Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH BERDIRINYA KELURAHAN KARANGMOJO

“Ki Tumenggung Reksa Dinaya Sebagai Awal Mula


Babat Alas Pongangan”

Diajukan untuk Melengkapi Tugas UAS


Mata Kuliah MBKM Sejarah Lokal
Dosen Pengampu: Dr. Miftahudin, M.Hum.

Disusun Oleh:
Hussein Galih Samudra
21205244049

FAKULTAS ILMU SOSIAL HUKUM DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
BERDASARKAN CERITA LELUHUR

Para warga di Desa Karangmojo menyakini bahwa Desa Karangmojo ini sudah berdiri
sejak jaman akhir Majapahit yaitu pada jaman Prabu Brawijaya ke-5. Tetapi banyak cerita yang
beragam dan semua mempunyai dasar pendapat masing-masing. Dimulai pada jaman dulu
sampai sekarang Desa Karangmojo disebut dengan Kampung Pongangan. Kampung
Pongangan ini disebut salah satu daerah yang menjurus pada berdirinya Kabupaten
Gunungkidul yang berlokasi di pinggiran barat yaitu wilayah Padukuhan Gatak. Pendhapa
yang berada di Kelurahan Karangmojo ini merupakan tempat tinggal dari Ki Suromejo berserta
keluarga dan saudaranya. Perlu diketahui bahwa Ki Suromejo tersebut berdasarkan cerita
turun-temurun dari leluhur di daerah Jaranmati (Alm. Bapak Hadi Suko saha Alm. Bapak
Karsiyo) Ki Surameja adalah trah dari Keraton Mataram Islam (Kartasura).

Berdasarkan cerita leluhur, disebutkan bahwa Desa Karangmojo jauh sebelum


Kabupaten Gunungkidul berdiri, wilayah Pongangan disekitarnya masih berwujud hutan
belantara yang banyak bangunan suci yang besar, tumbuhan beraneka ragam, sumber air seperti
sendhang, beji, dan lain-lain. Pada waktu itu bertepatan bulan Jumadilawal hari “Respati
Djenar atau Kamis Pahing”, Eyang Tumenggung Reksa Dinaya memerintahkan Ki Sunga
Wijaya untuk membersihkan atau babat-babat alas Pongangan dengan dibantu oleh Ki Demang
Pancawasesa beserta keluarga dan saudaranya. Setelah hutan belantara menjadi daerah yang
terbuka, Ki Tumenggung Reksa Dinaaya membangun padepokan di daerah baru tersebut,
dengan mendirikan rumah yang berada di kanan kiri sungai dan sumber, beji, sebagai
panggesangan, pangon dan sebagai pangungakan, maka sampai sekarang disebut dengan
“Pongangan”.

Perlu diketahui bahwa Ki Tumenggung Reksa Dinaya termasuk pengikut atau abdi
dalem dan benteng Mataram Kartasura, juga termasuk trah dari Kanjeng Panembahan Senopati,
dan masih ada kaitannya dengan Kotagedhe. Dimana bumi Pongangan kanan kirinya yang
mengandalikan yaitu Ki Demang Pancawasesa yang mempunyai nama Ki Singa Wijaya (Eyang
Muh Syamsi). Karena Ki Singa Wijaya membersihkan hutan yang berada di tanah yang banyak
sela karangnya dan dikelilingi Mandiro Mojo, maka tempat tersebut nanti disebut dengan
“Karangmojo”, dari lingganya kata karang dan mojo. Kata karang tersebut dari sela utau
tempat, sedangkan mojo dari pohon mojo. Sudah sekian lamanya setelah alas Pongangan
menjadi tempat Padhepokan Ki Tumenggung Reksa Dinaya kangge pirembakan para Demang.
Kemudian disekitar padhepokan kedatangan Ki Surameja beserta saudaranya dan keluarga ikut
tinggal di daerah Pongangan. Karena Ki Suromejo tersebut juga masih trah dari Kartasura maka
selalu dihormati. Ringkasan cerita Ki Suromejo ikut campur tangan di daerah Pongangan
semakin lama semakin makmur dan banyak para saudaranya yang tinggal di tanah Pongagan,
dengan bekerja sebagai pengrajin gerabah, pertanian, dan memelihara hewan tenak.

Ki Suromejo juga selalu belajar ilmu kesaktian, kedigdayaan, saha kasantosan. Banyak
yang menyebut Ki Suromejo punika digdaya sakti mandraguna. Sehingga Ki Suromejo selalu
ditakuti dan dihormati serta menjadi panutan atau contoh. Kabar yang selalu binadhunging
karna yang tersebar dan berita yang mengenai Ki Suromejo, terdengar oleh Sinuwun Kanjeng
Sunan Amangkurat Amral (Sunan Amangkurat II) di Kartasura. Dengan memerintahkan utusan
Kanjeng Pangeran Papak, disini menyakinkan kabar tersebut. Setelah Kanjeng Pangeran Papak
datang di tanah Pongangan dan bertemu dengan Ki Suromejo, ternyata benar mengenai kabar
tersebut. Sehingga Ki Suromejo supaya bertamu di Mataram Kartasura. Menurut ucapan
Kanjeng Pangeran Papak bumi Pongangan masih tanah Mataram Kartasura, dan dibawah
pemerintah Kanjeng Sunan Amangkurat Amral (Sunan Amangkurat II).

Kedua kali mendengar suara petir di masa kemarau Ki Suromejo menerima perintah
dari ucapan Kanjeng Pangeran Papak, pada waktu Ki Suromejo tidak mengerti. Lalu Ki
Suromejo menjelaskan bahwa bumi Pongangan dan sekitarnya bukan wilayah Kartasura,
sehingga bumi Pongangan akan dijaga sampai datangnya kematian. Menerima ucapan seperti
itu pada waktu itu Pangeran Papak langsung kembali ke Kartasura untuk memberitahukan hal
yang sudah di dapatkannya. Sekembalinya Kanjeng Pangeran Papak, Ki Suromejo dengan
memerintahkan para pengikutnya untuk selalu waspada dengan menjaga tanah Pongangan,
Sewaktu-waktu ada bahaya dan selalu mengancam adanya mata-mata sebagai upaya dari
musuh. Dengan melakukan persembunyian, Ki Suromejo menghimpun kekuatan dengan cara
sembunyi-sembunyi dengan berpindah-pindah tempat sehingga sekarang untuk menandai
nama dusun adalah:

a. Kalangan: ditempat ini Ki Suromejo sudah kalang-kalang, tetapi dapat lepas karena
ditempat ini banyak tumbuhan alang-alang.
b. Kali Bubar: percakapan Ki Suromejo saha para pengikutnya ketahuan oleh mata-mata
sebagai upaya musuh lalu Ki Suromejo membubarkan.
c. Ngrombo: Ki Suromejo dan para pengikutnya berlari sambil membubarkan diri
bersembunyi di sebuah ngoro-oro ombo.
d. Ngepung: Ki Suromejo sudah dapat terkepung tetapi masih bisa lepas dari bahaya.
e. Gentungan: Kangge perhitungan Ki Suromejo dalam menghadapi musuh.

Ringkasan cerita para mata-mata prajurit Mataram Kartasura selalu kalah, ditumpas
habis oleh Ki Suromejo dan para pengikutnya. Bertanya kejadian tersebut, Sinuwun Sunan
Amangkurat Amral memerintahkan Kanjeng Pangeran Papak supaya menangkap Ki Suromejo
dan diberikan kuasa untuk menumpas Ki Suromejo dan para pengikutnya dengan membawa
prajurit menaiki kuda. Ramai dalam Perang Campuh Bandayuda prajurit Mataram Kartasura
melawan Ki Suromejo beserta pengikutnya sehingga banyak para prajurit dan pengikutnya
yang gugur dalam pertempuran. Kejadian perang dan pemburuan prajurit Mataram melawan
Ki Suromejo dan pengikutnya tersebut yang menjadi penanda tanah di wilayah Karangmojo
sampai sekarang. Saat Ki Suromejo diburu oleh para prajurit Kartasura yang pada menaiki kuda
dapat dibunuh. Untuk menapak tilas daerah tersebut disebut dengan Jaranmati sampai
sekarang. Dimana tempat yang menjadi medan peperangan yang dikelilingi tumbuhan mangga
sehingga daerah tersebut disebut dengan Sipelem sampai sekarang.

Lepas dari bahaya pelarian Ki Suromejo menuju utara, disana terdapat tumbuhan besar
yang disebut pohon Bulu. Ki Suromejo bersembunyi sambil beristirahat, di tempat tersebut
sambil mengamati musuh. Maka tempat tersebut disebut dengan Sibulu. Karena hari sudah
menjelang malam Ki Suromejo mandir di sebuah sumber air atau beji Pongangan yang
dikelilingi oleh pohon Prih maka tempat tersebut disebut Blok Ngeprih sampai sekarang.
Dalam peperangan Ki Suromejo tidak hanya sehari atau dua hari tetapi sampai bulanan. Atas
keputus asaan Kanjeng Pangeran Papak karena belum dapat menangkap Ki Suromejo, lalu
Kanjeng Pangeran Papak berusaha mencari cara agar dapat melawan kedigdayaan Ki
Suromejo saha dimana keberadaan dari keberadaan Ki Suromejo.

Setelah sekian lama mencari petunjuk, ternyata saudara mudanya Ki Suromejo yang
memberi tahu keberadaan Ki Suromejo. Lalu Kanjeng Pangeran Papak menerima pesan
mengenai persembuyian Ki Suromejo. Setelah Kanjeng Pangeran Papak mengetahui
keberadaan Ki Suromejo, para prajurit mengepung persembunyian Ki Suromejo. Tempat
pengepungan nanti yang disebut dengan Dusun Ngepung. Pelarian Ki Suromejo menuju selatan
sampai alas amba (ngara-ara amba) saha sendhang (sumber air) di pinggiran sungai, maka di
daerah menika disebut Dusun Ngrombo saha Kali Bubar. Pelariannya Ki Suromejo ke selatan
melewati pohon-pohon duwet, maka daerah tersebut disebut dengan Dusun Karangduwet.
Perjalanan Ki Suromejo melewati glagah alang-alang, nanti akhirnya disebut dengan Kalangan
di daerah tersebut Ki Suromejo lepas dari bahaya dengan berjalan menuju barat dan
bersembunyi di pengkolan, akhirnya daerah tersebut disebut dengan kampung Pengkol.

Kanjeng Panggeran Papak dalam memburu Ki Suromejo sampai di wilayah selatan


Pongangan lagi. Atas pesan dari mata-mata, bahwa Kedigdayaan Ki Suromejo mempunyai sifat
tebal atau jimat yang berwujud tusuk kondhe atau kancing gelung. Tusuk kondhe tersebut
terletak di gulungan rambutnya, karena Ki Suromejo memiliki rambut yang panjang.
Ringkasan cerita, setelah kancing gelung terkena panah, kancing gelung terlepas dari gelungan,
lalu jimat jatuh di tanah. Pada akhirnya tempat jatuhnya jimat tersebut disebut Sicindhe. Saat
itu rambutnya Ki Suromejo terurai ke bawah tanah.

REFERENSI

“DUMADINE KALURAHAN KARANGMOJO” - Ki Gestiwin Waluyo

Anda mungkin juga menyukai