Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Program PPG


Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program Sarjana
yang mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Dengan demikian, program PPG adalah program
pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan S-1 Kependidikan dan S-
1/D-IV Non-Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru
agar mereka dapat menjadi guru profesional setelah mereka memenuhi
syarat-syarat tertentu sesuai dengan standar nasional pendidikan dan
memperoleh sertifikat pendidik.
Tujuan program PPG, seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013 (sebagai
pengganti Permendiknas No 8 Tahun 2009) adalah menghasilkan calon guru
yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan
menilai pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan
pembimbingan, dan pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan
mampu mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan.
Program PPG merupakan Program Pendidikan Profesi Guru bagi
sarjana pendidikan yang telah melaksanakan tugas pengabdian di daerah 3T
selama satu tahun.

B. Landasan Program PPG


Program Pendidikan Profesi Guru (PPPG) oleh Departemen Pendidikan
Nasional (Naskah Akademik, 2008) disusun berdasarkan beberapa landasan
yaitu landasan filosofis, landasan historis, landasan yuridis dan landasan
konseptual.
a. Landasan Filosofis
Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan dalam menyiapkan
masa depan suatu bangsa agar dapat berperan aktif dalam lingkup
nasional maupun internasional. Pendidikan merupakan proses
pembimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan, serta pemodelan
yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik. Dalam aktivitas
pendidikan terlibat adanya interaksi aktif antara pendidik dan peserta
didik yang berlangsung dalam ruang dan waktu yang dipengaruhi oleh
lingkungan fisik, sosial dan psikologis. Pendidikan bertujuan untuk
menjadikan manusia yang utuh sesuai dengan citra keunikan yang
dimilikinya. Atas dasar landasan filosofis tersebut, seorang guru sebagai
pendidik mempunyai kewajiban untuk mempersiapkan peserta didik
mencapai pengembangan potensinya secara optimal.
b. Landasan Historis
Pendidikan guru di Indonesia telah mengalami sejarah yang
panjang. Tuntutan kualifikasi terus meningkat, sehingga berdampak
pada lamanya seseorang menempuh pendidikan persiapan menjadi guru.
Setelah kemerdekaan, pemerintah mendirikan Sekolah Guru B (4 tahun
sesudah SD) untuk mendidik calon guru SD, selanjutnya mulai tahun
1957 persyaratan tersebut meningkat menjadi minimal lulusan SGA (3
tahun setelah SMP). Pada pertengahan tahun 1960an SGB dilikuidasi
dan SGA berubah menjadi Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang
mendidik calon guru SD. Bagi guru yang belum memenuhi syarat
diwajibkan mengikuti pendidikan yang sederajat, yakni Kursus
Pendidikan Guru (KPG). Tahun 1989 persyaratan untuk menjadi guru
SD ditingkatkan lagi menjadi minimal lulusan program Diploma II (2
tahun setelah SMA/SPG), sedangkan SPG dilikuidasi dan perangkat
sumber dayanya diintegrasikan ke Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan atau LPTK (IKIP/FKIP Universitas/STKIP).
Penyelenggaraan pendidikan guru di tingkat perguruan tinggi mulai
berlangsung sejak tahun 1954 dengan didirikannya Pendidikan Tinggi
Pendidikan Guru (PTPG) di Bandung, Malang, Batu Sangkar, dan
Tondano untuk mendidik calon guru SLTA. Pada tahun 1957 PTPG
bergabung ke universitas menjadi FKIP. Selanjutnya pada tahun 1963
FKIP tersebut berdiri sendiri menjadi Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) dan kursus B1 dan B2 dilebur masuk IKIP. Jumlah
IKIP kemudian bertambah menjadi 10 buah, di luar itu di setiap propinsi
yang tidak ada IKIP berkembang FKIP di bawah universitas negeri.
Pada tahun 1999 dan 2000 sepuluh IKIP tersebut berubah nama menjadi
universitas dengan tetap mengemban tugas sebagai lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK). Jumlah tersebut terus bertambah,
terutama dengan berkembangnya jumlah LPTK swasta.
c. Landasan Yuridis
1) Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus (Penjelasan Pasal 15
UU No.20/2003).
2) LPTK adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintah
untuk menyelenggarakan program pengadaan guru serta untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan
non kependidikan (UU No. 14/2005 Pasal 1 ayat (14)).
3) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru
sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik
(UU No.14/2005 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)).
4) Pendidik pada PAUD memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1)
dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang anak usia dini,
kependidikan lain, atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk
PAUD (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (1)).
5) Pendidik pada SD/MI memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang
pendidikan SD/MI, kependidikan lain atau psikologi dan sertifikat
profesi guru untuk SD/MI (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (2)).
6) Pendidik pada SMP/MTs memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru
untuk SMP/MTs (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (3)).
7) Pendidik pada SMA/MA memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru
untuk SMA/MA (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (4)).
8) Pendidik pada SDLB memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang
SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi, dan sertifikat profesi guru
untuk SDLB (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (5)).
9) Pendidik pada SMPLB/SMALB memiliki kualifikasi akademik
minimum sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi
guru untuk SMPLB/SMALB (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (5)).
10) Pendidik pada SMK/MAK memiliki kualifikasi akademik minimum
sarjana (S1) dengan latar belakang program studi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan sertifikat profesi guru
untuk SMK/MAK (PP No. 19/2005 Pasal 29 ayat (6))
d. Landasan Konseptual
Sosok utuh seorang lulusan program pendidikan profesi guru secara
generik tertuang dalam Standar Kompetensi Guru (Permen no. 16 tahun
2007). Kompetensi guru diklasifikasikan ke dalam 4 kategori
kompetensi dengan judul seperti tertera pada Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

C. Penyelenggaraan Program PPG


1. LPTK Penyelenggara
Penyelenggara PPG adalah LPTK yang ditunjuk (ditugasi) oleh
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen
Belmawa), Kemenristekdikti. Adapun LPTK penyelenggara Program
PPG SM-3T Angkatan V Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a. Universitas Bengkulu
b. Universitas Mulawarman
c. Universitas Negeri Gorontalo
d. Universitas Negeri Jakarta
e. Universitas Negeri Makassar
f. Universitas Negeri Malang
g. Universitas Negeri Manado
h. Universitas Negeri Medan
i. Universitas Negeri Padang
j. Universitas Negeri Semarang
k. Universitas Negeri Surabaya
l. Universitas Negeri Yogyakarta
m. Universitas Nusa Cendana
n. Universitas Pendidikan Ganesha
o. Universitas Pendidikan Indonesia
p. Universitas Riau
q. Universitas Negeri Sebelas Maret
r. Universitas Syiah Kuala
s. Universitas Tanjungpura
t. Universitas Islam Nusantara
u. Universitas Muhammadiyah Malang
v. Universitas PGRI Semarang
w. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penunjukan LPTK sebagai penyelenggara program PPG melalui


penugasan khusus yang ditentukan dan didasarkan pada pemenuhan
beberapa persyaratan, yaitu: (1) akreditasi Program Studi dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan peringkat
paling rendah B; (2) ketaatan azas dalam penyelenggaraan perguruan
tinggi sesuai dengan peraturan perundangan yang ada; (3) komitmen
LPTK; (4) kualitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tridharma
perguruan tinggi yang mendukung program studi kependidikan; (5)
fasilitas asrama; (6) memiliki program peningkatan dan pengembangan
aktivitas instruksional atau yang sejenis dan berfungsi efektif, dan (7)
memiliki program dan jaringan kemitraan dengan sekolah-sekolah mitra
terakreditasi paling rendah B dan memenuhi persyaratan untuk
pelaksanaan program pengalaman lapangan (PPL).

2. Persyaratan Peserta PPG


Mengingat penugasan di daerah 3T memerlukan ketangguhan,
ketahanmalangan, dan kondisi fisik yang sehat, dan peserta PPG harus
mengikuti program berasrama, mengikuti semua kegiatan baik di
kampus, maupun di sekolah tempat PPL, maka calon peserta PPG harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sarjana Pendidikan yang telah selesai melaksanakan tugas
pengabdian melalui Program SM-3T
b. memiliki latar belakang bidang studi yang sesuai dengan program
studi PPG
c. berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan Dokter
d. bebas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN) dari
pejabat yang berwenang, yang disertai dengan hasil tes urine
e. berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
kepolisian
f. mendapatkan ijin dari orangtua/wali yang dibuktikan dengan surat
pernyataan bermaterai
g. sanggup mengikuti seluruh kegiatan di kelas dan di asrama, dengan
tingkat kehadiran/partisipasi penuh
h. sanggup menaati peraturan atau tata tertib dan bersedia menerima
sanksi jika melakukan pelanggaran yang dinyatakan dalam surat
pernyataan bermeterai.
3. Persyaratan Dosen
Dosen yang mengampu pada program PPG harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Dosen pada program PPG memiliki kualifikasi pendidikan program
Magister (S2) atau Doktor (S3), dan salah satu strata pendidikan S2
atau S3 berlatar belakang bidang kependidikan sesuai dengan bidang
keahlian yang diajarkannya.
b. Dosen pada program PPG kejuruan memiliki kualifikasi pendidikan
program Magister (S2) atau Doktor (S3), dan salah satu strata
pendidikan S2 atau S3 berlatar belakang bidang kependidikan dan
diutamakan yang memiliki sertifikat keahlian sesuai dengan bidang
yang diajarkannya.
c. Dosen pada program PPG harus mempunyai jabatan fungsional
minimal Lektor.
d. Dosen pada program PPG mempunyai kemampuan dalam
menyusun perencanaan (teori dan praktik), melaksanakan, dan
melakukan penilaian hasil pembelajaran, serta melakukan evaluasi
diri.
e. Dosen pada program PPG mampu melakukan pembimbingan dan
memberikan umpan balik kepada mahasiswa dengan andragogi.

D. Kurikulum dan Sistem Pembelajaran


1. Orientasi untuk Kesiapan Belajar Peserta PPG
Pada kegiatan orientasi ini, peserta PPG SM-3T perlu dibekali
dengan materi, yaitu: (1) sistem pembelajaran dalam pendidikan profesi;
(2) bela negara; (3) motivasi dan kedisiplinan; dan (4) etika profesi.
Materi-materi tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut.
a. Sistem Pembelajaran dalam Pendidikan Profesi
Materi ini membahas tentang sistem pembelajaran dalam
PPG yang meliputi hakikat pembelajaran dalam PPG yang tidak lagi
menggunakan nomenklatur mata kuliah. Sistem pembelajaran pada
program PPG mencakup lokakarya/workshop pengembangan
perangkat pembelajaran dan Praktik Pengalaman Lapangan.
Kegiatan ini dibimbing secara intensif oleh dosen dan guru pamong
yang ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran,
dan perangkat penilaian. Hasil pengembangan perangkat
pembelajaran tersebut diimplementasikan dalam kegiatan peer
teaching dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
b. Bela Negara
UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen pertahanan, yaitu:
komponen TNI, komponen cadangan (Komcad), dan komponen
pendukung (Komduk). Semua sumber daya, termasuk sumber daya
manusia (SDM), dan sarana prasarana nasional termasuk Komduk.
Dengan demikian, peserta PPG termasuk dalam Komduk bela
negara. Oleh karena itu, materi bela negara dipandang perlu untuk
disampaikan kepada peserta PPG. Materi bela negara meliputi:
pembekalan mental spiritual, rasa cinta tanah air (patriotisme), dan
kebugaran fisik.
c. Motivasi dan Kedisiplinan
Aspek motivasi belajar, kedisiplinan, kerja tim, jiwa
kebersamaan, maupun kejujuran sangat penting untuk
ditumbuhkembangkan melalui kegiatan orientasi PPG. Selama PPG,
peserta harus mengikuti berbagai macam kegiatan dengan jadwal
padat dan memerlukan kesungguhan. Oleh karena itu, peserta
memerlukan aspek-aspek karakter tersebut di atas.
d. Etika Profesi
Pemahaman etika profesi guru oleh peserta PPG dalam tahap
orientasi akan membantu mereka untuk bisa melakukan internalisasi
nilai-nilai etika tersebut sedini mungkin. Etika profesi merupakan
internalisasi dari tugas, peran, nilai-nilai, kode etik dan perilaku.
Etika profesi tersebut digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dan
memberikan layanan sebagai guru. Etika profesi bertujuan untuk
menghindari perbuatan negatif dan membangun komunitas
keilmuan. Guru sebagai profesi juga ditandai dengan adanya
pendidikan khusus untuk guru yang disebut dengan Pendidikan
Profesi Guru (PPG).

2. Capaian Pembelajaran Program PPG


Capaian pembelajaran program PPG dijabarkan dari empat kompetensi
guru dan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) level 7. Capaian pembelajaran Program PPG dirumuskan
sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik:
- merencanakan pembelajaran
- melaksanakan pembelajaran
- menilai dan mengevaluasi pembelajaran
b. Kompetensi Kepribadian: berperilaku sesuai dengan norma agama,
norma hukum, norma sosial, etika, dan nilai budaya
c. Kompetensi Sosial: memiliki kemampuan berkomunikasi,
berinteraksi, dan beradaptasi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional :
- menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam
- menguasai dan menemukan konsep, pendekatan, teknik, dan
metode ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni yang relevan
3. Struktur Kurikulum Program PPG
Struktur kurikulum PPG berisi workshop pengembangan perangkat
pembelajaran bidang studi yang mendidik (subject-specific pedagogy/
SSP) disertai dengan implementasi pembelajaran dalam bentuk peer
teaching, dan dilanjutkan dengan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
Proporsi antara Workshop SSP dan PPL adalah 60:40 dari beban belajar
PPG. Gambaran struktur kurikulum ini disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Kurikulum Program PPG

No Isi Kurikulum Proporsi


1 Workshop/Lokakarya pengembangan 60%
perangkat pembelajaran bidang studi
yang mendidik (subject-specific
pedagogy)
2 Praktik Pengalaman Lapangan 40%

4. Beban Belajar
Beban belajar peserta Program PPG untuk menjadi guru pada satuan
pendidikan TK/RA/TKLB, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, adalah
36 (tiga puluh enam) sampai dengan 38 (tiga puluh delapan) satuan
kredit semester.
Selanjutnya, dalam mengembangkan kurikulum Program PPG
sekurang-kurangnya perlu mengacu pada hal-hal berikut.
a. Kompetensi yang berimplikasi kepada perancangan, pelaksanaan,
dan penilaian pembelajaran dengan mengacu pada perangkat
kompetensi yang dicapai.
b. Pengembangan yang lebih menitikberatkan pada peningkatan
keterampilan yang kontekstual dengan profesi guru, didukung oleh
kegiatan praktik, praktikum, dan workshop tanpa mengabaikan
aspek-aspek teoritis yang relevan.
c. Pentingnya keterlibatan pihak-pihak pemangku kepentingan
(stakeholders), antara lain asosiasi profesi program studi dan
pengguna lulusan dalam keseluruhan proses pengembangan
kurikulum.
5. Uji Kompetensi
Uji kompetensi sebagai ujian akhir PPG terdiri atas ujian tulis dan
ujian kinerja. Uji tulis terdiri dari Uji Tulis LPTK (UTL) dan Uji Tulis
Nasional (UTN). Ujian ini ditempuh setelah peserta lulus dalam
kegiatan workshop dan PPL. UTL dilaksanakan oleh program
studi/jurusan penyelenggara, sedangkan UTN diselenggarakan oleh
Ditjen Belmawa. Uji kinerja dilaksanakan oleh program studi/jurusan
dengan melibatkan organisasi profesi dan atau pihak eksternal yang
profesional dan relevan. Peserta yang lulus uji kompetensi memperoleh
sertifikat pendidik bernomor register yang dikeluarkan oleh LPTK.
Uji kompetensi dilaksanakan di akhir Program PPG. Apabila peserta
belum lulus pada uji kompetensi, diberi kesempatan dua kali uji
kompetensi ulang. Jika sampai dengan uji kompetensi ulang yang kedua
belum lulus, peserta diberi kesempatan mengikuti uji kompetensi ulang
dengan biaya sendiri dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak
yang bersangkutan terdaftar sebagai peserta PPG. Uji kompetensi ulang
tersebut dilaksanakan oleh Ditjen Belmawa bertempat di LPTK yang
ditunjuk.
a. Uji Tulis
1) Uji Tulis LPTK (UTL)
UTL diselenggarakan dengan menggunakan seperangkat tes
essai yang berupa pemecahan masalah.
2) Uji Tulis Nasional (UTN)
UTN diselenggarakan oleh Ditjen Belmawa bertempat di LPTK
yang ditunjuk. UTN mengukur kompetensi mahasiswa dalam
aspek pedagogis dan profesional. UTN berbentuk pilihan ganda,
diselenggarakan secara online dan serentak. UTN untuk prodi
yang sama dilakukan dalam waktu yang bersamaan (real time).
b. Ujian Kinerja
Ujian kinerja fokus pada uji kemampuan untuk membuat
perencanaan dan mengelola pembelajaran di kelas (real teaching).
Ujian kinerja dilakukan dengan durasi 2 JP satu kali pertemuan.
Lama JP disesuaikan dengan sekolah tempat PPL.

6. Hak Lulusan
Lulusan program PPG ini akan diberikan sertifikat guru profesional
yang diterbitkan oleh Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti.

Anda mungkin juga menyukai