Anda di halaman 1dari 3

Situ Patenggang

Pendahuluan Situ Patenggang atau Situ Patengan adalah suatu danau yang terletak di kawasan objek wisata alam Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia, tepatnya di Ciwidey. Danau alami ini terletak di kawasan wisata kebun teh PTPN VIII Rancabali, sekitar 45 KM sebelah Selatan Kota Bandung. Terletak di ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut, danau ini memiliki pemandangan yang sangat eksotik. Hamparan hijau kebun teh laksana karpet alam, ditambah lagi dengan udara yang dingin dan bersih serta matahari yang hangat, memberi kesan damai dan ketenangan sendiri bagi pengunjungnya. Dari pinggir jalan menuju lokasi yang tenang, nampak sebuah danau berada dibalik perkebunan teh diantara sela-sela pepohonan yang menjulang tinggi. Danau Patenggang atau lebih dikenal dengan nama Situ Patenggang oleh masyarakat setempat, menempati areal seluas 150 Ha. Dahulu kawasan ini merupakan kawasan cagar alam atau taman nasional, namun pada tahun 1981 telah resmi berubah menjadi sebuah taman wisata. Untuk menikmati objek wisata ini terdapat fasilitas perahu yang bisa disewa untuk mengelilingi sebuah pulau kecil yang berada dibagian tengah danau yang bernama Pulau Sasuka. Pulau ini tampak rindang dengan banyaknya pohon-pohon tinggi yang tumbuh didalamnya. Sementara diseberang danau terdapat lokasi yang cukup menarik yang diberi nama Batu Cinta yang konon dipercayai akan memberi kelanggengan cinta bagi pasangan yang datang berkunjung kelokasi tersebut. Mitos Situ Patenggang Batu Cinta merupakan sebuah batu berukuran besar yang terdapat di Pulau Asmara (Sasaka), Situ (danau) Patenggang, Ciwidey Kabupaten Bandung. Awal penamaan Batu Cinta, Pulau Asmara dan Situ Patengan sendiri berasal dari cerita rakyat Masyarakat Sunda, Ki Santang dan Dewi Rengganis. Menurut masyarakat sekitar, Situ Patenggang berasal dari Bahasa Sunda pateang-teanganyang berarti saling mencari. Nama-nama tersebut merujuk pada kisah cinta Ki Santang yang merupakan keponakan Prabu Siliwangi (Raja Padjadjaran) dan Dewi Rengganis yang merupakan putri dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat yang melibatkan Kerajaan Pajajaran dan Majapahit memisahkan kedua sejoli tersebut. Namun karena rasa cinta yang sangat dalam, mereka saling mencari dan akhirnya dipertemukan kembali di sebuah tempat yang hingga kini

bernama Batu Cinta. Setelah keduanya bertemu kembali, dikisahkan Dewi Rengganis meminta Ki Santang untuk membuat sebuah danau dan sebuah perahu untuk berlayar. Perahu itulah yang kini menjadi sebuah pulau berbentuk hati ditengah Situ Patengan. Terdapat sebuah mitos bahwa pasangan kekasih yang singgah di Batu Asmara dan berlayar mengelilingi Pulau Asmara senantiasa mendapatkan cinta yang abadi seperti cinta Ki Santang dan Dewi Rengganis. Tapi fakta secara geologi, situ patenggang terbentuk karena bekas letusan gunung Patuha beberapa ratus tahun yang lalu yang membentuk kawah dan hingga akhirnya terisi oleh air. Situ patenggang mulai ramai menjadi objek wisata sejak tahun 1974. Kondisi Fisiografi dan geologi Regional Jawa Barat Bentuk permukaan bumi yang kita lihat sekarang merupakan hasil dari suatu proses geologi sebagai tenaga endogen dan pengaruh faktor cuaca sebagai tenaga eksogen yang menyebabkan batuan mengalami proses pelapukan. Dengan demikian daerah yang telah terangkat akan mengalami proses denudasi sehingga terbentuk bukit-bukit dan daratan (peneplain), proses pengangkatan dan patahan akan menimbulkan zona-zona lemah sehingga akan terbentuk lembah-lembah sungai dan penerobosan magma ke permukaan dalam bentuk kegiatan vulkanisme yang menghasilkan batuan vulkanik. Seperti yang membentuk fisiogarfi Jawa Barat yang memiliki karakteristik geologi terdiri dari pedataran alluvial, perbukitan lipatan dan gunungapi. Secara fisiografis terbagi menjadi 4 bagian (van Bemmelen, 1949), yaitu : zona Jakarta (pantai utara), zona Bogor, zona Bandung, zona pegunungan selatan. Zona Bandung sendiri merupakan daerah gunung api, zona ini merupakan suatu depresi jika dibanding dengan zona Bogor dan zona Pegunungan Selatan yang mengapitnya yang terlipat pada zaman tersier. Zona Bandung sebagian besar terisi oleh endapan vulkanik muda produk dari gunung api di sekitarnya. Gunung-gunung berapi terletak pada dataran rendah antara kedua zona itu dan merupakan dua barisan dipinggair Zona Bandung pada perbatasan zona Bogor dan zona Pegunungan Selatan. Walaupun zona bandung merupakan suatu depresi, ketinggiannya masih cukup besar , misalnya depresi Bandung dengan ketinggian 650-700 m dpl. Zona Bandung sendiri letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur

melalui Cianjur, Bandung hingga Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut sebagai depresi di antara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik (intermontane depression). Zona Bandung sebagian terisi oleh endapan-endapan alluvial dan vulkanik muda (kwarter), tetapi di beberapa tempat merupakan campuran endapan tertier dan kwarter. Pegunungan tertier itu adalah: 1. Pegunungan Bayah (Eosen) yang terdiri atas bagian selatan yang terlipat kuat, bagian tengah terdiri atas batuan andesit tua (old andesit) dan bagian utara yang merupakan daerah peralihan dengan zona Bogor. 2. Bukit di lembah Ci Mandiri dekat Sukabumi, yang terletak pada ketinggian 570-610 m merupakan kelanjutan dari pegunungan Bayah. Antara Cibadak dan Sukabumi terdapat pungguna-punggung yang merupakan horst, yang menjulang di aatas endapan vulkanik daerah itu. Di sebelah timur Sukabumi terdapat dataran Lampengan pada ketinggian 700750 m, yang mungkin seumur dengan plateau Lengkong di Pegunungan selatan. 3. Bukit-bukit Rajamandala (Oligosen / 34 hingga 23 juta tahun yang lalu) dan plateau Rongga termasuk ke dataran Jampang (Pliosen / 5,332 hingga 1,806 juta tahun yang lalu) di Pegunungan Sealatan. dibandingkan dengan plateau Rongga merupakan peralihan antara zona Bandung dan Pegunungan Selatan terletak pada 1000 m serta merupakan bukit-bukit dewasa dan tua. Daerah ini melandai ke dataran Batujajar (650 m) di zona Bandung. 4. Bukit-bukit Kabanaran yang terletak di Timur Banjar zona Bandung itu lebarnya 20-40 km, terdiri atas dataran-dataran dan lembah-lembah. Bagian barat Banten merupakan kekecualian, karena disana tidak terdapat depresi dan daerahnya terdiri atas komplek pegunungan yang melandai dengan bukit-bukit rendah. Pegunungan itu telah tertoreh-toreh dan tererosikan dengan kuat, sehingga merupakan permukaan yang agak datar (peneplain). Peneplain itu terus melandai ke barat ke Selat Sunda. Di beberapa tempat di selatan pantai lautnya curam. Zona Bandung terdiri atas: depresi Cianjur Sukabumi, depresi Bandung, depresi dan depresi Ci Tanduy para ahli geologi menyebutnya sebagai cekungan antar pegunungan (cekungan intra montana).

Anda mungkin juga menyukai