PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap
senyawa- senyawa yang bersifat basa dengan menggunaan baku asam.
(Gandjar, 2007).
Teori Dasar Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif, yang paling sering diterapkan
yaitu analisis trimetri. Analisis trimetri dilakukan dengan menitrasi suatu
sampel tertentu dengan larutan standar yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titrasi yang
diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis trimetric yang
didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan
larutan standar disebut analisis asidi-alkalimetri. Apabila larutan yang
bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri.
Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis
tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri (Kaznan, 1991).
Asidimetri merupakan pengukuran kepekatan asam dengan
menggunakan larutan baku basa. Cuplikan yang diperiksa dititrasi dengan
basa dan titik akhir titrasi diketahui dengan perubahan warna penunjuk
(Pudjaatmaka, 2002). Sedangkan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi
basa dengan menggunakan larutan baku basa dengan cara titrasi (Hadiat et
al, 2004).
Asidi-alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan
suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hydrogen
dan ion hidroksida untuk membentuk air (Basset, 1994).
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk
itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Berlangsung sempurna,
tunggal dan menurut persamaan yang jelas 2. Cepat dan reversible, bila
tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu banyak 3. Ada penunjuk
akhir titrasi (indikator) 4. Larutan baku yang direaksikan dengan analit
harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil
sehingga konsentrasinya tidak mudah saat disimpan (Hardjadi, 1990).
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konsentresi
HCL dan NaOH, menentukan kadar asm asetat dalam cuka, dan menetuka
kadar NaOH dan Na2CO3 dalam caustic soda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODE KERJA
C. Prosedur kerja
1. Pembuatan larutan caustic soda
a) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
b) Caustic soda ditimbang 2,5 gram menggunakan neraca analitik
c) Diencerkan dengan aquades 100 ml didalam labu ukur sampai
tanda batas lalu dihomogenkan
2. Pembuatan larutan pengenceran HCL
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Dimasukkan sedikit aquades pada labu ukur 500 ml. selanjutnya
larutan HCL 37% atau 4,18 ml dimasukkan kedalam labu ukur 500
ml
c) Diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas pada labu ukur
500 ml. lalu dihomogenkan
3. Cara standarilisasi
a) Dimasukkan larutan HCL keburet berukuran 50 ml hingga batas
nol
b) Dimasukkan 25 ml boraks pada elenmeyer, selanjutnya
dimasukkan 3 tetes MO
c) Diletakkan elenmeyer dibawah buret selanjutnya dilakukan proses
dititrasi hingga boraks yang ditambahkan dengan indikator MO
mengalami perubahan warna
4. Cara kerja analisis kadar NaOH dan Na2CO3 dengan caustic soda
a) Ditambahkan 2,5 caustic soda yang berbentuk serbuk pada neraca
analitik
b) Dimasukkan kedalam gelas ukur dan diecerkan
c) Dimasukkan kedalam labu ukur dan dimasukkan aquades hingga
tanda batas 100 ml dan dihomogenkan
d) Dimasukkan 25 ml caustic soda
e) Dimasukkan 25 ml aquades kedalam elenmeyer yang berisi caustic
soda
f) Dimasukkan 3 tetes indikator pp. selanjutnya dititrssi hingga
terjadi perubahan warna
BAB IV
b) Reaksi
1. Penentuan Konsentrasi NaOH
(COOH)2 . 2 H2O + 2 NaOH 2 NaOH + (COOH)2(COONa)2
+ 2 H2O
2. Penentuan Konsentrasi HCl
Na2B4O7 . 10 H2O + 2 HCl 4 H3BO3 + NaCl + 5 H2O
3. Penentuan Kadar asam asetat dalam cuka
CH3COOH + NaOH NaCH3COO + 5 H2O
4. Penentuan kadar asam NaOH dan Na2CO3 Dalam Caustic Soda
PP
NaOH + HCL NaCl + H2O
PP
Na2CO3 + HCl 2 NaCl + H2O + CO2
MO
3. Pembakuan HCl
1) Normalitas Boraks (Na2B4O7.10H2O)
BE Boraks (Na2B4O7.10H2O) = 190,72 g/ek
N Na2B4O2O7.10H2O) = g boraks
BE boraks x V larutan
= 1.9072
1.9072 g/ek x 0,1 L
= 0,1 N
2) Penentuan Normalitas HCl
V1.N1 = V2.N2
24,5 mL . 0,1 N = 25 mL . N2
N2 = 25,4 mL x 0,1 N
24,5 mL
N2 = 0,09 N
Dimana :
V1 = Volume HCl
N1 = Normalitas HCl
mL sampel
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa analisis asidimetri adalah analisis menggunakan titrasi. Pada larutan
HCL dengan boraks diperoleh volume 25 ml dengan konsentrasi 0.1 N
(jingga) yang diteteskan 3 tetes Mo, sedangkan pada percobaan pertama
Na2CO3 dengan HCL yang diteteskan dengan indikator pp dan Mo
diperoleh volume 22,5 ml dan menghasilkan warna orange.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar pada saat melakukan
praktikum sebaiknya hati – hati dan lebih teliti agar hasil yang diperoleh
baik dan sesuai standar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abudarin, dkk. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP
Jurusan PMIPA Program studi Pendidikan Kimia Universitas
Palangkaraya