AGEN
PEMBELAJAR
SISWA
DIFABEL
OLEH
IBRAHIM
Pengantar
– Sebuah tatanan sosial masyarakat yang sehat adalah tatanan sosial yang
mampu mengakomodasi dan menghargai setiap bentuk perbedaan.
– Namun, kenyataan tidaklah demikian. Perbedaan seperti kaya dan miskin,
perbedaan agama, perbedaan ras, suku dan berbagai keragaman lainnya masih
menjadi instrumen pembeda yang pada gilirannya mengkotak-kotakkan
manusia yang semestinya bersama dalam sebuah tatanan sosial yang adil dan
setara, ke dalam sekat-sekat sosial yang dibuat oleh arogansi mereka yang kuat.
– Salah satu arogansi sosial yang sampai sekarang ini masih sangat kuat, namun
kadang tak disadari dan dibahas adalah standar normal atau faham normalisme
yang kemudian melahirkan sekelompok masyarakat kecil yang berbeda (tidak
sesuai dengan standar normalisme tersebut) yang kemudian disebut
penderita/penyandang cacat.
Penting Untuk Didiskusikan
– Kesadaran Magis
– Kesadaran Naif
– Kesadaran Kritis
Kesadaran Magis
– Melihat difabilitas berdasarkan hukum alam.
– Difabilitas dianggap sebagai karma, hukuman, atau
kutukan Tuhan akibat dosa pada masa lalu
– Difabilitas merupakan hasil kutukan dari roh jahat: ketika
ibu hamil, salah satu orang tuanya melakukan
pelanggaran hukum adat.
– Difabilitas dianggap penyakit.
– Akibatnya: difabilitas dianggap aib dan keluarga yang
mempunyai warga difabel berusaha menyembunyikan
bahkan menelantarkannya.
– Berakibat pada perbedaan data difabel antara Depsos,
Depkes, maupun PBB.
Kesadaran Naif
– Melihat aspek manusia sebagai akar masalah.
– Cenderung menyalahkan subjeknya, yaitu difabel.
– Difabel dianggap sebagai sosok yang malas, tidak mau melakukan apa-
apa, minta dikasihani, pembawa sial, menutup rejeki, tdk terampil, bodoh,
dst.
– Difabilitas dianggap penyakit (tdk sehat jasmani dan rohani).
– Menganggap masalah difabilitas adalah masalah yang sifatnya individu
dan menyelesaikan dengan menolong orang yang bersangkutan.
– Kewajiban untuk menolong adalah tanggung jawab keluarga.
– Struktur dan sistem yang ada dianggap sudah mendukung pemberdayaan
difabel. Kalau difabel masih terbelakang, itu salahnya difabel sendiri.
– Difabel harus mengikuti paket-paket pendidikan dan pelatihan yang telah
disediakan dan harus menerima sistem yang ada.
Pandangan pertama dan kedua ini disebut juga dengan individual model
dimana poin masalahnya ada pada individu yang menjadi difabel.
Kesadaran Kritis
– Difabilitas dipandang sebagai korban dari struktur sosial budaya.
– Perbedaan fisik dan/atau mental bukan berarti tidak sehat
jasmani dan rohani.
– Ketidakberdayaan difabel disebabkan adanya hambatan yang
ada di luar dirinya.
– Hambatan tersebut meliputi 3 hal: tidak adanya rehabilitasi dan
penyediaan alat bantu, tidak adanya aksesibilitas fisik, dan sikap
negatif terhadap difabel yang berkembang di masyarakat.
– Pemberdayaan difabel menjadi tanggung jawab negara,
didukung oleh keluarga dan masyarakat.
– Mendukung kehidupan yang inklusif dalam segala hal
Kesadaran ini juga disebut sebagai korelasional model.
Kesadaran Cara Penanganan Dampak
Magis Disarankan menerima kenyataan Difabel selalu tergantung pada pihak lain
Disarankan bertobat, siapa tahu bisa sembuh Ngamen atau mengemis supaya dikasihani
Masalah terletak pada individu. orang lain
Disantuni
Naif Pusat masalah ada pada individu. Difabel terdiskriminasi dan tersubordinasi
Upaya-upaya rehabilitasi diarahkan pada dalam berbagai aspek kehidupan
harapan menormalkan. Akhirnya difabel menjadi subkultur sendiri
Diberi pendidikan dan pelatihan secara
segregasi
Harus berkompetisi mengikuti sistem yang
sudah ada
Kritis Melihat permasalahan bukan terletak pada Terwujudnya kehidupan yang inklusif;
individu, tetapi lingkungan sosial yang tidak difabel mempunyai kapabilitas tertentu,
memenuhi kebutuhan difabel. masyarakat dapat menerima difabel,
Disediakan rehabilitasi dan alat bantu yang didukung dengan ruang publik yang
bertujuan bukan menormalkan tetapi aksesibel dan kebijakan yang berbasis HAM
mengembangkan potensi untuk
beraktualisasi
Diupayakan aksesibilitas fisik dan non fisik.
Pendidikan dan pelatihan secara inklusif.
Diupayakan penghilangan stereotipe negatif
terhadap difabel.
Refleksi untuk Semua
– Dimanakah kita?
– Sudahkah kita menyadari betapa lingkungan kitalah yang selama
ini telah menidak mampukan difabel?
– Atau masihkah kita beranggapan bahwa memang difabel itu sosok
yang tidak mampu dan lemah?
– Jika demikian, lalu siapakah sebenarnya yang cacat?
Falsafah Pendidikan Inklusi
◦ Pendidikan untuk semua
◦ Setiap anak berhak untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas
pendidikan yang layak
Karakter : Sabar-ulet
Kesabaran diperlukan karena permasalahan yang dihadapi
Pendidikan Inklusi sangat kompleks
Kompetensi Pedagogik
Kemampuan mengelola kelas, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar
Kompetensi Profesional
Penguasaan materi, aplikasi materi pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari
Kompetensi Kepribadian
Karakter yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berakhlak mulia
Kompetensi Sosial
Mampu berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, peka
terhadap permasalahan siswa, empatik
a. Prinsip motivasi
guru senantiasa memberikan motivasi kepada anak agar tetap memiliki gairah
dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Prinsip latar/komplek
Adanya sebuah pengenalan antara guru dan murid tentu akan sangat berarti.
c. Prinsip keterarahan
Guru harus merumuskan secara matang tujuan kegiatan tersebut secara jelas.
d. Prinsip hubungan sosial
Guru harus dapat mengembangkan setiap strategi pembelajaran yang mampu untuk
mengoptimalkan interaksi antara guru dan murid.
e. Prinsip belajar sambil bekerja
Guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan untuk
melakukan sendiri praktek atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui
pengamatan, penelitian.
f. Prinsip individualisasi
Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara
mendalam, baik dari segi kemampuan atau ketidakmampuan dalam menyerap materi
pelajaran.
g. Prinsip menemukan
Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing anak untuk
melihat secara aktif, baik fisik, mental, sosial atau emosinya.
h. Prinsip pemecahan masalah
Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan yang ada di lingkungan sekitar, dan
anak dilatih untuk mencari data, menganalisis, dan memecahkan masalah tersebut sesuai
dengan kemampuan masing-masing dan guru sebaiknya tidak begitu memaksakan anak
tersebut agar tidak menjadikan sebuah beban.
Peranan Anak Tanpa Kebutuhan Khusus
Teachers
30%
Student
characteristics
Schools 7% 49%
Home 7%
Peers 7%
Based on research by Professor John Hattie from the University of Auckland who used meta
analysis to estimate the overall effect on student achievement to the above factors
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa
The effect of teachers accumulates: 4th graders of all abilities who have 3 years of
effective teachers in a row for the 5th, 6th and 7th grades will pass a 7th grade math test.
89 90
100 90 90
90
80
80
70 70 63
60 60
50 50 42
40 40
30 30
20
20
10
10
0
Low achieving Middle achieving High achieving All 0
Low achieving Middle achieving High achieving All
Graph adapted from page 9 of “The Real Value of Teachers: Using New Information
About Teacher Effectiveness to Close the Achievement Gap” By Kevin Carey, in
Thinking K-16 3 (2). Copyright 2004 The Education Trust.
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa
The effect of teachers accumulates: 4th graders of all abilities who have 3
years of effective teachers in a row for the 5th, 6th and 7th grades will pass a 7th
grade math test.
3 Effective Teachers 3 Ineffective Teachers
89 90
100 90 90
90
80
80
70
Turun 42 poin 63
70
60 60 ketika diajar
50
oleh guru
50 42
40 40
tidak baik
30 30
20
20
10
10
0
Low achieving Middle achieving High achieving All 0
Low achieving Middle achieving High achieving All
Graph adapted from page 9 of “The Real Value of Teachers: Using New Information
About Teacher Effectiveness to Close the Achievement Gap” By Kevin Carey, in
Thinking K-16 3 (2). Copyright 2004 The Education Trust.
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa
0th
percentile
Age 8 Age 11
2
Syarat Menjadi Guru
Syarat Menjadi Guru di Indonesia
Kualifikasi Akademik
Guru Profesional Kualifikasi akademik diperoleh melalui
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, pendidikan tinggi program sarjana atau
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat program diploma empat
jasmani dan rohani, serta memiliki Pasal 9 UU14/2005 Guru & Dosen
kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Hak Pemilik Sertifikat
Standar Setiap orang yang telah memperoleh
Pasal 8 UU14/2005 Guru & Dosen
Pendidikan sertifikat pendidik memiliki kesempatan
Guru yang sama untuk diangkat menjadi guru
Kompetensi Terhitung pada satuan pendidikan tertentu
sejak 30 Desember Pasal 12 UU14/2005 Guru & Dosen
Kompetensi meliputi kompetensi 2005
pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi Pendidikan Profesi
profesional yang diperoleh melalui Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi
pendidikan profesi setelah program sarjana yang mempersiapkan
Pasal 10 UU14/2005 Guru & Dosen peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus.
Penjelasan Pasal 15 UU20/2003
Sisdiknas
Syarat Menjadi Guru di Indonesia
(1) Pemerintah mulai
melaksanakan program
Pemerintah dan sertifikasi pendidik paling
pemerintah daerah wajib lama dalam waktu 12 (dua
menyediakan anggaran belas) bulan terhitung sejak
untuk peningkatan berlakunya Undang-
kualifikasi akademik dan • Pasal 13 UU No Undang ini.
sertifikasi pendidik bagi 14/2005 Masa Transisi (2) Guru yang belum memiliki
guru dalam jabatan yang kualifikasi akademik dan
• Pasal 82 UU No
diangkat oleh satuan 14/2005 sertifikat pendidik
pendidikan yang sebagaimana dimaksud
diselenggarakan oleh Guru Dalam pada Undang-Undang ini
Pemerintah, pemerintah Jabatan wajib memenuhi kualifikasi
daerah, dan masyarakat. akademik dan sertifikat
pendidik paling lama 10
(sepuluh) tahun sejak
berlakunya Undang-
Undang ini.
5
Guru Abad 21
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Kondisi
Siswa
Abad 21
Kondisi
Guru
Abad 20
Kondisi
Sarpras
Abad 19
Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan setiap siswa
1 2 3
Kualitas Karakter Literasi Dasar Kompetensi
Bagaimana siswa beradaptasi Bagaimana siswa
Bagaimana siswa menerapkan
pada lingkungan yang dinamis. memecahkan
keterampilan dasar sehari-hari.
masalah kompleks
1. Nilai Pancasila 10.Literasi baca tulis
2. Ketaqwaan 16.Berpikir kritis
11.Literasi berhitung
3. Integritas 17.Kreativitas
12.Literasi sains
4. Rasa ingin tahu 18.Komunikasi
13.Literasi teknologi
5. Inisiatif 19.Kolaborasi
informasi dan komunikasi
6. Kegigihan 14.Literasi finansial
7. Kemampuan adaptasi 15.Literasi budaya dan
8. Kepemimpinan kewarganegaraan
9. Kesadaran sosial & budaya
Pembelajaran
di sekolah
semestinya
dilaksanakan
Siswa Guru
sedemikian
semestinya
rupa sehingga
dimensi
kemanusiawian
Sarpran
itu dapat
dialami dan
diapresiasikan
selayaknya oleh
setiap anak
bangsa.
59
• ing ngarsa sungtulada
(di depan memberi
teladan)
• ing madya mangun
karsa (di tengah
menciptakan peluang
untuk berprakarsa)
• tut wuri handayani (di
belakang memberi
a
ny dorongan)
ah
af
ls
Fa
Dimensi Kemanusiawian yang Semestinya
Ada dalam Pembelajaran di Kelas Inklusif
Santun
Komunikatif
Ramah Terbuka
DEMIKIANLAH PANDANGAN DAN
PIKIRAN YG DPT SAYA SAMPAIKAN
DALAM FORUM TERHORMAT INI.
SEMOGA BERMANFAAT DEMI
KEJAYAAN BANGSA DAN NEGARA
INDONESIA
TERIMA KASIH