candi Mendut dipandang sebagai satu kesatuan Letak candi
seperti ini sesuai dengan aturan yang disebut dalam kitab-kitab pedoman para seniman
agama di India. Kitab tersebut disebut Vastusastra. Suatu kitab yang menjelaskan bangunan
suci agama Hindu Namun demikian aturan-aturan nya juga digunakan sebagai
desain bangunan suci agama Buddha. Borobudur merupakan karya yang unik. Susunan
Candi Borobudur berbeda dengan susunan candi di India. Pada umumnya susunan candi di
India berdiri di atas fondasi yang tertanam di dalam tanah. Fondasi tersebut
berdenah dengan jari-jari delapan. Di titik tengah terdapat tiang yang dibuat tembus ke
atas permukaan tanah, dan diteruskan menjadi tongkat dengan payung.
Candi Borobudur didirikan langsung di atas bukit tanpa fondasi yang ditanam di dalam
tanah seperti yang terdapat di India. Dilihat dari susunannya, Candi Borobudur merupakan
sebuah teras-stupa. Kaki stupa berbentuk undak teras persegi disusul teras mengalir
yang dihiasi stupa. Susunan Candi Borobudur memperlihatkan kuatnya pengaruh
Kebudayaan Jawa pada abad ke-8. Dalam agama Buddha stupa merupakan perwujudan
dari makrokosmos yang terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:
1) Kamadatu
Kamadatu merupakan alam bawah bagian ini berada di bagian bawah Candi Borobudur.
Pada kamadatu terdapat relief karmawibangga, yaitu suatu hukum sebab akibat yang
merupakan hasil perbuatan manusia
2) Rupadatu
Rupadhatu adalah bagian pada tingkat kedua di Candi Borobudur
3) Arupadatu
Arupadatu adalah alam atas, yaitu tempat para dewa Bagian ini berada pada tingkat
ketiga, termasuk stupa induk berada di atas rupadatu
Cara membaca relief pada dinding Candi Borobudur searah dengan jarum jam. Sebagai
candi pemujaan, Borobudur mempunyai hubungan dengan Candi Mendut dan Candi
Pawon. Ketiga candi tersebut menunjukkan suatu proses ritual keagamaan Mula-mula
ritual keagamaan dilakukan di Candi Mendut. Kemudian dilakukan persiapan di Candi
Pawon dan puncak ritual keagamaan dilakukan di Candi Borobudur.
Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang bernama Balaputradewa
menunjukkan sikap menentang terhadap Pikatan. Kemudian terjadi perang perebutan
kekuasaan antara Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang tersebut Balaputradewa
benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan Prambanan. Benteng ini
sekarang dikenal dengan Candi Boko. Dalam pertempuran, Balaputradewa terdesak dan
melarikan diri ke Sumatra Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas. Kehidupan agama berkembang pesat
tahun 856 Rakai Pikatan turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah Lokapala.
Kayuwangi kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja Balitung merupakan raja yang
terbesar la memerintah pada tahun 898-911 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura
Dyah Balitung Sri Dharmadya Mahasambu Pada pemerintahan Balitung bidang-bidang
politik, pemerintahan, ekonomi, agama, dan kebudayaan mengalami kemajuan. la telah
membangun Candi Prambanan sebagai candi yang anggun dan megah Relief-reliefnya sangat
indah.Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami kemunduran
Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa Beberapa faktor
yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno, antara lain adanya bencana alam dan
ancaman dari musuh, yaitu Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Mataram Dinasti Isana ~ Pada abad ke-10 pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah dipindahkan ke Jawa Timur yang tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pendapat lama
menyatakan karena bencana alam, yakni meletusnya gunung berapi dan akibat banyak tenaga laki-laki
yang dipekerjakan untuk membuat candi sehingga sawah menjadi terbengkalai.

Pendapat baru menyatakan adanya dua faktorpenyebabnya. Pertama, keadaan alam Bumi Mataram
tertutup secara alamiah dari dunia luar sehingga sulit untuk berkembang. Sebaliknya, alam Jawa Timur
lebih terbuka untuk mengembangkan aktivitas perdagangan dengan dunia luar. Sungai Bengawan Solo dan
Sungai Brantas dapat dipakai sebagai sarana perhubungan dan perdagangan antara pedalaman dan pantai.
Di samping itu, tanah di Jawa Timur masih subur dibandingkan dengan Jawa Tengah yang sudah lama
dimanfaatkan. Kedua, masalah politik, yakni untuk menghindarkan dari serangan Sriwijaya. Hal itu
disebabkan setelah Dinasti Syailendra terdesak dari Jawa Tengah dan menetap di Sumatra merupakan
ancaman yang serius bagi Dinasti Sanjaya.

Kerajaan baru yang dipindahkan Empu Sindok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur tetap bernama Mataram.
Hal itu seperti yang disebutkan dalam Prasasti Paradah yang berangka tahun 865 Saka (943 M) dan
Prasasti Anjukladang yang berangka tahun 859 Saka (973 M). Letak ibu kota kerajaannya tidak ada sumber
yang pasti menyebutkan. Berdasarkan Prasasti Paradah dan Prasasti Anjukladang disebutkan bahwa ibu
kota Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur adalah Watugaluh. Kemungkinan ibu kota itu berada di Desa
Watugaluh sekarang, dekat Jombang di tepi Sungai Brantas. Akan tetapi, berdasarkan Prasasti Taryyan
yang berangka tahun 851 Saka (929 M) disebutkan bahwa ibu kota Mataram Kuno di Jawa Timur adalah
Tomwlang. Diperkirakan nama Tomwlang identik dengan nama desa di Jombang (Jawa Timur). Nah, pada
kesempatan kali ini Zona Siswa akan menghadirkan penjelasan singkat mengenai Kerajaan Mataram
Dinasti Isan. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

A. Kehidupan Politik

Pemindahan kekuasaan ke Jawa Timur dilakukan oleh raja Empu Sendok, dan membentuk dinasti baru
yakni Isana. Nama Isana diambil dari gelar resmi Empu Sendok yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri
Isanawikramatunggadewa. Wilayah kekuasaan Empu Sendok meliputi Nganjuk di sebelah barat, Pasuruan
di timur, Surabaya di utara dan Malang di selatan. Empu Sendok memegang pemerintahan dari tahun 929–
947 dengan pusat pemerintahannya di Watugaluh. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana dengan
melakukan berbagai usaha untuk kemakmuran rakyat. Di antaranya ialah membuat bendungan-
bendungan untuk perairan, dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan-
bangunan suci. Di samping itu juga memerintahkan untuk mengubah sebuah kitab agama Buddha aliran
Tantrayana yang diberi judul Sang Hyang Kamahayanikan.
Setelah Empu Sendok meninggal kemudian digantikan oleh putrinya yang bernama Sri Isanatunggawijaya.
Putri ini kawin dengan Lokapala, dari pernikahannya lahirlah seorang putra yang bernama
Makutawangsawardana yang meneruskan takhta ibunya. Setelah Makutawangsawardana meninggal yang
menggantikan ialah Dharmawangsa (990–1016). Dalam pemerintahannya ia berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya yang hidup dari pertanian dan perdagangan. Pada saat itu pusat perdagangan di
Indonesia dikuasai oleh Sriwijaya, maka Dharmawangsa berusaha untuk menyerang Sriwijaya dengan
tujuan untuk mengusai daerah Sriwijaya bagian selatan (Selat Sunda). Akan tetapi, selang beberapa tahun
kemudian Sriwijaya bangkit mengadakan serangan balasan. Dalam hal ini Sriwijaya mengadakan kerja
sama dengan kerajaan Worawari (kerajaan asal di Jawa). Serangan Worawari sangat tepat, yakni ketika
Dharmawangsa melangsungkan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga (1016). Dharmawangsa
beserta seluruh pembesar istana mengalami pralaya, tetapi Airlangga berhasil meloloskan diri beserta
pengiringnya yang setia Narotama, menuju hutan Wonogiri diringi juga oleh para pendeta.

Selama tiga tahun (1016-1019) Airlangga digembleng lahir dan batin oleh para pendeta. Atas tuntutan
rakyat dan pendeta, Airlangga bersedia menjadi raja menggantikan Dharmawangsa. Pada tahun 1019,
Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja Rake Halu Lokeswara Dharmawangsa
Airlangga Anantawikramatunggadewa. Tugas Airlangga ialah menyatukan kembali daerah kekuasaan
semasa Dharmawangsa dan usaha ini dapat berhasil dengan baik. Ibukota kerajaan pada tahun 1031 di
Wutan Mas, kemudian dipindahkan ke Kahuripan pada tahun 1037. Selanjutnya Airlangga melakukan
pembangunan di segala bidang demi kemakmuran rakyatnya.

Pada tahun 1042 Airlangga mengundurkan diri dari takhta dan menjadi seorang petapa dengan nama
Jatinindra atau Resi Jatayu. Sebelumnya Airlangga menobatkan putrinya, Sri Sanggramawijaya namun
menolak dan ia juga menjadi seorang petapa dengan nama Dewi Kili Suci. Akhirnya kerajaan dibagi menjadi
dua yakni Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan Panjalu yang dikenal dengan nama Kediri. Jenggala
diperintah oleh Gorasakan, sedangkan Kediri oleh Samarawijaya ( keduanya terlahir dari selir).

Secara keseluruhan, Kerajaan Mataram (Dinasti Isana) dipimpin oleh raja-raja sebagai berikut:

1. Empu Sindok (929-947) dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmattunggadewa
2. Sri Isanatunggawijaya (Putri Empu Sindok)
3. Makutwangsawardhana (Anak dari pernikahan Sri Isanatunggawijaya dengan Raja Lokapala)
4. Dharmawangsa (991-1016) dengan gelar Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatunggadewa
5. Airlangga dengan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottunggadewa
Prasasti Anjuk Ladang, salah satu peninggalan di masa
pemerintahan empu sindok.

B. Kehidupan Ekonomi

Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usahausaha yang ia lakukan, seperti
Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan
bangunan suci untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga,
ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-
tanggul untuk mencegah banjir. Sementara itu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah tercipta
satu hasil karya sastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna
Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumber kronik Cina yang menyatakan tentang
Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan
barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan
tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

C. Kehidupan Sosial Budaya

Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengi inkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan
(Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan
Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang
berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis
ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa. Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan
masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai
Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal
tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para
pujangga, sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang mereka miliki.

Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:

1. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata
dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
2. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman mati bagi perampok.
3. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memuja para dewa.

Anda mungkin juga menyukai