Anda di halaman 1dari 63

GURU SEBAGAI

AGEN
PEMBELAJAR
SISWA
DIFABEL

OLEH
IBRAHIM
Pengantar

– Sebuah tatanan sosial masyarakat yang sehat adalah tatanan sosial yang
mampu mengakomodasi dan menghargai setiap bentuk perbedaan.
– Namun, kenyataan tidaklah demikian. Perbedaan seperti kaya dan miskin,
perbedaan agama, perbedaan ras, suku dan berbagai keragaman lainnya masih
menjadi instrumen pembeda yang pada gilirannya mengkotak-kotakkan
manusia yang semestinya bersama dalam sebuah tatanan sosial yang adil dan
setara, ke dalam sekat-sekat sosial yang dibuat oleh arogansi mereka yang kuat.
– Salah satu arogansi sosial yang sampai sekarang ini masih sangat kuat, namun
kadang tak disadari dan dibahas adalah standar normal atau faham normalisme
yang kemudian melahirkan sekelompok masyarakat kecil yang berbeda (tidak
sesuai dengan standar normalisme tersebut) yang kemudian disebut
penderita/penyandang cacat.
Penting Untuk Didiskusikan

– Sudah tepatkah pengistilahan “cacat” dan


“normal”?
– Adakah pengistilahan lain yang lebih manusiawi?
– Bagaimanakah semestinya mereka dipandang
dan diperlakukan dalam kehidupan sosial?
Apakah Normalisme

• Faham yang mengakui adanya standar-standar


kewajaran dengan menggunakan pendekatan
generalisasi, sehingga seseorang akan dikatakan tidak
normal/tidak wajar apa bila tidak memenuhi standar
yang diakui dan dianut tersebut.
• Mula-mula diperkenalkan oleh para psikolog dan ahli-
ahli medis untuk diterapkan kepada manusia.
• Menjadi meluas dan dianut oleh masyarakat secara
umum.
Ciri-ciri Normalisme

– Diukur berdasarkan standarisasi medis dan psikologis


– Bermuara pada pelabelan bagi mereka yang tidak sesuai
dengan standar tersebut.
– Treatment/rehabilitasi bertujuan menormalkan.
– Yang tidak bisa dinormalkan kemudian disebut cacat.
– Berujung pada stigma yang merugikan subyek yang
dicacatkan.
APA YANG SALAH DENGAN
NORMALISME?

– Tidak mengakui aspek – unsur keberbedaan antar individu.


– Mengabaikan aspek-aspek kausalitas diluar standar yang diakui.
– Bias terhadap dimensi budaya.
– Gagal menempatkan interaksi dan lingkungan sosial sebagai unsur
yang interaktif, adjustable dan adabtive.
– Selalu menempatkan individu sebagai masalah.
– Tidak pernah mempertimbangkan respon lingkungan sosial dan
masyarakat sebagai masalah.
– Berujung pada stigma yang akan menyertai orang-orang yang
dilabeli tidak normal/cacat.
Mengapa ISTILAH CACAT ditolak?

– Cacat berarti tidak sempurna atau produk gagal


– Cacat berarti tak berharga, murah, dibuang
– Cacat juga berarti tak mampu
– Padahal, mereka sebenarnya juga punya kapabilitas kalau diberi
kesempatan
– Menyebut orang cacat berarti mengingkari firman Tuhan bahwa
manusia adalah makhluk yang paling sempurna
– Menyebut orang cacat juga berarti menganggap Tuhan lalai dalam
menciptakan manusia sehingga “gagal produksi”
DIFABEL, ISTILAH PENGGANTI
PENYANDANG CACAT
– Merupakan akronem dari differently abled people (orang
dengan kemampuan berbeda) atau diffable
– Diindonesiakan menjadi DIFABEL untuk menggantikan
PENYANDANG CACAT.
– Merupakan istilah perjuangan untuk kampanye
mengubah/menghapus cara pandang yang negatif
terhadap difabel
– Belum jadi istilah resmi dan inilah tantangan bagi kita
untuk mempopulerkannya!
– Atau ada istilah lain yang lebih tepat?
Mengapa Kita Pilih DIFABEL?

– Meskipun secara fisik/mental ada perbedaan, tetapi pada


dasarnya mereka mempunyai kapabilitas bila diberi
kesempatan
– Menggunakan kata difabel berarti mengakui firman Tuhan
bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna
– Menggunakan kata difabel berarti menghormati hak asasi
manusia
– Semua manusia punya harkat, martabat, dan hak yang sama
Tiga Pandangan Dominan terhadap
Difabel

– Kesadaran Magis
– Kesadaran Naif
– Kesadaran Kritis
Kesadaran Magis
– Melihat difabilitas berdasarkan hukum alam.
– Difabilitas dianggap sebagai karma, hukuman, atau
kutukan Tuhan akibat dosa pada masa lalu
– Difabilitas merupakan hasil kutukan dari roh jahat: ketika
ibu hamil, salah satu orang tuanya melakukan
pelanggaran hukum adat.
– Difabilitas dianggap penyakit.
– Akibatnya: difabilitas dianggap aib dan keluarga yang
mempunyai warga difabel berusaha menyembunyikan
bahkan menelantarkannya.
– Berakibat pada perbedaan data difabel antara Depsos,
Depkes, maupun PBB.
Kesadaran Naif
– Melihat aspek manusia sebagai akar masalah.
– Cenderung menyalahkan subjeknya, yaitu difabel.
– Difabel dianggap sebagai sosok yang malas, tidak mau melakukan apa-
apa, minta dikasihani, pembawa sial, menutup rejeki, tdk terampil, bodoh,
dst.
– Difabilitas dianggap penyakit (tdk sehat jasmani dan rohani).
– Menganggap masalah difabilitas adalah masalah yang sifatnya individu
dan menyelesaikan dengan menolong orang yang bersangkutan.
– Kewajiban untuk menolong adalah tanggung jawab keluarga.
– Struktur dan sistem yang ada dianggap sudah mendukung pemberdayaan
difabel. Kalau difabel masih terbelakang, itu salahnya difabel sendiri.
– Difabel harus mengikuti paket-paket pendidikan dan pelatihan yang telah
disediakan dan harus menerima sistem yang ada.
Pandangan pertama dan kedua ini disebut juga dengan individual model
dimana poin masalahnya ada pada individu yang menjadi difabel.
Kesadaran Kritis
– Difabilitas dipandang sebagai korban dari struktur sosial budaya.
– Perbedaan fisik dan/atau mental bukan berarti tidak sehat
jasmani dan rohani.
– Ketidakberdayaan difabel disebabkan adanya hambatan yang
ada di luar dirinya.
– Hambatan tersebut meliputi 3 hal: tidak adanya rehabilitasi dan
penyediaan alat bantu, tidak adanya aksesibilitas fisik, dan sikap
negatif terhadap difabel yang berkembang di masyarakat.
– Pemberdayaan difabel menjadi tanggung jawab negara,
didukung oleh keluarga dan masyarakat.
– Mendukung kehidupan yang inklusif dalam segala hal
Kesadaran ini juga disebut sebagai korelasional model.
Kesadaran Cara Penanganan Dampak
Magis  Disarankan menerima kenyataan Difabel selalu tergantung pada pihak lain
 Disarankan bertobat, siapa tahu bisa sembuh Ngamen atau mengemis supaya dikasihani
 Masalah terletak pada individu. orang lain
 Disantuni

Naif  Pusat masalah ada pada individu. Difabel terdiskriminasi dan tersubordinasi
 Upaya-upaya rehabilitasi diarahkan pada dalam berbagai aspek kehidupan
harapan menormalkan. Akhirnya difabel menjadi subkultur sendiri
 Diberi pendidikan dan pelatihan secara
segregasi
 Harus berkompetisi mengikuti sistem yang
sudah ada
Kritis  Melihat permasalahan bukan terletak pada Terwujudnya kehidupan yang inklusif;
individu, tetapi lingkungan sosial yang tidak difabel mempunyai kapabilitas tertentu,
memenuhi kebutuhan difabel. masyarakat dapat menerima difabel,
 Disediakan rehabilitasi dan alat bantu yang didukung dengan ruang publik yang
bertujuan bukan menormalkan tetapi aksesibel dan kebijakan yang berbasis HAM
mengembangkan potensi untuk
beraktualisasi
 Diupayakan aksesibilitas fisik dan non fisik.
 Pendidikan dan pelatihan secara inklusif.
 Diupayakan penghilangan stereotipe negatif
terhadap difabel.
Refleksi untuk Semua
– Dimanakah kita?
– Sudahkah kita menyadari betapa lingkungan kitalah yang selama
ini telah menidak mampukan difabel?
– Atau masihkah kita beranggapan bahwa memang difabel itu sosok
yang tidak mampu dan lemah?
– Jika demikian, lalu siapakah sebenarnya yang cacat?
Falsafah Pendidikan Inklusi
◦ Pendidikan untuk semua
◦ Setiap anak berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas
pendidikan yang layak

◦ Belajar hidup bersama dan bersosialisasi


◦ Setiap anak berhak untuk mendapatkan perhatian yang sama
sebagai peserta didik

◦ Integrasi pada lingkungan


◦ Setiap anak berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin
kehidupan sosial yang harmonis

◦ Penerimaan terhadap perbedaan


◦ Setiap anak berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan
diskriminasi dalam pendidikan
INKLUSI adalah….
Filosofi – Nilai – Sikap - Metode
INKLUSI bukan sekedar tempat….
• MITOS : Inklusi hanya pada satu elemen pendidikan saja
• FAKTA : Inklusi pada semua elemen pendidikan

• MITOS : Inklusi hanya untuk anak hambatan mental


• FAKTA : Inklusi dapat dikenakan untuk semua hambatan

• MITOS: Inklusi dilakukan pada satu periode saja


• FAKTA : Inklusi dapat secara berkesinambungan
Keuntungan Program Inklusi
Anak dengan Kebutuhan Khusus
◦ Terhindar dari label negatif
◦ Anak memiliki rasa percaya diri
◦ Memiliki kesempatan menyesuaikan diri
◦ Anak memiliki kesiapan menghadapi kehidupan nyata
Anak Tanpa Kebutuhan Khusus
◦ Belajar mengenai keterbatasan tertentu
◦ Mengetahui keterbatasan/keunikan temannya
◦ Peduli terhadap keterbatasan temannya
◦ Dapat mengembangkan keterampilan sosial
◦ Berempati terhadap permasalah temannya
◦ Membantu temannya yang kesulitan
Keuntungan Program Inklusi
Manfaat Bagi Guru
◦ Meningkatkan wawasan guru mengenai karakter siswa
◦ Guru mengenali peta kekuatan dan kelemahan siswanya
◦ Menambah kompetensi guru
◦ Guru lebih kreatif dan terampil mengajar dan mendidik

Manfaat Bagi Keluarga


◦ Meningkatkan penghargaan terhadap anak
◦ Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, senang ketika
anaknya dapat bersosialisasi dengan baik tanpa ada diskriminasi
◦ Orang tua yang anaknya tidak memiliki kebutuhan khusus senang
ketika anaknya memiliki keterampilan sosial yang baik
INKLUSIF vs EKSKLUSIF
[ Perasaan Anak ]
INKLUSIFITAS EKSKLUSIFITAS
◦ Dihargai ◦ Terkucil
◦ Bangga ◦ Marah
◦ Senang ◦ Kecewa
◦ Diperhatikan ◦ Tidak Percaya Diri
◦ Optimis ◦ Harga Diri Rendah
◦ Merasa Berguna ◦ Frustrasi
◦ Percaya Diri ◦ Merasa tidak berguna
◦ Aktif ◦ Merasa direndahkan
◦ Pesimis
Ciri Anak dengan
Kebutuhan Khusus

Tidak ada bedanya anak


yang terlalu pintar ataupun
terlalu bodoh..Mereka
semuanya membutuhkan
perhatian dan pengertian
(John Clark)
Peran Guru dan Siswa
dalam Pendidikan Inklusi

“Special education is a service


for children rather than a place
they are sent.”
Kompetensi Guru
 Pengetahuan : Perkembangan-Pendidikan
 Permasalahan yang dihadapi Pendidikan Inklusi tidak hanya anak normal akan
tetapi juga anak dengan kebutuhan khusus sehingga guru diharapkan
memiliki wawasan mengenai perkembangan anak dan permasalahannya serta
strategi pembelajaran efektif

 Skill : Kerjasama-keterampilan sosial


 Sistem pengajaran Pendidikan Inklusi adalah Tim Teaching
sehingga kemammpuan komunikasi, kerja sama, pembagian
tugas & peran sangat penting

 Karakter : Sabar-ulet
 Kesabaran diperlukan karena permasalahan yang dihadapi
Pendidikan Inklusi sangat kompleks

Peranan Guru dalam Pendidikan Inklusi


Kompetensi Guru
Berdasarkan PP No.19 Tahun 2005

 Kompetensi Pedagogik
 Kemampuan mengelola kelas, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar
 Kompetensi Profesional
 Penguasaan materi, aplikasi materi pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari
 Kompetensi Kepribadian
 Karakter yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berakhlak mulia

 Kompetensi Sosial
 Mampu berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, peka
terhadap permasalahan siswa, empatik

Peranan Guru dalam Pendidikan Inklusi


Prinsip-prinsip Umum dalam Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus:

a. Prinsip motivasi
 guru senantiasa memberikan motivasi kepada anak agar tetap memiliki gairah
dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Prinsip latar/komplek
 Adanya sebuah pengenalan antara guru dan murid tentu akan sangat berarti.
c. Prinsip keterarahan
 Guru harus merumuskan secara matang tujuan kegiatan tersebut secara jelas.
d. Prinsip hubungan sosial
 Guru harus dapat mengembangkan setiap strategi pembelajaran yang mampu untuk
mengoptimalkan interaksi antara guru dan murid.
e. Prinsip belajar sambil bekerja
 Guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan untuk
melakukan sendiri praktek atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui
pengamatan, penelitian.
f. Prinsip individualisasi
 Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara
mendalam, baik dari segi kemampuan atau ketidakmampuan dalam menyerap materi
pelajaran.
g. Prinsip menemukan
 Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing anak untuk
melihat secara aktif, baik fisik, mental, sosial atau emosinya.
h. Prinsip pemecahan masalah
 Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan yang ada di lingkungan sekitar, dan
anak dilatih untuk mencari data, menganalisis, dan memecahkan masalah tersebut sesuai
dengan kemampuan masing-masing dan guru sebaiknya tidak begitu memaksakan anak
tersebut agar tidak menjadikan sebuah beban.
Peranan Anak Tanpa Kebutuhan Khusus

 Peer Tutoring (anak sebagai tutor)


 Kompetensi keduanya berbeda
 Anak tanpa kebutuhan khusus membagikan ilmu dan
pengalamannya kepada anak dengan kebutuhan khusus
 Anak tanpa kebutuhan khusus menjadi model bagi anak
dengan kebutuhan khusus
 Peer Collaboration (anak sebagai tutor)
 Kompetensi keduanya sama
 Anak berkebutuhan khusus dan tanpa berkebutuhan khusus
menghadapi permasalahan serupa yang harus dipecahkan
bersama-sama

Peranan Guru dalam Pendidikan Inklusi


Pengembangan
Model Kelas Inklusif
Prinsip Pengelolaan Pendidikan Inklusif

Belajar Kooperatif Kelas Menyenangkan

Evaluasi Belajar Alternatif Kolaborasi Guru

Pengelolaan Kelas Inklusif


1. Modifikasi Pola Belajar
 Kompetisi
 Siswa berjuang dengan keras dan berkompetisi mengalahkan
yang lain untuk mendapatkan penghargaan dari guru
 Individualis
 Belajar dilihat sebagai kebutuhan individu. Ketika kebutuhan
terpenuhi maka ia tidak memiliki tanggung jawab yang lain
 Kooperatif
 Siswa mencapai tujuan secara bersama-sama dan tujuan
tersebut dapat dicapai apabila ia bekerja sama dengan siswa
lainnya
 Pendekatan ini sangat cocok diterapkan di Pendidikan Inklusi

Pengelolaan Kelas Inklusif


2. Modifikasi Kelas
 Kelas memiliki aturan jelas dan tidak diskriminatif
 Aturan dijalankan dengan konsisten
 Modifikasi kelas interaktif
 memungkinan guru melihat dan menjangkau anak-anak
 Modifikasi penempatan
 Mendekatkan siswa berkebutuhan khusus pada siswa yang
baik dan positif
 Modifikasi lingkungan
 Meningkatkan ketenangan dan mengurangi stimulasi
gangguan (visual dan auditori)
 Modifikasi media belajar
 Media belajar menstimulasi kerja sama, tidak kompetitif

Pengelolaan Kelas Inklusif


3. Penilaian Hasil Belajar
 Tidak semua anak belajar melalui cara yang sama
 Penilaian alternatif dipakai untuk
 Hasil penilaian yang baik
 mudah diinterpretasilan (interpretive)
 menggambarkan kondisi (descriptive)

 mengidentifikasi permasalahan (diagnostic)

Pengelolaan Kelas Inklusif


4. Peranan Guru
 Consultant Model
 Guru sebagai konsultan lepas, turut merancang dalam hal asesmen, pengembangan
materi dan modifikasi kurikulum
 Teaming Model
 Guru sebagai konsultan merangkap pendidik intensif di kelas turut membantu
mengembangkan materi dan strategi pembelajaran
 Co-Teaching Model
 Guru khusus (yang memahami anak berkebutuhan khusus) dan guru umum bekerja
sama berbagi peran di dalam kelas

Pengelolaan Kelas Inklusif


4. Peranan Guru
[ Co-Teaching Model ]

 One Teacher-One Support


 Satu guru dan satu orang guru pendukung (guru
terlatih/psikolog) bertanggung jawab pada satu kelas
 Parallel Teaching Design
 Guru membagi kelas menjadi dua kelompok. Satu kelompok
oleh guru biasa dan satu kelompok untuk guru pendukung
 Station Teaching
 Satu materi satu guru sehingga terjadi perputaran dalam
mengajar. Semua guru diharapkan memahami perkembangan
anak berkebutuhan khusus
 Team Teaching
 Pendidik dan pendukung bersama mengisi pertemuan di kelas

Pengelolaan Kelas Inklusif


Penanganan Khusus
kepada Anak
1. Gangguan Kesukaran Belajar
 Meminimalisir stimulasi yang dapat mengacaukan
pikiran dan konsentrasi
 Situasi kelas tenang terkendali, gangguan dari luar minim

 Menggunakan media belajar yang menarik & inovatif


 Sesuai dengan modalitas anak (visual, auditori, kinestetik),
praktek langsung, menyenangkan, variatif, sesuai dengan
kompetensi anak dan sesuai dengan target pendidikan
 Melakukan analisis kualitatif untuk mendeteksi
kesulitan siswa
 Berguna untuk mengidentifikasi kekhasan kesulitan anak

 Mengajarkan strategi meningkatkan memori


 Mnemonik, kata kunci, peta pikiran dan insight

Penanganan Khusus kepada Anak


2. Gangguan Pemusatan Perhatian
 Merancang lingkungan pembelajaran kondusif
 Menjauhkan benda berbahaya/tajam, lingkungan fisik
nyaman, memfasilitas siswa normal untuk menjadi role model
 Mengajarkan siswa strategi menjaga konsentrasi
 Mempertahankan kontak mata, memberikan pekerjan yang
menantang, memastikan adanya sisi menarik pengajaran
 Memberikan instruksi secara tepat
 Menyederhanakan instruksi, memperjelas instruksi,
menjelaskan tujuan/target dengan jelas, memberi contoh
 Memonitor tugas siswa
 Monitoring perlu dilakukan untuk memberi masukan pada
penanganan lebih lanjut

Penanganan Khusus kepada Anak


3. Gangguan Bicara-Komunikasi
 Mendorong anak mengungkapkan ide melalui ucapan
 Meningkatkan harga diri, menceritakan pengalaman,
mempesentasikan hasil tugas
 Menerapkan model pembelajaran yang sesuai
 Membaca cerita, menangkap maksud percakapan,
menyampaikan gagasan
 Melakukan klarifikasi informasi
 Memastikan anak telah menangkap informasi yang didapat,
misalnya dengan menanyakan kembali
 Mendengar siswa dengan sabar
 Memberik kesempatan siswa menyelesaikan pembicaraannya,
tidak menyela, tidak mengkritik dan menghargai setiap
gagasan yang diungkapkan

Penanganan Khusus kepada Anak


4. Gangguan Emosi-Perilaku
 Menunjukkan kepedulian yang tinggi
 Anak ADHD biasanya kurang disukai temannya, sehingga
kepercayaan diri mereka menurun
 Tidak menghargai perilaku yang buruk
 Guru tidak memberi kesempatan kepada anak untuk berlama-
lama keluar dari konsentrasinya
 Menyusun kegiatan yang sesuai dengan minat anak
 Dengan memberikan kegiatan yang sesuai dengan minatnya,
anak dapat belajar memfokuskan pada sesuatu
 Menerapkan Peraturan dan Penguatan Positif
 Peraturan di kelas secara konsisten diterapkan pada semua
anak dan anak yang menghargai peraturan mendapatkan
reward (penghargaaa)

Penanganan Khusus kepada Anak


Siapa yang berani mengajar.. Ia harus
berani belajar selamanya
(John Calton Dana)
Cara-cara Membantu Siswa di Kelas Inklusif
 Membantu Siswa Berkesulitan Belajar
 Masalah Perhatian/Konsentrasi
o Ubahlah cara mengajarkan dan jumlah materi baru yang akan diajarkan
o Adakan pertemuan dengan siswa
o Bimbing siswa lebih dekat ke proses pembelajaran
o Berikan dosrongan secara langsung dan berulang-ulang
o Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas
o Ajarkan Self-Monitoring Attentaion
 Masalah Daya Ingat/Memori
o Ajarkan menggunakan highlighiting untuk membantu memancing ingatan
o Gunakan alat bantu memori (Memory Aid)
o Biarkan siswa untuk mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pembelajaran
o Berlatih mengulang dan mengingat
 Masalah Kognisi
o Berikan materi yang dipelajari dalam konteks high meaning
o Menunda ujian akhir dan penilaian
o Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang tidak pernah gagal
 Masalah Sosial dan Emosional
o Buatlah system penghargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses
o Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain
o Mengajarkan sikap positif
o Minta bantuan
 Cara Lain Membantu Siswa Berkesulitan Belajar
 Mencari dan memantapkan kekuatan siswa
 Menyediakan struktur dan petunjuk yang jelas serta memastikan bahwa
siswa memahami tujuan
 Bersikap fleksibel
 Menggunakan materi yang dapat dikoreksi sendiri
 Menggunakan bantuan komputer
 Berrsabarlah (beri waktu tambahan)
 Membantu Siswa Terbelakang Mental
 Guru Efektif bagi Siswa Terbelakang Mental
o Punya harapan bahwa siswa akan berhasil
o Memberi pengawasan yang sering pada tugas-tugas dan memberi umpan
balik
o Memberikan penjelasan standar, arahan, dan harapan
o Fleksibel dalam menangani siswa
o Terbuka dan beriskap positif dalam memperlakukan siswa yang berlainan
o Responsif terhadap pertanyaan dan komentar siswa
o Melakukan pendekatan yang sistematis dalam pembelajaran
o Bersikap hangat, sabar dan humoris pada siswa
o Bersifat teguh dan konsisten
o Mempunyai rasa percaya diri
 Manajemen dan Disiplin
o Gunakan waktu secara efesien
o Jangan sampai siswa menunggu bantuan
 Umpan Balik Selama Pembelajaran
o Guru memberikan umpan balik positif
o Membantu siswa mendapatkan jawaban yang benar
 Pengembangan Pembelajaran yang Tepat
o Guru menggunakan tugas-tugas dengan tingkat kesulitan yang layak
o Gunakan tugas-tugas yang dimungkinkan siswa sedikit kesalahan
 Suasana Pembelajaran yang Kondusif
o Guru merespons dengan perhatian dan pemahaman kepada siswa yang
berkemampuan lebih rendah
o Guru mendukung bila siswa mempunyai masalah pemeblajaran
 Membantu Siswa Berkesulitan Fisik
 Mengajarkan pilihan, pembuatan keputusan, kemampuan perlindungan diri
 Membangun lingkungan sekolah yang menjamin kesempatan dalam memilih
 Menjadi penasehat perubahan masyarakat dan dukungan
 Membentuk kemitraan dengan masyarakat atau pengusaha
 Membentuk belajar kelompok
 Membantu Siswa Kelainan Bahasa dan Berbicara
 Memberikan contoh berbicara yang baik
 Mendengarkan dengan kepekaan dan minat pada hal yang dikatakan anak
 Menciptakan suasana ruang kelas yang nyaman
 Membantu Siswa Ganguan Penglihatan
 Ajak siswa keliling lingkungan untuk mengenalnya
 Kenali jenis alat bantu yang dipakai
 Kenalkan siswa lain pada sifat-sifat ketidakmampuan siswa lainya
 Dorong anak untuk mandiri
 Jangan terlalu melindungi
 Jangan memuji terlalu berlebihan tapi sewajarnya
 Meminta pertolongan ahli jika diperlukan
 Membantu Siswa Ganguan Pendengaran
 Usahan tempat duduk anak yang tidak gaduh
 Berikan kesempatan yang sama seperti anak lainnya dalam berbicara
 Usahakan mengulang pertanyaan atau pernyataan jika anak tampak tak mengerti
 Tekanan ucapan yang jelas
 Periksa ekspresi wajah anak untuk memastikan guru telah melakukan
kontak sebelum bicara padanya
 Ingat… bahwa anak gangguan pendengaran mengalami kelelahan lebih
cepat dibandingkan lainnya karena mendengar dan memahami materi
 Membantu siswa Berbakat Khusus
 Terima siswa sebagai orang yang memiliki kemampuan berbeda
 Menciptakan pembelajaran berbasis siswa
 Merancang pembelajaran yang menghargai sumbangan khas dari setiap
siswa
 Ingat… anak ini hanya berbda dalam kemampuan
Pengaruh Guru
Faktor Penentu Prestasi Siswa

Teachers
30%
Student
characteristics
Schools 7% 49%

Home 7%
Peers 7%
Based on research by Professor John Hattie from the University of Auckland who used meta
analysis to estimate the overall effect on student achievement to the above factors
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa
The effect of teachers accumulates: 4th graders of all abilities who have 3 years of
effective teachers in a row for the 5th, 6th and 7th grades will pass a 7th grade math test.

3 Effective Teachers 3 Ineffective Teachers

Percentage of Students Passing Test


100 100 98 100
Percentage of Students Passing Test

89 90
100 90 90
90
80
80
70 70 63
60 60
50 50 42
40 40
30 30
20
20
10
10
0
Low achieving Middle achieving High achieving All 0
Low achieving Middle achieving High achieving All

Graph adapted from page 9 of “The Real Value of Teachers: Using New Information
About Teacher Effectiveness to Close the Achievement Gap” By Kevin Carey, in
Thinking K-16 3 (2). Copyright 2004 The Education Trust.
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa
The effect of teachers accumulates: 4th graders of all abilities who have 3
years of effective teachers in a row for the 5th, 6th and 7th grades will pass a 7th
grade math test.
3 Effective Teachers 3 Ineffective Teachers

Percentage of Students Passing Test


100 100 100
98
Nilai Siswa
Percentage of Students Passing Test

89 90
100 90 90
90
80
80
70
Turun 42 poin 63
70
60 60 ketika diajar
50
oleh guru
50 42
40 40

tidak baik
30 30
20
20
10
10
0
Low achieving Middle achieving High achieving All 0
Low achieving Middle achieving High achieving All

Graph adapted from page 9 of “The Real Value of Teachers: Using New Information
About Teacher Effectiveness to Close the Achievement Gap” By Kevin Carey, in
Thinking K-16 3 (2). Copyright 2004 The Education Trust.
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa

Student performance on Standardized Exam


100th
percentile
After 3 years with 90th percentile
high quality
teachers
53 percentile
50th point difference
percentile

After 3 years of 37th percentile


low quality
teachers

0th
percentile
Age 8 Age 11
2
Syarat Menjadi Guru
Syarat Menjadi Guru di Indonesia
Kualifikasi Akademik
Guru Profesional Kualifikasi akademik diperoleh melalui
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, pendidikan tinggi program sarjana atau
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat program diploma empat
jasmani dan rohani, serta memiliki Pasal 9 UU14/2005 Guru & Dosen
kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Hak Pemilik Sertifikat
Standar Setiap orang yang telah memperoleh
Pasal 8 UU14/2005 Guru & Dosen
Pendidikan sertifikat pendidik memiliki kesempatan
Guru yang sama untuk diangkat menjadi guru
Kompetensi Terhitung pada satuan pendidikan tertentu
sejak 30 Desember Pasal 12 UU14/2005 Guru & Dosen
Kompetensi meliputi kompetensi 2005
pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi Pendidikan Profesi
profesional yang diperoleh melalui Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi
pendidikan profesi setelah program sarjana yang mempersiapkan
Pasal 10 UU14/2005 Guru & Dosen peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus.
Penjelasan Pasal 15 UU20/2003
Sisdiknas
Syarat Menjadi Guru di Indonesia
(1) Pemerintah mulai
melaksanakan program
Pemerintah dan sertifikasi pendidik paling
pemerintah daerah wajib lama dalam waktu 12 (dua
menyediakan anggaran belas) bulan terhitung sejak
untuk peningkatan berlakunya Undang-
kualifikasi akademik dan • Pasal 13 UU No Undang ini.
sertifikasi pendidik bagi 14/2005 Masa Transisi (2) Guru yang belum memiliki
guru dalam jabatan yang kualifikasi akademik dan
• Pasal 82 UU No
diangkat oleh satuan 14/2005 sertifikat pendidik
pendidikan yang sebagaimana dimaksud
diselenggarakan oleh Guru Dalam pada Undang-Undang ini
Pemerintah, pemerintah Jabatan wajib memenuhi kualifikasi
daerah, dan masyarakat. akademik dan sertifikat
pendidik paling lama 10
(sepuluh) tahun sejak
berlakunya Undang-
Undang ini.
5
Guru Abad 21
Tantangan Pendidikan di Indonesia

Kondisi
Siswa
Abad 21

Kondisi
Guru
Abad 20

Kondisi
Sarpras
Abad 19
Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan setiap siswa

1 2 3
Kualitas Karakter Literasi Dasar Kompetensi
Bagaimana siswa beradaptasi Bagaimana siswa
Bagaimana siswa menerapkan
pada lingkungan yang dinamis. memecahkan
keterampilan dasar sehari-hari.
masalah kompleks
1. Nilai Pancasila 10.Literasi baca tulis
2. Ketaqwaan 16.Berpikir kritis
11.Literasi berhitung
3. Integritas 17.Kreativitas
12.Literasi sains
4. Rasa ingin tahu 18.Komunikasi
13.Literasi teknologi
5. Inisiatif 19.Kolaborasi
informasi dan komunikasi
6. Kegigihan 14.Literasi finansial
7. Kemampuan adaptasi 15.Literasi budaya dan
8. Kepemimpinan kewarganegaraan
9. Kesadaran sosial & budaya
Pembelajaran
di sekolah
semestinya
dilaksanakan
Siswa Guru
sedemikian
semestinya
rupa sehingga
dimensi
kemanusiawian
Sarpran
itu dapat
dialami dan
diapresiasikan
selayaknya oleh
setiap anak
bangsa.
59
• ing ngarsa sungtulada
(di depan memberi
teladan)
• ing madya mangun
karsa (di tengah
menciptakan peluang
untuk berprakarsa)
• tut wuri handayani (di
belakang memberi

a
ny dorongan)
ah
af
ls
Fa
Dimensi Kemanusiawian yang Semestinya
Ada dalam Pembelajaran di Kelas Inklusif

Santun

Komunikatif

Ramah Terbuka
DEMIKIANLAH PANDANGAN DAN
PIKIRAN YG DPT SAYA SAMPAIKAN
DALAM FORUM TERHORMAT INI.
SEMOGA BERMANFAAT DEMI
KEJAYAAN BANGSA DAN NEGARA
INDONESIA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai