Anda di halaman 1dari 32

Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disiapkan Sebagai Standard Kualifikasi

WAJAH BARU SUNGAI GAJAH WONG

(KELURAHAN GIWANGAN) SEBAGAI OBJEK WISATA

DI YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Nama : Alif Wibowo

NIM : 2005515

Jurusan : Pariwisata

Jenjang : Strata-Satu/S-1 Alih Jalur

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO

(STiPRAM) YOGYAKARTA

2020
Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disiapkan Sebagai Standard Kualifikasi

HALAMAN PERSETUJUAN

WAJAH BARU SUNGAI GAJAH WONG


(KELURAHAN GIWANGAN) SEBAGAI OBJEK WISATA
DI YOGYAKARTA

Oleh :

Alif Wibowo

2005515

Yogyakarta, .............................. 2020

Telah diterima dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Dr. Dra. Damiasih, MM., M.Par., CHE., CGSP


NIDN : 0504086902

i
Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disisipkan Sebagai Standard Kualifikasi

HALAMAN PENGESAHAN

WAJAH BARU SUNGAI GAJAH WONG


(KELURAHAN GIWANGAN) SEBAGAI OBJEK WISATA
DI YOGYAKARTA

Oleh :

Alif Wibowo

2005515

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal ..................., bertempat


di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Pariwisata Program Studi Strata Satu jurusan Pariwisata.

Susunan Dewan Penguji :

Ketua :....................................................................... (...............................)

Penguji I :.......................................................................(...............................)

Penguji II :.......................................................................(...............................)

Mengesahkan,
Ketua
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo

Dr. Suhendroyono, SH., MM., M.Par, CHE, CGSP

ii
Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disisipkan Sebagai Standard Kualifikasi

LEMBAR KEASLIAN JURNAL ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Alif Wibowo

NIM : 2005515

Program Studi : Pariwisata

Jenjang : Strata-Satu/S-1 Alih Jalur

Judul Ilmiah : WAJAH BARU SUNGAI GAJAH WONG


(KELURAHAN GIWANGAN) SEBAGAI OBJEK
WISATA DI YOGYAKARTA

Menyatakan bahwa dalam Jurnal Domestic Case Study ini tidak terdapat
keseluruhan ataupun sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin seolah-olah seperti tulisan saya dan atau meniru karya orang lain tanpa
memberi pengakuan pada penulis sebelumnya.

Apabila saya melakukan hal tersebut, maka dengan ini saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan saya.

Yogyakarta, ……………….2020
Yang menyatakan,

Alif Wibowo

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

jurnal Domestic Case Study yang berjudul “WAJAH BARU SUNGAI GAJAH

WONG (KELURAHAN GIWANGAN) SEBAGAI OBJEK DI YOGYAKARTA”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih

terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunan, karena

terbatasnya kemampuan dan waktu sehingga mengharapkan kritik dan saran. Oleh

karena itu dengan segala hormat dan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

2. Bapak Dr. Suhendroyono SH., MM., M.Par., CHE., CGSP selaku Ketua dari

Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Dra. Damiasih MM., M.Par., CHE., CGSP selaku pembimbing

akademik.

4. Bapak Moch. Nur Syamsu S.Pt., M.Par., CHE., CGSP selaku kaprodi S1.

5. Staff dan Dosen yang telah mendampingi penulis selama melakukan Domestic

Case Study.

6. Ibu Shofa Nur Hanifa, M.Par selaku tim pembimbing penyusunan jurnal ilmiah.

7. Ayah, Ibu dan keluarga selaku support system penulis yang tidak pernah lelah

untuk terus memberikan dukungan moril dan materiil.

iv
8. Teman-teman dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah memberikan kontribusi kepada penulis baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar dapat menyempurnakan

Jurnal Ilmiah ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis

sehingga mempu menjadi bahan peningkatan dan penambah ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 19 Desember 2020

Penulis,

Alif Wibowo

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
LEMBAR KEASLIAN JURNAL ILMIAH ..................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 2
A. Latar Belakang .......................................................................................... 2
B. Data Mahasiswa ........................................................................................ 4
C. Seminar ..................................................................................................... 4
D. Hasil Observasi ......................................................................................... 6
E. Tujuan ....................................................................................................... 7
F. Manfaat ..................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 9
A. Keadaan Sungai Gajah Wong Sebelum Menjadi Objek Wisata .................. 9
B. Sungai Gajah Wong (Kelurahan Giwangan) Sebagai Objek Wisata ......... 10
C. Tiga Pilar Pengembangan Pariwisata ....................................................... 12
D. Kolerasi Hasil Observasi dengan Seminar ............................................... 14
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 20
A. Simpulan ................................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22
LAMPIRAN ..................................................................................................... 23

vi
Jurnal Ilmiah Domestic Case Study

Disisipkan Sebagai Standard Kualifikasi

WAJAH BARU SUNGAI GAJAH WONG

(KELURAHAN GIWANGAN) SEBAGAI OBJEK WISATA

DI YOGYAKARTA

Oleh :

Alif Wibowo

2005515

ABSTRACT

The Gajah Wong River is one of the rivers that passes through Yogyakarta. Garbage,
industrial waste, floods and landslides have become major problems in the Gajah Wong
River. The people on the banks of the Gajah Wong River, Giwangan Village have turned
this challenge into an opportunity. Currently the Gajah Wong River has turned into a
tourist attraction known as "Dermaga Cinta" and "Bendung Lepen". The Gajah Wong
River Tourism Object in Giwangan Village is an example of solving problems along the
river with sustainable tourism methods.
Keywords : Gajah Wong River, Dermaga Cinta, Bendung Lepen, Sustainable Tourism

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi lahan (dalam Sagala,

2019:13) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebagai

suatu wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung dan

mengalirkannya melalui suatu sungai utama ke laut dana tau ke danau. Satu

DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di sekitarnya atapun terpisah dari

daerah sungai lainnya oleh pemisah alam topografi seperti punggung, bukit

dan gunung. Suatu DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya

melalui anak sungai ke sungai utamanya. Asdak dan Arini (dalam Sagala,

2019:14) menyatakan pengertian DAS sebagai suatu wilayah daratan yang

secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung yang menampung dan

menyimpan air hujan untuk kemudia n menyalurkan ke laut melalui sungai

utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA)

atau Water Catchment Area yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur

utamanya terdiri atas sumber daya alam dan seperti tanah, air, dan vegetasi

serta sumber dsya manusia sebagai pemanfaatan sumber daya alam. Menurut

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011, sungai adalah alur atau wadah air

alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya,

mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis

sempadan. Sungai sebagai salah satu sumberdaya air yang mempunyai

manfaat dan peran yang penting dalam kehidupan manusia.

2
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilintasi oleh beberapa sungai

besar yaitu : Sungai Oyo, Opak, Gajah Wong, Code, Winongo, Bedog, dan

Serang. Sungai Gajah Wong yang merupakan sub DAS Opak, dan memiliki

luas 46,082 km2. Secara administrasi terletak di Kabupaten Sleman di bagian

hulu, meliputi Kecamatan Pakem, Ngemplak, Ngaglik, dan Depok. Untuk

bagian tengah DAS termasuk ke dalam wilayah Kota Yogyakarta, meliputi

Kecamatan Umbulharjo, Kotagede, Gondokusuman, sedangkan di bagian

hilir DAS termasuk wilayah Kabupaten Bantul, meliputi Kecamatan Pleret

dan banguntapan. Akhir-akhir ini Sungai Gajah Wong yang mengaliri

Kelurahan Giwangan menjadi pusat perhatian karena perubahan demi

perubahan positif telah terjadi di Sungai Gajah Wong (Kelurahan Giwangan).

Dahulu sering sekali terjadi bencana baik di area sekitar bantaran sungai

maupun daerah yang berdekatan dengan Sungai Gajah Wong seperti pernah

tercatat pada tahun 2015 bahwa akibat hujan deras sebanyak 95 rumah warga

terendam banjir (Ang, 2015, https://jogja.tribunnews.com/), selain itu data

terbaru pada tahun 2018 tercatat telah terjadi longsor di 3 talut Sungai Gajah

Wong (Hasanudin, 2018, https://www.solopos.com/).

Pendekatan pariwisata berkelanjutan menjadi salah satu alternatif

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Sungai Gajah Wong.

Menurut World Tourism Organization (dalam Prasetyo, 2020:27

https://ejournal.stipram.ac.id/) menyebutkan bahwa sustainable tourism atau

pariwisata berkelanjutan bisa diterapkan pada semua bentuk-bentuk wisata di

semua tipe destinasi yang di dalamnya termasuk mass tourism dan berbagai

macam segmen wisata. Prinsip-prinsip keberlangsungan wisata ini meliputi

3
aspek lingkungan, ekonomi, sosial-budaya dan sebuah keseimbangan yang

selaras harus terbentuk diantara ketiga hal ini untuk menjamin keberlanjutan

jangka panjang. Pemanfaatan KTAS (Kawasan Tepian Air Sungai) secara

terpadu adalah suatu pendekatanpemanfaatan KTAS yang melibatkan dua

atau lebih ekosistem, sumber daya, dan pemanfaatan kegiatan secara

terintegrasi untuk tercapainya pembangunan KTAS secara berkelanjutan.

Menurut Dahuri (dalam Kristianto dan Triyono, 2020:96

https://ejournal.stipram.ac.id/) keterpaduan (integrated) pemanfaatan SDA

mengandung tiga dimensi yaitu: sektoral (horizontal and vertical

integration), bidang ilmu (interdisciplinary approaches) dan keterkaitan

ekologis (ecological linkages).

Dari uraian di atas maka di domestic case study ini Penulis ingin

membahas tentang “Bagaimana wajah baru Sungai Gajah Wong (Kelurahan

Giwangan) sebagai objek wisata di Yogyakarta?”.

B. Data Mahasiswa

Penulis bernama Alif Wibowo yang tercatat sebagai mahasiswa aktif

semester 7 di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta program

studi Pariwisata dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 2005515.

C. Seminar

Untuk melengkapi penulisan artikel ini Penulis mengikuti Seminar

Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 01 September 2020 bertempat

di Auditorium Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo yang juga sebagai

salah satu agenda dari penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2020/2021.

4
Seminar ini bertemakan “DIBALIK TANTANGAN ADA PELUANG” dan

diisi oleh 4 pembicara yang ahli pada bidang pembahasannya.

Pembicara pertama ialah Dr.Ir.Ridwan, Msc. selaku Direktur

Kelembagaan Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang membahas

tentang “Peran SDM dalam Menyosong Booming Pariwisata Pasca Pandemi

Covid 19”. Pada materi ini beliau menjelaskan bagaimana perkembangan

sektor pariwisata khususnya di Indonesia seperti peringkat persaingan

pariwisata dunia dan peringkat Indonesia pada tahun 2011 berada di posisi 74

lalu tahun 2019 naik di posisi 40. Serta bertambahnya wisatawan domestik

maupun mancanegara setiap tahunnya. Dalam seminar tersebut beliau juga

memaparkan tentang bagaimana dalam menyongsong booming pariwisata

pasca pandemic COVID19. Karena hal tersebut mampu menjadikan sektor

pariwisata menjadi industri yang pertama kali bangkit dibandingkan dengan

sektor-sektor yang lainnya.

Pembicara ke-dua yaitu Drs. Heri Setyawan yang membahas tentang

“Global Trend Destinasi MICE”. Materi yang dijelaskan tentang MICE yaitu

Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition. Salah satu cara berwisata

dengan menggabungkan perjalanan bisnis. MICE sendiri menjadi bisnis yang

menjanjikan karena mampu menaikkan devisa negara hingga 7 kali lipat.

Pembicara ke-tiga yaitu Prof. Azril Azahari, Ph.D yang membahas

tentang “Dibalik Tantangan Ada Peluang: Pariwisata Indonesia, Kemana

Arahnya?”. Materi ini menjelaskan tentang persaingan dalam sektor

pariwisata secara global di setiap tahunnya. Serta bagaimana dampak dari

pariwisata untuk ekonomi dan pengembangan manusia, membahas mengenai

5
faktor yang menarik wisatawan untuk datang berwisata dan juga menjelaskan

perkembangan pendidikan yang berhubungan dengan pariwisata sehingga

memberikan banyak peluang dalam lapangan pekerjaan.

Pembicara ke-empat yaitu Prof. John J.O.I. Ihalauw.,SE.,Ph.D yang

membahas tentang “Dibalik Tantangan Ada Peluang”. Pada materi ini beliau

menjelaskan bagaimana cara mencari peluang-peluang walaupun terhambat

karena adanya tantangan. Dengan mengubah cara pandang bahwa pandemi

bukan sebuah penghambat dan juga mencari terobosan-terobosan sesuai

dengan situasi terkini.

D. Hasil Observasi

Objek Wisata Sungai Gajah Wong merupakan wisata yang

mengandalkan sumber daya air (sungai). Bermula dari kepedulian masyarakat

untuk membersihkan sungai dari sampah yang dibuang sembarangan dan

karena hal tersebut menyebabkan pendangkalan sungai sehingga saat musim

penghujan tiba sangat sering terjadi banjir. Karena masyarakat merasa bahwa

sungai dapat dijadikan objek wisata setelah dibersihkan sehingga munculah

ide untuk membuat perahu yang bisa digunakan untuk susur sungai.

Lambat laun Sungai Gajah Wong semakin berkembang dengan

dilakukan penambahan-penambahan fasilitas penunjang seperti toilet umum,

gazebo, foodcourt, perbaiakn selokan untuk budidaya ikan nila dan koi,

kolam renang untuk anak-anak, dan fasilitas penunjang lainnya. Kondisi yang

semakin menunjukan peningkatan yang positif membuat pemerintah

menggandeng masyarakat untuk mengembangkan Objek Wisata Sungai

Gajah Wong. Saat Penulis melakukan pengamatan terlihat jelas bahwa

6
masyarakat sangat astusian dalam ikut andil di dalam pengelolaan Sungai

Gajah Wong sebagai objek wisata.

Dalam kondisi pandemi seperti ini Penulis melihat kurang ketatnya

pengamanan di lokasi wisata, seperti tidak adanya pemeriksaan suhu badan,

tidak adanya pemberlakuan pintu masuk dan keluar sehingga tidak bisa

dipantau. Kondisi Sungai Gajah Wong sudah lebih baik kondisinya dari pada

beberapa tahun yang lalu namun masih perlu dilakukan pembersihan sampah

secara berkala karena selalu ada sampahkiriman dari hilir.

E. Tujuan

Tujuan Penulis untuk menulis Domestic Case Study ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi Sungai Gajah Wong sebelum dan sesudah

menjadi objek wisata.

2. Untuk mengetahui wajah baru Sungai Gajah Wong sebagai objek wisata.

3. Untuk mengetahui peran pemerintah, industri dan masyarakat di sekitar

Sungai Gajah Wong

F. Manfaat

Dengan dibuatnya Jurnal Ilmiah (Domestic Case Study) ini

diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi Penulis namun juga

untuk lembaga ataupun institusi dan tenaga pengajar :

1. Bagi penulis sebagai syarat penunjang kualifikasi di semester 7 dan

mengasah kemampuan alasis melihat permasalahan yang berkaitan

dengan kepariwisataan.

7
2. Sebagai sumber materi yang dapat digunakan dalam penelitian ataupun

materi perkuliahan.

3. Sebagai refrensi bahan bacaan bagi pembaca yang ingin menambah ilmu

pengetahuan baru.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keadaan Sungai Gajah Wong Sebelum Menjadi Objek Wisata

Sungai Gajah Wong termasuk sungai besar yang ada di Yogyakarta.

Sungai seluas 46,082 Km2 dan mempunyai panjang 22,81 ini melintasi

Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta bermuara

di Laut Selatan. Permasalahan-permasalahan terjadi di sungai Gajah Wong

seperti pencemaran air sungai, banjir dan longsor yang telah menajdi

ancaman untuk warga yang tinggal di bantaran Sungai Gajah Wong.

Keberadaan industri dan pemukiman pendudukyang membuang limbah ke

sungai menghilangkan pesona Sungai Gajah Wong. Selain itu, di bantaran

sungai terlihat bermacam-macam sampah menumpuk yang menimbulkan

bau menyengat. Sampah organic, misalnya bangkai ayam, dan sampah

plastik dapat ditemukan dengan mudah. Padahal berdasarkan SK Gubernur

DIY No: 153/KPTS/1992 tentang Peruntukan Air Sungai di Wilayah DIY,

Sungai Gajah Wong termasuk sungai golongan B, yakni sebagai sumber air

minum dengan diolah terlebih dahulu.

Dari hasil wawancara dengan salah satu pedagang dan juga warga

Kelurahan Giwangan bahwa dahulu di Kelurahan Giwangan (salah satu

kelurahan yang dilewati Sungai Gajah Wong di Kota Gede) keadaan

sungainya sangat memprihatinkan, banyak sekali sampah dan keadaan talud

yang tidak kokoh sehingga rawan akan bencana longsor. Pengendapan

limbah dan sampah di dasar sungai membuat pendangkalan sungai. Kondisi

air yang keruh dan bau anyir juga menjadi masalah di Sungai Gajah Wong.

9
Sungai Gajah Wong juga manjadi muara dari saluran penampung air hujan

di daerah kota gede. Dahulu sebelum ada perbaikan dan pelebaran saluran

air hujan sering terjadi banjir di beberapa titik di Kota Gede karena saluran

yang sempit dan Sungai Gajah Wong yang tidak mampu menampung debit

air yang terlalu banyak.

B. Sungai Gajah Wong (Kelurahan Giwangan) Sebagai Objek Wisata

Sungai Gajah Wong yang mengaliri Kampung Ponggalan, Kampung

Karangmiri, dan Kampung Mrican, Kelurahan Giwangan telah menjadi

objek wisata baru di Yogyakarta. Daya Tarik wisata yang dimiliki Objek

Wisata Sungai Gajah wong di Kelurahan Giwangan, yang pertama adalah

Dermaga Kapal Wisata Cinta (berkeliling menyusuri Sungai Gajah Wong

menggunakan perahu) dan yang kedua Bendung Lepen Sungai Gajah Wong

(Kolam Ikan Nila dan Koi). Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang pariwisata (dalam Suharyono,

2019:39 https://ejournal.stipram.ac.id/) menyebutkan bahwa daya Tarik

wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai

yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

Berdasarkan dari hasil wawancara Penulis dengan Bapak Afdol

Mustaqim selaku Ketua Pengelola Taman Pleredhan Kali Gajah Wong

bahwa, Objek Wisata Sungai Gajah Wong awal mula dibuat pada tahun

2016 dengan tujuan utama awalnya adalah untuk membersihkan sungai

yang dulunya menjadi tempat pembuangan sampah. Pengelola dan

10
masyarakat akhirnya memiliki inisiatif untuk menjadikan Sungai Gajah

Wong sebagai objek wisata. Tahun pertama, pengelola menjalankan trip

river tubing menggunakan ban dalam. Pengunjung berkumpul di titik yang

kini disebut Dermaga Kapal Wisata Cinta Gajah Wong, kemudian diantar

ke Jembatan Tegal Gendu. Dari Jembatan Tegal Gendu pengunjung

meluncur menyusuri Gajah Wong dan berhenti di titik Kumpul. Tahun

kedua, pengelola mengganti river tubing dengan perahu dayung.

Berdasarkan sumber dari pengelola bahwa pada awal mulanya banyak

pengunjung yang suka mendayung karena terasa dekat dengan alam, namun

lambat laun peminat semikan berkurang karena pada siang hari terlalu terik.

Pada tahun ketiga, pengelola mengganti perahu dayung dengan perahu

beratap yang dijalankan oleh mesin. Harga tiket untuk naik kapal sekali

perjalanan adalah Rp. 5.000,- per orang. Rutenya adalah dari dermaga Kapal

Wisata Cinta Gajah Wong menuju utara sampai Jembatan Tegal Gendu, lalu

berputar balik menuju selatan hingga mendekati dam kembali ke titik

pemberangkatan. Selain itu, pengelola juga menyediakan harga paket

sebesar Rp. 25.000,- dengan fasilitas seperti trip kapal, gazebo, speaker,

parkir, toilet dan makan soto bumbung (kuliner khas Taman Pleredhan Kali

Gajah Wong).

Berjarak 100 meter dari Dermaga Kapal Wisata Cinta Gajah Wong

sebelah selatan terdapat saluran irigasi yang awalnya banyak sampah

kemudian dirubah menjadi kolam berisi ikan nila dan koi. Objek wisata ini

dikenal dengan Wisata Taman Pleretan Kali Gajah Wong yang mana

pertama kali dibuat pada tahun 2019. Pembuatan tempat wisata ini

11
sebenarnya memiliki tujuan agar Kampung Mrican lebih tertata lagi dan

untuk mengajarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah

sembarangan apalagi membuang sampah ke sungai. Pengunjung yang

dating dapat membeli pakan ikan (pelet) yang telah disediakan warga

dengan harga Rp. 2000,- untuk ukuran gelas plastik kecil dan Rp. 5000,-

untuk ukuran gelas plastik besar. Selain itu, terdapat angkringan yang

menjual menu khas wedang jahe jeruk dan pengunjung dapat menikmati

jajanan hingga makanan berat.

Berdasarkan dari hasil observasi Penulis pada tanggal 17 November

2020, Penulis mendapati adanya kelengkapan keamanan di area budidaya

Ikan Nila dan Koi dengan pemantauan CCTV. Pemasangan CCTV

bertujuan untuk menghindari terjadinya pencurian ikan karena memang

kondisi objek wisata yang terbuka. Selain itu juga terdapat baloiho

himbauan untuk tidak mencuri ikan. Pihak pengelola juga menyediakan

lahan parkir di tiga titik dan juga sudah bisa digunakan untuk parkir mobil

atau kendaraan besar lainnya.

C. Tiga Pilar Pengembangan Pariwisata

Guna untuk mempertahankan eksistensi dan keberlanjutan sebuah

destinasi wisata, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan

industri, berikut adalah peran dari masing-masing aspek di Objek Wisata

Sungai Gajah Wong :

1. Pemerintah

Pemerintah memiliki peran dalam pembangunan Objek Wisata

Sungai Gajah Wong. Berdasarkan data yang Penulis dapatkan, bahwa

12
dari tahun 2016-2019 biaya pembangunan fisik yang sudah terserap

adalah sebesar Rp. 31 miliar lebih. Dana tersebut telah dialokasikan ke

dalam pembangunan bebagai saranan dan prasarana fisik di antaranya

adalah ratusan rumah terdampak, jalan, saluran drainase, sanitasi, MCK,

RTH, dan bangunan penunjang lainnya. Pemerintah melakukan

penataan ulang untuk pemukiman warga. Rumah-rumah warga

dibangun ulang dan dimundurkan posisinya, selanjutnya dibangun ulang

menghadap ke sungai.

Pemerintah juga mengadakan seminar untuk tim pengelola dan

pokdarwis di bantaran Sungai Gajah Wong. Penulis berkesempatan

melihat langsung proses seminar tersebut. Seminar yang dilaksanakan

pada Hari Jumat, 13 November 2020 tersebut bertemakan “Gowes

Pinggir Kali, Membangun Kolaborasi Menuju Penataan Kawasan

Kumuh di Jogja Istimewa”. Acara tersebut dihadiri olrh perwakilan

Pemda DIY, BBWSO, dan sejumlah instansi lainnya. Acara seminar

tersebut bertujuan untuk menggalang komitmen pemerintah dan

masyarakat untuk mewujudkan penataan kawasan kumuh sesuai dengan

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Perkotaan (RP2KPKP).

2. Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di Kampung Ponggalan, Kampung

Karangmiri, dan Kampung Mrican, Kelurahan Giwangan memiliki

andil yang besar dalam pembangunan Objek Wisata Sungai Gajah

Wong. Masyarakat terlibat langsung dalam pengelolaan Objek Wisata

13
Sungai Gajah Wong. Masyarakat terbagi menjadi beberapa bagian

tugas, ada yang sebagai tim inti, ada yang sebagai penyedia makanan

dan minuman, ada yang bertugas sebagai penjaga parker atau keamanan.

Masyarakat memiliki antusias yang sangat tinggi dalam ikut serta

mengembangkan Objek Wisata Sungai Gajah Wong. Mereka bergotong

royong dalam Masyarakat juga berperan sebagai Host yang memiliki

peran sebagai penyedia jasa keramah tamahan. Pengunjung bisa

bercengkerama langsung dengan masyarakat sekitar. Masyarakat sudah

paham bagaimana menyambut wisatawan yang datang, senyum dan

sapa yang ramah khas orang jawa sudah melekat kental.

3. Industri

Saat ini masyarakat setempat yang memegang kendali dalam sektor

industry. Masyarakat membuat foodcourt untuk menjamu wisatawan

yang datang. Selain itu juga ada kerja sama dengan Bank DIY dalam

upaya pendanaan untuk pengembangan Objek Wisata Sungai Gajah

Wong. Pembukaan Objek Wisata Sungai Gajah Wong ini menjadi

peluang untuk industry pakan ikan (pelet) karena di sana terdapat

banyak ikan nila dan koi. Masyarakat perlu mengembangkan industri

kerajinan tangan yang nantinya bisa digunakan sebagai oleh-oleh khas

dan bisa menjadi ikon yang unik sehingga wisatawan yang datang bisa

membawa pulang sesuatu.

D. Kolerasi Hasil Observasi dengan Seminar

Seminar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 01 September

2020 bertempat di Auditorium Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo

14
bertemakan “DIBALIK TANTANGAN ADA PELUANG”. Seminar

Nasional ini memiliki kolerasi terhadap keadaan yang ada di Objek Wisata

Sungai Gajah Wong. Kolerasi Seminar Nasional dengan Objek Wisata

Sungai Gajah Wong dapat dilihat dari dua sudut pandang, sudut pandang

yang pertama adalah dengan kondisi sebelum Sungai Gajah Wong menjadi

objek wisata dan yang kedua adalah dengan kondisi saat ini yaitu dalam era

adaptasi kebiasaan baru.

Sebelum menjadi sebuah objek wisata, terdapat tantangan dalam

mengendalikan kerusakan dari Sungai Gajah Wong. Sering terjadi banjir

saat musim hujan, selain itu juga ditambah masalah sampah yang dibuang

sembarangan ke sungai sehingga terjadi penumpukan sampah dan

menyebabkan pendangkalan sungai, limbah dari rumah dan industry

semakin memperparah keadaan. Pencemaran air sungai menyebabkan

munculnya bau tidak sedap dan warna air sungai yang menjadi keruh. Kerap

terjadi longsor juga di talud sungai karena kondisi yang kurang kokoh.

Karena warga resah melihat banyaknya sampah yang menumpuk

maka warga Kelurahan Giwangan berinisiatif untuk membersihkan sungai

secara gotong royong. Karena kondisi sungai yang menjadi bersih maka

masyarakat melihat ada peluang untuk membuat Sungai Gajah Wong

sebagai objek wisata. Masyarakat mengumpulkan dana swadaya untuk

membeli perahu sebagai alat transportasi yang digunakan untuk susur

sungai. Selanjutnya pemerintah ikut turun tangan dalam pembangunan

objek wisata baru ini. Pembangunan talud dilakukan untuk memperkokoh

talud agar tidak terjadi longsor saat musim hujan datang. Pemerintah juga

15
menata ulang perumahan warga yang tinggal berdekatan dengan sungai.

Rumah warga di bagungulang dan dihadapkan ke sungai.

Pemerintah melihat bahwa perpaduan pariwisata dan pelestarian

alam adalah kombinasi yang sangat tepat untuk menyelesaikan masalah

yang telah terjadi. Selanjutnya pembangunan diperluas kea rah selatan yang

dimana terdapat selokan atau saluran irigasi namun keadaannya yang sangat

kotor dan banyak sampah. Selanjutnya selokan atau saluran irigasi ini

dibersihkan dan digunakan sebagai tempat budidaya ikan nila dan koi.

Penambahan fasilitas lain juga dilakukan seperti toilet, gazebo, foodcourt,

kolam ikan tambahan dan pengecatan tembok dan lokasi wisata menajdi

warna-warni menambah nilai estetika tersendiri.

Saat ini terlihat jelas perubahan kawasan Sungai Gajah Wong di

Kelurahan Giwangan yang dahulu memiliki tantangan dalam hal

pencemaran dan kerusakan sungai namu dirubah menjadi peluang yang

memiliki pengaruh yang sangat luar biasa tidak hanya untuk masyarakat

dari segi ekonomi namun juga untuk lingkungan juga yang dimana

lingkungan sungai jadi semakin terjaga dan bangunan di tepian sungai jadi

tertata.

Kondisi pandemi seperti sekarang ini pemerintah telah menerapkan

era adaptasi kebiasaan baru yang dimana pemerintah menerapkan protokol

kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali dalam industri

pariwisata. Berdasarkan ketentuan pemerintah tentang protokol kesehatan

berikut adalah ketentuan-ketentuan yang diterapkan.

1. Pengelola atau Penyedia Jasa Pariwisata

16
a. Memperhatikan informasi-irformasi terkini serta himbauan dan

intruksi pemeritah pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19.

b. Melakukan pembersihan dengan desinfektan secara berkala (paling

sedikit tiga kali sehari) terutapa area, rarana dan peralatan yang

digunakan bersama atau yang sering tersentuh seperti gagang pintu,

perlengkapan atau fasilitas penunjang kegiatan wisata, dan fasilitas

umum lainnya.

c. Menyediakan fasilitas cucu tangan dengan menggunakan sabun

yang mudah diakses atau menyediakan hand sanitizer.

d. Memastikan ruang dan barang publik bebas dari vector dan binatang

pembawa penyakit.

e. Memastikan kondisi kamar mandi atau tolet selalu dalam keadaan

bersih dan dilengkapi dengan sabun cuci tangan atau hand sanitizer.

f. Memperbanyak media informasi wajib mematuhi protokol

kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter,

dan mencuci tangan.

g. Memastikan bahwa pekerja atau SDM pariwisata memahami

perlindungan diri dari penularan COVID-19 dengan PHBS.

h. Larangan untuk pekerja atau wisatawan untuk masuk ke lokasi

wisata jika memiliki gejala COVID-19 seperti demam, batuk, pilek,

nyeri tenggorokan, dan atau sesak nafas.

i. Melakukan pemeriksaan suhu di pintu masuk ke lokasi wisata baik

untuk pekerja dan juga wisatawan. Suhu tubuh tidak boleh lebih dari

37,3 ℃.

17
j. Mewajibkan pekerja dan wisatawan untuk memakai masker dan

larangan atau tidak memperbolehkan pekerja atau wisatawan masuk

ke lokasi wisata jika tidak memakai masker.

k. Pemasangan media informasi atau semacam papan informasi

tentang COVID-19 untuk mencuci tangan, memakai masker, dan

menjaga jarak.

2. Pengunjung atau Wisatawan

a. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum melakukan kunjungan

ke lokasi wisata.

b. Selalu menggunakan masker selama berada di lokasi daya Tarik

wisata.

c. Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan sabun

atau memakai hand sanitizer.

d. Hindari menyentuh area wajah, mata atau hidung jika tangan masih

dalam keadaan kotor.

e. Tetap memperhatikan jarak minimal 1 meter.

f. Saat sudah tibah di rumah, segera mandi dan berganti pakaian

sebelum kontak dengan keluarga di rumah.

g. Bersihkan telefon genggam, kacamata, tas dan barang lainnya

dengan cairan desinfektan.

Penulis mengamati bahwasannya Objek Wisata Sungai Gajah Wong

melihat tantangan di saat pandemi seperti ini dengan menerapkan protokol

kesehatan seperti yang diterapkan oleh pemerintah. Namun penerapan

tersebut belum maksimal. Masih terdapat masyarakat yang bandel tidak

18
memakai masker dan tidak adanya pemeriksaan suhu sebelum masuk ke

lokasi wisata, hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemberlakuan pintu

masuk dan keluar sehingga pengelola kesulitan untuk memberlakukan

pemeriksaan suhu. Tempat cuci tangan sudah tersedia di lokasi dan terdapat

papan-papan himbauan tentang COVID-19. Kondisi kamar mandi atau

toilet juga bersih dan layak untuk digunakan.

Masyarakat Kelurahan Giwangan dan PEMDA Yogyakarta telah

mengubah tantangan-tantangan yang ada menjadi sebuat peluang yang

menjajikan. Seakan peluang ini telah menjawab permasalahan-

permasalahan yang telah terjadi selama ini. Saat ini tidak hanya Objek

Wisata Sungai Gajah Wong yang sedang bertahan di era adaptasi kebiasaan

baru Karen COVID-19 tetapi juga semua objek-objek wisata di seluruh

Indonsia, bahkan selurruh dunia juga mengalami hal yang sama. Penerapan

protokol kesehatan adalah jawaban dari permasalahn di era adaptasi

kebiasaan baru ini.

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sungai Gajah Wong yang mengaliri Kampung Ponggalan, Kampung

Karangmiri, dan Kampung Mrican, Kelurahab Giwangan telah menjadi

objek wisata baru di Yogyakarta. Sebelumnya masyarakat memiliki

tantangan dalam menghadapi tumpukan sampah di sungai yang akhirnya

mengendap di dasar sungai dan menyebabkan pendangkalan sungai. Saat

musim hujan tiba sering terjadi banjir dikarenakan sungai tidak mampu

menampung air hujan yang datang. Karena tantangan tersebut masyarakat

berinisiatif untuk membersihkan sungai dan memanfaatkan sungai sebagai

objek wisata baru. Sekarang objek wisata tersebut dikenal dengan

“Dermaga Cinta” dan “Bendung Lepen”.

Era adaptasi kebiasaan baru juga menjadi tantangan tersendiri untuk

Objek Wisata Sungai Gajah Wong dalam mempertahankan eksistensinya.

Adanya penyebaran Virus COVID-19 membatasi gerak manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Guna untuk mempertahankan eksistensi Objek

Wisata Gajah Wong, maka pengelola menerapkan protokol kesehatan baik

untuk pekerja maupun untuk pengunjung (wisatawan). Penerapan protokol

kesehatan ini bertujuan untuk mengantisipasi penularan atau penyebaran

Virus COVID-19 namun kegiatan pariwisata tetap dapat diselenggarakan

dengan aman dan tetap memperhatikan aspek-aspek yang telah pemerintah

terapkan.

20
B. Saran

Berdasarkan pengamatan yang telah Penulis lakukan di Objek

Wisata Sungai Gajah Wong, maka Penulis dapat memberikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Perlu dilakukannya pembersihan sungai secara berkala karena masih

ada sampah-sampah kiriman dari hilir.

2. Perlu diberlakukan penetapan pintu masuk dan keluar agar dapat

mempermudah pemeriksaan suhu tubuh wisatawan.

3. Menambahkan atraksi wisata budaya agar dapat menarik wisatawan

lebih banyak lagi.

4. Perlu melakukan promosi melalui sosial media seperti Facebook,

Instagram dan sosial media lainnya.

5. Membatasi jumlah pengunjung di era adaptasi kebiasaan baru seperti

sekarang sangat diperlukan.

6. Memberlakukan protokol kesehatan secara tegas, jika ada pengunjung

atau petugas tidak memakai masker maka seharusnya tidak

diperbolehkan masuk ke lokasi wisata.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ang. 2015. Data BPBD Sleman 95 Rumah Terendam banjir Sungai Gajah Wong.
https://jogja.tribunnews.com/. 17 November 2020 (18.36)

Data Hasil Observasi Jurnal Ilmiah Domestic Case Study, tanggal 12 November
2020 di Objek Wisata Sungai Gajah Wong, Kelurahan Giwangan, Kota
Yogyakarta

Data Seminar Nasional “Di Balik Tantangan Ada Peluang” tanggal 1 September
2020 di Amartha Auditorium STIPRAM Yogyakarta

Hasanudin. U. 2018. Tiga Talut Gajah Wong Longsor. https://www.solopos.com/.


17 November 2020 (18.20)

Kristianto, D. A., & Triyono, J. 2020. Pemanfaatan Tepian Sungai Sebagai Bagian
Dari Pengembangan Menejemen Hotel Puri Asri Magelang Yang Berbasis
Ekowisata. Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah, 14(2), 93-105.
https://ejournal.stipram.ac.id/

Prasetyo, A. Y. 2020. Evaluasi Aspek Lingkungan Tebing Breksi Menggunakan


Indikator Sustainable Tourism UNWTO. Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah,
1(1), 25-39. https://ejournal.stipram.ac.id/

Sagala, R. U. 2019. Analisis Kualitas Air Sungai Gajah Wong Ditinjau dari
Konsentrasi Klorofil-a dan Indeks Pencemaran. Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

Suharyono, E. 2019. Kajian dan Penetapan Sebagai Situs Cagar Budaya Gua
Jepang di Tretes Prigen Guna Pelestarian dan Penciptaan Daya Tarik
Wisata Baru. Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah, 13(3), 35-48.
https://ejournal.stipram.ac.id/

22
LAMPIRAN

Foto 1. Objek Wisata Bendung Lepen dari atas

Foto 2. Penulis sedang memberi makan ikan di Objek Wisata Bendung Lepen

23
Foto 3. Objek Wisata Dermaga Cinta di Sungai Gajah Wong

Foto 4. Seminar yang diselenggarakan di Objek Wisata Dermaga Cinta

24
Gambar 1. Sertifikat Seminar

25

Anda mungkin juga menyukai