Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

KELAS VIII DALAM PENYELESAIAN SOAL OPEN-ENDED


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara.
Salah satu negara yang sangat mementingkan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan
negara adalah Indonesia. Hal ini sejalan dengan cita-cita luhur dalam Pembukaan UUD 1945
alenia IV yang menegaskan bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pendidikan sangat baik untuk pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia. Hal
ini sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi manusia
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berpijak dari penjabaran di atas bisa dipahami bahwa pendidikan perlu mendapat
perhatian dari semua pihak, khususnya pemerintah. Saat ini, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut, salah satunya melalui kurikulum
pendidikan yang memuat standar isi kompetensi-kompetensi yang harus dicapai siswa (Jufri,
2014: 1).
Salah satu bidang studi pendidikan di Indonesia adalah matematika. Matematika
merupakan pengetahuan dasar yang sangat berguna untuk kehidupan manusia sehari-hari
termasuk perkembangan tekonologi. Matematika merupakan ilmu dasar yang memegang
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Yuhasriati, 2012: 81).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia
(Ibrahim dan Suparni, 2008: 35).
Pembelajaran matematika mengarahkan siswa untuk memahami konsep dan ide
matematika yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan matematika atau ilmu
pengetahuan lain. Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif (Ibrahim dan Suparni, 2009:
36). Oleh karena itu, pembelajaran matematika seharusnya memakai metode pembelajaran
yang tepat karena setiap materi mempunyai karakteristik tertentu.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada sejak pendidikan
dasar yang dapat membentuk pola pemikiran yang logis, sistematis, kritis dan kreatif. Akan
tetapi, di masyarakat beredar mitos negatif tentang matematika. Sebagaimana dikemukakan
oleh Frans Susilo (2004: 2) dikatakan bahwa masyarakat beranggapan bahwa matematika
hanya menggunakan otak. Otak yang dimaksud disini adalah otak kiri, masyarakat masih
beranggapan tanpa kemampuan otak kiri yang tinggi matematika dianggap sulit. Aktivitas
matematika memang memerlukan logika dan kecerdasan otak. Akan tetapi, logika dan
kecerdasan saja tidak mencukupi untuk membuat matematika berkermbang. Untuk dapat
berkembang, matematika sangat membutuhkan kreativitas dan intuisi manusia seperti halnya
seni dan sastra. Berpijak dari pendapat Frans Susilo di atas dapat dipahami bahwa untuk
mengembangkan matematika tidak hanya memerlukan kecerdasan atau otak kiri saja,
melainkan juga harus mampu menggunakan otak kanan secara seimbang.
Perkembangan matematika di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini ditunjukan dari
prestasi mata pelajaran matematika yang masih belum maksimal. Laporan Kemendikbud hasil
studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) yang diadakan
tiga tahun sekali dalam bidang membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15
tahun pada tahun 2015 skor prestasi Indonesia masih di bawah rata-rata Internasional.
Indonesia berada pada peringkat 63 dari 69 negara yang mengikuti PISA. Faktor penyebab
yang menyebabkan rendahnya prestasi Indonesia yaitu lemahnya kemampuan memecahkan
soal non rutine atau level tinggi, sistem evaluasi di Indonesia masih menggunakan soal level
rendah, siswa terbiasa memperoleh dan menggunakan pengetahuan formal di kelas.
Prestasi erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang
tinggi akan menghasilkan prestasi yang baik. Menurut KKBI berpikir adalah kegiatan yang
menggunakan akal budi dalam mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu. Salah satu
kemampuan berpikir yang berguna untuk mengembangkan prestasi mata pelajaran adalah
berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan
pemahaman-pemahaman baru (Setiawan, 2011: 183). Berpikir kreatif memungkinkan siswa
untuk mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang
terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal.
Berpikir kreatif juga menjadi perhatian dalam pendidikan, hal ini terlihat dari salah satu
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang kreatif. Hal ini juga dijelaskan pada Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006
bahwa matematika harus diajarkan di semua siswa untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hal tersebut bisa disimpulkan bahwa porsi berpikir
kreatif dalam pendidikan cukup besar.
Kemampuan berpikir kreatif seharusnya dikembangkan dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan berpikir kreatif membuat siswa dapat menghasilkan sesuatu yang
bernilai tinggi dalam pembelajaran matematika. Yusron (2011: 130) mengatakan bahwa aspek
kreatif otak dapat membantu menjelaskan konsep-konsep yang abstrak, sehingga
memungkinkan siswa untuk mencapai penguasaan yang lebih besar khususnya pada mata
pelajaran matematika dan sains. Mengajar dengan kreatif dapat mengembangkan kualitas
pendidikan, membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini dikarenakan soal-soal
dalam matematika tidak harus diselesaikan dengan satu cara saja tetapi soal-soal tersebut
dapat dikerjakan dengan beragam cara selama cara yang digunakan masih berkaitan dengan
materi.
Bepikir kreatif tidak hanya memiliki satu tingkatan saja, ide tentang tingkat-tingkat
berpikir kreatif telah diungkapkan oleh beberapa ahli. Hurlock (Siswono, 2006: 4)
mengemukakan bahwa kreativitas merupakan produk berpikir kreatif sesorang. Berpikir
kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita memunculkan ide baru. Dalam
produk berpikir kreatif itu meliputi kefasihan, fleksibilitas, dan keaslian. Selain itu, kreativitas
memiliki berbagai tingkatan sebagai mana tingkat kecerdasan. Karena kreativitas merupakan
perwujudan dari proses berpikir kreatif maka berpikir kreatif juga mempunyai tingkatan.
De Bono (Siswono, 2006: 2) mendefinisikan 4 tingkat pencapaian dari perkembangan
keterampilan berpikir kreatif yaitu kesadaran berpikir, observasi berpikir, strategi berpikir,
dan refleksi pemikiran. Pada tingkat 1 merupakan tingkat berpikir kreatif yang rendah karena
siswa hanya sadar untuk menyelesaikan tugasnya saja. Sedangkan tingkat 2 menunjukkan
berpikir kreatif yang lebih tinggi, karena siswa sudah menggunakan pengamatan untuk
menyelesaikan tugasnya. Tingkat 3 merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya, karena
siswa sudah bisa memilih satu strategi serta memberi penjelasan yang detail dan logis untuk
menyelesaiakan tugasnya. Tingkat 4 merupakan tingkat tertinggi, karena siswa sudah bisa
mendapatkan beberapa strategi, dan siswa mampu membandingkan strategi-strategi tersebut
untuk mendapatkan yang terbaik dalam menyelesaikan tugasnya.
Gotoh (Siswono, 2006: 4-5) mengungkapkan tingkatan berpikir matematis dalam
memecahkan masalah terdiri 3 tingkat yang dinamakan aktivitas empiris (informal),
algoritmis (formal) dan konstruktif (kreatif). Pada tingkat pertama, berbagai teknik matematis
digunakan untuk memecahkan masalah tanpa suatu kesadaran yang pasti, sehingga masih
dalam coba-coba. Dalam tingkat kedua, teknik-teknik matematis digunakan secara eksplisit
untuk menuju operasi, penghitungan, manipulasi dan penyelesaian masalah. Sedang pada
tingkat ketiga, pengambilan keputusan yang non algoritmis ditunjukan dalam memecahkan
masalah non rutin. Tingkatan yang dikembangkan ini lebih menekankan pada klasifikasi cara
siswa memecahkan masalah matematika dengan memanfaatkan konsep-konsep matematika
yang sudah diketahui. Pembagian ini mengesankan bahwa penyelesaian dari masalah maupun
langkahnya yang diberikan tunggal. Tidak tampak bagaimana produktivitas siswa melahirkan
ide-ide dan menerapkannya untuk menyelesaikan masalah sebagai ciri berpikir kreatif dalam
matematika. Sehingga perlu tingkatan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menjalin
ide, membangkitkan ide maupun menerapkannya dalam memecahkan masalah matematika.
Krulik dan Rudnick (Siswono, 2006: 5) mengatakan bahwa kriteria tingkatan itu sering
sekali bergerak menuju tingkat lebih rendah di antara tingkat-tingkat tersebut. Dengan
demikian memungkinkan terjadi tumpang tindih tingkat berpikir siswa apakah termasuk
dalam tingkat berpikir kreatif. Kesulitan dalam membedakan tingkat ini merupakan tantangan
untuk diatasi dengan mencari pendekatan lain dalam membuat kriteria tingkatan itu.
Tingkatan ini bukan merupakan tingkat berpikir kreatif tetapi tingkatan berpikir atau lebih
khusus tingkat penalaran. Tetapi berdasar tingkatan itu mengindikasikan adanya tingkat
berpikir kreatif sendiri. Untuk menfokuskan pada tingkat berpikir kreatif siswa, maka kriteria
didasarkan pada produk berpikir kreatif yang memperhatikan aspek kefasihan, fleksibilitas
dan kebaruannya dengan mempertimbangkan bagaimana ia memunculkan ide,
mensintesisnya, dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah matematika.
Siswono (2006, 9) membandingkan antara ketiga kriteria tingkat berpikir kreatif yang
ada, yaitu Tingkat Berpikir Kreatif De Bono (TBKB), Tingkat Berpikir Kreatif Gotoh
(TBMG), serta Tingkat Berpikir Krulik dan Rudnick (TBKR), dengan melihat kesamaan ciri
dalam setiap tingkat berpikir maka dapat dibuat hipotesis teoritik tentang berpikir kreatif
menjadi 5 tingkat, sebagai berikut:
a. Tingkat Berpikir Kreatif 4 (Sangat Kreatif)
Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban
maupun cara penyelesaian dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Siswa yang mencapai
tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa yang sangat kreatif.
b. Tingkat Berpikir Kreatif 3 (Kreatif)
Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru dengan cara penyelesaian yang
berbeda dengan lancar (fasih) meskipun tidak tidak fleksibel atau hanya memenemukan
satu penyelesaiakan tunggal. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai
siswa yang kreatif.
c. Tingkat Berpikir Kreatif 2 (Cukup Kreatif)
Siswa mampu membuat satu jawaban yang sedikit berbeda dari kebiasaan umum
meskipun jawaban yang dihasilkan tidak fleksibel. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat
dinamakan sebagai siswa yang cukup kreatif.
d. Tingkat Berpikir Kreatif 1 (Kurang Kreatif)
Siswa tidak mampu membuat jawaban yang berbeda dan tidak fleskibel. Siswa yang
mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa yang kurang kreatif.
e. Tingkat Berpikir Kreatif 0 (Tidak Kreatif) Siswa sama sekali tidak mampu membuat
alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Siswa
yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa yang tidak kreatif.
Salah satu cara yang mungkin untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif siswa adalah
dengan pemberian soal. Usaha dalam mendorong berpikir kreatif pada matematika salah
satunya adalah memberikan soal yang didalamnya mengandung beberapa cara penyelesaian.
Tujuan pembelajaran Indonesia bisa tercapai secara maksimal dengan memberikan soal-soal
tertutup saja. Akan tetapi, dengan pemberian soal-soal open-ended yang bisa mengembangkan
pola pikir kreatif siswa melalui permasalahan-permasalahan matematika yang diberikan oleh
guru, yang selama ini tidak terdapat dalam buku pelajaran siswa (Devi, 2010: 9-10)
Soal open-ended adalah salah satu penyajian berbagai macam pendekatan yang
mungkin untuk menyelesaikan soal, atau adanya berbagai macam kemungkinan jawaban
(Foong, 2009: 2). Berpijak dari penjabaran diatas dapat dipahami bahwa siswa tidak dituntut
untuk menyelesaikan dengan cara satu konsep yang sudah ada, siswa diberikan soal open-
ended tujuan utamanya bukan untuk mendapat jawaban yang benar tetapi untuk mengetahui
tingkat kemampuan berpikir kreatifnya.
Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan perlu adanya penelitian dengan tujuan
untuk mendekripsikan tingkat berpikir kreatif siswa kelas VIII dalam menyelesaian soal
open ended. Dengan harapan hasil penelitian ini menjadi bahan perimbangan untuk semakin
meningkatkan dan memeperbaiki proses pembelajaran.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah bagaimana
tingkat-tingkat berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal open-
ended?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana tingkat-tingkat
berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal open- ended
4. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini dihararapkan dapat bermanfaat bagi para guru, calon guru dan
siswa pada umumnya. Manfaat yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi kepada guru matematika tentang tingkat berpikir kreatif
matematis siswa dalam menyelesaikan soal pada materi bangun ruang sisi datar sebagai
masukan bagi guru matematika dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah
supaya menjadi lebih baik lagi.
b. Memberikan informasi kepada siswa tentang TBK siswa dalam menyelesaikan soal pada
materi bangun ruang sisi datar sehingga siswa dapat meningkatkan TBK mereka.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana dan tambahan wawasan bagi para guru
dan calon guru tentang tingkat berpikir kreatif.
5. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan penafsiran ganda, maka didefinisikan beberapa istilah
berikut:
a. Berpikir Kreatif
Berpikir Kreatif dalam penelitian ini adalah adalah kemampuan untuk menghasilkan ide
baru yang didapat dari ide-ide sebelumnya bertujuan menyelesaikan. suatu soal open
ended.
b. Tingkat Berpikir Kreatif
Tingkat berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah tahapan berpikir kreatif dalam
menyelesaikan soal open ended.
c. Proses Berpikir Kreatif
Proses berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah berpikir yang meliputi tahap
mensintetis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan dan menerapkan ide
tersebut untuk menghasilkan suatu produk yang baru secara fasih dan fleksibel.
d. Soal Open Ended
Soal Open Ended dalam penelitian ini adalah soal non rutin atau soal yang tidak hanya
mempunyai satu penyelesaian yang tetap. Soal ini digunakan untuk menetapkan tingkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa.
Daftar Pustaka

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2006. Implementasi Teori Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Dalam Matematika
Surabaya: Unesa Univercity Press.

Anda mungkin juga menyukai