Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

ASAL USUL TANGKUBAN PARAHU


Diajukan untuk Memenuhi salah satu Syarat Tugas Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh:
1. Ajeng Julianti
2. Alya Khairunnisa Hariri
3. Asty Asrul Sani
4. Azka Camiliya
5. Ladyka Pratiwi

SMA NEGERI 5 TASIKMALAYA


Jalan Tentara Pelajar No.58, Nagarawangi, Kec Cihideung
Kota Tasikmalaya, Jawa Barat 46113
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah merupakan hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh semua
orang. Walau dunia semakin tua, bukan berarti penghuninya lupa begitu saja
dengan sejarahnya. Dalam tugas Bahasa Indonesia kali ini akan membahas Asal
usul Tangkuban perahu.

B. Rumusan Masalah
a) Apa sejarah Tangkuban perahu?
b) Apa asal usul Tangkuban perahu menurut legenda rakyat setempat?
c)

C. Tujuan Penulisan
a) Agar mengetahui cerita sejarah dari Tangkuban Perahu
b) Memenuhi tugas teks cerita sejarah Bahasa Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang
terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan
rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu
mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung in adalah Stratovulcano dengan
pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan
kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang
dikeluarkan sat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu
dikelola oleh Perm Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17'C pada sing hari dan 2 'C pada
malam hari.
Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp
Atas hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

A. Sejarah Tangkuban Perahu


Gunung Tangkuban Perahu terbentuk dari aktivitas letusan yang paling muda di antara jajaran/
kompleks Gunung Api Sunda Purba dengan type letusan Strato/ berlapis , sekitar 3000 tahun
yang lalu.
Dari gunung Sunda Purba (dengan ukuran yang lebih bear) kemudian Terbentuklah 3 tiga
gunung api baru, yaitu : Gunung Sunda (Baru ) , Gunung Tangkuban Perahu. Gunung Burangrang
dan Pada Fase terakhir sekitar 2000 tahun yang lalu terbentuklah dasar batuan Sedimen neogen /
endapan batu bara.
Bagian sisa kawah ( Kaldera ) gunung Sunda Purbamasih terdapat di antara Gunung Burangrang
dan Tangkuban Perahu. Sedangkan Danau atau Situ. Lembang mash merupakan salah satu bagian
dari dasar kawah gunung Sunda Purba itu sendiri. Peristiwa runtuhan ini terjadi pada dua tahap,
yaitu:
1. Terjadinya patahan di Lembang sekitar + 3000 tahun yang lalu
2. Runtuhnya bagian puncak di sebelah Utara, kemudian muncullah kegiatan gunung Tangkuban
Perahu di sebelah Timur yang merupakan sisa kawah Kaldera gunung Sunda (+ 2000 tahun yang
lalu).
Dalam perkembangannya membentuk tubuh gunung dengan puncak gunung api yang
memanjang . Bentuk tubuh yang memanjang disebabkan oleh adanya tempat perpindahan titik
letusan yang memanjang + 1100 m dengan arah timur dan barat. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan adanya sisa sisa tepi kawah yang lama yang mendirikan adanya gerakan atau perpindahan
aktifitas puncak. Pada waktu yang bersamaan terbentuk pula mata air panas Ciater dan Maribaya

Perpindahan aktifitas puncak yang membentang dari timur ke barat, maka apabila dilihat dari
arah Selatan ( kota Bandung ) maka tampak seperti trapesium atau seperti perahu yang terbalik
( Bahasa Sunda ) perahu nangkub = Tangkuban Perahu.
Keadaan / aktifitas gunung Tangkuban Perahu Sampai sat ini adalah dalam keadaan aktif dan
normal. Dengan suhu permukaan kawah 96 ' C s/d 98' C dengan kondisi asap berwarna putih tipis
setelah kira - kira 3 bulan yang lalu Gunung Tangkuban Perahu dinyatakan statusnya
'WASPADA",dengan ketinggian antara 5 - 15 m dari permukaan ( kawah Baru, Ratu, Domas ).
Dalam masyarakat setempat ( Sunda ), terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu tidak lepas
dengan legenda Sangkuriang.

B. Tangkuban Perahu Menurut Warga Setempat


Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja
membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan). Seekor babi hutan betina
bernama Wayung yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi
Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh
ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang meminangnya tetapi
seorang pun tidak ada yang diterima.
Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun
permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si
Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, toropong (torak) vang tengah digunakan bertenun kair
terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tapa dipikir dulu, di
berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, aka:
dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi
Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang.
Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya si Tumang untuk mengejar bab
betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si Tumang olel
Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayan
Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, kemarahannya pur
memuncak serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung
kelapa sehingga luka.
Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke aral
timur akhirya sampailah di arah barat lagi dan tampa sadar telah tiba kembali di tempat Dayan;
Sumbi, tempat bunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang
ditemukannya adalah Dayang Sumbi - bunya. Terminological kisah kasih di antara kedua insal
itu. Tampa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengal
tanda luka di kepalanya. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya
Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam wakt
semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.
Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul atau pokol
pohon itu berubah menjadi gunun g ukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dar
menjadi gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang, bendungan pun hampir selesa
dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksuc
Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan boeh rarang (kain putih has
tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusal
dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran
sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Ai
Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payal
ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di gunung
Putri dan berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebual
tempat yang disebut dengan Ujung Berung akhirnya menghilang ke alam gaib (ngahiyang).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil dari cerita sejarah ini adalah Asal-usul
Gunung Tangkuban Perahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan
jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk menggagalkan niat
anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang
membuat sebuah telaga dan sebuah perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal,
Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan
terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Sedangkan menurut sejarah Gunung Tangkuban Perahu terbentuk dari aktivitas
letusan yang paling muda di antara jajaran/kompleks Gunung Api Sunda Purba
dengan tipe letusan Strato/ berlapis, sekitar 3000 tahun yang lalu. Bentuk tubuh yang
memanjang disebabkan oleh adanya tempat perpindahan titik letusan yang
memanjang + 1100 m dengan arah timur dan barat, maka apabila dilihat dari
arah Selatan ( kota Bandung ) maka tampak seperti trapesium atau seperti perahu
yang terbalik atau perahu nangkub = Tangkuban Perahu.

Anda mungkin juga menyukai